Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL-TAHAMMUL WA AL-ADA

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ulumul hadis

Dosen pengampu; Wildana, S.Pd. I., M.Pd

Oleh

Mahmud;742302023076

Sakina;742302023082

PROGRAM STUDI ULUMUL HADIS

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

IAIN BONE
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telahmemberikan kesehatan, kekuatan dan kemampuan kepada kami sehingga
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “AL-TAHMMUL WA AL-ADA’”.
Shalawatdan salam tidak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW,yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
kepada alam yang penuhilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua


kamiyang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.
Selanjutnya terimakasih juga kepada ibu yang telah membimbing dan
memberikan kesempatan kapadakami untuk menyelesaikan makalah ini, dan
tak lupa pula kepada semua teman-temanyang telah mengisi hari-hari kami
dengan berbagai motivasi sehingga kami dapatmenyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih


terdapatkelemahan. Sungguh kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengerjakanyang terbaik. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnyamembangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi kamimaupun yang membaca

.Bone, 16,september,2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2

BA II PEMBAHASAN.................................................................................... 3

2.1. Pengertian.................................................................................................. 3

2.2. Syarat-Syarat Penerimaan Hadist dan Penyampaiannya........................... 3

2.3. Metode Penerimaan Hadist dan Penyampaiannya .................................... 7

2.4. Macam-Macam Periwayatan Hadist ......................................................... 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 13

3.2. Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Allah telah memberikan kepada umat Nabi Muhammad Saw, para


pendahulu selalu menjaga Al-Quran dan Al-Hadis Nabi. Mereka adalah orang-
orang jujur dan memegang janji sebagian diantara mereka mencurahkan
perhatiannya terhadap al-Quran dan ilmunya yaitu para mufassirin. Manusia
dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Seseorang yang
telah mempelajari hadits dengan sungguh-sungguh dengan cara yang benar
memiliki beberapa kode etik yang harus dia jaga dan dia pelihara, baik ketika
masih menjadi pelajar itu sendiri atau ketika dia sudah mengajarkannya
kepada orang lain kelak. Di dalam ilmu hadits hal ini dikenal dengan istilah at
tahammul wal ada’. Di dalam makalah ini akan dibahas cara perimaaan dan
periwayatan hadis yang disebut dengan At-Tahammul wa Al-'Ada.

Para ulama hadis telah bersusah payah mengusahakan adanya ilmu hadis
ini, lalu mereka membikin beberapa kaidah (batasan-batasan) dan berbagai
syarat dengan berbagai bentuk yang cermat dan banyak sekali. Mereka telah
mengidentifikasin anatara 'tahammul hadis' selanjutnya mereka
menjadikannya beberapa tingkatan, dimana bagian satu dengan yang lain
tidaklah sama artinya ada yang lebih kuat, hal itu merupakan penguat dari
mereka untuk memelihara hadis Rasulullah Saw dan memindahkan dengan
baik dari seseorang kepada orang lain. Disamping itu mereka yakin bahwa cara
yang seperi ini adalah cara yang palingh selamat dan cara yang paling cermat.
1.2. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian Tahammul wa al-Ada’?

2.Bagaimana syarat Penerima Hadits dan Penyampaiannya ?

3.Bagaimana metode Penerimaan Hadits dan Penyampaiannya ?

4.Apa saja macam-macam periwayatan hadis ?

1.3. Tujuan

1.Untuk mengetahui pengertian tahammul wa al-ada’

2.Untuk memahami syarat penerima hadist dan penyampaiannya

3.Untuk mengetahui bagaimana metode penerimaan hadist dan


penyampaiannya

4.Untuk mengetahui macam-macam periwayatan hadist


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

( ‫ َتَح َّمَل‬- ‫ َيَتَح َّم ل‬- ‫ )َتَح م ال‬Menurut bahasa tahammul merupakan masdar dari fi’il
madhi

yang berarti menanggung , membawa, atau biasa diterjemahkan dengan


menerima.

Berarti tahammul al-hadits menurut bahasa adalah menerima hadits atau


menanggung

hadits. Sedangkan tahammul al-hadits menurut istilah ulama ahli hadits,


sebagaimana

tertulis dalam kitab taisir mushtholah hadits adalah:

‫معناَهتلقَىالحديَثواخذَهعَنالشيوخ‬:َ‫التحمل‬

“ Tahammul artinya menerima hadits dan mengambilnya dari para syekh atau
guru.

yang artinya ‫ َأَدى‬- ‫ َيْأِد ى‬- ‫ َأَداء‬Pengertian ada’ menurut bahasa adalah

menyampaikan. Ada’ menurut istilah adalah meriwayatkan atau


menyampaikan hadist

kepada orang lain. Sedangkan meenurut ulama hadist

‫روايَةالحديَثوإعطاؤَهالطالب‬:َ ‫األداَء‬

“meriwayatkan hadits dan memberikannya pada para murid”.


