Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN IBU SECTIOCAESARIA

Disusun Oleh :

Dosen:

PRODI
FAKULTAS

BENGKULU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, Juni 2020

Penyusun

i
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFATR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Postpartum............................................................................................ 3
B. Sectio Cesarea (SC).............................................................................. 6

BAB III ANALISIS KASUS


A. Pengkajian Post Partum........................................................................ 8
B. Analisa Data.......................................................................................... 16
C. Intervensi Keperawatan........................................................................ 19
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................ 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan........................................................................................... 49
B. Saran..................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

3ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil di sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung
selama 6-8 minggu. Selma masa nifas perlu diperhatikan ibu, karena angka
kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi pada masa nifas
(kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran untuk
menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.
Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya
komplikasi yang dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013),
kematian ibu di dunia disebabkan pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%,
eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%, penyulit persalinan 9%,
dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik
terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa
nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%).
Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case
fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus
obstetri. Di Indonesia angka kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik
di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi
kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991

1
sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh
lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi
sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010
sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi
dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk
kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi
psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini sangat berfungsi untuk
peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam merawat
anaknya.

B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0

C. Manfaat
Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan
alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan
perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi,
defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan perawatanperineum.
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode
pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu
dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama
periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan
keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,
psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian.
Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti
semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu
(Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi
perdarahan, usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan kesehatan bayi
juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau
bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum
dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding
uterus, dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah
kontraksi berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang
kuat di tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan
akan sering melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat
uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic
staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai
diproduksi, namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering

3
terganggu karena malam hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E,
2013). Dalam masa postpartum tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu
postpartum yaitu fisiologis dan dan psikologis. Adaptasi fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan
normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan
akan mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua
minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah
melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan
terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus
selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama
24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar
kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh
setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96
jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada
beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah
cairan ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat
minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil
serta trauma selama persalina dan melahirkan

4
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali
saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang
membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki
tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan.
Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda
atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan
(Lokia Alba).
2. Adaptasi psikoligis
1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan,
waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif
atau hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua
setelah kelahiran, ibu baru membutuhkan makanan tambahan dan
istirahat. Ibu dengan bedah caesar bahkan membutuhkan lebih banyak
istirahat. Semua ibu baru juga perlu "mengasuh" diri mereka agar
mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru
juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi
orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah
melahirkan, waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat
keputusan tanpa bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua
fokus pada belajar merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati
sementara dan perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi.
Setiap pasangan mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi
lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan
pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase
menerima tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri

5
akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya
dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat
bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga
kondisi fisiknya.

B. Sectio Cesarea (SC)


WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan
ketika persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan
SC dilakukan karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah
pada ibu maupun bayi, seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada
ibu, kelahiran sungsang, atau masalah dengan plasenta atau tali pusat.
Persalinan caesar dapat dilakukan berdasarkan bentuk panggul ibu atau
riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya, kelahiran pervagina setelah bedah
caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika diperlukan secara medis.
Namun saat ini, SC dilakukan tanpa alasan medis atas permintaan oleh
seseorang biasanya ibu.
American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013)
menjelaskan SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan
pada ibu hamil ynag memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC
membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh sekitar enam minggu, daripada
kelahiran normal. Yenie (2016) mengemukakan Peningkatan risiko termasuk
masalah pernapasan pada bayi dan emboli cairan ketuban dan perdarahan
postpartum pada ibu. SC tidak digunakan sebelum 39 minggu kehamilan tanpa
alasan medis.
Turner R (1990) operasi caesar dianjurkan ketika persalinan normal
mungkin menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi. Kondisi yang memungkinkan
terjadiya resiko bagi ibu dan bayi yaitu:
1. Persalinan lama atau gagal berkembang (distosia)
2. Gawat janin
3. Prolaps tali pusat
4. Ruptur uterus

6
5. Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
6. Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
7. Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta
akreta)
8. Induksi persalinan gagal
9. Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia)
10. Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).
Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan
penyakit penyerta, seperti:
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load
ibu yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset
persalinan (yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui
vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan
sebelumnya atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornuate

7
BAB III
ANALISIS KASUS

A. Pengkajian Post Partum


Nama Mahasiswa : Kelompok 3 Tgl. Pengkajian/Jam : 23 Juli 2018/09.00WITA
Nim : - Ruangan/RS : L4BB (Nifas)

