Anda di halaman 1dari 20

TAKHRIJUL HADITS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul-Hadits

Dosen Pengampu : Mahmuda, L.c,M.S.I

Disusun Oleh

M. Azlan Al – Mubarok ( 22104020079 )

Muhammad Ridho Ihsan ( 22104020034 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNEVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena

Rahmat, Karunia, serta Taufiq dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas

makalah ini yang berjudul “ Perkembangan Studi Islam di Asia Tenggara dan

Indonesia “ dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki.

Dan saya juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu Mahmuda L.c,M.S.I selaku

Dosen “ Ulumul- Hadits“ yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai karya ilmiah. Saya juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan juah dari pada

yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna

tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun

orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf, apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dimasa depan.

Yogyakarta, 25 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Takhrijul Hadist ......................................................................... 3
B. Faktor Pendorong Munculnya Takhrijul Hadits .......................................... 6
C. Metode dan Langkah-langkah kegiatan Takhrijul Hadits ............................ 8
BAB III .............................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perkataan,

perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits Juga merupakan

sumber ajaran Agama Islam yang kedua setelah Al-Qur’an, yang mana di

dalamnya tidak terdapat permasalahan yang signifikan, hal ini merupakan

Al- Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan Allah untuk Nabi

Muhammad SAW. Berbeda halnya dengan Hadits, dalam memahami Hadits

tentunya banyak persoalan yang perlu dikaji, baik dari segi periwayatan

(Sanad) atau isi Hadits. Hal ini perlu adanya penelitian di dalam

menentukan kualitas Hadits. Dalam rangka untuk mengetahui apakah

Hadits yang kita terima merupakan Hadits yang Shahih, Hasan atau Dhaif

Sehingga memudahkan kita untuk mengetahui kualitas Hadits. Dalam hal

ini kita bersama-sama akan membahas tentang cara penyampaian Hadits

(Takhrij Hadist).

Takhrij Hadist merupakan salah satu metode (Cara) untuk

mengetahui jalan sanadnya Hadist, sehingga kita dapat memahami dari

mana Hadist tersebut diriwayatkan. Hal ini agar bisa diketahui bahwa Hadits

tersebut datangnya benar dari Nabi Muhammad SAW. Urgensi di dalam

mempelajarinya adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang yang

mengamalkan setelah tahu bahwa suatu Hadits adalah Hadits Maqbul (dapat

diterima) atau Hadits Mardud (Tertolak). Takhrij Hadits juga menunjukkan

asal usul suatu Hadits yang di dalam sumber aslinya (Kitab-kitab induk

1
Hadits seperti kutubu-Sittah) meriwayatkan Hadits tersebut beserta

sanadnya, lalu menjelaskan Status Hadits jika dibutuhkan. Takhrij Hadits

merupakan suatu kegiatan yang penting, Khususnya bagi seorang peneliti.

Tanpa melakukan kegiatan Takhrij Hadits terlebih dahulu, maka kita akan

kesulitan untuk mengetahui asal usul riwayat Hadits yang akan diteliti.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Takhirujul Hadits ?

2. Apa saja faktor pendorong munculnya Takhirjul Hadits ?

3. Bagaimana Metode dan langkah-langkah kegiatan Takhrijul Hadits ?

C. Tujuan dan Manfaat

Sebab adanya rumusan masalah di atas, maka ada pula tujuan dan

manfaat dari rumusan masalah tersebut, di antaranya :

