Disusun Oleh :
Dosen:
PRODI
FAKULTAS
BENGKULU
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun
i
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFATR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
3ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil di sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung
selama 6-8 minggu. Selma masa nifas perlu diperhatikan ibu, karena angka
kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi pada masa nifas
(kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran untuk
menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.
Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya
komplikasi yang dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013),
kematian ibu di dunia disebabkan pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%,
eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%, penyulit persalinan 9%,
dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik
terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa
nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%).
Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case
fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus
obstetri. Di Indonesia angka kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik
di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi
kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991
1
sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh
lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi
sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010
sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi
dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk
kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi
psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini sangat berfungsi untuk
peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam merawat
anaknya.
B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0
C. Manfaat
Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan
alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan
perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi,
defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan perawatanperineum.
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode
pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu
dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama
periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan
keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,
psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian.
Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti
semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu
(Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi
perdarahan, usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan kesehatan bayi
juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau
bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum
dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding
uterus, dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah
kontraksi berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang
kuat di tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan
akan sering melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat
uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic
staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai
diproduksi, namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering
3
terganggu karena malam hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E,
2013). Dalam masa postpartum tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu
postpartum yaitu fisiologis dan dan psikologis. Adaptasi fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan
normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan
akan mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua
minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah
melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan
terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus
selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama
24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar
kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh
setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96
jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada
beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah
cairan ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat
minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil
serta trauma selama persalina dan melahirkan
4
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali
saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang
membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki
tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan.
Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda
atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan
(Lokia Alba).
2. Adaptasi psikoligis
1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan,
waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif
atau hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua
setelah kelahiran, ibu baru membutuhkan makanan tambahan dan
istirahat. Ibu dengan bedah caesar bahkan membutuhkan lebih banyak
istirahat. Semua ibu baru juga perlu "mengasuh" diri mereka agar
mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru
juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi
orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah
melahirkan, waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat
keputusan tanpa bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua
fokus pada belajar merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati
sementara dan perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi.
Setiap pasangan mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi
lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan
pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase
menerima tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri
5
akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya
dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat
bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga
kondisi fisiknya.
6
5. Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
6. Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
7. Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta
akreta)
8. Induksi persalinan gagal
9. Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia)
10. Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).
Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan
penyakit penyerta, seperti:
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load
ibu yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset
persalinan (yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui
vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan
sebelumnya atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornuate
7
BAB III
ANALISIS KASUS
8
kecil pada trimester III
Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : Spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EV,EF)
Sectio Caesarea - 21 Juli 2018, 09.00 WITA
2. JK , BB / PB Bayi : L / P , 2.540 gram / 48 cm
3. Perdarahan : ± 800 cc
4. Masalah dalam persalinan : Tidak ada
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : Tidak pernah
9
dan tidak ada nyeri tekan
Mata : Tidak ada ikterus, konjungtiva anemis, dan tidak terasa
nyeri
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret
yang menghambat pernapasan dan tidak ada nyeri tekan
Mulut : Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak bersih
Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada
nyeri tekan
Leher : Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran tiroid maupun pembesaran kelenjar getah
bening
Masalah khusus : Tidak ada
Dada
Jantung : Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
Paru : Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara
tambahan
Payudara : Payudara tampak simetris, areola menghitam dan tidak
ada nyeri tekan
Puting susu : Puting masuk ke dalam
Pengeluaran ASI : Produksi ASI banyak
Masalah khusus : Ketidakefektifan pemberian ASI
Abdomen
Involusi uterus
Fundus uteri : 1 jari di bawah
umbilikus
(10 cm dari
simpisis pubis)
Kontraksi : Kuat
Posisi : Tengah
Kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
Diastasis rectus abdominis : 10 cm × 3 cm
Fungsi pencernaan : Klien BAB 1x sehari sejak post operasi/peristaltic
usus terdengar (5 kali/menit)
10
Masalah khusus : Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen
klien. Klien mengatakan terkadang merasa nyeri pada
bagian luka operasi. Terkadang klien menunjukkan
ekspresi meringis. Hasil pengkajian nyeri
menggunakan NRS, meliputi:
P= luka jahitan bekas operasi dan sangat dirasakan
saat berjalan
Q= seperti teriris
R= bagian abdomen, tidak menjalar
S= skala 3
T= 1-2 menit
TANDA REEDA
R : Reedness : ada kemerahan
E : Edema : tidak ada
E : Ekimosis : tidak ada
D : Discharge : darah
A : Approximate : tertutup
11
Ekstremitas Atas
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : Ya / tidak
Varises : Ya / tidak
Masalah khusus : Tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK : 3-4 x/hari
BAK saat ini : 3-4 x/hari Nyeri / tidak
Fekal : Kebiasaan BAB : 1 x/hari
BAB saat ini : 1vx/hari Konstipasi / tidak
12
Meningkat
Asupan cairan
:
Masalah khusus
:
Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis
:
Taking hold
Masalah khusus
:
Tidak ada
Kemampuan menyusui
:
Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena putting susu masuk ke dalam.