Data Umum Klien


Initial : Ny. H Initial : Tn. M
Usia : 14 thn Usia : 22 thn
Status Perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SD Pendidikan Terakhir : SMA
Diagnosis : Post Partum Sectio
Caesarea Hari ke-3
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Dulu
Berat
Tipe Jenis Keadaan Bayi Masalah
No Tahun Penolong Badan
Persalinan Kelamin Waktu Lahir Kehamilan
Lahir
Menangis
Sectio spontan dan
1 2018 Dokter Perempuan 2540 -
Caesarea tidak ada trauma
persalinan

Pengalaman menyusui : ya / tidak Berapa lama :


tidak pernah
Riwayat Kehamilan saat ini
1. Berapa kali periksa kehamilan : 6 kali yaitu 2 kali di trimester pertama, 3 kali
di trimester kedua dan 1 kali di trimster tiga di
puskesmas di Jeneponto
2. Masalah kehamilan : Klien mengatakan mual muntah, sering
pusing pada trimester I dan sering buang air

8
kecil pada trimester III
Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : Spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EV,EF)
Sectio Caesarea - 21 Juli 2018, 09.00 WITA
2. JK , BB / PB Bayi : L / P , 2.540 gram / 48 cm
3. Perdarahan : ± 800 cc
4. Masalah dalam persalinan : Tidak ada

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : Tidak pernah

Data Umum Klien Saat Ini


Status obstetrik : P1A0H3 Bayi rawat gabung : Ya / Tidak
Jika tidak, alasan :
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
BB saat hamil / TB : 55 kg / 145 cm
BB sebelum hamil : 62 kg
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 78 x/menit
0
Suhu : 36,5 C Pernapasan : 19 x/menit
Keluhan saat pengkajian: Klien mengatakan nyeri pada area post operasi.
Selain itu, klien juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga
pada saat menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan
sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan klien tampak BAK lancar. Klien juga
mengatakan sering terbangun tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien
juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin
mengetahui cara merawat bayi yang benar.

Kepala dan Leher


Kepala : Tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan maupun luka

9
dan tidak ada nyeri tekan
Mata : Tidak ada ikterus, konjungtiva anemis, dan tidak terasa
nyeri
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret
yang menghambat pernapasan dan tidak ada nyeri tekan
Mulut : Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak bersih
Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada
nyeri tekan
Leher : Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran tiroid maupun pembesaran kelenjar getah
bening
Masalah khusus : Tidak ada

Dada
Jantung : Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
Paru : Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara
tambahan
Payudara : Payudara tampak simetris, areola menghitam dan tidak
ada nyeri tekan
Puting susu : Puting masuk ke dalam
Pengeluaran ASI : Produksi ASI banyak
Masalah khusus : Ketidakefektifan pemberian ASI

Abdomen
Involusi uterus
Fundus uteri : 1 jari di bawah
umbilikus
(10 cm dari
simpisis pubis)
Kontraksi : Kuat
Posisi : Tengah
Kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
Diastasis rectus abdominis : 10 cm × 3 cm
Fungsi pencernaan : Klien BAB 1x sehari sejak post operasi/peristaltic
usus terdengar (5 kali/menit)

10
Masalah khusus : Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen
klien. Klien mengatakan terkadang merasa nyeri pada
bagian luka operasi. Terkadang klien menunjukkan
ekspresi meringis. Hasil pengkajian nyeri
menggunakan NRS, meliputi:
P= luka jahitan bekas operasi dan sangat dirasakan
saat berjalan
Q= seperti teriris
R= bagian abdomen, tidak menjalar
S= skala 3
T= 1-2 menit
TANDA REEDA
R : Reedness : ada kemerahan
E : Edema : tidak ada
E : Ekimosis : tidak ada
D : Discharge : darah
A : Approximate : tertutup

Perineum dan Genitalia


Vagina : Integritas kulit = baik/tidak, edema/memar/hematoma
Perineum : Utuh / episiotomi / ruptur
Kebersihan : Bersih
Lokia
Jumlah : 2 kali ganti pembalut (25-50ml/pembalut)
Jenis/warna : Rubra/merah kecoklatan
Konsistensi : Cair dan terdapat stosel (seperti saat haid)
Bau : Amis
Hemoroid : Tidak ada
Derajat : -
Lokasi : -
Berapa lama : -
Nyeri : Ya / tidak
Masalah khusus : Tidak ada
Ekstremitas

11
Ekstremitas Atas
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Masalah khusus : Tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK : 3-4 x/hari
BAK saat ini : 3-4 x/hari Nyeri / tidak
Fekal : Kebiasaan BAB : 1 x/hari
BAB saat ini : 1vx/hari Konstipasi / tidak

