Anda di halaman 1dari 14

ULUMUL HADIST

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah ulumul hadits
Dosen Pengampu : Siti Lailiyah., M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Annisa Wahyuning Solekhah (2019010269)
2. Diana Pangesti (2019010290)
3. Siti Fatimatazzahrok (2019010297)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN


FAKUTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Ulumul Hadist dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Hadist
khususnya pada materi Ulumul Hadist dan Cabang-Cabangnya
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan maupun
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan kami
menyadari masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

Wonosobo, 13 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ulumul Hadits........................................................................................2

2.2 sejarah dan perkembangan Ulumul Hadist..............................................................3

2.3 Sebab-sebab Hadits dinamakan Hadits....................................................................6

2.4 Cabang-cabang Ilmu Hadits......................................................................................6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9

Daftar Pustaka..................................................................................................................11
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah Al-
Qur’an. Ulumul Hadits terdiri dari dua kata, yaitu ulum dan al-hadits.
Kata ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari’ilm yang berarti ilmu,
sedangkan hadits berarti segala sesuatu yang taqrir atau sifat. Dengan demikian
ulumu hadits adalah ilmu yang membahas atau yang berkaitan dengan Hadits
Nabi saw.
Pada mulanya, ilmu hadits merupakan beberapa ilmu yang masing-masing berdiri
sendiri, yang berbicara tentang Hadits Nabi Saw dan para perawinya. Akan tetapi,
pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu muai digabungkan dan
dijadikan satu.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Ulumul Hadits?
b. Bagaimana sejarah dan perkembangan Ulumul Hadits?
c. Apa Sebab-sebab Hadits dinamakan Hadits?
d. Apa saja Cabang-Cabang Ulumul Hadits?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Ulumul Hadits
b. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Ulumul Hadits
c. Untuk mengetahui sebab-sebab Hadits dinamakan Hadits
d. Untuk mengetahui cabang-cabang Ulumul Hadits
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ulumul Hadits
Menurut Bahasa (Lughat) Hadits adalah :
a. Jadid, lawan qadim: yang baru, hidats, hudatsa’, dan huduts.
b. Qarib : yang dekat, yang belum lama terjadi seperti dalam perkataan
haditsul ahdi bil Islam (orang yang baru memeluk agama islam).
Jamaknya hidats, hudatsa’, dan huduts.
c. Khabar :warta atau berita, yakni ma yatahaddatsu bihi wa yunqalu (sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada sesorang),
sama maknanya dengan hidditsa. Dari makna inilah diambil perkataan
hadits Rasulullah.

Menurut Istilah Ahli Hadits


Hadits menurut Ahli Hadits di antaranya Al-Hafizh dalam Syarh al-Bukhary,
dan Al-Hafizh dari Shakhawy ialah:

‫َاْقَو اُلُه َو َاْفعَاُلُه َو َاْح َو اُلُه‬


“Segala ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi saw.”
Sebagian ulama seperti Ath-Thiby berpendapat “Hadits itu meliputi sabda
Nabi saw. Meliputi perkataan, perbuatan, dan taqrir sahabat, termasuk pula
perkataan, perbuatan, dan taqrir tabi’in. Dengan demikian, terbagilah hadits
menjagi sembilan bagian. Pendapat ini diterangkan oleh Al-Hafizh di dalam
An-Nakhbah.1

1
Teungku Muhammad Hasabi ash-Shiddieqy,Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang:PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 3
Hadits yang dalam periwayatannya sanad-Nya sampai kepada Nabi saw
dinamakan marfu’, hadits yang hanya sampai kepada sahabat dinamakan
mauquf, haduts yang sampai kepada tabi’in saja dinamakan maqthu’. Muradif
(persamaan kata)nya, sunnah, khabar, dan atsar.

