Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KITAB-KITAB SYARAH HADIS


DOSEN PEMBIMBING

Dr. Nur Hidayat, M.Ag

Oleh:

1. Osa Arina Manasikana (20104080006)


2. Amalia Pertiwi Putri (20104080013)
3. Muhammad Ilham Jauhari (20104080020)
4. Tantri Yuly Astuti (20104080016)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ulum hadis ini dengan judul “KITAB-
KITAB SYARAH HADIS” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Nur Hidayat, M.Ag selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Ulum Hadis yang telah membimbing kami. Makalah Kitab-Kitab Syarah Hadis ini diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Ulum Hadis ini.

Dengan segala kemampuan yang ada, kami berusaha menyajikan makalah ini dalam bentuk yang sebaik
mungkin. Namun, kami sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam pembuatan
makalah kitab-kitab syarah hadis ini. Untuk itu, besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan kritik
dan saran yang menuju kearah perbaikan, guna membangun motivasi kami menjadi lebih baik lagi dalam
menyusun makalah kedepannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca. Aamiin.

Yogyakarta, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah………………..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa itu Syarah Hadis…………………................................................................................................2
2.2 Apa saja Kitab-Kitab Syarah Hadis......................................................................................................2
2.3 Bagaimana Cara Mendapatkan dan Meriwayatkan Hadis....................................................................5
2.4 Bagaimana Perkembangan Syarah Hadis dan Penulisannya................................................................6
2.5 Apa saja Ciri-Ciri Syarah Hadis dalam Prespektif Hadis.....................................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………................................................................................................................8
3.2 Saran…………………………..............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hadis merupakan salah satu sumber ajaran agama Islam yang menduduki posisi sangat penting,
baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural hadis menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an
sebagai sumber ajaran Islam; baik teologis, syariat, akhlak dan lainnya. Pernyataan hadis berada di urutan
kedua setelah al-Qur’an dapat dipahami dari materi hadis itu sendiri yang merupakan sabda-sabda Nabi atau
setiap sesuatu yang disandarkan kepada beliau, sedangkan al-Qur’an merupakan firman Allah Dzat yang
mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai utusan-Nya kepada seluruh alam. Sedangkan secara fungsional,
hadis merupakan penjelas terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang sebagian besar bersifat umum dan global.
Sebagai petunjuk bagi manusia dalam urusan agama dan dunia, maka tidak mungkin seorang muslim bisa
memahami dengan baik kehendak Allah yang tertuang dalam al-Qur’an yang bersifat global, kecuali
memahaminya dengan petunjuk hadis-hadis Nabi.

Sebagai sumber ajaran islam kedua setelah Al-Quran, keberadaan hadis telah mewarnai
masyrakat dalam berbagai bidang kehidupan karenanya signifikan hadis telah menempati posisi sentral
dalam seluruh kajian agama. Otoritas Muhammad diluar Al-Quran tidak terbantahkan lagi dan mendapat
legitimasi melalui wahyu. Sehingga tidak mengherankan pengkajian tehadap hadis baik dari segi
keotentikannya, kandungan makna dan ajaran-ajaran yang tekandung di dalamnya, macam-macam
tingkatannya, penulisan dan metodologi penyusunan kitab hadis maupun tehadap fungsinya dalam
menjelaskan kandungan Al-Quran dan seluruh aspek kajian yang berkaitan dengan keberaaan hadis tidak
pernah sepi sepanjang sejarah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu syarah hadis?
2. Apa saja kitab-kitab syarah hadis?
3. Bagaimana cara mendapatkan dan meriwayatkan hadis?
4. Bagaimana perkembangan syarah hadis dan penulisannya?
5. Apa saja ciri-ciri syarah hadis dalam prespektif hadis?

