Anda di halaman 1dari 11

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Studi Hadist Ihfasni Arham, M. Ag

Takhrij Hadist

Oleh

Aditya Tri Lestari Ayu Ningtias (12260124032)


Atthaya Maulana Insyra (12260112350)
Syalsa Fitria Denila (12260123264)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Takhrij Hadits
2.2 Tujuan dan manfaat Takhrij Hadits
2.3 Faidah Takhrij Hadist
2.4 Metode Takhrij Hadist
BAB II SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hadis memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, Sebagai sumber ajaran
Agama setelah al-Quran. Namun hadis tidak mendapat penjagaan dari Allah secara
langsung, tidak seperti al-Qur'an. Hal ini menyebabkan hadis banyak diperdebatkan
seputar keasliannya, pasalnya banyak hadis-hadis palsu bermunculan sejak masa awal
Islam. Secara garis besar terdapat dua kajian pokok dalam pembahasan ilmu hadis, yaitu:
Persoalan otoritas hadis sebagai hujjah dalam syari'at agama Islam dan kajian
otentitasatau kualitas hadis (shahih atau tidaknya hadis).
Takhrij hadis adalah salah satu perangkat ilmu hadis yang berfungsi sebagai jembatan
antara peneliti hadis dan sumber asli suatu hadist. Hadist nabi merupakan sumber hukum
ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an dikarenakan ia merupakan bayan (penjelas)
terhadap ayat-ayat al- Quran yang masih global, umum dan yang mutlak. Dengan
demikian hadist menduduki posisi dan fungsi yang cukup signifikan dalam ajaran Islam.
Maka dari itu pembahasan ini penting dipelajari untuk mengetahui kualitas hadist tersebut
sebelum kita mengamalkannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa permasalahan
agar memudahkan pembaca dalam memahami materi yang akan dibahas penulis. Berikut
rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1) apa definisi takhrij hadist?
2) apa tujuan dari takhrij hadist?
3) apa faidah dari takhrij hadist?
4) bagaimana metode takhrij hadist?
1.3 Tujuan
Tujuan dari membahas masalah dalam penulisan makalah ini adaah untuk
memudahkan pembaca dalam memahami rumusan masalah yang akan dibahas. Berikut
tujuan dari permasalahan yang dibahas, yaitu:
1) mendefinisikan takhrij hadist
2) menjelaskan tujuan dan manfaat takhrij hadist
3) menjelaskan faidah takhrij hadist
4) menjelaskan metode takhrij hadist
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Takhrij Hadist


Menurut Dr. Mahmud at Tahhan menjelaskan bahwa kata at-takhrij menurut
pengertian asal bahaanya adalah berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada
sesuatu yang satu. Takhrij Hadits adalah proses atribusi (proses deskripsi) suatu Hadits
hingga sampai pada kolektor Haditsnya. Secara harfiah takhrij Hadits diserap dari kata
kerja ‫خرج‬, dan dapat didefinisikan kedalam tiga arti. Pertama, penetapan sumber-sumber
Hadits (istinbath). Kedua, pemaparan atau penjelasan terkait sumber-sumber Hadits
melalui metode yang benar (Taujih). Ketiga, sebuah cara dan pengetahuan untuk
menemukan sumber-sumber Hadits (Tadrib).
Sedangkan secara terminologi, pengertian takhrij Hadits sendiri juga dibagi
menjadi tiga definisi:
a. Meriwayatkan dan menjelaskan Hadits beserta matan dan sanadnya, secara sempurna
dan terperinci (ibroz & ikhroj)
b. Meneliti dan meriwayatkan Hadits dari kitab-kitab tertentu, dengan menyebutkan sanad
dari kolektor Hadits yang sesuai dengan kitab-kitab tersebut.
c. Mengarahkan dan meneliti suatu Hadits menurut sumber-sumber dari kitab asalnya
besertaan dengan menyebutkan sanad periwayatannya, sekaligus menerangkan kualitas
Hadits-Hadits yang telah di takhrij apabila memang di butuhkan (Al-Hamid, 2000: 5-6).

Jadi dapat disimpulkan bahwa takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber
kitab utama suatu hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis
tersebut, menjelaskan tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat
dijadikan suatu dalil.