Menurut ahli ushul Hadits


Hadits menurut Ahli Ushul Hadits ialah:

‫َاْقَو اُلُه َو َاْفَع اُلُهَو َتَقاِر ْيُر ُهِمَّم اَيَتَع َّلُقِبِهُح ْك ٌم ِبَنا‬

“Segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi yang bersangkutan


dengan hukum.”2

2.2 sejarah dan perkembangan Ulumul Hadist


Ulumul hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan Hadits dalam
Islam. Terutama setelah rasulallah wafat, ketika umat merasa diperlukanya
penghimpunan Hadits-hadits rasul SAW karena adanya kekhawatiran Hadits-
hadits tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat mencatat dan
periwayatan Hadits. Mereka mulai menggunakan kaidah dan metode tertentu
dalam menerima Hadits, tetapi mereka belum menuliskan kaidah tersebut.
Dasar dan landasan dalam periwayatan Hadits di dalam Islam dijumpa di
dalam Al-qur’an dan Hadits Rasul SAW.
Di samping itu rasul SAW juga memerintahkan kepada mereka yang
mendengar dan menerima hadits untuk menyampaikan dan meriwayatkan kepada
mereka yang tidak mendengar dan mengetahuinya. 3

2
Ibid, hlm. 5
3
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta:PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), hlm. 15
Berdasarkan ayat Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6 dan Hadits Nabi ,
maka para sahabat mulai meneliti dan bersikap hati-hati dalam menerima dan
meriwayatkan Hadits-hadits Nabi SAW. Terutama apabila mereka meragukan si
pembawa atau penyampai riwayat tersebut. Dengan demikian, mulai lahir isnad
dan nilainya dalam menerima dan menolak suatu riwayat.
setelah terjadi fitnah di dalam kehidupan umat islam, sahabat mulai
meminta ketrangan tentang orang-orang yang menyampaikan hadits dan khabar.
Mereka menerma dan mengambil Hadits dari orang yang berpegang teguh pada
sunnah rasul SAW, dan sebaliknya tidak mengambil Hadits dari mereka yang ahli
Bid’ah.
Ada beberapa ketentuan yang dipatuhi para sahabat dalam menerima dan
periwayatan Hadits:
1. Penyedikitan periwayatan Hadits (taqlil al-riwayat) dan pembatasannya
untuk hal-hal yang diperlukan saja.
2. Ketelitian dalam periwayatan, baik ketika menerima atau menyampaikan
riwayat.
3. Kritik terhadap matan Hadits (naqd al-marwiyyat). Kritik terhadap matan
Hadits ini dilakukan oleh para sahabat dengan cara membandingkannya
dengan nash Al-Qur’an atau kaidah-kaidah dasar agama.
Munculnya beberapa pemalsuan Hadits dari pihak yang tidak bertanggung
jawab, para sahabat melakukan beberapa hal untuk memelihara kemurnian
Hadits yaitu:
1. Melakukan pembahasan terhadap beberapa sanad Hadits serta
penelitian terhadap para rawi Hadits.
2. Melakukan perjalanan (rihlah) dalam mencari sumber Hadits agar
dapat mendengar langsung dari perawi asalnya dan meneliti kebenaran
riwayat tersebut melaluinya.4