1.3 Tujuan Masalah


1. Memberikan pengertian syarah hadis
2. Menyebutkan macam-macam kitab syarah hadis
3. Memberikan penjelasan bagaimana meriwayatkan hadis
4. Menjelaskan perkembangan syarah hadis dan penulisannya

1
5. Menyebutkan ciri-ciri syarah hadis dalam prespektif hadis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Syarh Hadis

1. Pengertian syarh al- Hadis


Kata syarah (syarh) berasal dari bahasa Arab ‫رحا‬J‫ ش‬- ‫رح‬J‫ شرح – يش‬yang artinya menerangkan,
membukakan, dan melapangkan. Istilah syarh (pemahaman) biasanya digunakan untuk hadits,
sedangkan tafsir untuk kajian Al-Qur’an. Dengan kata lain, secara substansial keduanya sama
(sama-sama menjelaskan maksud, arti atau pesan), tetapi secara istilah, keduanya berbeda. Istilah
tafsir spesifik bagi Al-Qur’an (menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan ayat Al-Qur’an),
sedangkan istilah syarah (syarh) meliputi hadits (menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan
hadis) dan disiplin ilmu lain.

Sedangkan secara istilah definisi syarah hadis adalah sebagai berikut:


‫َشْر ُح اْلَحِد ْيِث ُهَو َبَياُن َم َع اِني اْلَحِد ْيِث َو اْس ِتْخ َر اُج َفَو اِئِدِه ِم ْن ُح ْك ٍم َو ِح ْك َم ٍة‬
Syarah hadis adalah menjelaskan makna-makna hadis dan mengeluarkan seluruh kandungannya,
baik hukum maupun hikmah.

Definisi ini hanya menyangkut syarah terhadap matan hadis, sedangkan definisi syarah yang
mencakup semua komponen hadis itu, baik sanad maupun matannya, adalah sebagai berikut:
‫َشْر ُح اْلَحِد ْيِث ُهَو َبَياُن َم اَيَتَع َّلُق ِباْلَحِد ْيِث َم ْتًناَو َس َنًدا ِم ْن ِص َّح ٍة َوِع َّلٍة َو َبَياُن َم َع اِنْيِه َو اْس ِتْخ َر اُج َاْح َك اِمِه َو ِح َك ِمِه‬.
Syarah hadis adalah menjelaskan keshahihan dan kecacatan sanad dan matan hadis, menjelaskan
makna-maknanya, dan mengeluarkan hukum dan hikmahnya.

Syarah hadits juga berarti meneliti, kemudian menjelaskan setiap komponen yang terdapat pada
sebuah hadits. Secara umum, para ulama hadits menjelaskan ada dua komponen yang terdapat pada
sebuah hadits yakni sanad dan matan. Sanad adalah rangkaian perawi yang memindahkan matan dari
sumber primernya. Sedangkan matan adalah redaksi hadits yang menjadi unsur pendukung
pengertiannya.

2.2 Kitab-kitab Syarh Hadis

Berikut ini beberapa kitab syarah dari kitab-kitab hadits yang utama.
a) Shahih Al-Bukhari antara lain:
 A'laam Al-Hadits karya Imam Al-Khaththabi (wafat tahun 388 H)