1. Dapat mengetahui definisi Takhrijul Hadits

2. Dapat mengetahui Faktor pendorong munculnya Takhrijul Hadits

3. Menjelaskan metode dan langkah-langkah kegiatan Takhrijul Hadits

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrijul Hadist

Takhrijul Hadist secara Etimologi dari kata ‫ تخريج‬berasal dari kata

‫ خرج – يخرج – تخريج‬yang berarti mengeluarkan, menerbitkan, dan

menumbuhkan (Khon, 2008: 155). Maksudnya mengeluarkan sesuatu yang

tersembunyi, tidak kelihatan, atau mengeluarkan sesuatu dari suatu tempat.1

Pengeluaran di sini tidak harus berbentuk fisik yang konkrit, tetapi

mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran seperti

makna kata ‫ إستخراج‬yang berarti ‫ إستنباط‬yang berarti mengeluarkan hukum

dari Nash atau Teks Al-Qur’an dan Hadits.2

Adapun secara Terminologi, Takhrij adalah menunjukkan tempat

letaknya Hadist dari sumber-sumber Aslinya, di mana Hadist tersebut telah

diriwayatkan sanadnya dengan lengkap, kemudian menjelaskan tentang

derajatnya jika perlu (Suryadi dan Suryadilaga, 2009: 34). Takhrij menurut

Istilah Ulama Hadist, di antaranya mempunyai pengertian mengemukakan

letak asal suatu Hadits dari sumbernya yang asli, yaitu berbagai sumber dari

kitab-kitab Hadist dengan disebut sanadnya secara lengkap untuk kemudian

dilakukan dengan penelitian terhadap kualitas Hadits yang bersangkutan.

Takhrij juga bisa diartikan proses mengeluarkan Hadits dari kitab Hadits

untuk diteliti keShahihannya.3

1
Amrain Mahmud dan Sutyaningsi Idris, Ulumul Hadits Takhrij Hadits (IAIN SULTAN
AMAI GORONTALO, 2016), hlm 6.
2
YUSLIYADI, “Takhrijul Al-Hadits” (Pamekasan 2018, n.d.).
3
Geraldo de Nardi Junior Rodrigo Garcia Motta, Angélica Link, Viviane Aparecida
Bussolaro et al., “Takhrij and Syarah Hadith of AgrotechnologyUtilization of Land,” Pesquisa
Veterinaria Brasileira 26, no. 2 (2021): 173–80, http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf.

3
Secara umum, Takhrijul Hadits adalah segala yang menunjukkan

tempat Hadits pada sumber aslinya serta yang mengeluarkan Hadits tersebut

dengan sanadnya dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.4

‫تخريج الحديث هو الداللة على موضع الحديث في مصادره األصلية التي أخرجته بسنده‬

‫ثم بيان مرتبته عند الحاجة‬

Artinya : “Menunjukkan asal suatu Hadits di dalam sumber aslinya

yang meriwayatkan Hadits tersebut beserta sanadnya, lalu menjelaskan

status Hadits tersebut bila dibutuhkan.”(Mahmud ath -Thahhan, Ushulut

Takhrij wa Dirasatul Asanid, Riyadl, Maktabatul Ma’arif:2010, halaman

10).

Definisi Takhrij Hadits telah mengalami tahap-tahap perkembangan

sebagai berikut :

1. Pada tahap pertama Takhrij berarti penyebutan Hadits-hadits dengan

sanadnya masing-masing. Terkadang menitik beratkan pada masalah

sanad atau matannya.

2. Pada tahap kedua istilah Takhrij berkembang menjadi penyebutan

Hadits-Hadits dengan sanadnya yang berbeda dengan sanad yang ada

pada kitab Hadits sebelumnya.

4
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Islam Hadits Oleh Syaikh Manna’ Al-Qathtan
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2008), h. 189.

4
3. Pada tahap ketiga, di mana Hadist-hadits telah di koleksi dalam kitab-

kitab Hadits. Istilah Takhrij bermakna perujukan riwayat-riwayat

Hadits kepada kitab-kitab yang ada.5

Menurut para Muhadditsin (syuhudi : 2007 : 3) kata Al-Takhrij

mempunyai beberapa Arti, antara lain :

1. Mengemukakan Hadist kepada orang banyak dengan menyebutkan para

periwayatnya di dalam sanad yang menyampaikan Hadits tersebut.

2. Ulama Hadist mengemukakan berbagai Hadist yang telah diriwayatkan

para guru mereka, berbagai kitab, atau lainnya seperti dikemukakan

dengan susunan berdasar riwayatnya sendiri, para guru, teman, atau

orang lain dengan menerangkan siapa periwayatnya dari penyusun kitab

atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilannya.

3. Menunjukkan asal usul Hadist dan mengemukakan sumber

pengambilannya dari berbagai kitab Hadist yang telah disusun oleh

Mukharrij langsung yakni para periwayat yang telah menjadi

penghimpun dari Hadist yang mereka riwayatkan.