2.2 Syarat-Syarat Penerima Hadist dan Penyampainya

1.Kelayakan tahammul

Mayoritas ulama cendrung membolehkan kegiatan mendengar yang


dilakukan oleh anak kecil, yakni anak yang mencapai usia taklif. Sedang
sebagian mereka tidak memperbolehkannya. Sahabat, tabi’in dan ahli ilmu
setelah mereka menerima riwayat sahabat yang masih berusia anak-anak,
seperti Hasan, Husain, Abdullah ibn az-Zubair, Anas ibn Malik, Abdullah ibn
Abbas, Abu Sa’id alKhudriy, Mahmud ibn ar-Rabi’ dan lain-lain tanpa
mempermasalahkan apakah mereka telah baligh atau belum. Al-Qadhi iyad
menetapkan, bahwa batas minimal usia anak diperbolehkan bertahamul paling
tidak sudah berusia lima tahun, karena pada usia anak sudah mampu
menghafal apa yang didengar dan mengingat-ingat yang dihafal.

2.Kelayakan ada’

Mayoritas ulama hadits, ulama ushul dan ulama fiqh sependapat bahwa

orang yang riwayatnya bisa dijadikan hujjah, baik laki-laki maupun wanita,
harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Islam

 Baligh

Adil

2.3 Metode Penerimaan Hadist dan Penyampaiannya

1. Al-Sima' (Mendengar)
Yakni suatu cara penerimaan hadis denan cara mendengarkan sendiri dari
perkataan gurunya dengan cara didektekan baik dari hafalannya dari maupun
tulisan . sehigga yang menghadirinya mendegar apa yang di sampaikan.Lafadh-
lafadh yang digunakan oleh rawi dalam meriwayatkan hadis atas dasar sama',
ialah: ‫أخبرنى‬، ‫( أخبرنا‬seseorang mengabarkan kepadaku/kami)

‫دثنى‬xx‫ح‬، ‫دثنا‬xx‫(ح‬seseorang telah bercerita kepadaku/kami) ‫معت‬xx‫س‬، ‫معنا‬xx‫( س‬saya telah


mendengar, kami telah mendengar)

2. Al-Qira'ah 'ala Al-Syaikh atau 'Aradh Al-Qira'ah (Membaca dihadapan


guru)

Yakni suatu cara penerimaan hadis dengan cara seseorang membacakan

hadis dihadapan gurunya, baik dia sendiri yang membacakan maupun orang
lain, sedangkan sang guru mendengarkan atau menyimak, baik guru itu hafal
maupun

tidak tetapi dia memegang kitabnya atau mengetahui tulisannya.

Lafadh-lafadh yang digunakan untuk menyampaikan hadis-hadis yang

berdasarkan qiraah : ‫( عليه قرآت‬aku telah membacakan dihadapannya) ‫على قرئ‬

‫( أسمع أنا و فالن‬dibacakan seseorang dihadapannya sedang aku mendengarkannya)

telah mengabarkan/menceritkan padaku secara) ‫حدثنا أو أخبرنا قراءة عليه‬

pembacaan dihadapannya)

3. Ijazah

yakni seorang guru memberikan izin kepada muridnya untuk meriwayatkan

hadis atau kitab kepada seseorang atau orang-orang tertentu, sekalipn murid
tidak membacakan kepada gurunya atau tidak mendengar bacaan gurunya ,
seperti :Saya mengijazahkan kepadamu unuk meriwayatkan) ‫َأَج ْز ُتَلَك َاْنَتْر ِو َيَع‬
‫ِنى‬dariku). Para ulama berbeda mengenai penggunaan ijazah ini sebagai cara
untuk meriwayatkan hadis

4. Al-Munaawalah

Yakni seorang guru memberikan hadis atau beberapa hadis atau sebuah
kitab hadis kepada muridnya untuk diriwayatkan

5. Al-Mukatabah

Yaitu Seorang syaikh menulis sendiri atau dia menyuruh orang lain menulis

riwayatnya kepada orang yang hadir di tempatnya atau yang tidak hadir di situ.

6. Al-I’lam (memberitahu)

Yakni pemberitahuan seorang guru kepada muridnya, bahwa kitab atau

hadis yang diriwayatkan dia terima dari seseorang guru, dengan tanpa
memberikan

izin kepada muridnya untuk meriwayatkan. Kebanyakan ulama ahli hadis

memperbolehkan. Contoh (Seseorang telah memberitahukan kepadaku: telah

‫( َاْع َلَم ِنى ُفاَلٌنَقاَلَح َّد َثَنا‬berkata kepada kami

7. Al-Washiyyah (mewasiati)

Yakni seorang guru, ketika akan meninggal atau berpergian meninggalkan

pesan kepada orang lain untuk meriwayatkan hadis, setelah sang guru
meninggal atau berpergian.

8. Al-Wijaadah (mendapat)
Yakni seorang memperoleh hadis orang lain deangan mempelajari kitabkitab
hadis dengan tidak melalui cara al-sama , al- ijazah atau al-munawalah.

2.4. Macam-Macam Periwayatan Hadist

1. Riwayat Al-Aqran dan Mudabbaj

Apabila seorang rawi meriwayatkan sebuah hadits dari kawan-kawannya

yang sebaya umurnya atau yang sama-sama belajar dari seorang guru, maka

periwayatannya disebut riwayat al-aqran.sedangkan jika masing-masing rawi


yang segenerasi tersebut saling meriwayatkan hadits, periwayatannya disebut
riwayat mudabbaj.