2
 Syarh Al-Nawawi 'ala Al-Bukhari (belum tuntas) karya Imam Al-Nawawi (wafat
tahun 676 H)
 Al-Kawakib Al-Durari karya Imam Al-Karmani (wafat tahun 786 H)
b) Kitab-kitab syarah Shahih Muslim antara lain:
 Al-Mu'lim bi Fawa-id Muslim karya Imam Al-Maziri (wafat tahun 536) yang belum
tuntas, lalu kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Al-Qadhi 'Iyadh (wafat tahun 544
H), dengan kitabnya Ikmal Al-Mu'lim li Fawa-id Muslim
 Al-Mufhim karya Imam Abul 'Abbas Al-Qurthubi (wafat tahun 656 H)
 Al-Minhaj karya Imam Al-Nawawi (wafat tahun 676 H)
Selain itu, terdapat pula kitab-kitab yang menggabungkan hadits-hadits dalam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim, antara lain:
Al-Jam'u baina Al-Shahihain karya Imam Al-Humaidi (wafat tahun 488 H)
Al-Jam'u baina Al-Shahihain karya Imam Al-Isybili (wafat tahun 581 H)
Al-Jam'u baina Al-Shahihain karya Imam Al-Mushili (wafat tahun 622 H)
c) Kitab-kitab syarah Sunan Abi Dawud antara lain:
 Ma'alim Al-Sunan karya Imam Al-Khaththabi (wafat tahun 388 H)
 Syarh Sunan Abi Dawud karya Imam Badruddin Al-'Aini (wafat tahun 855 H)
 Tahdzib Sunan Abi Dawud karya Imam Ibnul Qayyim
d) Kitab-kitab syarah Sunan Al-Tirmidzi antara lain:
 'Aaridhatul Ahwadzi karya Imam Ibnul 'Arabi (wafat tahun 543 H)
 Al-Nafh Al-Syadzi karya Imam Ibn Sayyidinnas (wafat tahun 734 H)
 Quut Al-Mughtadzi karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
e) Kitab-kitab syarah Sunan Al-Nasai antara lain:
 Zahr Al-Rabbiy karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
 Hasyiyah Al-Sindiy karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
 Al-Ta'liqat Al-Salafiyah karya Syaikh Atha'illah Al-Bahujayani
 Dakhirah Al-'Uqbaa karya Syaikh Muhammad ibn 'Ali Al-Atsyubi
f) Kitab-kitab syarah Sunan Ibn Majah antara lain:
 Al-I'laam karya Imam 'Alaudin Mughaltawi (wafat tahun 762 H)
 Maa tamussu ilaihi al-hajah karya Imam Ibnul Mulaqqin (wafat tahun 804 H)
 Al-Dibajah karya Imam Kamaluddin Ad-Damiri (wafat tahun 808 H)
 Kifayah Al-Hajah karya Imam Al-Sindiy (wafat tahun 1138 H)
g) Kitab-kitab syarah Muwaththa' Imam Malik antara lain:
 Al-Muntaqa karya Imam Abul Waliid Al-Baajii
 Al-Qabs karya Imam Ibnul 'Arabi (wafat tahun 514 H)
 Al-Masalik karya Imam Ibnul 'Arabi (wafat tahun 514 H)
 Tanwir Al-Hawalik karya Imam Al-Suyuthi (wafat tahun 911 H)
h) Kitab-kitab syarah Musnad Ahmad antara lain:

3
 Al-Qawl Al-Musaddad karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat tahun 852 H)
 Al-Dzub Al-Ahmad karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
 Hasyiyah 'ala Al-Musnad karya Imam Al-Sindiy (wafat tahun 1138 H)
 Bulughul 'Amaanii karya Syaikh Ahmad Al-Banna

2.3 Sejarah perkembangannya

Sejarah perkembangan syarah hadis, tentu sangat mengikuti perkembangan hadits. Artinya,
perkembangan syarah muncul setelah perkembangan hadits sudah mengalami beberapa dekade
perjalanan. Dengan dasar ini sehingga para ulama terkadang berbeda dalam menentukan lahirnya
syarah hadits. Di antaranya Hasbi al-Shiddieqy yang memposisikan perkembangan syarah hadits
pada periode ketujuh, periode terakhir dari periodisasi sejarah perkembangan hadits dan ilmu hadits
yang dibuatnya.
Ketujuh periode yang dibuat Hasbi al-Shiddieqy adalah sebagai berikut:
1) Kelahiran hadits hingga Rasulullah wafat;
2) Pembatasan riwayat;
3) Perkembangan periwayatan dan perlawatan mencari hadits, sejak 41 H sampai akhir abad ke-
1 H;
4) Pembukuan hadits, selama abad ke-2 H;
5) Penyaringan dan seleksi hadis, selama abad ke-3 H;
6) Penghimpunan hadis-hadis yang terlewatkan, sejak awal abad ke-4 H, sampai tahun 656 H;
7) Penulisan kitab-kitab syarah, kitab-kitab takhrij, dan sebagainya, sejak pertengahan abad
ketujuh Hijriah.

Selain Hasbi al-Shiddieqy, terdapat ulama lain yang relatif objektif dalam memposisikan syarah
hadis dalam periodisasi perkembangan hadis dan ilmu hadis, yaitu Muhammad ‘Abd al-‘Aziz al-
Khuli. Ia membaginya menjadi lima periode, dan periode terakhir adalah sistematisasi,
penggabungan, dan penulisan kitab syarah sejak abad ke-4 Hijriah.

