Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RAGAM TAFSIR AL QUR’AN DAN SYARAH HADISH

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir dan Hadist Tarbawih
Pada Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun :
O
L
E

H
KELOMPOK I

Farida Hanim (2101020085)

Fadly Al Hafiz Sitorus (2101020084)

Irfan Juhandi (2101020099)

Semester: IV - A Ekstensi

Dosen Pengampu

Syawaluddin Damanik, S.Ag, MA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diharapkan mampu menambah
pengetauhan pembaca mengenai “RAGAM TAFSIR AL QUR’AN DAN SYARAH
HADISH”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, baik yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dengan membantu memberikan tambahan data,
informasi, serta motivasinya. Khususnya kepada Dosen Mata Kuliah Tafsir Dan Hadist
Tarbawih atas bimbingannya, Karena tanpa hal tersebut kami tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Akhir kata, Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, Sehingga dapat menambah wawasan Ilmu Pengetauhan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kisaran, 11 Maret 2023

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ......................................................................................................... 2
C. TujuanMasalah ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Tafsir Al-Qur’an ......................................................................................... 3
B. Pengertian Syarah Hadish ............................................................................................. 3
C. Ragam Tafsir Al-Qur’an ............................................................................................... 5
D. Ragam Syarah Hadist ................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
B.Saran ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir Al-Qur'an merupakan ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan
yang bersangkutan dengan Al-Qur-an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin yaitu pemberi
penjelasan, menjelaskan tentang arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-
ayat yang tidak di pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an
diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu
pengetahuan yang menyangkut Al-Qur-an dan isinya, ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini
disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an, terdapat dua bentuk
penafsiran yaitu At-Tafsir bi Al Ma’tsur dan At-Tafsir bi Ar-Ra’yi, dengan empat metode,
yaitu: ijmali, tahlili, muqarin dan maudhu’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada
yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya
kemasyarakatan
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “ taf’īl”, berasal dari akar kata al-fasr (f, s, r)
yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang
abstrak. Sedangkan tafsir secara istilah ialah ilmu yang membahas cara mengucapan
lafazlafaz Al-Qur’an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri
sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika
tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.
Hadits menurut bahasa yaitu “al-jadid” artinya sesuatu yang baru. Hadits sering
disebut “al-khabar” yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadits. Sedangkan menurut ahli
hadits, hadits merupakan segala ucapan Nabi SAW, segala perbuatannya, dan segala keadaan
beliau. Menurut ahli ushul hadits, hadits merupakan segala perkataan, segala perbuatan, dan
segala taqrir Nabi SAW, yang bersangkut paut dengan hukum. Serta menurut para ulama
ushul, hadits merupakan segala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan
dengan hukum syara’ dan ketetapannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Al- Qur’an merupakan sesuatu yang bersumber dari
Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW lalu disampaikan kepada umat islam
sebagai pedoman bagi hidup umatnya. Sedangkan hadits merupakan sesuatu yang bersumber
dari Nabi SAW berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan
hukum.

1
2

B. Rumusan masalah
a. pengertian Tafsir Al-Qur’an ?
b. Pengertian Syarah Hadish ?
c. Ragam Tafsir Al-Qur’an ?
d. Ragam Tafsir Hadish ?

C. TujuanMasalah
a. Untuk Mengetahui Tentang Tafsir Al-Qur,an
b. Untuk Mengetahui Tentang Syarah Hadish
c. Untuk Mengetahui Tentang Ragam Tafsir Al-Qur’an
d. Untuk Mengretahui Tentang Ragam Tafsir Hadish
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Al-Qur’an


Tafsir Al-Qur'an (: ‫ )تفس ي القرآييا‬adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan
menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin
(pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya
menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya. Kebutuhan umat
Islam terhadap tafsir Al-Qur'an, sehingga makna-maknanya dapat dipahami secara penuh dan
menyeluruh,merupakan hal yang mendasar dalam rangka melaksanakan perintah Allah (Tuha
n dalam Islam) sesuai yang dikehendaki-Nya.1

Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan


bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur'an dan
isinya. Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal
dengan Ulumul Qur'an (ilmu-ilmu Al-Qur'an). Terdapat tiga bentuk penafsiran yaitu Tafsîr
bil ma’tsûr, at-tafsîr bir ra’yi, dan tafsir isyari, dengan empat metode, yaitu ijmâli, tahlîli,
muqârin dan maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra
bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.2

B. Pengertian Syarah Hadish

Kata syarah (syarh) berasal dari bahasa Arab ‫لشييا‬-‫شييا ل–ليشييا ل‬ yang artinya
menerangkan, membukakan, dan melapangkan. Istilah syarh (pemahaman) biasanya
digunakan untuk hadits, sedangkan tafsir untuk kajian Al-Qur’an. Dengan kata lain, secara
substansial keduanya sama (sama-sama menjelaskan maksud, arti atau pesan), tetapi secara
istilah, keduanya berbeda. Istilah tafsir spesifik bagi Al-Qur’an (menjelaskan maksud, arti,
kandungan, atau pesan ayat Al-Qur’an), sedangkan istilah syarah (syarh) meliputi hadits
(menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan hadis) dan disiplin ilmu lain.

1
Mir
2
As-suyuthi, hal.187

3
4

Sedangkan secara istilah definisi syarah hadis adalah sebagai berikut:

‫ِلمِنل ُ ْكملل َو ِ ْك َمةل‬ ُ ‫ِلوق ْست ِْخ َاق‬


ْ ‫جلفَ َوقئِ ِده‬ ْ ‫لقر َح ِد ْيثِله َُولبَ َ ُ ل َمعَ ن‬
َ ‫ِيلقر َح ِد ْيث‬ ْ ُ ‫ش َْا‬

Syarah hadis adalah menjelaskan makna-makna hadis dan mengeluarkan seluruh


kandungannya, baik hukum maupun hikmah.Definisi ini hanya menyangkut syarah terhadap
matan hadis, sedangkan definisi syarah yang mencakup semua komponen hadis itu, baik
sanad maupun matannya, adalah sebagai berikut:

ُ ‫ِلوق ْست ِْخ َاق‬


َ ‫جلق َ ْ َك مِ ه‬
‫ِلو ِ َلك ِم ِهل‬ َ ‫لصحَّةل َلو ِعلَّة‬
َ ‫لوبَ َ ُ ل َمعَ نِ ْه‬ َ ‫لقر َح ِد ْيثِله َُولبَ َ ُ ل َم يَتَعَلَّ ُقلبِ ْر َح ِد ْيثِل َمتْنً َو‬
ِ ‫سنَدًقلم ِْن‬ ْ ُ ‫ش َْا‬.

Syarah hadis adalah menjelaskan keshahihan dan kecacatan sanad dan matan hadis,
menjelaskan makna-maknanya, dan mengeluarkan hukum dan hikmahnya.Dengan definisi di
atas, maka kegiatan syarah hadis secara garis besar meliputi tiga langkah, sebagai berikut:

1. Menjelaskan kuantitas dan kualitas hadis, baik dari sisi sanad maupun dari sisi matan,
dan baik global maupun rinci. Hal ini meliputi penjelasan tentang jalur-jalur
periwayatannya, penjelasan identitas dan karakteristik para periwayatnya, serta
analisis matan dari sisi kaidah-kaidah kebahasaan.

2. Menguraikan makna dan maksud hadits. Hal ini meliputi penjelasan cara baca lafal-
lafal tertentu, penjelasan struktur kalimat, penjelasan makna leksikal dan gramatikal
serta makna yang dimaksudkan.