Istirahat dan Kenyamanan


Pola tidur : Kebiasaan, tidur 6-7 jam, tidak pernah terbangun pada
malam hari.
Klien tidak merasa puas karena sering merasa
Pola tidur saat ini : terbangun tengah malam dan tidurnya hanya 3-4 jam.
Pada saat dikaji, klien tampak mengantuk.
Keluhan : Ya / tidak
ketidaknyamanan
Sifat : nyeri saat berjalan, terbangun saat tengah malam dan
ruangan panas
Lokasi : Luka post op bagian abdomen
Intensitas Hilang timbul
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Miring kanan dan kiri, duduk, berjalan
Latihan/senam : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi
:
Sesuai diet
Nafsu makan
:

12
Meningkat
Asupan cairan
:

Masalah khusus
:
Tidak ada

Keadaan Mental

Adaptasi psikologis
:
Taking hold

Penerimaan terhadap bayi


:
Kehadiran bayi sangat diharapkan

Masalah khusus
:
Tidak ada

Kemampuan menyusui
:
Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena putting susu masuk ke dalam.

13
Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini :
1. Ketorolac 30 mg/8 jam/Intravena
2. Ranitidine 50 mg/8 jam/Intravena
3. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena
4. Cefotaxine 90 mg/24 jam/intravena
5. Fetrosus sulfat 200 mg/24 jam oral
6. Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Hasil Rentang normal Interpretasi
21 Juli 2018
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 7,31 (103/uL) 4,00-10,00 (103/uL) Normal
6 6
RBC 2,93 (10 /uL) 4,00-6,00 (10 /uL) Menurun
HGB 8,9 gr/dl 12,0-16,0 gr/dl Menurun
HCT 26,8 % 37,0-48,0 % Menurun
MCV 91,5 fl 80,0-97,0 fl Normal
MCH 91,5 pg 26,5-33,5 pg Meningkat
MCHC 30,4 gr/dl 31,5-35,0 gr/dl Menurun
3 3
PLT 169 (10 /uL) 150-400 (10 /uL) Meningkat
RDW-CV 15,2 10,0-15,0 Meningkat
PDW 12,1 fl 10,0-18,0 fl Normal
MPV 10,7 fl 6,50-11,0 fl Normal
PCT 0,18 % 0,15-0,50 % Normal
NEUT 4,99 % 52,0-75,0 % Menurun
LYMPH 24,6 % 20,0-40,0 % Normal
MONO 5,7 % 2,00-8,00 % Normal
EO 0,09 % 1,00-3,00 % Menurun
BASO 0,03 % 0,00-0,10 % Normal
Koagulasi
Waktu Bekuan 7 menit 4-10 menit Normal
Waktu Perdarahan 2 menit 1-7 menit Normal
KIMIA DARAH

14
Glukosa
GDS 150 mg/dl 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 10 mg/dl 10-50 mg/dl Normal
Kreatinin 0,48 mg/dl L(<1,3),P(<1,1) mg/dl Normal
Fungsi Hati
SGOT 16 U/L < 38 U/L Normal
SGPT 5 U/L < 41 U/L Normal

Kimia Lain
Elektrolit
Natrium 139 mmol/l 136-145 mmol/l Menurun
Kalium 3,9 mmol/l 3,5-5,1 mmol/l Normal
Klorida 104 mmol/l 97-111 mmol/l Normal
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
HBs Ag (ICT) Non Reactive Non Reactive Negative

Rangkuman Hasil Pengkajian


Ny H berusia 14 tahun masuk ke ruang perawatan nifas pada 21 Juli
2018 pukul dengan persiapan SC. Klien menjalani post Sectio Caesarea 22
Juli 2018 pukul di OK Pinang RSWS. Saat ini, Ny. L dirawat di ruang
perawatan nifas, terpasang infus cabang NaCL 20 tetes per menit. Klien
melahirkan bayi perempuan dengan BB = 2540 gram, PB = 48 cm,
APGAR Score = 8/10. Status obstetric klien P1A0. Keluhan saat ini
adalah Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu, klien
juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat
menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan
sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan klien tampak BAK menggunakan
folley katater. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam
akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan
kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat

15
bayi yang benar. Dari hasil observasi puting inverted, klien nampak
mengantuk, dan klien tampak antusias dalam mencari informasi terkait
perawatan bayi.
Perencanaan Pulang :
Perawatan putting susu dan payudara.