Sedangkan penulis yang melakukan periodisasi sejarah perkembangan ilmu hadis adalah
Nuruddin ‘Itr. Ia membagi sejarah perkembangan ilmu hadis menjadi tujuh tahap, yaitu:
1) kelahiran ilmu hadis, sejak masa sahabat hingga tahun 100 H;
2) Penyempurnaan, sejak awal abad kedua hingga awal abad ketiga Hijriah;
3) pembukuan ilmu hadis secara terpisah, sejak abad ketiga sampai pertengahan abad keempat
Hijriah;
4) penyusunan kitab-kitab induk ilmu hadis, sejak pertengahan abad keempat sampai abad
ketujuh Hijriah;
5) Pematangan dan penyempurnaan pembukuan ilmu hadis, sejak akhir abad ketujuh sampai
abad kesepuluh Hijriah;

4
6) Kebekuan dan kejumudan, abad kesepuluh sampai abad keempat belas Hijriah;
7) kebangkitan kedua, abad keempat belas dan seterusnya.

Akan tetapi karena kegiatan mensyarah hadis sebenarnya secara praktis telah terjadi pada saat
kelahiran hadis itu sendiri, yaitu oleh Rasulullah secara lisan dan dilanjutkan pada masa sahabat oleh
para ulama mereka, maka periodisasi sejarah perkembangan syarah hadis tampaknya perlu
dibedakan dengan periodisasi sejarah perkembangan hadis dan ilmu hadis. Banyak fakta yang
menunjukkan bahwa syarah hadis secara lisan sering dilakukan Rasulullah Saw, dan para sahabat.
Bila demikian, periode sejarah perkembangan syarah hadis secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu: syarah hadis pada masa kelahiran hadis (fi ‘ashr al-risalah), syarah hadis pada masa
periwayatan dan pembukuan hadis (fi ‘ashr al-riwayah wa al-tadwin), dan syarah hadis setelah
pembukuan hadis (ba’da al-tadwin).

a. Syarah Hadis pada Masa Kelahirannnya (Fi ‘Ashr al-Risalah)


Masa kelahiran hadis sama dengan masa turunnya al-Quran, atau selama Nabi Muhammad
mengemban risalah yaitu sejak diangkat menjadi nabi dan rasul hingga ia wafat. Segala ucapan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi merupakan bayan kepada umatnya. Akan tetapi tidak semua sahabat
mampu memahami setiap ucapan Nabi dengan baik, sehingga mereka menanyakan makna kata-kata
tertentu secara langsung kepada Nabi atau kepada sahabat yang lain. Hal ini menunjukkan syarah
hadis telah terjadi pada masa kelahiran hadis itu sendiri, dan pensyarahnya adalah Rasulullah.

b. Syarah Hadis pada Masa Periwayatan dan Pembukuan Hadis (Fi ‘Ashr Al-Riwayah wa al-
Tadwin)
Yang dimaksud dengan hadis pada masa periwayatan dan pembukuan hadis adalah kegiatan
syarah hadis yang dilakukan secara lisan atau tulisan sejak masa sahabat hingga memasuki masa
penulisan kitab-kitab syarah, yaitu dari dasawarsa kedua abad pertama Hijriah hingga akhir abad
ketiga Hijriah. Periode ini dinamai masa periwayatan dan pembukuan hadis karena kedua kegiatan
tersebut tidak pernah dapat dipisahkan, setidaknya selama batas waktu tersebut periwayatan dan
pembukuan hadis berjalan seiring, karena periwayatan hadis juga berlangsung berdasarkan hafalan
dan tulisan. Apabila periode ini diakhiri dengan munculnya kitab syarah, maka periode ini dapat
berakhir pada akhir pertengahan abad keempat Hijriah, yaitu dengan lahirnya kitab syarah Shahih al-
Bukhari yang tertua berjudul A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w. 388 H).

c. Syarah Hadis Pasca Pembukuan Hadis (Ba’da al-Tadwin)