2. Riwayat Al-Akabir an’ Al-Ashaghir

Maksudnya adalah periwayatan hadis oleh seorang yang lebih tua atau yang

lebih banyak ilmunya kepada orang yang lebih muda atau lebih sedikit ilmunya.
Seperti contoh, riwayat shahabat dari tabi’in (Ibn ‘Abbas dari Ka’ab al-
Akhbar), tabi’in dari tabi’at tabi’in (Az-Zuhri dari Malik), ayah dari anak (Ibn
Abbas dari Fadhal,dll

3. RiwayatAn’ At-Tabi’in ‘An Ash-Shahabat

Maksudnya periwayatan seorang sahabat yang menerima hadist dari

seorang tabi’in yang telah menerima hadis dari sahabat lain. Seperti contoh
riwayat Sahal ibn Sa’ad (sahabat) yang menerima hadist dari Marwan ibn
Hakam (tabi’in) yang menerima hadist dari Zaid ibn Tsabit (Sahabat).

4. Riwayat As-Sabiq Dan Riwayatal-Lahiq

Apabila dua orang rawi pernah bersama-sama menerima hadits dari seorang
guru, kemudian salah seorang darinya meninggal dunia, namun sebelum
meninggal dunia ia pernah meriwayatkan hadits tersebut. Maka riwayat rawi
yang meninggal tersebut disebut riwayat as-sabiq, sedangkan riwayat yang
disampaikan oleh rawi yang meninggal lebih akhir tersebut disebut riwayat al-
lahiq.

5. Riwayat Musalsal

Dalam bahasa arab kata musalsal artinya tali-temali. Maksudnya terdapat


satu sifat, keadaan atau perkataan yang selalu sesuai, bias terjadi pada rawi dan
pada periwayatannya.

6. Riwayat Mutafiq Dan Muttariq

Apabila ada penyesuaian riwayat antara rawi yang satu dengan yang lain

mengenai nama asli, nama samaran, keturunan dan sebagainya dalam ucapan

maupun tulisan, tetapi berlainan orangnya yang dimaksud dengan nama


tersebut disebut muttafiq, dan sebagai lawannya disebut muftariq. Misalnya
rawi yang bernama Hammad ada dua, Hammad ibn Zaid dan Hammad ibn
Salamah.

7. Riwayat Mu’talif Dan Mukhtalif

Apabila terjadi kesamaan nama rawi, kuniyah dan laqab itu pada bentuk

tulisan sedangkan pada lafazh atau ucapannya tidak disebut mu’talif dan
sebagai lawannya disebut mukhtalif. Misalnya, rawi Sallam (dengan satu huruf
yang dirangkap) tulisannya sama dengan Salam (tidak ada huruf yang
dirangkap)

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

1. Tahammul adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari

seorang guru dengan menggunakan beberapa metode penerimaan hadits. AlAda


adalah kegiatan meriwayatkan dan menyampaikan hadits.

2. Syarat-syarat penerima dan penyampai hadis : baligh, ‘adalah, dhabit.

3. Medote yang di gunakan seperti Al-Sima', Al-Qira'ah 'ala Al-Syaikh atau

'Aradh Al-Qir'ah, Ijazah, Al-Munaawalah , Al-Kitabah , Al-I’lam

(memberitahu) , Al-Washiyyah (mewasiati) , Al-Wijaadah (mendapat)

4. Macam-macam periwayatan hadis : Riwayat Al-Aqran dan Mudabbaj,


Riwayat

Al-Akabir an’ Al-Ashaghir, RiwayatAn’ At-Tabi’in ‘An Ash-Shahabat,

Riwayat As-Sabiq Dan Riwayatal-Lahiq, Riwayat Musalsal, Riwayat Mutafiq

Dan Muttariq, Riwayat Mu’talif Dan Mukhtalif.

3.2. Saran

Diakhir tulisan ini kami selaku penulis ingin menyampaikan beberapa saran

kepada pembaca:

1. Dalam memahami Islam hendaknya kita bersifat inklusif terhadap beberapa

hasanah pemikiran tentang segala hal. Sehingga ajaran Islam dapat menjadi

dinamis dan dapat menjawab berbagai tuntunan perubahan zaman.

2. Hendaknya setiap orang tetap bersifat terbuka terhadap berbagai pendekatan


dan system pendidikan yang ada. Karena hal itu akan menambah kekayaan

khasanah intelektual dan wawasan kependidikan bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA
Itr, Nuruddin, Ulum al-Hadits , Mujiyo, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994

Suparta, Munzier, Ilmu Hadist, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006)

ArRifa’i,Usamah.2008.Tafsirul Wajiz.Jakarta.Gema Insani.


Musthofa,Ahmad.1993.Tafsir Al Maragi.Semarang.Toha Putra.

Ibnu sholah, TT, Ulumul Hadits al-Ma’ruf bi Muqoddimah ibn ash-


Sholah,Tsaqofiyah

Anda mungkin juga menyukai