B. Analisa Data
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)

DATA MASALAH KEPERAWATAN


DS:
 Klien mengatakan putting susunya masuk ke
dalam dan bayinya menolak saat disusui Ketidakefektifan pemberian ASI
DO:
 Putting susu tampak inverted
Faktor risiko :
 Terpajan pada wabah : terdapat luka post SC
Risiko infeksi
 Perban luka tampak berdarah
Hb menurun : 8,9 g/dL
DS: Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri pada area post
operasi
P: luka jahitan post operasi dan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
T: 1-2 menit

16
DO:
 S: 3 NRS
DS:
 Klien mengatakan tidak puas dengan pola
tidurnya karena sering terbangun pada
malam hari
Gangguan pola tidur
 Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah
menjadi 3-4 jam
DO:
 Klien tampak mengantuk
DS:
 Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan
dirinya menjadi orang tua
DO: Kesiapan meningkatkan peran
 Orang tua tampak antusias dalam merawat menjadi orang tua
anaknya yang baru lahir
 Orang tua tampak antusias mencari informasi
terkait cara merawat bayi

17
C. Intervensi Keperawatan
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
Diagnosis Keperawatan & Data
No Tanggal Tujuan Rencana Tindakan
Penunjang
1 23 Juli Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah dilakukan perawatan Konseling laktasi
2018 berhubungan dengan anomaly 2x24 jam ketidakefektifan  Berikan informasi mengenai manfaat
payudara ibu pemberian ASI teratasi dengan menyusui baik fisilogis maupun psikologis
kriteria hasil  Jelaskan tanda bahwa bayi membutuhkan
DS: Keberhasilan menyusui : maternal makakn, misalnya refleks rooting
 Klien mengatakan putting  Posisi nyaman selama  Instruksikan bayi untuk melakukan
susunya masuk ke dalam dan menyusui perawatan puting susu
bayinya menolak saat disusui  Menghindari penggunaan  Monitori nyeri pada payudara
DO: putting buatan/dot  Dukung pemilihan pengeluaran ASI dengan
 Putting susu tampak  Penyapihan menyusui pemompaan ASI dengan pompa listrik atau
inverted  Mengenali isyarat untuk non listrik
penyapihan Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan
 Ibu bebas dari mastitis  Anjurkan pasien untuk memberikan ASI

18
 Puas dengan proses selama 6 bulan atau susu formula jika ASI
penyapihan tidak cukup
 Intruksikan orang tua membatasi intake air ½
sampa 1 ons pada satu waktu, 4 ons setiap
hari
Pemberian makan dengan cangkir : bayi
baru lahir
 Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum
memberi makan
 Pegang bayi bayi baru lahir yang dibedong
dengan tegak atau atau semi tegak sambil
menyokong bagian belakang (punggung)
bayi baru lahir, leher dan kepala
 Pertahankan bayi dengan sendok ke bibir
bayi mendatar sedikit dibibir bawah dengan
tepi sendok yang menyentuh bagian luar
bibir atas
 Sentuhkan sendok hingga susu menyentuh
bibir bayu lahir

19
 Monitor aliran susu
 Sendawakan bayi selama dan setelah
memberi makan
2. 23 Juli Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
2018 Faktor risiko : keperawatan 1 x 24 jam,  Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
 Terpajan pada wabah : diharapkan infeksi pada pasien perawatan pasien
terdapat luka post SC tidak terjadi dengan kriteria hasil:  Ajarkan klien dan keluarga mengenai
 Perban luka tampak berdarah Keparahan infeksi teknik cuci tangan dengan tepat
Hb menurun : 8,9 g/dL  Tidak ada kemerahan pada  Anjurkan pengunjung untuk mencuci
luka post SC tangan pada saat memasuki dan
 Tidak ada cairan yang berbau meninggalkan ruangan pasien
busuk  Lakukan perawatan luka post SC
 Tidak ada pus yang keluar dari  Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda
luka post SC dan gejala infeksi dan kapan harus
 Tidak ada demam melaporkannya kepada petugas perawatan
Kolaborasi pemberian terapi antibiotic yang
sesuai jika perlu.
3. 23 Juli Nyeri akut berhubungan dengan Setelah perawatan selama 1x24 Manajemen Nyeri
2018 agen cedera fisik: prosedur jam, nyeri akut klien berkurang  Lakukan pengkajian nyeri secara