4
Ibid, hlm. 17-26
3. Melakukan perbandingan antara riwayat seseorang perawi dengan
riwayat perawi lain yang lebih tsiqat dan terpercaya agar mengetahui
ke-dha’ifan atau kepalsuan suatu Hadits.
Demikian kegiatan para Ulama hadits di abad pertama Hijriah yang telah
memprlihatkan pertumbuhan dan perkembangan ilmu Hadits. Bahkan pada akhir
abad pertama telah terdapat klarfikasi Hadits, yaitu Hadits Marfu’, Hadits
Mawquf, Hadits Muttashil dan Hadits Mursal. Dibedakan juga antara Hadits
Maqbul, pada masa berikutnya disebut Hadits Shahih dan Hadits hasan, serta
Hadits Mardud, kemudian dikenal dengan Hadits Dha’if dengan berbagai macam.
Abad kedua Hijriah Hadits telah dibukukan secara resmi atas prakarsa
Khalifah ‘Umar ibn abd al-Aziz dan di monotori oleh Muhammad ibn Muslim ibn
Syihab al-Zuhri. Ulama yang bertugas menghimpun dan membukukan Hadits
menerapkan ketentuan ilmu Hadits yang sudah berkembang sampai pada zaman
mereka. Mereka juga memakai kaidah-kaidah dalam menentukan kualitas dan
macam-macam Hadits.
Pada abad ketiga Hijriah yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah
perkembangan Hadits. Mulailah ketentuan dan kaidah Hadits ditulis dan
dibukukan, namun masih bersifat persial. Yahya ibn ma’in (w.234 H/848 M)
menulis tentang Tarikh al-Rijal,(sejarah dan riwayat hidup para perawi Hadits),
Muhammad ibn sa’ad (w.230 H/844 M) menulis Al-Hanbal (tingkatan para rawi
Hadits), Ahmad ibn Hanbal (241 H/855 M) menulis Al-‘ilal (beberapa ketentuan
tentang cacat atau kelemahan suatu Hadits atau perawinya).
Pada abad keempat dan kelima mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang
membahas tentaang ilmu.
Kemudian pada abad-abad berikutnya bermunculan karya-karya di bidang
Ilmu Hadits ini, yang sampai saat ini masih menjadi referensi utama dalam
membicarakan Ilmu Hadits diantaranya adalah Ulumul Al-Hadits oleh abu ‘Amr
‘utsman ibn ‘abd al-Rahman yang lebih dikenal dengan ibn al-shalah.5

5
Ibid, hlm. 26-28
2.3 Sebab-sebab Hadits dinamakan Hadits
Menurut Az-Zamakhsyary karena dalam periwayatan hadits banyak
disebutkan, “Haddatsani annan nabiya qala” yang berarti, dia menceritakan
kepadaku, bahwa Nabi saw, bersabda...”
Menurut Al-Kimany, dinamakan Hadits karena dilihat kepada sifat
“kebaruannya” dan karena kedudukannya dihadapkan dengan Al-Qur’an. Al-
Qur’an itu qadim, azaly, sedang hadits itu baru.
Kalimat -kalimat itu dinamai dengan hadits karena, kalimat-kalimat itu
tersusun dari huruf yang datang beriringan. Tiap-tiap huruf itu timbul (terjadi)
sesudah terjadi yang sebelumnya dan karena mendengar hadits itu
menumbuhkan di dalam hati berbagai ilmu dan makna.6

2.4 Cabang-cabang Ilmu Hadits


Menurut Abu Abdillah an-Naisyaburi di dalam Marifat Ulum al-Hadits
memaparkan bahwa pembahasan hadis mempunyai cabang hingga 50 macam.
Sedangakan menurut Ibnu al-Hazimi, jumlahnya mencapai 100 macam, dan
menurut Ibnu Shalah sebanyak 65 macam.
Meskipun demikian walaupun hadis tersebut bercabang-cabang, tetapi
antara satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling diperlukan.
Cabang ilmu hadis dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasannya bertumpu pada sanad dan
rawi. Di antara ilmu yang masuk ke dalam cabang ilmu ini ialah:7

6
Teungku Muhammad ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang:PT. Pustaka
Rizki Putra, 2009), hlm. 11
7
M. Alfatih suryadilaga, Ulumul Hadits, (Yogyakarta:Penerbit Teras, 2010), hlm.6-7
a. Ilmu Rijal al-Hadits
Dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui keadaan para perawi yang
menerima hadits dari Rasulullah saw dan dari sahabat dan seterusnya.
Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh (sejarah) ringkas atau riwayat
hidup para perawi, mazhab yang dipegangi oleh para perawi dan
keadaan para perawi itu menerima hadits.
b. Ilmu Thabaqat ar-Ruwah
ilmu yang membahas keadaan rawi berdasarkan pengelompokkan
keadaan rawi-rawi tertentu. Pengelompokkan tersebut dirasakan atas
segi umurnya, gurunya, dan lain sebagainya.
c. Ilmu Tarikh Rijal al-Hadis
ilmu yang membahas tentang rawi yang menjadi sanad suatu hadis
mengenai tanggal lahirnya, silsilah keturunannya, guru-guru yang
pernah memberikan hadia kepadanya, jumlah hadis yang diriwayatkan,
dan murid-murid yang pernah mengambil hadis dari padanya.
d. Ilmu Jauh wa at-Tadil
ilmu yang membahas tentang hal ihwal para periwayat dalam bidang
kritik keaiban dan memuji keadilannya dengan norma-norma tertentu
sehingga dari hal itu dapat ditentukan siapa periwayat yang dapat
diterima dan siapa yang ditolak.
2. Cabang-cabang ilmu hadis yang pokok bahasannya bertumpu pada matan.
Yang masuk dalam kategori ini adalah:
a. Ilmu Gharib Al-Hadis
Ilmu yang membahas lafal-lafal matan hadis yang sulit dipahami
dikarenakan jarangnya lafal itu digunakan atau nilai sastranya yang
tinggi. 8