Yang dimaksud dengan periode pasca pembukuan adalah berakhirnya penulisan-penulisan kitab-
kitab hadis yang termasuk kategori al-Mashadir al-Ashliyyah, yaitu kitab-kitab yang disusun
berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran hadis oleh penulisnya dengan sanad-nya sendiri, bukan
kumpulan kutipan-kutipan hadis dari berbagai kitab, bukan himpunan di antara dua kitab atau lebih,
dan bukan pula ringkasan dari kitab-kitab yang lain. Dasar pemikiran dari pembatasan awal periode

5
ini adalah karena berakhirnya pembukuan hadis, maka penulisan syarah terhadap hadis tidak lagi
tercakup dan menyatu dengan matan hadis seperti pada masa-masa sebelumnya. Oleh karena itu,
apabila dilihat dari kitab hadis yang terakhir disusun, maka periode ini berawal pada pertengahan –
bahkan mungkin awal− abad kelima Hijriah, yaitu dengan disusunnya al-Sunan al-Kubra karya al-
Baihaqiy (w. 458 H). Namun, apabila dilihat dari munculnya kitab syarah, boleh jadi periode ini
berawal sejak pertama kali munculnya kitab syarah yang dikenal dengan sebagai kitab syarah tertua
yaitu A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w. 388 H), yaitu syarah terhadap shahih al-Bukhari. Hal
ini sesuai dengan periodisasi menurut al-Khuli di atas.

2.4 Cara mendapatkan dan meriwayatkan hadis

Ada dua hal yang niscaya dalam periwayatan hadis: mendapatkan hadis (al-tahammul) dan
meriwayatkan hadis (al-adaa'). Untuk mendapatkan hadis, hanya dipersyaratkan tamyiiz saja, dan
tidak dipersyaratkan baligh dan Islam. Namun untuk meriwayatkan hadis, dipersyaratkan baligh dan
Islam. Dengan demikian, seseorang bisa saja mendapatkan hadis sebelum ia baligh (namun sudah
mumayyiz) atau sebelum ia masuk Islam, kemudian meriwayatkannya setelah ia baligh dan
beragama Islam.

Berikut ini beberapa cara mendapatkan dan meriwayatkan hadis:


1) As sima’
Yaitu seorang guru membaca hadis baik dari hafalan ataupun dari kitabnya sedang hadirin
mendengarkanya
2) Al qiroah
Yaitu seorang membacakan hadis didepan gurunya, baik dari hafalan atau kitabnya.
3) Al ijazah
Yaitu pemberian ijin seseorang kepada orang lain untuk meriwayatkan hadis darinya atau
kitab kitabnya.
4) Al munawalah
Yaitu seorang ahli hadis memberikan sebuah hadis atau beberapa hadis kepada muridnya
agar sang murid meriwayatkannya darinya.
5) Al mukatabah
Yaitu seorang guru menulis dengan tangannya sendiri atau meminta orang lain menulis
darinya sebagaian hadisnya untuk eorang murid yang ada dihadapannha atau seorang murid
yang berada di tempat lain.
6) I’lam
Yaitu seorang syeh memberitahukan kepada muridnya bahwa hadis tertentu atau kitab
tertentu merupakan bagian dari riwayat riwayat miliknya dan telah didengarnya atau
diambilnya dari seseorang.
7) Al washiyah
Yaitu seorang guru berwasiat sebelum berpergian jauh atau sebelum meninggal.

6
8) Al wijadah
Yaitu memperoleh tulisan hadis orang lain yang tidak diriwayatkan dengan sama’, qiroah,
maupun lainnya.