20
bedah dari skala 3 ke skala 1 dengan komprehensif
DS: kriteria hasil:  Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait
 Klien mengatakan nyeri nyeri maupun ketidaknyamanan terutama
pada area post operasi Kontrol Nyeri pada pasien yang tidak dapat berbicara
P: luka jahitan post  Klien mampu mengurangi  Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
operasi dan sangat rasa nyeri tanpa analgesik pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
dirasakan saat berjalan  Klien melaporkan perubahan sebelumnya jika ada
Q: seperti teriris gejala nyeri  Pilih dan implementasikan tindakan yang
R: bagian abdomen, tidak  Klien tidak menunjukkan beragam seperti farmakologis dan non
menjalar tanda non verbal terkait nyeri farmakolois untuk memfasilitasi penurunan
T: 1-2 menit nyeri
DO: Tingkat Nyeri  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
S: 3 NRS  Klien mengatakan rasa nyeri  Ajarkan penggunaan teknik
telah berkurang nonfarmakologis seperti relaksasi nafas
 Tanda-tanda vital dalam dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan jika
rentang normal memungkinkan.
 Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
diperlukan

21
 Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri
dilakukan

4. 23 Juli Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur


2018 berhubungan dengan pola tidur keperawatan 1 x 24 jam,
tidak menyehatkan: karena diharapkan pola tidur teratur  Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
tanggung jawab menjadi orang kriteria hasil:  Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
tua Tidur  Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam
DS:  Kualitas tidur baik tidur
 Klien mengatakan tidak puas  Lama tidur bertambah sampai  Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik
dengan pola tidurnya karena 6 jam (ketakutan/kecemasan)
sering terbangun pada malam  Perasaan segar setelah tidur  Monitor partisipasi dalam kegiatan yang
hari  Mudah bangun di saat yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah
 Kebiasaan tidur 6-7 jam dan tepat penat berlebihan
saat ini berubah menjadi 3-4  Terapkan langkah-langkah kenyamanan
jam seperti pijat, pemberian posisi, dan sentuhan
DO: afektif
 Klien tampak mengantuk

22
5. 23 Juli Kesiapan meningkatkan peran Setelah perawatan selama 2x24 Peningkatan pengasuhan:
2018 menjadi orang tua jam, diagnosa dapat teratasi  Bantu orang tua terkait peran transisi dan
DS: dengan kriteria hasil : harapan
 Ibu dan ayah bayi mengatakan  Sediakan buku, pamflet, dan bahan lainnya
kesiapan dirinya menjadi Pengetahuan perawatan bayi: terkait pengajaran keterampilan pengasuhan
orang tua  Orang tua memiliki  Ajarkan orang tua menanggapi isyarat
DO: pengetahuan terkait perilaku dari bayi
 Orang tua tampak antusias karakteristik bayi yang normal
dalam merawat anaknya yang  Orang tua memiliki Pendidikan orang tua: bayi
baru lahir pengetahuan terkait  Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan
 Orang tua tampak antusias memegang bayi dengan tepat kemampuan orang tua dalam belajar
mencari informasi terkait cara  Orang tua memiliki mengenai perawatan bayi
merawat bayi pengetahuan terkait  Monitor kebutuhan belajar bagi keluarga
memposisikan bayi dengan  Ajarkan orang tua keterampilan merawat
tepat bayi yang baru lahir
 Orang tua memiliki  Ajarkan orang tua menyiapkan susu formula
pengetahuan terkait cara dan pemilihannya
memandikan bayi  Berikan informasi mengenai dot bayi pada
 Orang tua memiliki orang tua

23
pengetahuan terkait perawatan  Ajarkan orang tua cara merawat dan
tali pusat mencegah ruam popok
 Dorong orang tua untuk menghadiri kelas
pengasuhan
 Sediakan materi tertulis bagi orang tua yang
sesuai dengan identifikasi kebutuhan
pengetahuan
 Berikan dukungan ketika orang tua belajar
keterampilan perawatan bayi
 Berikan informasi mengenai karakteristik
bayi baru lahir
 Demonstrasikan kepada orang tua mengenai
refleks dan menjelaskan pentingnya refleks
dalam perawatan bayi
 Berikan informasi terkait lingkungan yang
aman bagi bayi

24
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)

Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pemberian bayi berhubungan dengan anomaly puting susu
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.30
2018  Mengajarkan tentang cara pemberian S :
Dinas Pagi makan melalui cangkir  klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua dan keluarga paham untuk menyusu secara langsung
tentang cara pemberian makan melalui  klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat
cangkir pemberian ASI
Pukul 10.20  klien mengatakan tidak menggunakan puting
 Mengintruksikan orang tua untuk buatan/dot saat pemberian ASI
menyendawakan bayi setelah minum  klien mengatakan mengenali isyarat untuk

