PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik. Pengertian
pendidik ini meliputi: orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin
agama. Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat mejadi
pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan social, perbuatan fundamental yang
menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat Pendidik
Pasal 8 undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen berbunyi: “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
Nasional. Ternyata hal tersebut sejalan dengan pasal 13 peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia nomor 16 tahun 2010 tentang pengelolaan pendidikan agama pada sekolah, yang
berbunyi: “guru pendidikan Agama minimal harus memiliki kualifikasi akademik Strata
1/Diploma IV, dari program studi pendidikan agama dan/atau program studi agama dari
Perguruan Tinggi yang terakreditasi dan memiliki sertifikat profesi guru Pendidikan Agama.
Ternyata mengenai hal ini telah diatur pada Pasal 10 ayat 1 undang-undang Republik
Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, berbunyi: “kompetensi guru
seagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
d. Hendaknya pendidik menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syari’at
i. Pendidik hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari
orang yang lebih rendah dari padanya
a. Hendaknya guru bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik
dengan maksud mengagungkan ilmu
e. Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan
dan kepentingan
f. Hendaknya pendidik selalu mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras
j. Hendaknya pendidik bersikap wajar dan menciptakan suasana yang membuat peserta
didik baru merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temnnya.
b. Pendidik hendaknya tidak menolak untuk mengajar peserta didik yang tidak
mempunyai niat tulus dalam belajar
e. Pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dan berusaha
agar peserta didiknya dapat dengan mudah memehami materi
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah, secara langsung atau
tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab
pendidikan. Maka selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula
memenuhi persyaratan lain yang lebih berat, yang dapat dikelompokkan menjadi: persyaratan
pribadi dan persyaratan jabatan. Hal yang termasuk persyaratan pribadi, di antaranya:
2. Pengetahuan dasar fundamental jabatan profesi seperti ilmu keguruan dan ilmu
pendidikan
5. Memiliki filsafat pendiikan yang pasti dan tetap serta dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi, menurut pemakalah syarat-syarat pendidik adalah memiliki kesehatan jasmani dan
rohani, memeiliki kemampuan profesi sebagai pendidik, dan memiliki ilmu pengetahuan dan
ketrampilan.
Menurut Oemar Hamalik, belajar adlah modifikasi atau meperteguh kelakuan melalui
pengalaman (Learning is defined as the modification or strenghening of behavior through
experiencing)”. Yang berarti bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengigat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman dan latihan. Tingkah laku
yang mengalami perubahan tersebut menyangkut perubahan sikap, pemecahan suatu masalah,
keterampilan, kecakapan dan kebiasan.
b. Pengertian Mengajar
Bruner sebagai salah satu ahli psikologi dan pemikir mengembangkan sebuah teori
belajar yang berlandaskan pandangan kontruktivisme dan sangat berkaitan dengan teori
belajar kognitif.Teori ini mempercayai bahwa peserta didik dapat membangun atau
mengkontruksi konsep-konsep atau ide-ide baru dari pengetahuan yang sudah dia miliki.
Proses belajar menjadi sangat aktif dan melibatkan transpormasi informasi, menurunkan
makna dari pengalaman, membentuk hipotesis dan mengambil keputusan. Dalam teori ini
peserta didik dianggap sebagai pencipta dan pemikir dengan menggunakan informasi yang
ada untuk menemukan konsep dan pengalaman baru dalam belajar.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa cara belajar yang terbaik
adalah dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat
dihasilkan suatu kesimpulan.