3. Mengungkap hukum dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Hal ini meliputi
istinbat terhadap hukum dan hikmah yang terkandung dalam matan hadits, baik yang
tersurat maupun yang tersirat. Syarah hadits juga berarti meneliti, kemudian
menjelaskan setiap komponen yang terdapat pada sebuah hadits. 3Secara umum, para
ulama hadits menjelaskan ada dua komponen yang terdapat pada sebuah hadits yakni
sanad dan matan. Sanad adalah rangkaian perawi yang memindahkan matan dari
sumber primernya. Sedangkan matan adalah redaksi hadits yang menjadi unsur
pendukung pengertiannya.4

3
Rif‟at Syauqi Nawawi “Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh” Jakarta: Paramadina, 2002, hlm.xii
4
Bahary, Ansor “Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap marah Labid Nawawi alBantani 2015,
hlm.176
5

C. Ragam Tafsir Al-Qur’an

1. Tafsir bil Ma’tsur/Tafsir Riwayah

Ini adalah metode menafsirkan Alquran dengan Alquran, hadits, atau perkataan para
sahabat. Alasannya, para sahabat mendengar penjelasan langsung dari Rasulullah SAW dan
merupakan saksi atas turunnya ayat-ayat Alquran Sahabat yang paling ahli dalam bidang ini
sekaligus yang sering dijadikan rujukan adalah Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, dan Abdullah
bin Masud. 5

Hukum Tafsir bil-ma'tsur adalah harus diikuti dan dijadikan pedoman, karena
merupakan jalan pengetahuan yang benar, serta merupakan cara paling aman untuk menjaga
diri dari tergelincir dan kesesatan dalam memahami Kitabullah.Beberapa yang termasuk ke
dalam kitab-kitab Tafsir bil Ma’tsur adalah sebagai berikut:

a. Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an (Tafsir Ath-Thabary) karya Abu Ja’far Muhammad
bin Jarir bin Yajid bin Katsir ibnu Ghalib Ath-Thabari.
b. Ma’alimut Tanzil karya Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad al-
Farra’ Al-Baghawi.
c. Al Muharrir al Wajiz fi Tafsir Al Kitab Al ‘Aziz karya Abdul Haqq bin Ghalib bin
Abdi Rauf bin Tamam bin Abdillah bin Tamam bin Athiyyah Al-Andalusi Al-
Gharnathi.
d. Tafsir Qur’anil Adzim karya Al-Hafizh Imaduddin Ismail bin Amr bin Katsir Al-
Quraisyi as-Dimasyqi.

e. Darul Mansur fi Tafsiri bil Ma’tsur karya Jalaluddin Abu Fadhli Abdurrahman bin
Abu Bakr A-Suyuty As-Syafi’i.

5
Ali Hasan Ar-Ridl “Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994,
hlm.10.
6

2. Tafsir bi Ra’yi/Tafsir Dirayah

a. Tafsir bir-ra'yi al mahmud (diperbolehkan)

Ini adalah metode penafsiran Alquran dengan cara ijtihad yang disandarkan kepada
ilmu-ilmu ushul, baik dari ilmu lughah atau ilmu syar'i dan juga ulumul Quran. 6

Metode ini didasarkan pada firman Allah SWT, “Maka tidakkah mereka menghayati Al-
Qur'an, ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad: 24).

Adapun beberapa kitab yang termasuk dalam Tafsir Bir-ra’yi Al-Mahmud, yaitu:

1) Mafatihul Ghaib karya Muhammad bin Umar bin Husain Ibnu Al-Hasan bin Ali At-

Tamimi Al-Tabaristani Ar-Razi.

2) Al-jami’ Liahkami Qur’an karya Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farh Al-

Anshary Al-Khazraji Al-Andulisy.

3) Madarikut Tanzil wa Haqa’iqut Ta’wil karya Syeikh Al-Alim Az-Zahid Abdullah bin

Ahmad An Nasafi.

b. Tafsir al Mazhmum (tercela/terlarang)

Ini adalah penafsiran berdasarkan Alquran tanpa ilmu atau mengikuti hawa nafsu dan
kehendak pribadi, tanpa disandarkan dengan kaidah-kaidah bahasa atau ulumul Quran.

Hukum tafsir ini adalah haram, sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu
mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS.
Al-Isra:36). Kitab-kitab Tafsir al Mazhmum di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Tafsir Mu’tazilah.

2) Tafsir Syi’ah.

3) Tafsir Zayidiyah.

4) Tafsir Khawarij.