2.2 Tujuan dan manfaat Takhrij Hadist


Tujuan takhrij hadist adalah untuk menunjukkan sumber hadist-hadist dan
menerangkan diterima atau ditolaknya hadist-hadist tersebut.
Sedangkan manfaat takhrij secara simple adalah Dapat mengumpulkan berbagai sanad
suatu hadist, dan Dapat mengumpulkan berbagai redaksi matan hadist. Apabila dirinci
maka ada 20 manfa’at takhrij hadist sebagai berikut:
1. Dengan melakukan takhrij dapat diketahui sumber-sumber asli suatu hadist serta ulama
yang meriwayatkannya.
2. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadist-hadist melalui kitab-kitab yang
ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu hadist, semakin
banyak pula perbendaharaan sanad yang dimiliki.
3. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat
hadist yang banyak itu maka dapat diketahui apakah riwayat tersebut mungathi’,maudhu’,
dan lain-lian, serta dapat diketahui apakah riwayat tersebut shahih, dha’if dan sebagainya.
4. Takhrij memperjelas hukum hadist dengan banyak riwayatnya itu. Terkadang didapati
suatu Hadist dha’if melaiui suatu riwayat, namun dengan takhrij kemungkinan kita akan
mendapati riwayat lain yang shahih.hadist yang shahih itu akan mengangkat hukum atau
kualitas hadist dha’if tersebut kederajat yang lebih tinggi.
5. Dengan takhrij dapat diketahui pendapat-pendapat para ulama tentang kualitas suatu
hadist.
6. Takhrij dapat memperjelas perawih hadist yang samar. Umpamanya didapatkan
seorang perawi yang belum ada kejelasan identitasnya. Dengan adanya takhrij
kemungkinan akan dapat diketahui nama atau identitas perawinya secara lengkap.
7. Takhrij dapat memperjelas perawi hadist yang tidak diketahui nama (sebenarnya) nya
melaui perbandingan diantara sanad-sanad
8. Takjhrij dapat menafikan pemakaian “ dalam periwayatan hadist oleh seorang perawi
Mudallis.Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata yang jelas
ketersambungan sanadnya, maka periwayatan yang memakai “ tadi akan nampak pula
ketersambungannya.
9. Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran periwayatan.
10.Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena mungkinan
saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar. Dengan adanya sanad yang lain
maka nama perawi itu akan menjadi jelas.
11.Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad.
12.Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam satu sanad.
13.Takhrij dapat menghilangkan hukum syadz (kesendirian riwayat yang menyalahi
riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadist melalui perbandingan riwayat.
14.Takhrij dapat membedakan hadist yang mudraj (yang mengalami penyupan sesuatu
sesuatu) dari yang lainnya.
15.Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami oleh
seorang perawi.
16.Takhrij dapat mengungkapkan hal-hal yang terIupakan atau diringkas oleh seorang
rawi
17.Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafazh
dengan yang diriwayatkan dengan makna.
18. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat kejadian munculnya hadist.
19.Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya hadist, dengan cara
membandingkan sanad-sanad yang
ada.
20.Takhrij dapat mengungkapkan kemungkian terjadinya kesalahan percetakan dengan
melalui perbandingan
sanad-sanad yang ada.

