Anda di halaman 1dari 14

SUDUT PANDANG KUALITAS RAWI HADIST YANG

DITOLAK DARI SEGI CACATNYA PERAWI (MAUDHU,


MUNKAR, DAN MUDRAJ)

Dosen pengampu:
Anita Andriya Ningsih, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Alfira Izza Aulia (200606110111)
2. M. Mukhholadun Kafafah (200606110112)
3. Rosidatul Faqiyah (200606110113)

Kelas B

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia kesehatan dan
kemampuan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah berjudul “Sudut Pandang Kualitas
Rawi Hadist yang Ditolak dari Segi Cacatnya Perawi (Maudhu, Munkar, dan Mudraj)”.
Penulisan makalah ini berkaitan dengan mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadist yang
diasuh oleh Ibu Anita Andriya Ningsih, M.Pd., dalam perkuliahan semester ganjil T.A
2021/2022 program S.1 Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anita Andriya Ningsih, M.Pd., selaku
dosen pengampu mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadist yang telah memberikan
bimbingan, arahan, sekaligus pencerahan khususnya selama proses perkuliahan dan berguna,
serta dapat penulis aplikasikan dalam penulisan makalah ini, yang mana telah membuka
pikiran penulis tentang begitu banyaknya ilmu-ilmu yang harus dipelajari, dipahami,
dimaknai dalam kehidupan ini, dan menurut penulis pemahaman Al-Qur’an dan Al-Hadist,
sangatlah penting yang mana dapat digunakan dalam setiap sendi-sendi kehidupan.

Penulis menyadari, hasil dari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna yang antara
lain sebab yaitu keterbatasan waktu, keterbatasan literatur, maupun keterbatasan telaah dari
penulis sendiri. Untuk itu dengan hati terbuka dan ikhlas penulis menerima kritikan dan
masukan yang sifatnya konstruktif dari pembaca dan pemerhati yang berkaitan dengan tulisan
ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, terutama kepada para pembaca dalam kajian-kajian
al-Qur’an dan al-Hadist. Demikian, penulis mengucapkan terima kasih.

Malang, 8 Oktober 2021

ii
Penulis

iii
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Hadits...................................................................................................................3
2.2 Pembagian Hadist dari Segi Kualitas Hadist..........................................................................3
2.3 Pengertian dan Sebab-sebab cacat yang terjadi pada Hadist Dhaif........................................4
A. Sebab Gugur Sanad Hadist....................................................................................................4
B. Sebab Cacat Pada Perawi Hadist............................................................................................5
2.4 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Maudhu................................................5
2.5 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Munkar.................................................5
2.6 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Mudraj..................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
PENUTUP.............................................................................................................................................6
1.1 Kesimpulan............................................................................................................................6
1.2 Saran......................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................7

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hadist merupakan salah satu sumber hukum Islam yang telah disepakati oleh para
ulama dan tokoh-tokoh umat Islam. Keberadaan hadits berada di posisi kedua tepat
setelah al-Qur’an. Pedoman hidup umat Islam harus bersumber dari al-Qur’an dan al-
Hadist. Jika terjadi permasalahan di tengah masyarakat, penyelesaiannya tentu harus
berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadist. Karena itu, al-Qur’an dan al-Hadist mengatur
setiap gerak dan aktivitas umat sesuai petunjuk di dalamnya.
Keberadaan Hadits telah melalui periwayatan yang panjang dan diturunkan dari
zaman ke zaman melalui lisan ke lisan sehingga sangat memungkinkan terjadinya
perubahan ataupun penambahan makna dalam sanad hadits. Kemunculan hadis yang
menyimpang ini bisa disengaja maupun tidak. Bahkan, kemunculannya ada yang sengaja
dibuat-buat dan disebarkan di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan tertentu yang
beragam.
Dari segi kualitas hadis, hadis terbagi menjadi tiga bagian; pertama, hadist shahih,
hadist hasan, dan hadits dha'îf. Keberadaan al-Hadist yang menyimpang ini, bisa
dikategorikan sebagai hadis dhaif, yaitu hadits yang tidak memenuhi beberapa
persyaratan dari hadits shahih maupun hasan. Hadits dhaif sendiri terbagi berdasarkan 2
hal, yaitu sebab gugur sanad dan sebab cacat perawi. Makalah ini akan membahas lebih
lanjut mengenai Sudut Pandang Kualitas Rawi Hadis yang Ditolak dari Segi Cacatnya
Perawi (Maudhu, Munkar, dan Mudraj).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian Hadist?
2. Bagaimana pembagian hadist dari segi kualitas hadist?
3. Apa pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Dhaif?
4. Apa pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Maudhu’?

1
5. Apa pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Munkar?
6. Apa pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Mudraj?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Hadist.