25
susu penyapihan
Hasil: keluarga menyendawakan anak  Puas dengan proses penyapihan
setelah bayi minum susu
Pukul 10.25 O:
 Menginformasikan mengenai manfaat  Puting susu ibu inverted
menyusui baik fisilogis maupun  Ibu bebas dari mastitis
psikologis
Hasil : orang tua paham tentang manfaat
menyusui A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
Pukul 10.30 P:
 menjelaskan tanda bahwa bayi  Mengobservasi cara makan dengan cangkir
membutuhkan makan, misalnya refleks  Mengevaluasi orang tua untuk menyendawakan
rooting bayi setelah minum susu
Hasil : orang tua paham tanda bahwa  Mengevaluasi tanda bahwa bayi membutuhkan
bayi membutuhka makan makan
pukul 11.05
 Mengajarkan perawatan puting susu
 mendukung pemilihan pengeluaran ASI
dengan pemompaan ASI dengan pompa
listrik atau non listrik

26
hasil : orang tua memilih pemompaan
ASI nonlistrik
Senin, 23 Juli Pukul 14.30 Pukul 20.30
2018  Mengevaluasi tentang cara pemberian S :
Dinas siang makan melalui cangkir  klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua telah mampu untuk menyusu secara langsung
memberikan makanan melalui cangkir  klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat
Pukul 15.00 pemberian ASI
 Mengajarkan nutrisi : 0-3 bulan  klien mengatakan tidak menggunakan puting
Hasil : klien paham tentang nutriri pada buatan/dot saat pemberian ASI
bayi umur 0-3 bulan dan berencana  klien mengatakan mengenali isyarat untuk
memberikan ASI eksklusif sampai umur penyapihan
6 bulan  Puas dengan proses penyapihan
pukul 15.30
 mengajarkan ibu untuk melakukan O:
perawatan puting susu  Puting susu ibu inverted
hasil : orang tua bisa melakukan  Ibu bebas dari mastitis
perawatan puting susu
Pukul 17.00 A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi

27
 Mengevaluasi orang tua dalam
menyendawakan bayi setelah minum P :
susu  Mengevaluasi pengajaran nutrisi : 0-3 bulan
Hasil: keluarga menyendawakan anak  Mengajarkan perawatan puting susu
setelah bayi minum susu
Pukul 17.10
 mengevaluasi tanda bahwa bayi
membutuhkan makan, misalnya refleks
rooting
Hasil : orang tua mengetahui tanda
bahwa bayi membutuhkan makan
Senin, 23 Juli Pukul 05.30 Pukul 07.00
2018  Mengevaluasi tentang pengajaran S :
Dinas malam nutrisi : 0-3 bulan  klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua paham tentang nutrisi untuk menyusu secara langsung
pada bayi 0-3 bulan  klien mengatakan saat memberikan ASI merasa
nyaman
 klien mengatakan tidak menggunakan puting
buatan/dot saat pemberian ASI

28
 klien mengatakan mengenali isyarat untuk
penyapihan
 Puas dengan proses penyapihan
O:
 Puting susu ibu inverted
 Ibu bebas dari mastitis

A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi


P:
 Mengajarkan perawatan puting susu
2. Selasa, 24 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.30
2018  Melakukan perawatan payudara dan S :
Dinas Pagi puting susu  klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari kedua) Hasil : orang tua paham tentang untuk menyusu secara langsung
perawatan payudara  klien mengatakan saat memberikan ASI merasa
nyaman
 klien mengatakan tidak menggunakan puting
buatan/dot saat pemberian ASI
 klien mengatakan mengenali isyarat untuk

29
penyapihan
 Puas dengan proses penyapihan

O:
 Puting susu ibu inverted
 Ibu bebas dari mastitis

A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi

P:
Mengajarkan perawatan puting susu
Selasa, 24 Juli Pukul 14.30 Pukul 16.00
2018  Mengevaluasi perawatan payudara dan S :
Dinas siang putting susu  klien mengatakan ASI lancar dan kadang menyusu
(Hari kedua) Hasil : orang tua paham tentang langsung
perawatan payudara  klien mengatakan mengenali isyarat untuk
penyapihan
 Puas dengan proses penyapihan

30
O:
 Puting susu ibu sudah menonjol
 Ibu bebas dari mastitis

A : ketidakefektifan pemberian ASI teratasi

P:
 Perawatan susu saat dirumah

Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi


Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli 09.15 14.00
2018 Melakukan perawatan luka post SC S:
Dinas Pagi 10.00  Klien mengetahui tanda-tanda infeksi seperti terdapat
(Hari pertama)  Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda cairan yang bau yang keluar pada luka post SC,
dan gejala infeksi dan kapan harus kemerahan dan demam