13
Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini :
1. Ketorolac 30 mg/8 jam/Intravena
2. Ranitidine 50 mg/8 jam/Intravena
3. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena
4. Cefotaxine 90 mg/24 jam/intravena
5. Fetrosus sulfat 200 mg/24 jam oral
6. Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Hasil Rentang normal Interpretasi
21 Juli 2018
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 7,31 (103/uL) 4,00-10,00 (103/uL) Normal
6 6
RBC 2,93 (10 /uL) 4,00-6,00 (10 /uL) Menurun
HGB 8,9 gr/dl 12,0-16,0 gr/dl Menurun
HCT 26,8 % 37,0-48,0 % Menurun
MCV 91,5 fl 80,0-97,0 fl Normal
MCH 91,5 pg 26,5-33,5 pg Meningkat
MCHC 30,4 gr/dl 31,5-35,0 gr/dl Menurun
3 3
PLT 169 (10 /uL) 150-400 (10 /uL) Meningkat
RDW-CV 15,2 10,0-15,0 Meningkat
PDW 12,1 fl 10,0-18,0 fl Normal
MPV 10,7 fl 6,50-11,0 fl Normal
PCT 0,18 % 0,15-0,50 % Normal
NEUT 4,99 % 52,0-75,0 % Menurun
LYMPH 24,6 % 20,0-40,0 % Normal
MONO 5,7 % 2,00-8,00 % Normal
EO 0,09 % 1,00-3,00 % Menurun
BASO 0,03 % 0,00-0,10 % Normal
Koagulasi
Waktu Bekuan 7 menit 4-10 menit Normal
Waktu Perdarahan 2 menit 1-7 menit Normal
KIMIA DARAH
14
Glukosa
GDS 150 mg/dl 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 10 mg/dl 10-50 mg/dl Normal
Kreatinin 0,48 mg/dl L(<1,3),P(<1,1) mg/dl Normal
Fungsi Hati
SGOT 16 U/L < 38 U/L Normal
SGPT 5 U/L < 41 U/L Normal
Kimia Lain
Elektrolit
Natrium 139 mmol/l 136-145 mmol/l Menurun
Kalium 3,9 mmol/l 3,5-5,1 mmol/l Normal
Klorida 104 mmol/l 97-111 mmol/l Normal
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
HBs Ag (ICT) Non Reactive Non Reactive Negative
15
bayi yang benar. Dari hasil observasi puting inverted, klien nampak
mengantuk, dan klien tampak antusias dalam mencari informasi terkait
perawatan bayi.
Perencanaan Pulang :
Perawatan putting susu dan payudara.