2.3 Faidah Takhrij Hadist


Takhrij hadist memiliki faidah yang sangat bermanfaat terutama bagi seseorang yang
mendalami ilmu hadist, takhrij hadist penting untuk mengidentifikasi sumber asli sebuah
hadis, memverifikasi keasliannya, dan memahami konteks dan isinya. Maka dari itu faidah
takhrij hadist yaitu;
1. untuk mengetahui kualitas hadits; shahih atau dha’if. sangat perlu untuk mengetahui
kualitas suatu hadis, agar terhindar dari pengamalan agama atau pengungkapan dalil agama
yang berdasar pada hadis dhaif
2. meyakini keshahihan hadits, karena bisa jadi berdasarkan satu jalan sebuah hadits dinilai
shahih, namun berdasarkan jalan yang lain ternyata dha’if. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghimpun berbagai jalan dari sebuah hadits melalui kajian takhrīj , hingga dapat diketahui
kualitas keshahihannya berdasarkan semua jalannya.
3. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui
bahwa hadist tersebut adalah makbul (dapat di terima). Sebaliknya, orang tidak akan
mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut (mardud).
4. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar-benar berasal dari Rasulullah
SAW. Yang harus di ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadist
tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
5. Mengungkap berbagai penilaian ulama tentang kesiqahan seorang periwayat.
2.4 Metode Takhrij Hadist
Terdapat lima metode yaitu Takhrij melalui lafadz pertama Hadis, Takhrij melalui kosa kata
dalam Hadis, Takhrij melalui perawi pertama, Takhrij melalui tematik, Takhrij Hadis berdasarkan
status Hadis.
1. Takhrij Melalui Lafadz Pertama Hadis (Bi Awwali Al-Matan)
Penggunaan metode berdasarkan atas lafadz pertama matan hadits. Melalui metode
ini, pentakhrīj terlebih dahulu menghimpun lafadz pertama hadits berdasarkan huruf-huruf
hijaiyah. Setelah pentakhrîj mengetahui lafadz pertama yang terletak dalam hadits tersebut,
selanjutnya ia mencari lafadz itu dalam kitab-kitab takhrîj yang disusun sesuai dengan metode
ini berdasarkan huruf pertama, huruf kedua dan seterusnya. Kitab-kitab yang dapat digunakan
untuk mentakhrîj dengan metode ini di antaranya adalah al-Jami' al-Kabîr dan alJāmi'
al-Shaghîr min Hadîts al-Basyîr anNazhîr karya Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jâmi' al-Adzhar
karya al-Manawy. Dalam kitab al-Jāmi' al-Shaghīr min Hadîts al-Basyîr anNazhîr, Jalaluddin
al-Suyuthy menghimpun dan menyusun hadits-hadits yang diatur berdasarkan urutan huruf
hijaiyyah, mulai dari huruf alif, ba', ta', dan seterusnya. Dalam menjelaskan kualitas hadits,
kitab ini menggunakan rumus-rumus atau simbol yang telah disebutkan di atas.
Keunggulannya dan kekurangan menggunakan metode ini cukup kompleks. Keunggulan
meskipun peneliti hadits tidak hafal semua hadits, dengan lafadz pertama saja dapat cepat
sampai pada hadits yang dicari bahkan Kemungkinan besar akan ditemukan hadits lain yg
tidak menjadi objek pencarian, namun dibutuhkan sebab memiliki variasi matan. Sedangkan,
kekurangan metode ini adalah dia tidak akan menemukan hadits yang dicari jika lafadz yg
dianggap awal hadits tersebut ternyata bukan awal hadits; atau jika terjadi penggantian lafadz
yg diucapkan Rasul. Contoh: ْ ‫ض ْب " غ َ " َل َتـ‬
Metode Hadis dengan menggunakan lafadz hadis yang pertama dapat dilakukan
dengan metode kamus. Kata la taghdzab dicantumkan sebanyak 277 kali:
ُ ْ َ ‫ ع‬،‫ ع َال ْ َِأب ص َن ِص ٍني‬،‫ َأخ ُوس ُ ي ْن َ ب ْي دثَِن َ ي َّ َ ح ْ َن ِ ٍح‬،‫ن َ اب ُو َ ْ ٍكر ه ُو ب َ َأب ن َ ر َ ْبـ ُ َف‬
ْ َ ‫ ق َار ِر َ م دد َّ َ ر‬،‫" ًا‬:‫ َأ َّ ْه ن َ ُ ع َ َّ الل ِضي َ َ ر ة َ ر ْ يـ َ ُر َِأب ه َ َال‬،ُ ‫ ّ ِلنَِّب َ َال ل ُ ًل ق َج ن ر‬:ِ ‫ ع ي َ ع‬،‫َِأب ح َن َّ ٍ اش‬
‫ غ َ َل تـ‬."‫ ق ْ َأو ْ َض ْب‬،‫ِصن‬
ِ ‫ " َل تـ‬:‫ َض ْب " فـ غ َ َ َال‬.
1. Shahih al-Bukhari 1114, 1875
2. Shahih Muslim 1690
3. Sunan al-Tirmidzi 752
4. Sunan Ibnu Majah 496
5. Muwattha’ Malik 476
6. Musnad Ahmad Ibn Hanbal 1648, 2143, 2423, dst.
2. Takhrij Melalui Kosa Kata Dalam Hadis (Bi Lafdzi)
Cara kedua merupakan cara paling populer dalam takhrij Hadis. Yakni dengan cukup
mengetahui penggalan kata dalam sebuah matan akan dapat diketahui hadis tersebut dimuat
dalam kitab aslinya. Cara takhrij hadis dengan menggunakan kosa kata atau penggalan lafadz
biasa seperti mencari sebuah kata dalam kamus bahasa Arab. Namun di dalam kitab yang
disusun telah terdapat jumlah pengulangan, variasi kata, dan kualitas sanad. Mentakhrîj hadits
dengan metode ini dapat menggunakan kitab al-Mu'jam alMufahras li Alfādz al-Hadîts