4. Mengemukakan Hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber

lainnya seperti kitab-kitab Hadist yang di dalamnya terdapat metode

periwayatan dan sanadnya Hadits, serta diterangkan pula kualitas

Haditsnya.

5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal usul Hadits dari sumber

yang asli yaitu dengan berbagai kitab yang di dalamnya di kemukakan

5
Abu Muhammad ‘Abd Al-Hadiy ibnu Abd Al-Qadir Ibnu Abdal-Hadiy, Metode Takhrij
Hadist Terjemah S. Agil Husin Al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar dari Turuq Takhrij Hadits
Rasulullah (Semarang : Dina Utama, 1994).

5
Hadits itu secara lengkap dengan sanad-sanadnya. Kemudian untuk

kepentingan penelitian, di jelaskan pula kualitas Hadits yang

bersangkutan.6

Dari Uraian definisi di atas, Takhrij dapat di jelaskan sebagai berikut :

a. Mengemukakan asal usul Hadist sambil di jelaskan sumber

pengambilannya dari berbagai kitab-kitab Hadits, yang rangkaian

sanadnya berdasarkan riwayat yang telah di terimanya sendiri atau

berdasarkan sanad gurunya maupun sanad yang lainnya.

b. Mengemukakan Hadits pada orang banyak dengan menyebutkan

para perawinya yang ada di dalam sanad Hadits tersebut.

c. Mengemukakan Hadits-hadits berdasarkan sumber pengambilannya

dari kitab-kitab yang telah dijelaskan metode periwayatannya dan

sanad-sanad Hadits tersebut, dengan metode dan kualitas para

perawi sekaligus Haditsnya.

Dengan demikian, pen-Takhrij-an Hadits, penelusuran dan

pencarian Hadits dalam berbagai kitab Hadits (Sebagai sumber asli dari

Hadits yang dilacak), baik menyangkut materi atau isi (Matan), maupun

jalur periwayatan (Sanad) Hadits yang dikemukakan.

B. Faktor Pendorong Munculnya Takhrijul Hadits

Pada Abad-abad awal perkembangan Ilmu Islam termasuk Ilmu

Hadits adalah Ilmu yang sangat penting dipelajari karena Ilmu ini

merupakan dasar atau pokok dalam memutuskan suatu hukum. Pada Abad

6
M Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
Hlm. 41-42

6
ini Mahmud at-Thahhan bahwa peminat Hadits masih banyak merujuk

kepada kitab-kitab aslinya, karena kontak mereka dengan kitab-kitab itu

sangat kuat. Keadaan ini berubah sejak abad-abad berikutnya yang

disebabkan oleh berkurang itensitas kajian terhadap kitab-kitab sumber

aslinya. Sebab hal ini mereka mengalami kesulitan mengetahui letaknya

Hadits pada sumbernya. Mereka mendapati Hadits-hadits itu dipergunakan

sebagai Argumen penguat dalam Ilmu-ilmu lain seperti Fiqih, Tafsir, dan

Sejarah. Dalam kitab-kitab itu Hadist-hadits Nabi dikutip tanpa

menyebutkan sumber pengambilannya. Oleh karena itu para ulama bangkit

untuk melakukan Takhrij terhadap kitab-kitab tersebut. Di antara kitab-kitab

Takhrij terhadap Hadits-hadits yang dikutip dalam beberapa kitab tanpa

sanad adalah :

a. Nash Ar-Rayah li Ahadits Al-Hidayah, oleh Al-Hafidz Az-Zaila’iy (

762 H )

b. Takhrij Ahadits Al-Kasysyaf, Oleh Al-Hafidz Al-Zaila’iy.

Dengan atas dasar hal yang demikianlah Prof. Hasbi Ash-Shiddiqy

menegaskan bahwa kegiatan Takhrij Hadits setidaknya muncul di abad ke 8

H. Sebenarnya dapat ditemukan sebelum itu, dengan melihat karya Takhrij

lain, yaitu Tahkrij Al-Muhadzab oleh Muhammad Ibnu Musa Al-Hazimy.