6
M.Nurdin Zuhdi, Hermeneutika Al-Qur‟an, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, hlm,243.
7

3. Tafsir Bil-isyarah/Tafsirul Isyari

Ini adalah tafsir yang menggunakan metode penafsiran melalui isyarat suci yang
timbul dari riyadhah ruhiyah. Orang sufi meyakini bahwa riyadhah ruhiyah bisa
mengantarkan seseorang ke dalam derajat yang bisa membuka isyarat-isyarat suci.

Tafsir ini biasa disebut tafsir sufi atau tasawuf. Hukum tafsir ini adalah ikhtilaf, ada
yang melarang, namun ulama yang memperbolehkan mengajukan beberapa syarat sehingga
tafsir ini bisa diterima. Berikut adalah beberapa kitab Tafsir Bil-isyarah, yaitu:

a. Tafsir Al-Qur'an Al Karim karya Sahal bin Abdullah At Tistari.

b. Haqaiqut Tafsir karya Abu Abdurrahman As Sulami.

c. AI Kasfwal Bayan karya Ahmad bin Ibrahim An Nisaburi.

d. Tafsir Ibnu 'Arabi karya Muhyiddin Ibnu Arabi.

e. Ruhul Ma'ani karya Syiha- buddin Al Alusi.

4. Tafsir Fuqaha

Tafsir Fuqaha adalah metode penafsiran dengan menonjolkan penafsiran hukum-


hukum yang terkandung dalam Alquran. Tafsir ini diperbolehkan untuk dijadikan pedoman
jika penafsirnya telah disepakati Namun, tafsir ini juga ada yang terlarang jika penafsirnya
adalah dari kalangan ulama mazhab Ahmadiyah, Zayidiyah, Syiah, serta mazhab terlarang
lainnya.7 Di antara tafsir fuqaha adalah:

a. Ahkamul Quran karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Ar-Razy.

b. Ahkam Al-Qur’an karya Abu Bakr Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Ma’afiri
Al Andalusi.

7
A.H.Sanaky, Hujair, “ Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir mengikuti Warna atau Corak
Mufassirin)” Al-Mawarid, 2008,hlm.265.
8

c. Aljami’ Li Ahkamil Quran karya Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr
bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji al-Andulisi

5. Tafsir Kontemporer

Tafsir ini ditulis oleh ulama-ulama kontemporer. Yang termasuk dalam kitab tafsir
tersebut adalah:

a. Jawahir fi Tafsiril Qur'an karya Tanthawi Jauhari.

b. Tafsir Almanar karya Rashid Ridha.

c. Fi Zhilalil Qur'an karya Sayid Quthb.

d. Tafsir Almaraghy karya Musthafa Almaraghy.

e. Tafsir Al-Bayani lil Qur’anil Karim karya Dr. Aisyah Abdurrahman.

6. Tafsir Maudhu’I (Tematik)

Ini merupakan penafsiran Alquran dengan metode menyusun ayat-ayat Alquran


menjadi sebuah tema atau judul. Salah satu karya besar dari Tafsir Maudhu’I adalah Al-
Futuhat Al-Rabbaniyyah fi Al-Tafsir karya Dr. Al-Husain Abu Farhah.

D. Ragam Syarah Hadist

1. Metode Ijmali (Global)

Yang dimaksud dengan metode ijmali (Global) yaitu suatu metode yang di dalamnya
menerangkan hadis yang sesuai dengan urutan yang terdapat dalam kitab hadis yang ada di
dalam kitab kutub al-sittah dengan ringkas, meskipun begitu metode ini dapat menjelaskan
makna hadis secara literal serta dengan bahasa yang mudah dipahami.Adapun syarahnya
cukup singkat dan juga tidak membahas sesuatu yang ada di luar teks, dan kadang-kadang
pula tidak menyebutkan asbab al-wurud. Adapun kitab yang menggunakan
9

metode ijmali diantaranya adalah: Syarh Al-Syuyuti li Sunan Al-Nasa’i karya Jalaluddin As-
Syuyuti, Qut Al-Mugtazi ‘Ala Jami’ Al-Tirmidzi karya jalal al-Din al-Syuyuti. Dan lain-lain.