31
melaporkannya kepada petugas perawatan O:
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah  Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
kegiatan perawatan pasien luka post SC
10.30  S: 37oC
Mengajarkan klien dan keluarga mengenai A: Infeksi tidak terjadi
teknik cuci tangan dengan tepat P: Lanjutkan intervensi
11.00  Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci pasien
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan  Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
ruangan pasien saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
 Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Senin, 23 Juli 15.00 20.30
2018 Menganjurkan pengunjung untuk mencuci S:
Dinas siang tangan pada saat memasuki dan meninggalkan  Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari pertama) ruangan pasien O:
 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
16.00 luka post SC
Memberikan terapi antibiotic cefotaxime  S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi

32
17.00 P: Lanjutkan intervensi
Mengevaluasi pasien tentang pengetahuannya  Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
mengenai tanda-tanda infeksi pasien
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Senin, 23 Juli 23.00 07.30
2018 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan S:
Dinas malam perawatan pasien  Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari pertama) O:
 Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
luka post SC
 S: 36,7oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
 Perawatan luka post SC
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

33
2. Selasa, 24 Juli 08.00 13.30
2018 Melakukan perawatan luka post SC S:
Dinas Pagi  Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari kedua) 10.00 O:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan  Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
perawatan pasien luka post SC
 S: 36,6oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
11.00  Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci pasien
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan  Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
ruangan pasien saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
 Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Selasa, 24 Juli 16.00 16.00
2018 Memberikan terapi antibiotic cefotaxime S:
Dinas siang  Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari kedua) 17.00 O:
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci  Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada

34
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan luka post SC
ruangan pasien  S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien

DiagnosaKeperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur bedah
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 09.00 Pukul 13.30
2018  Melakukan pengkajian nyeri secara S:
DinasPagi komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:

35
- Q: seperti teriris  TTV dalam batas normal
- R: bagian abdomen, tidak menjalar  Tidak ada ekspresi meringis
- S: 3  Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis  Nyeri skala 3
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 12.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
 Mengukur TTV
Hasil:
TD: 110/80 mmHg
S: 36.5oC
N: 78 x/menit
P: 19 x/menit

36
Pukul 13.00
 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Senin, 23 Juli Pukul 15.00 Pukul 20.30
2018  Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Dinas siang komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:
- Q: seperti teriris  TTV dalam batas normal
- R: bagian abdomen, tidak menjalar  Tidak ada ekspresi meringis
- S: 3  Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis  Nyeri skala 2
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 18.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri

37
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
 Mengukur TTV
Hasil:
TD: 119/83 mmHg
S: 36.7oC
N: 68 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 19.00
 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Senin, 23 Juli Pukul 21.30 Pukul 07.30
2018  Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Dinasmalam komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:
- Q: seperti teriris  TTV dalam batas normal

38
- R: bagian abdomen, tidak menjalar  Tidak ada ekspresi meringis
- S: 2  Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis  Nyeri skala 2
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 06.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
 Mengukur TTV
Hasil:
TD: 109/88 mmHg
S: 36.6oC
N: 98 x/menit
P: 20 x/menit
Pukul 07.00

39
 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
2. Selasa, 24 Juli Pukul 08.30 Pukul 13.00
2018  Melakukan pengkajian nyeri secara S:
DinasPagi komprehensif - Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - P: luka jahitan post operasidan sangat
operasi dirasakan saat berjalan
- P: luka jahitan post operasidan sangat - Q: seperti teriris
dirasakan saat berjalan - R: bagian abdomen, tidak menjalar
- Q: seperti teriris - T: 1-2 menit
- R: bagian abdomen, tidak menjalar O:
- S: 2 - S: 1 NRS
T: 1-2 menit A: Nyeri akut teratasi
 Mengajarkan klien teknik non-farmakologis P: -
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi

Pukul 12.00
 Menanyakan pada klien hal yang dirasakan
saat nyeri datang

40
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan
hilang timbul
 Mengukur TTV
Hasil:
TD: 115/85 mmHg
S: 36.6oC
N: 74 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 13.00
 Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam

Diagnosa Keperawatan: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan: karena tanggung jawab
menjadi orang tua
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli 09.30 24 Juli 2018 (Dinas pagi)
2018  Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup 13.30
Dinas Pagi  Monitoring pola tidur dan jumlah jam tidur S:
(Hari pertama)  Monitoring pola tidur dan catat kondisi  Klien mengatakan kualitas tidurnya tidak baik
fisik (ketakutan/kecemasan)  Klien mengatakan tidurnya semalam hanya 4 jam