(w. 584).7

Munculnya kegiatan Takhrij Hadits ini disebabkan berkembangnya

berbagai macam Ilmu lainnya seperti Fiqih, Tafsir, dan sejarah. Dalam karya

7
Hal ini ditandai antara lain dengan munculnya karya Mahmud Ath-Thahhan dengan
judul Ushul At-Takhrij Wa Dirasah Al-Asanid yang cetakan kelima diterbitkan pada tahun 1983.

7
Ilmu lain itulah terkadang penulisnya tidak menyebutkan sumber-sumber

Hadits yang mereka kutip di dalamnya. Hal inilah yang mendorong para ahli

Hadits untuk melakukan penelusuran Hadits ke sumber-sumber asalnya.

Para Ulama terdahulu belum begitu membutuhkan Ilmu Takhrij ini, Khusus

Ulama di abad kelima, karena Allah masih memberi karunia kepada mereka

berupa suka menghafal dan banyak mengaji kitab-kitab yang bersanad yang

menghimpun Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW. Keadaan ini terus

berlanjut beberapa abad sehingga tradisi kecintaan terhadap hafalan dan

kajian-kajian kitab Hadits serta sumber rujukannya menjadi lemah. Ketika

tradisi ini mulai melemah, Para Ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan

untuk mengetahui sumber suatu Hadits yang membahas tentang Fiqih,

Tafsir dan Sejarah, maka muncullah segolongan Ulama yang mulai

melakukan Takhrij Hadits terhadap karya-karya Ilmu tersebut dan

menjelaskan kedudukan Status Hadits, Apakah Hadits itu Shahih, Hasan,

atau Dhaif. Pada waktu itulah muncul Kitab-kitab tentang At-Takhrij (Kitab-

kitab Takhrij).

C. Metode dan Langkah-langkah kegiatan Takhrijul Hadits

Untuk mengetahui kejelasan Hadits berserta sumber-sumbernya,

ada beberapa metode Takhrij yang dapat dipergunakan oleh mereka yang

akan menelusurinya. Metode ini diupayakan oleh para Ulama dengan tujuan

untuk mempermudah mencari Hadits-Hadits Rasulullah SAW. Para Ulama

telah banyak mengkodifikasikan atau menyusun Hadits-hadits dengan

mengaturnya dalam susunan yang berbeda satu dengan yang lain, sekalipun

semuanya menyebutkan Ahli Hadits yang meriwayatkan. Perbedaan cara-

8
cara mengumpul inilah yang membuat timbulnya Ilmu Takhrij. 8Di dalam

melakukan Takhrij ada lima metode yang dapat dijadikan pedoman9, yaitu:

1. Takhrij Melalui Lafadz Pertama Matan Hadits

Metode ini sangat tergantung kepada Lafadz pertama pada matan

Hadits. Hadits-hadits dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafadz

pertamanya menurut urutan huruf Hijaiyah atau ditemukan adakalanya

berupa Isim (kata benda) maupun Fi’il (kata kerja), namun metode ini

banyak menggunakan lafadz yang berupa Fi’il. Misalnya, apabila akan

men-Takhrij Hadits yang berbunyi :

‫الخ‬... ‫ليس بالصرعة الشديد‬

Untuk mengetahui Lafadz yang lengkap dari penggalan Matan Hadits di

atas, dengan langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan

Matan yang memuat penggalan Matan yang dimaksud. Dalam kamus

yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan Hadits

tersebut terdapat di halaman 2011. Berarti, Lafadz (Matan) yang di cari

berada pada halaman 2014 juz IV.10 Setelah diperiksa, bunyi lengkap

Matan Hadits tersebut adalah :

ُ‫شدِيد‬ َ ‫ “لَي‬:‫ قال‬،‫ع ِن النهبِي ِ صلى هللا عليه وسلم‬


‫ْس ال ه‬ َ ،ُ‫ع ْنه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ َر‬،َ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة‬
َ ‫ض‬ َ

َ َ‫سهُ ِع ْندَ ْالغ‬


‫ضب‬ َ ‫شدِيدَ الهذِي يَ ْم ِلكُ نَ ْف‬
‫ َولَك هِن ال ه‬،‫ص ُرعة‬
ُّ ‫بِال‬

Artinya : Dari Abi Hurairoh Bahwa Rasulullah SAW bersabda

“(Ukuran) orang yang kuat (Perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang

8
Busri Mustofa, Kajian Takhrijul Al-HAdits ( Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,Riau
2010) hlm 25.
9
M. Hafil Birbik, “Takhrij Hadis (Metode Penelitian Sumber-Sumnber Hadis Untuk Meminimalisir
Pengutipan Hadis Secara Sepihak),” Ar-Risalah: Media Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam
18, no. 1 (2020): 174–92.
10
Mahmud al-Thahhan,....1991: 59-70

9
itu dalam berkelahi, tetapi yang di sebut sebagai orang yang kuat adalah

orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”. Metode ini

mempunyai kelebihan dalam memberikan kemungkinan yang besar bagi

seorang Mukharrij untuk menemukan Hadits-hadits yang dicarinya

dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu

apabila terdapat kelainan atau perbedaan Lafadz pertamanya sedikit saja,

maka akan sulit untuk menemukan Hadits yang di maksud, contohnya :

‫إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه عن أبي هريرة قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬

‫ رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح‬. ‫فانكحوه إال تفعلوا تكن فتنة في األرض وفساد عريض‬

‫اإلسناد و لم يخرجاه‬

Berdasarkan Teks di atas, Maka lafadz pertama dari Hadits tersebut

adalah ) ‫( إذا أتاكم‬. Namun, apabila yang diingat oleh Mukharrij sebagai

lafadz pertama adalah ( ‫ ) لو أتاكم‬atau lafadz ) ‫ ) إذا جاء كم‬, Hal tersebut

tentu akan menyebabkan kesulitan bagi Mukharrij untuk menemukan

Hadist yang sedang dicari. Sebab, adanya perbedaan lafadz pertamanya,

meskipun ketiga lafadz tersebut mengandung makna yang sama.

2. Takhrij Melalui Kata-kata dalam Matan Hadits

Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang

terdapat dalam matan Hadits, baik kata benda maupun kata kerja. Dalam

metode ini tidak menggunakan huruf-huruf tetapi yang di cantumkan

adalah bagian Haditsnya sehingga pencarian Hadits-hadits yang

dimaksud dapat ditemukan dengan cepat. Penggunaan metode ini akan

lebih mudah jika menitikberatkan pencarian Hadist berdasarkan lafadz-

lafadz yang asing atau jarang digunakan.

10
Kitab yang berdasarkan metode ini adalah di antaranya kitab Al-

Mu’jam Al-Mufahras li Al-Faz Al-Hadits An-Nawawi. Kitab ini

mengumpulkan Hadist-hadits yang terdapat dalam sembilan kitab induk

yaitu, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tarmizi, Sunan Abu Daud,

Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwathtah’ Malik, dan

Musnad Imam Ahmad. Contoh pencarian metode ini sebagai berikut :

Dalam pencarian Hadist di atas, pada dasarnya dapat ditelusuri

melalui kata-kata ) ‫ ) نهى‬atau ( ‫ ) طعام‬atau ( ‫ ) يؤكل‬atau ( ‫) المتباريَين‬. Tetapi

dari sekian kata yang dianjurkan untuk menggunakan metode ini adalah

lafadz ( ‫ ) المتباريَين‬karena kata ini jarang adanya. Menurut penelitian para

Ulama Hadits, penggunaan kata ( ‫ ) تبارى‬di dalam kitab induk itu hanya

ada dua kali. Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu Hadits

dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

a. Menentukan kata kunci yaitu kata yang dipergunakan sebagai alat

untuk mencari Hadits. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata

yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kosakata maka

akan semakin mudah proses untuk pencariannya. Setalah itu, kata

tersebut dikembalikan pada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk

dasar tersebut maka dicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu’jam

menurut urutannya sebagai Abjad ( Huruf Hijaiyah ).

b. Mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam

Hadits yang kita temukan di dalam kitab Mu’jam ini. Di bawah kata

kunci tersebut akan ditemukan Hadits yang sedang dicari dalam

bentuk potongan-potongan Hadits ( Hadits yang tidak lengkap ) yang

11
dituliskan dalam bentuk kode-kode sebagaimana yang telah di

jelaskan di atas.

Metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu :

a. Kelebihan : Metode ini mempercepat pencarian Hadits dan

memungkinkan pencarian Hadits melalui kata-kata apa saja yang

terdapat di dalam Matan Hadits.

b. Kekurangan : Terkadang suatu Hadits tidak di dapatkan dengan suatu

kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata

lain.

3. Tahkrij Berdasarkan Perawi Sahabat

Metode ini di Khususkan jika kita mengetahui nama para sahabat

yang meriwayatkan Hadits. Metode ini merujukkan kepada tiga macam

karya Hadits yaitu :

a. Al-Masanid ( Musnad-musnad ). Dalam kitab ini di sebutkan Hadits-

hadits yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. Selama

kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan, maka kita

dapat mencari Hadits tersebut sehingga mendapatkan petunjuk dalam

satu musnad dari kumpulan musnad-musnad tersebut.

b. Al-Ma’ajim ( Mu’jam-Mu’jam ). Susunan Hadits di dalamnya

berdasarkan urutan musnad para sahabat atau Syhuyukh (Guru-guru)

sesuai dengan urutan huruf-huruf Hijaiyah. Dengan mengetahui Nama

Para Sahabat, dapat dengan mudah merujuk atau mencari Hadits

tersebut.

12
c. Kitab-kitab Al-Athraf. Kebanyakan Kitab Al-Athraf disusun

berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama

mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti dapat mengetahui

bagian dari Hadits itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber yang

ditunjukkan oleh kitab-kitab Al-Athraf tadi, untuk kemudian

mengambil Hadits secara lengkap.

Kelebihan metode ini adalah bahwa proses Takhrij dapat

diperpendek. Akan tetapi, kelemahan dari metode adalah ia tidak dapat

digunakan dengan baik, apabila perawi yang hendak diteliti atau dicari

itu tidak diketahui.

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadits

Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu Hadits. Oleh karena itu

untuk melakukan Takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu di

simpulkan tema dari suatu Hadits yang akan diTakhrij dan kemudian

baru mencarinya melalui tema yang ada di dalam kitab-kitab yang

disusun menggunakan metode ini. Sering kali suatu Hadits itu memiliki

banyak tema. Dalam kasus yang demikian seorang Mukharij harus

mencari tema-tema yang dikandung oleh Hadits tersebut. Contoh :

‫ سمعت‬: ‫عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن عمر بن الخطاب رضي هللا عنهما قال‬

‫ش َهادَةِ أَ ْن َال إِلهَ إِ هال هللاُ َو أ َ هن ُم َح همدا‬


َ : ‫علَى خ َْم ٍس‬ َ ‫ بُن‬: ‫لنبي صلهى هللا عليه وسلهم يقول‬
ِ ْ ‫ِي‬
َ ‫اإلس ََْل ُم‬

‫رواه‬. َ‫ضان‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ‫ َو َحجِ ْالبَ ْي‬، ِ‫الزكَاة‬
َ ‫ َو‬، ‫ت‬ ‫ َو إِ ْيتَاءِ ه‬، ِ‫ص ََلة‬
‫ َو إِقَ ِام ال ه‬، ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫َر‬

‫البخاري و مسلم‬

Hadits di atas mengandung beberapa tema yaitu tentang Iman, Tauhid,

Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka

13
Hadits di atas harus dicari di dalam kitab-kitab Hadits yang bertema

tersebut. Metode ini banyak digunakan di dalam kita Miftah Kunuz As-

Sunnah yang berisi daftar isi nama-nama tema pembahasan.

Metode di atas jelas menerangkan bahwa Takhrij dengan metode ini

sangat tergantung kepada tema Hadits. Untuk itu seorang Mukharij harus

memiliki beberapa pengetahuan tentang kajian Islam. Metode ini

memiliki kelebihan yaitu Hanya menuntut pengetahuan akan kandungan

Hadits tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafadz pertamanya. Akan

tetap metode ini juga memiliki kelemahan yaitu apabila kandungan

Hadits sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga dia tidak dapat

menentukan temanya, maka metode ini sulit diterapkan.