8
Ibid, hlm. 7-8
b. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis
Ilmu yang membahas tentang sebab-sebab atau latar belakang
lahirnya suatu hadis. 9
c. Ilmu Tawarikh al-Mutun
Ilmu yang menerangkan tantang kapan suatu hadis itu diucapkan
atau diperbuat oleh Rasulullah.
d. Ilmu Nasikh wa Mansukh
Ilmu yang membahas tentang hadis yang dimansukh dan yang
dinasikh.
e. Ilmu Muhtalaf al-Hadits
Ilmu yang membahas hadis-hadis yang secara lahiriah
bertentangan namun kemungkinan dapat diterima dengan suatu
syarat.
f. Ilmu al-Tashif wa Al-Tahrif
Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah diubah titik dan
bentuknya.
3. Cabang-cabang ilmu hadis yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad
dan matan. Termasuk dalam cabang ini adalah sebagai berikut:
a. Ilmu Ilal Al-Hadis
Ilmu yang menjelaskan sebab-sebab yang samar yang mencatat
suatu hadis.
b. Ilmu Fann al-Mubhamat
Ilmu yang menerangkan tentang nama-nama orang yang tidak
10
disebutkan namanya di dalam matan dan sanad.

10
Ibid, hlm. 9-10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ulumul Hadits adalah ilmu yang berkaitan dengan Hadits Nabi Saw.
Ulumul hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatan Hadits dalam Islam.
Pada abad kedua Hijriah Hadits telah dibukukan secara resmi atas prakarsa
Khalifah ‘Umar ibn abd al-Aziz dan di monotori oleh Muhammad ibn Muslim ibn
Syihab al-Zuhri
Pada abad ketiga Hijriah yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah
perkembangan Hadits. Mulailah ketentuan dan kaidah Hadits ditulis dan
dibukukan
Pada abad keempat dan kelima mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang
membahas tentang ilmu.
Kemudian pada abad-abad berikutnya bermunculan karya-karya di bidang Ilmu
Hadits

1. Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasannya bertumpu pada sanad dan rawi.
Di antara ilmu yang masuk ke dalam cabang ilmu ini ialah:
a. Ilmu Rijal al-Hadits
b. Ilmu Thabaqat ar-Ruwah
c. Ilmu Tarikh Rijal al-Hadis
d. Ilmu Jauh wa at-Tadil
2. Cabang-cabang ilmu hadis yang pokok bahasannya bertumpu pada matan.
Yang masuk dalam kategori ini adalah:
a. Ilmu Gharib Al-Hadis
b. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis
c. Ilmu Tawarikh al-Mutun
d. Ilmu Nasikh wa Mansukh
e. Ilmu Muhtalaf al-Hadits
f. Ilmu al-Tashif wa Al-Tahrif
3. Cabang-cabang ilmu hadis yang pokok pembahasannya berpangkal pada sanad
dan matan. Termasuk dalam cabang ini adalah sebagai berikut:
a. Ilmu Ilal Al-Hadis
b. Ilmu Fann al-Mubhamat
Daftar Pustaka
1. Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasabi, Teungku, 2009, Sejarah&Pengantar
Ilmu Hadits, Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra.
2. Yuslem, Nawir, 2001, Ulumul Hadits, Jakarta:PT.Mutiara Sumber Widya.
3. Suryadilaga, Alfatih,2010, Ulumul Hadits, Yogyakarta:Penerbit Teras.

Anda mungkin juga menyukai