Kemudian adapun penerapan teori Bruner dalam pendidikan dan pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
a. Guru perlu menciptakan suatu situasi yang mengandung masalah yang dapt
mendorong siswa untuk menemukan sendiri kaitan struktur konsep dengan masalah yang
dihadapinya dan mencari jalan keluarnya.
b. Struktur konsep tersebut terdiri dari ide-ide pook yang terkandung dalam masalah,
hubugan-hubungan yang ada atau detail dari ide-ide tersebut.
d. Pengambangan kemampuan dalam intuitive thinking atau berpikir intuituif. Dalam hal
ini, guru mneyajikan bukti-bukti yang kurang lengkap kemudian siswa diminta memprediksi
kemungkinan tiadanya bukti-bukti lain yang dapat melengkapi bukti tersebut.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan
subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktor kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep,
dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.Ausubel menyatakan
bahwa belajar dilakukan dengan reception learnin yang artinya seorang individu belajar
ahnya dengan menerima informasi yang didapatnya tanpa mencari atau menemukan sendiri
informasi tersebut.
Menurut teori David Ausubel bahwa belajar seharusnya asimilasi yang bermakna bagi
siswa untuk terjadinya belajar bermakna maka para guru, perancang pembelajaran, dan
pengembang program-program pembelajaran harus selalu berusaha mengetahui dan menggali
konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik danmembantu memadukannya secara
harmonis dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
b. Memberi informasi kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang perlu dicapai
i. Meningkatkan daya ingat siswa dan palikasi pengetahuan yang telah dipelajari.
Teori belajar konstruksivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan
membangun (to construct) pengetahuan dan pemahaman.Penyusunan dan pembentukan
pengetahuan ini harus dilakukan oleh peserta didik.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Implementasi diartikan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan,
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap.
Kompetemsi professional guru artiya guru harus menguasai keilmuan bidang studi
yang diajarkan, serta mampu melakukan kajian kritis dan pendalaman isi. Guru professional
adalah guru yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Misalnya adalah
kemampuan/ kompetensi yang dimiliki guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran PAI
yang berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Kompetensi kepribadian, seperti akhlak mulia guru yang menjdai teladan bagi murid-
muridnya.
Kompetensi social, seperti diadakannya konseling antara guru dan wali murid untuk
mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar seorang anak di sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agar dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik berjalan dengan dengan
baik, maka seorang pendidik harus memiliki syarat-syarat yaitu: Syarat professional
(ijazah), Syarat biologis (kesehatan jasmani), Syarat psikologis (kesehatan mental),
dan Syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran).
2. Teori dalam belajar mengajar yaitu : Teori mengajar Bruner, atau discovery learning
yaitu melibatkan siswa dalam pembelajaran katif, guru bertugas mendorong dan
mengarahkan siswanya. Teori mengajar Ausubel, atau meaningful reception learning
dimana guru berperan memberikan materi yang sesuai dengan konsep-konsep yang
telah ada pada peserta didik. Teori mengajar Gagne, atau model nine instructional
event Gagne, dimana guru berperan mengatur serangkaian kativitas yang dapat
menunjang terjadinya proses belajar peserta didik. Teori mengajar Islam klasik,
sebagaimana teori belajar mengajar yang dilakukan pada zaman Rasulullah, Khulafa’
Rasyidin, Bani Umayah dan Bani Abasiyah. Teori belajar konstruksivisme, guru
menyediakan sarana prasarana untuk membantu peserta didik merekonstruksi
pengetahuannya.
3. Implementasi dari syarat pendidik, sebgaimana telah banyak diuraikan di muka,
seperti persyaratan memiliki ijazah Strata satu PAI untuk guru Pendidikan Agama
Islam, persyaratan kepribadian seperti akhlak mulia guru yang dapat mnejadi teladan
bagi muridnya, persyaratan pedagogic adalah kemampuan guru memahami karakter
dan kemampuan belajar peserta didik, dan prasyarat social adalah kemampuan guru
bersosialisi dengan murid, orang tua murid, masyarakat, dan koleganya di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Herson, Studi Komparatif Teori Belajar Dan Pembelajaran Konstruktivistik Dengan
Teori Belajar Dan Pembelajaran Islam Klasik, TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
3 no.1
Harefa,
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995)
Wahyudi, ‘Hakikat Pendidik Dalam Dimensi Pendidikan Dan Perspektif Pendidikan Islam’,
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015