5. Takhrij Berdasarkan Status Hadits

Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan

para ulama Hadits dalam menyusun Hadits-hadits yaitu penghimpunan

Hadits sesuai Statusnya. Metode ini sangat membantu sekali dalam

proses pencarian Hadits berdasarkan Statusnya, seperti Hadits Qudsi,

Hadits Masyhur, Hadits Mursal dan lainnya. Dengan melakukan metode

di atas maka seorang peneliti sudah di sebut Mukharij Al-Hadits.11

Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses

Takhrij. Hal ini dikarenakan sebagian besar Hadist-hadits yang dimuat

dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat atau Statusnya Hadits sangat

sedikit, sehingga tidak terlalu sulit untuk men-Takhrijnya. Namun,

karena cakupannya terlalu terbatas, dengan sedikitnya Hadits yang

11
Ibid

14
dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini merupakan kelemahan dari

metode ini. Adapun kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini

adalah sebagai berikut, di antaranya :

a. Al-Azhar Al-Mutanasirah Fi Al-Akbar Al-Mutawatirah

karangan Al-Suyuthi

b. Al-Ittihafat Al-Saniyyat Fi Al-Ahadits Al-Qadsiyyah karangan

Al-Madani

c. Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tahkrij Hadits adalah segala yang menunjukkan tempat Hadits pada

sumber aslinya serta mengeluarkan Hadits tersebut dengan sanadnya dan

menjelaskan derajatnya ketika diperlukan. Al-Thahhan di dalam kitabnya

Ushul al-Takhrij mendefinisikan Takhrij Hadits adalah menunjukkan atau

mengemukakan letak asal Hadits pada sumber-sumber asli yang di

dalamnya dikemukakan Hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-

masing kemudian jika diperlukan kualitas Hadits maka dijelaskan

kualitasnya.

B. Saran

Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu Hadits yang kita

terima merupakan Hadits Shahih, Hasan atau Dhaif, sehingga dengan

adanya Takhrijul-Hadist ini lebih memudahkan kita untuk mengamati

Hadits tersebut. Apakah Hadits ini Maqbul atau Mardud, Kegiatan Takhrij

ini sangatlah penting serta akan menguatkan kita untuk mengamalkan

Hadits tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, 1994, Thuruq
Takhrij Hadits Rasulullah SAW, Semarang: Terjemahan, Dina Utama
Semarang.
Mahdi, Abu Muhammad Abd, Al-Thuruq Takhrij Hadis Rasulullah SAW (Metode
Takhrij Hadis), terj. S. Agil Husin Al-Munawar dan Ahmad Rifki Muhktar,
Semarang: Dina Utama, 1994.
Mahmud Ath-Thahhan dengan judul Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid yang
cetakan kelimanya diterbitkan pada tahun 1983.
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadis Oleh Syaikh Manna’ Al-
Qaththan (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2008).
Syuhudi Ismail, M., Metodelogi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang,
1972
Amrain Mahmud dan Sutyaningsi Idris, Ulumul Hadits Takhrij Hadits (IAIN
SULTAN AMAI GORONTALO, 2016), hlm 6.
M. Hafil Birbik. “Takhrij Hadis (Metode Penelitian Sumber-Sumnber Hadis Untuk
Meminimalisir Pengutipan Hadis Secara Sepihak).” Ar-Risalah: Media
Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam 18, no. 1 (2020): 174–92.
Rodrigo Garcia Motta, Angélica Link, Viviane Aparecida Bussolaro, Geraldo de
Nardi Junior, Guida Palmeira, Franklin Riet-Correa, Valéria Moojen, Paulo
Michel Roehe, Rudi Weiblen, Jael S. Batista, et al. “Takhrij and Syarah Hadith
of AgrotechnologyUtilization of Land.” Pesquisa Veterinaria Brasileira 26,
no. 2 (2021): 173–80. http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf.
YUSLIYADI. “Takhrijul Al-Hadits.” Pamekasan 2018, n.d.
M. Hafil Birbik, “Takhrij Hadis (Metode Penelitian Sumber-Sumnber Hadis
Untuk Meminimalisir Pengutipan Hadis Secara Sepihak),” Ar-Risalah: Media
Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam 18, no. 1 (2020): 174–92.

17

Anda mungkin juga menyukai