Metode ini hampir sama dengan metode tahlili (analitik) karena metode ini
memiliki persamaan dengan metode tahlili, yaitu dalam hal sistematikanya saja. Namun
keterangannya dan klasifikasi syarahnya lebih banyak metode tahlili, akan tetapi terkadang
metode ijmali ini juga mengemukakan suatu hadist dengan luas. Akan tetapi hal ini hanya
terdapat di beberapa hadist yang memang membutuhkan penjelasan yang panjang lebar. 8

Setiap metode yang digunakan oleh para pensyarah hadist mempunyai nilai positif
dan juga nilai negatif, adapun nilai positif dari metode ijmali ini adalah: metode ini mudah
dipahami, ringkas dan padat, sedangkan nilai negatif dari metode ijmali ini yaitu: tidak
terdapat ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai, dan menjadikan petunjuk hadis
bersifat parsial.

2. Metode Tahlili (Analitik)

Yang‫ل‬dimaksud‫ل‬dengan‫ ل‬pensyarahan hadist dengan‫ ل‬menggunaka‫ ل‬metode tahlili adalah


mengurai, menganalisis, dan menjabarkan makna-makna yang terdapat di dalam hadist nabi,
dengan memaparkan aspek-aspek yang terdapat dalam hadist nabi dengan kepiawaian dan
kecenderungan dari seorang pensyarah Saat menyajikan penjelasan dan penafsiran,
pensyarah hadist mengikuti sistematika hadits sesuai urutan hadits yang terdapat dalam
kitab-kitab hadits yang‫ل‬ kita‫ل‬ ‫ل‬ kenal‫ل‬dengan‫ل‬sebutan al-Kutub‫ل‬al-
Sittah.Pensyarah hadist memulai‫ل‬ penjelasan hadist kalimat‫ل‬ perkalimat,‫ل‬ dilanjutkan
dengan hadist demi hadist dengan urutannya.9

Penjelasan tersebut berkaitan dengan berbagai aspek haditst, seperti kosakata, makna
kalimat, latar belakang hadist (jika ditemukan), hubungan dengan hadist lain, dan pendapat
tentang pemahaman hadist. Ciri-ciri di atas juga merupakan kelebihan dari metode ini,
adapun kekurangan dari metode ini adalah pembahasan terasa parsial, dan melahirkan syarah
yang subjektif.Pada umumnya kitab-kitab Sharah yang menggunakan metode Talili biasanya
berbentuk Ma’sur (sejarah)‫ل‬ atau Ra’y (berpikir‫ل‬ rasional). Syarah yang

8
Yunan Yusuf “Karakteristik Tafsir Al-Qur’an di Indonesia Abad kedua puluh” dalam Jurnal Ulumul
Qur‟an, 1992, hlm.53
9
Michele Feener, dalam jurnal berjudul “Notes Toward the History of Qur’anic Exegesis in Southeasts
Asia” Studia Islamika, 1998
10

berbentuk ma’sur dicirikan dengan beberapa keunggulan narasi yang berasal dari para
sahabat, tabi’un, atau ulama hadits. Sedangkan sharah dalam bentuk ra’y didominasi terutama
oleh pemikiran rasional instruktur.Adapun kitab yang menggunakan metode tahlili diantarany
a adalah : Fath al Bari bi Syarhi Shahih Bukhari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, Ibanatul
Ahkam bi Syarhi Buluqhul Maram karya Syamsuddin Muhamad Bin Yusuf Bin Ali al-
Kirmani.

3. Metode Muqorin (Komparatif).

Metode Muqorin juga sering di sebut dengan metode tematik, di karenakan hanya
mengkaji suatau hadist yang beragam.Adapun yang dimaksud dari mensyarahi hadist dengan
menggunakan metode muqorin adalah membandingkan suatu hadist yang memiliki redaksi
sama atau kemiripan yang terdapat dalam suatu kasus yang sama, atau mempunyai redaksi
yang berbeda akan tetapi dalam kasus yang sama, atau juga bisa membandingkan pendapat-
pendapat dari para pensyarah hadist dalam mensyarahi hadist.