an-Nabawy karya salah satu orientalis bernama A.J. Wensinck yang diterjemahkan oleh
Muhammd Fuad 'Abd al-Baqi. Kitab ini merujuk kepada kitab-kitab yang menjadi sumber
pokok hadits, yaitu Kutub at-Tis’ah. Cara penggunaan kitab al-Mu'jam di atas dapat dilihat
pada jilid 7 bagian permulaan. Di sana ada penjelasan tentang penggunaan kitab ini secara
mudah. contoh:
contoh: ٍ َّ ‫ ح َاع ِ ْس ُ إ ْن ُ ب َ َّمد ا م ُ َ ن َ دثـ َّ َ ح َ ِزيد َ ِن َِأب ي ْ ِن ب‬،‫اد ب َ ُ ع ْن اب ب ُ َ ِه َا ش ن َ دثـ َّ َ ِيل‬
ْ َ ‫ ع َ ِان ْد م‬،ُّ ‫ ع ي َ ِن قـ ْ ِرو ب ْ َم ْ ع َن‬،‫ ع َّة ي ِ َط ْ ع َن ْ ٍس‬،َ ‫ ح ْد ب َ ْع ال ْ َِأب َن‬،‫َس ُ ا ْل ْن ُ ب َ َّمد ا م ُ َ ن َ دثـ َّ َ ِ ُّي‬
‫ا‬
3. Takhrij Melalui Perawi Pertama (Bi Al-Rawwi Al-A’la)
Perawi pertama dari suatu Hadis dapat berupa sahabat atau tabi’in yang perawi
sahabatnya tidak dicantumkan. Langkah pertama dari metode ini adalah mengenal nama
perawi pertama dari hadits yang akan ditakhrîj. Langkah berikutnya adalah mencari nama
perawi yang diinginkan dari kitab-kitab al-Athraf atau Musnad. Jika identitas perawi pertama
telah ditemukan, kemudian dicari hadits yang diinginkan di antara hadits-hadits yang tertera
di bawah nama perawi tersebut. Bila sudah ditemukan, maka akan diketahui ulama hadits
yang meriwayatkannya. Kitab yang membantu untuk kegiatan takhrîj berdasarkan metode ini
adalah alAthraf dan Musnad. Al-Athraf adalah kitab yang menghimpun hadits dari kitab
induknya, di mana yang ditulis hanyalah bagian atau penggalan dari setiap hadits yang telah
diriwayatkan oleh sahabat atau tabi'in. Diantara kitab-kitab al-Athraf adalah Athraf
al-Shahîhain yang ditulis oleh Abu Mas'ud Ibrahim ibn Muhanmmad ibn Ubaid alDimasyqy
dan Athrâf al-Kutub al-Sittah.
4. Takhrij Melalui Tematik (Bi AlMawdlu’i)
Upaya penelusuran hadis terkadang hanya teringat bahasan tema secara umum.
Beberapa ulama kemudian menyusun hadis melalui kitab atau kamus yang dapat memberikan
penjelasan riwayat hadits melalui topik yang telah ditentukan. Di antara kitabyang dapat
membantu kegiatan takhrîj dengan metode ini adalah Miftah Kunuz al-Sunnah, al-Jawami'
al-Shahih, alMustadrak 'ala Shahihain, Jam'u al-Fawaid min Jam'i al-Ushul wa Majma'
al-Zawaid. Menurut Mahmud al-Thahhan, kitab hadits yang dapat dijadikan acuan oleh
kitab-kitab di atas jumlahnya banyak sekali. Seperti al-Muwaththa', Musnad Ahmad, Sunan
al-Darimi, Musnad Zaid ibn Ali, Sirah ibn Hisyam, Maghazi al-Waqidi, dan Thabaqah ibn
Sa'ad.
5. Takhrij Hadis Berdasarkan Kualitas Hadis (Bi Darajah Al-Hadis) Dengan kitab-kitab
tertentu, para ulama berusaha menyusun hadits berdasarkan statusnya, seperti hadits qudsi,
masyhur, mursal, dan sebagainya. Kelebihan metode ini adalah memudahkan proses takhrîj,
karena hadits-hadits yang diperlihatkan berdasarkan statusnya jumlahnya sangat sedikit dan
simpel. Kekurangannya adalah terbatasnya kitab-kitab yang memuat hadits berdasarkan
statusnya. Di antara kitab yang disusun menurut metode ini adalah al-Azhar al-Mutanatsirah
fi al-Akhbar al-Mutawatirah yang ditulis oleh syaikh Imam Jalaluddin al-Suyuthi, yang
memuat hadits-hadits mutawatir, alIttihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah yang ditulis
oleh al-Madani yang memuat hadits-hadits qudsi, al-Maqashid al-Hasanah yang ditulis oleh
Sakhawi yang memuat hadits-hadits populer yaitu al-Marasil yang ditulis oleh Imam Abu
Daud yang memuat hadits-hadits mursal, Tanzih al-Syari'ah al-Marfu'ah 'an al-Akhbar
al-Syani'ah al-Maudlu'ah yang ditulis oleh Ibn Iraq yang memuat hadits-hadits maudlu’.
Adapun menurut Pamil Jon (2012:55) Dalam melakukan takhrij, ada lima metode yang bisa dipakai
yaitu:
1. Takhrij melalui lafal yang terdapat dalam matan hadist.
2. Takhrij melalui lafal pertama matan hadist.
3. Takhrij melalui periwayat pertama (sanad pada tingkat sahabat)
4. Takhrij melalui tema-tema hadist.
5. Takhrij melalui klasifikasi jenis hadist
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil rumusan masalah yang penulis tulis dan bahas Penulis dapat
menyimpulkan tentang definisi, tujuan, faidah dan metode dalam takhrij hadist. Bahwa
takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu hadis, menelusuri
dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan Tujuan takhrij
hadist adalah untuk menunjukkan sumber hadist-hadist dan menerangkan diterima atau
ditolaknya hadist-hadist tersebut. Sedangkan manfaat takhrij adalah dapat
mengumpulkan berbagai sanad suatu hadist, dan Dapat mengumpulkan berbagai redaksi
matan hadist.tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat
dijadikan suatu dalil.