2.5 Ciri ciri kitab syarh hadis dalam prespektif hadis

Sebagai dasar hukum kedua setelah Al-Quran, hadis berfungsi sebagai penjelas dalil-dalil Al-
Quran yang masih bersifat global, atau sebagai keterangan atas hal-hal yang belum diatur di dalam
Al-Quran.
Rasul SAW bersabda, ''Telah aku tinggalkan dua perkara, barang siapa berpegang teguh pada
keduanya, niscaya ia tidak akan tersesat selamanya, yakni Al-Quran dan sunahku (hadis Nabi -
Red).'' Dengan berpegang teguh pada keduanya (Al-Quran dan hadis), seorang Muslim dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tanpa didukung pemahaman dan penguasaan hadis dengan baik dan benar, sangatlah sulit bagi
seorang Muslim dapat memahami Islam dengan baik sekaligus mengaplikasikannya dengan benar.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kaum Muslimin untuk mempelajari hadis Rasulullah SAW
dengan sebaik-baiknya.
Salah satu kitab hadis yang sangat perlu dipejari oleh kaum Muslimin adalah Syarah Shahih
Muslim karya Imam an-Nawawi. Selain merupakan syarah (penjelasan) hadis yang sangat masyhur
(populer) di kalangan umat Islam. Dan berikut adalah sebagian contoh kitab syarah hadis.
1. Syarh Shahih Al Bukhari
Syeikh Hasan Al Idwi Al Himzawi telah menulis syarh Shahih Al Bukhari. Kitab ini telah
diterbitkan dalam 10 jilid oleh penerbit Hijr.
2. Fath Al Bari
Ditulis oleh Syeikh Ahmad Umar Hasyim, ulama hadis yang pernah menjabat rektor Al Azhar yang
kini menjadi anggota Kibar Ulama Al Azhar. Kitab ini sendiri telah diterbitkan dalam 10 jilid.
3. Fath Al Mun’im
Kitab ini merupakan syarh Shahih Muslim yang ditulis oleh Syeikh Musa Syahin Lasyin. Ulama ini
menghabiskan waktu 20 tahun untuk menulis karya ini. Kitab ini sendiri telah mengalami beberapa
kali cetak ulang. Kemudian terakhir dicetak oleh Dar As Syuruq Kairo.
4. Jami’ Al Bayan
Kitab Jami’ Al Bayan merupan syarh dari hadis-hadis yang disepakati oleh Bukhari-Muslim. Kitab
ini ditulis oleh Al Muhaddits Muhammad Zakiyuddin Abu Qasim. Kitab ini telah dicetak dalam 15
jilid.
5. Al Manhal Al Adzb Al Maurud
Adalah kitab penjelasan Sunan Abu Dawud yang ditulis oleh Syeikh Mahmud Khithab As Subki
yang dilanjutkan oleh putranya Syeikh Amin. Kitab ini juga sudah dicetak.
6. Idhar Al Bahjah
Kitab ini merupakan syarh dari Sunan Ibnu Majah yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Shalih Al
Busnawi, ulama Al Azhar yang berasal dari Bosnia.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahahasan diatas dapat disimpulkan bahwa syarah hadis adalah menjelaskan makna-makna
hadis dan mengeluarkan seluruh kandungannya, baik hukum maupun hikmah. Kemudian menjelaskan
keshahihan dan kecacatan sanad dan matan hadis, menjelaskan makna-maknanya, dan mengeluarkan hukum
dan hikmahnya. Dikalangan para penulis kitab berbahasa arab, syarah adalah memberi catatan dan komentar
kepada naskah atau matn (matan) suatu kitab. Dan syarah ini sudah ada sejak masa Rasulullah.
Syarah tidak harus selalu berbentuk kitab atau karya tulis lainnya, melainkan bisa juga secara lisan.
Oleh karena itu, karya tulis yang menguraikan dan menjelaskan makna hadis, seperti makalah dan artikel dapat
disebut sebagai syarah hadis. Demikian juga uraian dan pejelasan hadis secara lisan dalam proes belajar,
pengajian, khutbah, ceramah dan sejenisnya bisa juga disebut sebagai meng-syarah hadis.

3.2 Saran

Segala kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan dari semua pihak, karena kami
menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik tersebut semoga dapat
menjadi acuan atau pelajaran bagi kami semua untuk dapat menjadi lebih baik lagi dihari esok. Atas segala
waktu dan perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ernysulis5.blogspot.com/2014/01/pengertian-syarh-hadis.html
2. http://wahyu-styabudi.blogspot.com/2019/03/study-kitab-syarah-hadis-syarah-hadis.html
3. http://menaraislam.com/ulumul-hadis/mengenal-kitab-kitab-syarah-hadis
4. AL-HADIS/PERKEMBANGAN_SYARAH_HADIS_DALAM_TRADISI_KEILMUAN_I.pdf
5. Modul Bimbel Hadis dan Ilmu Hadis

9
10

Anda mungkin juga menyukai