Dalam metode ini tidak hanya membandingkan hadis dengan hadis, tetapi juga
membandingkan ragamnya syarah hadis dan pendapat ulama yang mengomentari, sehingga
model ini terlihat beragam dalam pendapatnya.Kitab yang menggunakan metode ini
ialah Shahih Muslim bi al Syarh Nawawi, karya Imam Nawawi, Umdah Al-Qari Syarh Imam
Bukhari, karya Badr al-Din Abu Muhammad Mahmud al-‘Aini, salah satu contoh hadis yang
digunakan untuk metode ini, ialah tentang niat.

Adapun kelebihan dan kekurangan ialah memberikan wawasan lebih luas, membukan
diri untuk bersikap toleran, dapat mengetahui beragamnya pendapat ulama, dan mengetahui
banyak model hadis.Adapun kekurangannya ialah tidak relevan bagi pembaca awal, tidak
dapat menjawab masalah, hanya saja dapat memberikan pengertian, dan dapat mengetahui
pendapat ulama baru.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Ragam Tafsir Al-Qur’an, sebagai sebauh produk akal akan selalu berkembang seiring
dengan perkembangan zaman yang dinamis, hanya dengan itu produk produk penafsiran yang
dihasilkan akan lebih kontekstual dan relevan dengan perekembangan zaman. Dalam lintasan
sejarah penafsiran al-Qur’an kita mengenal beberapa metode tafsir yang dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk memahami al-Qur’an diantaranya, tafsir bi al-matsur, tafsir bi al-
ra’yi, tafsir imali, tafsir tahlili,tafsir muqarin dan tafsir maudlu’I, kesemua metode tafsir ini
memiliki kelebihan dan kekurangan untuk saling melengkapi.

Syarah Hadish ,Dalam metode ini tidak hanya membandingkan hadis dengan hadis,
tetapi juga membandingkan ragamnya syarah hadis dan pendapat ulama yang mengomentari,
sehingga model ini terlihat beragam dalam pendapatnya. Kitab yang menggunakan metode
ini ialah Shahih Muslim bial Syarh Nawawi, karya Imam Nawawi, Umdah Al-Qari Syarh
Imam Bukhari, karya Badr al-Din Abu Muhammad Mahmud al-‘Aini, salah satu contoh hadis
yang digunakan untuk metode ini, ialah tentang niat. Adapun kelebihan dan kekurangan ialah
memberikan wawasan lebih luas, membukan diri untuk bersikap toleran, dapat mengetahui
beragamnya pendapat ulama, dan mengetahui banyak model hadis. Adapun kekurangannya
ialah tidak relevan bagi pembaca awal, tidak dapat menjawab masalah, hanya saja dapat
memberikan pengertian, dan dapat mengetahui pendapat ulama baru.

B.Saran

Kami selaku penyusun merasa bahwa makalah ini masih memili banyak kekurangan,
baik dalam segi penulisan, penyususnan, maupun dari segi yang lainnya. Jadi, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangaun dari teman-teman sekalian selaku
pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rif‟at Syauqi Nawawi “Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh” Jakarta: Paramadina, 2002,
hlm.xii
Bahary, Ansor “Tafsir Nusantara Studi Kritis Terhadap marah Labid Nawawi alBantani
2015, hlm.176
Ali Hasan Ar-Ridl “Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994, hlm.10.
M.Nurdin Zuhdi, Hermeneutika Al-Qur‟an, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, hlm,243.
A.H.Sanaky, Hujair, “ Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin)” Al-Mawarid, 2008,hlm.265.
Yunan Yusuf “Karakteristik Tafsir Al-Qur’an di Indonesia Abad kedua puluh” dalam Jurnal
Ulumul Qur‟an, 1992, hlm.53
Michele Feener, dalam jurnal berjudul “Notes Toward the History of Qur’anic Exegesis in
Southeasts Asia” Studia Islamika, 1998

12

Anda mungkin juga menyukai