Dari sekian metode yang paling takhrij hadis yang dianggap paling mudah adalah dengan
menggunakan salah satu lafah dari pencarian Takhrij Hadis yang telah dilakukan melalui aplikasi
Mausu’ah dapat dilihat secara jelas sistematis dan praktis hadis beserta kualitasnya. matan Hadis.
Cara ini banyak digunakan di kalangan pengkaji takhrij Hadis tradisional maupun modern, yakni
dengan menggunakan kitab al-Mufahrasy li alfāz al-Hadis karya I.J. Wensjick yang sudah
ditahkik Fuad Abdul Baqi, selain itu dalam kajian takhrij Hadis modern yang menggunakan
aplikasi dan vitur digital juga melakukan hal yang sama dengan beberapa modifikasi, dengan
tetap mempertahankan upaya pencarian Hadis melalui sebagian lafaz dari matan Hadis.
Daftar Pustaka
Birbik, M. (2020). “Takhrij Hadist (Metode Penelitian Sumber Sumber Hadist Untuk
Meminimalisir Pengutipan Hadist Secara Sepihak)”. Jurnal Ar-Risalah Media
Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam. 18(1), hlm. 175-192.
Ismail, M. (1992). Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.
Muzakky, Althaf & Muhammad Mundzir. (2022). “ Ragam Metode Takhrij Hadis: Dari Era
Tradisional Hingga Digital”. Jurnal Studi Hadis Nusantara. 4(1), hlm. 74-87.
Pamil, Jon. (2012). “ Takhrij Hadist, Langkah Awal Penelitian Hadist”. Jurnal Pemikiran Islam.
37(1), hlm. 52-70.

Anda mungkin juga menyukai