2. Mengetahui bagaimana pembagian hadist dari segi kualitas hadist.

3. Mengetahui pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Dhaif.

4. Mengetahui pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Maudhu’.

5. Mengetahui pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Munkar.

6. Mengetahui pengertian dan faktor penyebab munculnya hadist Mudraj.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadits

Kata hadits berasal dari bahasa Arab, al-hadits, jamaknya, al- ahadits, al-hidtsan dan
al-hudtsan. Bentuk jamak al-ahadits disebut sama’i, sedangkan kedua bentuk jamak yang
disebutkan terakhir adalah qiyasi. Dari segi bahasa, kata hadits ini memiliki banyak arti
diantaranya; al-jadid (yang baru), lawan dari al-qadim (yang lama) dan al-khabar (kabar atau
berita).4Makna kata hadits yang disebut pertama berimplikasi pada pengertian bahwa kalam
yang baru adalah kalam Nabi Saw, sedangkan kalam yang dahulu (qadim) hanyalah kalam
Allah SWT. Dalam al-Qur’an, kata hadits disebutkan sebanyak 23 kali dengan makna yang
beragam, antara lain, berarti komunikasi keagamaan yakni al-Qur’an, cerita umum, cerita
sejarah, dan lain sebagainya.

Hadist secara terminologi memiliki makna segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat kemakhlukkan, akhlak maupun
sejarah hidupnya yang terjadi sebelum atau sesudah ia dinobatkan sebagai Rasul. Karena itu,
Ulama berpendapat bahwa bentuk-bentuk hadist atau sunnah ialah segala berita yang
berkaitan dengan: 1) sabda; 2) perbuatan, 3) taqrir, 4) hal ihwal; dan 5) sirah Nabi Saw. Yang
dimaksud dengan hal ihwal dalam hal ini ialah segala sifat dan keadaan pribadi.

2.2 Pembagian Hadist dari Segi Kualitas Hadist


Hadist bila diklasifikasi berdasarkan kulaitasnya terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Hadist Shahih
Kata shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan
wa shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang benar,
yang sah dan yang benar. Para ulama biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan
kata dari kata saqim (sakit). Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang

3
sah, hadits yang sehat atau hadits yang selamat. Hadist shahih ditandai dengan para
perawinya yang memiliki hafalan kuat (dhabh ar-ruwah), adil dan sudah sangat
terkenal. Persyaratan dari hadist shahih, yaitu:
1. Bersambungnya sanad (ittişâl as-sanad)
2. Perawi bersifat adil ('adâlah ar-ruwâh)
3. Perawi bersifat kuat hafalannya (ḏhabth ar -ruwâh)
4. Tidak ada kejanggalan pada perawi ('adam al -syâdzdz)
5. Tidak adanya penyakit t ('adam al -'illat)
b. Hadist Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh
orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat
dan tidak ganjil. Hadist Hasan merupakan hadist yang berbilangan jumlah sanadnya
dan tidak terdapat seorang perawi hadist yang berbohong dan ganjil. Tingkat Hadist
hasan berada di bawah Hadist shahih dan di atas hadist Dhaif.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu hadist yang
dikategorikan sebagai hadist hasan, yaitu:
1. Para perawinya yang adil
2. Kedhabithan perawinya dibawah perawi Hadist shahih
3. Sanad-sanadnya bersambung
4. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
5. Tidak mengandung illat.
c. Hadist Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy
yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist
yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat. Secara Terminilogis, para ulama
mendefinisikan secara berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya mengandung maksud
yang sama, Pendapat An-Nawawi: “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-
syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat Hadist Hasan”. Hadist dhaif merupakan hadist
yang tidak memenuhi beberapa persyaratan dari hadist shahih. Hadist dhaif adalah
keterbalikan dari hadist shahih dimana perawinya tertuduh berdust ataupun tidak
bagus dalam hafalannya.

4
2.3 Pengertian dan Sebab-sebab cacat yang terjadi pada Hadist Dhaif
Hadist dhaif dikatakan juga sebagai hadist lemah. Sebagaimana kita sudah ketahui
bersama-sama, hadis lemah (ḍa'îf) adalah hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan
dari hadis sahih, seperti:
1. Tidak adanya kesinambungan sanad perawi ḥadîs hingga ke Nabi Muhammad
Saw (a'dam al-ittişhâl).
2. Tidak adanya sikap yang adil dalam diri seorang perawi ḥadîs (a'dam a'dl).
3. Kurang kuat daya hafalan seorang perawi ḥadîs dalam menjaga jalur-jalur seluruh
sanad hadisnya (a'dam ḏhâbith ar-ruwâh).
4. Adanya keganjilan dalam redaksi sanad hadis ataupun redaksi matan hadis.
5. Ditemukan adanya cacat yang tersembunyi dalam redaksi sanad hadis maupun
redaksi matan hadis.