41
 Monitoring partisipasi dalam kegiatan yang  Klien mengatakan tidak segar saat bangun
melelahkan selama terjaga untuk mencegah  Klien mengatakan masih sering terbangun di malam
penat berlebihan hari
O:
21.00  Klien tampak mengantuk
 Melakukan pemijatan, pemberian posisi, A: Gangguan pola tidur belum teratasi
dan sentuhan afektif P: Lanjutkan intervensi
 Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
 Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
 Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur
 Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik
(ketakutan/kecemasan)
 Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan
selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan
 Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan
afektif

Diagnosa Keperawatan: Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua


No Hari,Tanggal, Implementasi Evaluasi

42
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 09.00 Pukul 13.30
2018  Mengajarkan orang tua cara merawat bayi S:
Dinas Pagi (memandikan dan perawatan tali pusat)  Klien mengatakan sudah mengetahui cara
(Hari pertama)  Memberikan dukungan dalam melakukan memandikan bayi
perawatan bayi  Klien mengatakan sudah mengetahui cara merawat
tali pusat

O:
 Klien tampak mulai terampil dalam memandikan
bayi
 Klien tampak mulai terampil dalam merawat tali
pusat

A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum


teratasi

P: Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua


Senin, 23 Juli Pukul 16.00 Pukul 20.30

43
2018  Memonitor kebutuhan belajar bagi orang S:
Dinas siang tua  Orang tua mengetahui risiko bayi hipotermi
(Hari pertama)
Pukul 20.00 O:
 Mengajarkan cara memposisikan bayi  Orang tua tampak mengetahui cara memberikan
dengan benar bayi posisi yang benar

A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum


teratasi

P: Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua


2. Selasa, 24 Juli Pukul 09.00 Pukul 13.30
2018  Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua S:
Dinas Pagi  Memberi informasi kepada orang tua  Orang tua mengatakan telah mengetahui
(Hari Kedua) terkait karakteristik bayi normal (risiko karakteristik bayi normal (risiko hipotermi)
hipotermi)

O:
 Ibu tampak menjaga bayi agar tetap hangat

44
A:
 Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua telah
teratasi

P:
 Intervensi dihentikan

45
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko
infeksi, nyeri pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien
juga tampak senang dengan kelahiran anak pertamanya. Diagnosa
keperawatan yang muncul meliputi ketidakefektifan pemberian ASI, risiko
infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran
menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi yaitu
ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan
yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan
sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga
dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih.
Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada
gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan
kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan
peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan
orang tua tentang perawatan pada bayi.

B. Saran
Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang
cara merawat bayi dan pemberian ASI.

46
DAFTAR PUSTAKA

American Congress of Obstetricians and Gynecologists, "Five Things Physicians


and Patients Should Question", Choosing Wisely: an initiative of
the ABIM Foundation, American Congress of Obstetricians and
Gynecologists, archived from the original on 1 September 2013,
retrieved 1 August 2013
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). United States of America:
Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.5
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2013). Keperawatan Maternitas Edisi
8 Buku 2. Singapore: Elseiver
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2014). Maternity Nursing 8th Edition.
USA: Elseiver
Mayo Clinic staff (30 July 2015). "Labor and delivery, postpartum care". Mayo
Clinic. Retrieved 15 August 2015.
McGuire E (July 2013). "Maternal and infant sleep postpartum". Breastfeeding
Review. 21 (2): 38–41. PMID 23957180.
Murray, S.S. & McKinney, E.s. (2007). Foundations of maternal—Newborn
nursing.
Singapore: Saunders Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
Reeder, Martin & Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga
Edisi 18. Jakarta: EGC
Saleh, A., et. al. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pendekatan
Modelling terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek, dan Percaya Diri
Ibu dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Kabupaten
Maros.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.
pdf. (Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018).
Turner R (1990). "Caesarean Section Rates, Reasons for Operations Vary
Between Countries".  Fam Plann Perspect. Guttmacher Institute. 22 (6):
281–2. doi:10.2307/2135690. JSTOR 2135690
Yeniel, AO; Petri, E (January 2014). "Pregnancy, childbirth, and sexual function:
perceptions and facts". International urogynecology journal.  25 (1): 5–
14. doi:10.1007/s00192-013-2118-7. PMID 23812577.

47

Anda mungkin juga menyukai