Dengan demikian, sebab-sebab cacat pada Hadist Dhaif disebabkan oleh 2 hal, yaitu:
a. Berhubungan dengan sanad hadist
Hadis lemah (ḍa'îf) yang berhubungan dengan sanad hadis, bisa jadi karena
perawi hadis tidak bertemu secara langsung dengan seorang guru sebagai
pembawa hadis, ketidakadilan dan tidak ḏhâbith, adanya keganjilan (syâdz) dan
cacat pada sanad (i'llat).
b. Berhubungan dengan matan hadist
Cacat yang berhubungan dengan matan hadis adalah karena ditemukan adanya
keganjilan (syâdz) dan cacat (i'llat) dalam redaksi matan hadis.

Hadist Dhaif berdasarkan sebab gugurnya sanad Hadist secara garis besar terbagi
menjadi 2, yaitu:

2.3.1 Sebab Gugur Sanad Hadist


Hadist yang tergolong kategori ini, yaitu:
1.) Hadist Mursal
2.) Hadist Munqati’
3.) Hadist Mu’dal
4.) Hadist Muallaq
5.) Hadist Mudallas

5
2.3.2 Sebab Cacat Pada Perawi Hadist
a. Cacat Dalam Keadilan Perawi Hadist
1.) Hadist Maudhu (Hadist Palsu)
2.) Hadist Matruk
3.) Hadist Majhul
b. Cacat Dalam Kedhabithan Perawi Hadist
1) Hadist Munkar
2) Hadist Mua’llal
3) Hadist Mudarraj
4) Hadist Maqlub
5) Hadist Mudtarib
6) Hadist Muharraf
7) Hadist Mushahaf

2.4 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Maudhu

A. Pengertian Hadist Maudhu


Kata “Maudhu” dari segi Bahasa memiliki arti menggugugurkan,
meninggalkan, memalsukan, dan mengada-adakan. Sedangkan dari segi istilah, Hadist
Maudhu adalah Hadist yang diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta
dan kemudian dikatakan bahwa itu hadist Rasulullah SAW.

B. Faktor penyebab munculnya Hadist Maudhu


1) Faktor Politik
Terjadinya perpecahan golongan umat Islam setelah peristiwa terbunuhnya
Khalifah Ustman bin Affan (Kelompok syi’ah dan kelompok pendukung Ustman)
dan setelah terjdinya perang Siffin (Muawiyah dan Khawarij) yang menyebabkan
perselisihan. Dalam ijtihad mereka mencari simpati umat dan merasa paling benar
dengan menggunakan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadist. Dari sinilah muncul hadis-
hadis palsu Ketika mereka tidak menemukan dalil yang mendukung kelompoknya.
2) Faktor Kebencian dan Permusuhan
Kejayaan yang didapat umat Islam mengharuskan penganut agama lain seperti
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Zindiq mengharuskan untuk ikut menganut agama
Islam. Diantara mereka ada yang masih memiliki dendam dan sakit hati mellihat

6
kejayaan umat Islam. Mereka inilah yang kemudian menciptakan hadist-hadits
palsu dengan tujuan untuk merusak ajaran Islam.
3) Faktor Kebodohan
Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun kurang
memahami agama, mereka membuat at hadist-hadis maudlu (palsu) dengan tujuan
menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang berisi
dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan kelebihan
dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui hadist targhib
yang mereka buat sendiri
4) Fanatisme yang keliru
Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan rasialis,
telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits palsu
sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang Arab.

C. Ciri-ciri Hadist Maudhu


1) Ciri yang berkaitan dengan Rawi/sanad
a. Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu.
b. Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut.
c. Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang memalsukan
hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku meriwayatkan hadist dari
seorang guru yang tidak pernah bertemu dengannya.
2) Ciri yang berkaitan dengan Matan
a. Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya
b. Berkaitan dengan kerusakan makna tersebut
c. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli hadis
tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab
hadis.
d. Perkataan diatas tidak diketahui sumbernya.
e. Hadisnya bertentangan dengn petunjuk Al-Quran yang pasti

2.5 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Munkar

a. Pengertian Hadist Munkar

7
b. Faktor penyebab munculnya Hadist Munkar
c. Ciri-ciri Hadist Munkar

2.6 Pengertian dan Faktor Penyebab munculnya Hadist Mudraj

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini disebabkan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Akif Fatwal. 2007. Signifikasi Hadist Mudraj. Semarang: Institut Agama Islam Negeri
Walisongo

8
Ash, Abil. 2021. Rekonstruksi Hadist Mawdu’. Sukabumi: Haura Publishing

Aslamiah, Rabiatul. 2016. Hadist maudhu dan Akibatnya. Jurnal Alhiwar, Jurnal Ilmu dan
Teknik Dakwah. 4(7):24-34

Anda mungkin juga menyukai