B. Analisa Data
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
16
DO:
S: 3 NRS
DS:
Klien mengatakan tidak puas dengan pola
tidurnya karena sering terbangun pada
malam hari
Gangguan pola tidur
Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah
menjadi 3-4 jam
DO:
Klien tampak mengantuk
DS:
Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan
dirinya menjadi orang tua
DO: Kesiapan meningkatkan peran
Orang tua tampak antusias dalam merawat menjadi orang tua
anaknya yang baru lahir
Orang tua tampak antusias mencari informasi
terkait cara merawat bayi
17
C. Intervensi Keperawatan
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
Diagnosis Keperawatan & Data
No Tanggal Tujuan Rencana Tindakan
Penunjang
1 23 Juli Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah dilakukan perawatan Konseling laktasi
2018 berhubungan dengan anomaly 2x24 jam ketidakefektifan Berikan informasi mengenai manfaat
payudara ibu pemberian ASI teratasi dengan menyusui baik fisilogis maupun psikologis
kriteria hasil Jelaskan tanda bahwa bayi membutuhkan
DS: Keberhasilan menyusui : maternal makakn, misalnya refleks rooting
Klien mengatakan putting Posisi nyaman selama Instruksikan bayi untuk melakukan
susunya masuk ke dalam dan menyusui perawatan puting susu
bayinya menolak saat disusui Menghindari penggunaan Monitori nyeri pada payudara
DO: putting buatan/dot Dukung pemilihan pengeluaran ASI dengan
Putting susu tampak Penyapihan menyusui pemompaan ASI dengan pompa listrik atau
inverted Mengenali isyarat untuk non listrik
penyapihan Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan
Ibu bebas dari mastitis Anjurkan pasien untuk memberikan ASI
18
Puas dengan proses selama 6 bulan atau susu formula jika ASI
penyapihan tidak cukup
Intruksikan orang tua membatasi intake air ½
sampa 1 ons pada satu waktu, 4 ons setiap
hari
Pemberian makan dengan cangkir : bayi
baru lahir
Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum
memberi makan
Pegang bayi bayi baru lahir yang dibedong
dengan tegak atau atau semi tegak sambil
menyokong bagian belakang (punggung)
bayi baru lahir, leher dan kepala
Pertahankan bayi dengan sendok ke bibir
bayi mendatar sedikit dibibir bawah dengan
tepi sendok yang menyentuh bagian luar
bibir atas
Sentuhkan sendok hingga susu menyentuh
bibir bayu lahir
19
Monitor aliran susu
Sendawakan bayi selama dan setelah
memberi makan
2. 23 Juli Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
2018 Faktor risiko : keperawatan 1 x 24 jam, Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
Terpajan pada wabah : diharapkan infeksi pada pasien perawatan pasien
terdapat luka post SC tidak terjadi dengan kriteria hasil: Ajarkan klien dan keluarga mengenai
Perban luka tampak berdarah Keparahan infeksi teknik cuci tangan dengan tepat
Hb menurun : 8,9 g/dL Tidak ada kemerahan pada Anjurkan pengunjung untuk mencuci
luka post SC tangan pada saat memasuki dan
Tidak ada cairan yang berbau meninggalkan ruangan pasien
busuk Lakukan perawatan luka post SC
Tidak ada pus yang keluar dari Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda
luka post SC dan gejala infeksi dan kapan harus
Tidak ada demam melaporkannya kepada petugas perawatan
Kolaborasi pemberian terapi antibiotic yang
sesuai jika perlu.
3. 23 Juli Nyeri akut berhubungan dengan Setelah perawatan selama 1x24 Manajemen Nyeri
2018 agen cedera fisik: prosedur jam, nyeri akut klien berkurang Lakukan pengkajian nyeri secara
20
bedah dari skala 3 ke skala 1 dengan komprehensif
DS: kriteria hasil: Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait
Klien mengatakan nyeri nyeri maupun ketidaknyamanan terutama
pada area post operasi Kontrol Nyeri pada pasien yang tidak dapat berbicara
P: luka jahitan post Klien mampu mengurangi Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan
operasi dan sangat rasa nyeri tanpa analgesik pengurangan nyeri yang pernah dilakukan
dirasakan saat berjalan Klien melaporkan perubahan sebelumnya jika ada
Q: seperti teriris gejala nyeri Pilih dan implementasikan tindakan yang
R: bagian abdomen, tidak Klien tidak menunjukkan beragam seperti farmakologis dan non
menjalar tanda non verbal terkait nyeri farmakolois untuk memfasilitasi penurunan
T: 1-2 menit nyeri
DO: Tingkat Nyeri Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
S: 3 NRS Klien mengatakan rasa nyeri Ajarkan penggunaan teknik
telah berkurang nonfarmakologis seperti relaksasi nafas
Tanda-tanda vital dalam dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan jika
rentang normal memungkinkan.
Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk
menggunakan teknik farmakologi jika
diperlukan
21
Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri
dilakukan
22
5. 23 Juli Kesiapan meningkatkan peran Setelah perawatan selama 2x24 Peningkatan pengasuhan:
2018 menjadi orang tua jam, diagnosa dapat teratasi Bantu orang tua terkait peran transisi dan
DS: dengan kriteria hasil : harapan
Ibu dan ayah bayi mengatakan Sediakan buku, pamflet, dan bahan lainnya
kesiapan dirinya menjadi Pengetahuan perawatan bayi: terkait pengajaran keterampilan pengasuhan
orang tua Orang tua memiliki Ajarkan orang tua menanggapi isyarat
DO: pengetahuan terkait perilaku dari bayi
Orang tua tampak antusias karakteristik bayi yang normal
dalam merawat anaknya yang Orang tua memiliki Pendidikan orang tua: bayi
baru lahir pengetahuan terkait Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan
Orang tua tampak antusias memegang bayi dengan tepat kemampuan orang tua dalam belajar
mencari informasi terkait cara Orang tua memiliki mengenai perawatan bayi
merawat bayi pengetahuan terkait Monitor kebutuhan belajar bagi keluarga
memposisikan bayi dengan Ajarkan orang tua keterampilan merawat
tepat bayi yang baru lahir
Orang tua memiliki Ajarkan orang tua menyiapkan susu formula
pengetahuan terkait cara dan pemilihannya
memandikan bayi Berikan informasi mengenai dot bayi pada
Orang tua memiliki orang tua
23
pengetahuan terkait perawatan Ajarkan orang tua cara merawat dan
tali pusat mencegah ruam popok
Dorong orang tua untuk menghadiri kelas
pengasuhan
Sediakan materi tertulis bagi orang tua yang
sesuai dengan identifikasi kebutuhan
pengetahuan
Berikan dukungan ketika orang tua belajar
keterampilan perawatan bayi
Berikan informasi mengenai karakteristik
bayi baru lahir
Demonstrasikan kepada orang tua mengenai
refleks dan menjelaskan pentingnya refleks
dalam perawatan bayi
Berikan informasi terkait lingkungan yang
aman bagi bayi
24
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pemberian bayi berhubungan dengan anomaly puting susu
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.30
2018 Mengajarkan tentang cara pemberian S :
Dinas Pagi makan melalui cangkir klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua dan keluarga paham untuk menyusu secara langsung
tentang cara pemberian makan melalui klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat
cangkir pemberian ASI
Pukul 10.20 klien mengatakan tidak menggunakan puting
Mengintruksikan orang tua untuk buatan/dot saat pemberian ASI
menyendawakan bayi setelah minum klien mengatakan mengenali isyarat untuk
25
susu penyapihan
Hasil: keluarga menyendawakan anak Puas dengan proses penyapihan
setelah bayi minum susu
Pukul 10.25 O:
Menginformasikan mengenai manfaat Puting susu ibu inverted
menyusui baik fisilogis maupun Ibu bebas dari mastitis
psikologis
Hasil : orang tua paham tentang manfaat
menyusui A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
Pukul 10.30 P:
menjelaskan tanda bahwa bayi Mengobservasi cara makan dengan cangkir
membutuhkan makan, misalnya refleks Mengevaluasi orang tua untuk menyendawakan
rooting bayi setelah minum susu
Hasil : orang tua paham tanda bahwa Mengevaluasi tanda bahwa bayi membutuhkan
bayi membutuhka makan makan
pukul 11.05
Mengajarkan perawatan puting susu
mendukung pemilihan pengeluaran ASI
dengan pemompaan ASI dengan pompa
listrik atau non listrik
26
hasil : orang tua memilih pemompaan
ASI nonlistrik
Senin, 23 Juli Pukul 14.30 Pukul 20.30
2018 Mengevaluasi tentang cara pemberian S :
Dinas siang makan melalui cangkir klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua telah mampu untuk menyusu secara langsung
memberikan makanan melalui cangkir klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat
Pukul 15.00 pemberian ASI
Mengajarkan nutrisi : 0-3 bulan klien mengatakan tidak menggunakan puting
Hasil : klien paham tentang nutriri pada buatan/dot saat pemberian ASI
bayi umur 0-3 bulan dan berencana klien mengatakan mengenali isyarat untuk
memberikan ASI eksklusif sampai umur penyapihan
6 bulan Puas dengan proses penyapihan
pukul 15.30
mengajarkan ibu untuk melakukan O:
perawatan puting susu Puting susu ibu inverted
hasil : orang tua bisa melakukan Ibu bebas dari mastitis
perawatan puting susu
Pukul 17.00 A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
27
Mengevaluasi orang tua dalam
menyendawakan bayi setelah minum P :
susu Mengevaluasi pengajaran nutrisi : 0-3 bulan
Hasil: keluarga menyendawakan anak Mengajarkan perawatan puting susu
setelah bayi minum susu
Pukul 17.10
mengevaluasi tanda bahwa bayi
membutuhkan makan, misalnya refleks
rooting
Hasil : orang tua mengetahui tanda
bahwa bayi membutuhkan makan
Senin, 23 Juli Pukul 05.30 Pukul 07.00
2018 Mengevaluasi tentang pengajaran S :
Dinas malam nutrisi : 0-3 bulan klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak
(Hari pertama) Hasil : orang tua paham tentang nutrisi untuk menyusu secara langsung
pada bayi 0-3 bulan klien mengatakan saat memberikan ASI merasa
nyaman
klien mengatakan tidak menggunakan puting
buatan/dot saat pemberian ASI
28
klien mengatakan mengenali isyarat untuk
penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
29
penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
P:
Mengajarkan perawatan puting susu
Selasa, 24 Juli Pukul 14.30 Pukul 16.00
2018 Mengevaluasi perawatan payudara dan S :
Dinas siang putting susu klien mengatakan ASI lancar dan kadang menyusu
(Hari kedua) Hasil : orang tua paham tentang langsung
perawatan payudara klien mengatakan mengenali isyarat untuk
penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
30
O:
Puting susu ibu sudah menonjol
Ibu bebas dari mastitis
P:
Perawatan susu saat dirumah
31
melaporkannya kepada petugas perawatan O:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
kegiatan perawatan pasien luka post SC
10.30 S: 37oC
Mengajarkan klien dan keluarga mengenai A: Infeksi tidak terjadi
teknik cuci tangan dengan tepat P: Lanjutkan intervensi
11.00 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci pasien
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
ruangan pasien saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Senin, 23 Juli 15.00 20.30
2018 Menganjurkan pengunjung untuk mencuci S:
Dinas siang tangan pada saat memasuki dan meninggalkan Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari pertama) ruangan pasien O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
16.00 luka post SC
Memberikan terapi antibiotic cefotaxime S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi
32
17.00 P: Lanjutkan intervensi
Mengevaluasi pasien tentang pengetahuannya Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
mengenai tanda-tanda infeksi pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Senin, 23 Juli 23.00 07.30
2018 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan S:
Dinas malam perawatan pasien Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari pertama) O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
luka post SC
S: 36,7oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka post SC
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
33
2. Selasa, 24 Juli 08.00 13.30
2018 Melakukan perawatan luka post SC S:
Dinas Pagi Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari kedua) 10.00 O:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
perawatan pasien luka post SC
S: 36,6oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
11.00 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci pasien
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
ruangan pasien saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Selasa, 24 Juli 16.00 16.00
2018 Memberikan terapi antibiotic cefotaxime S:
Dinas siang Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Hari kedua) 17.00 O:
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada
34
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan luka post SC
ruangan pasien S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
DiagnosaKeperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur bedah
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 09.00 Pukul 13.30
2018 Melakukan pengkajian nyeri secara S:
DinasPagi komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:
35
- Q: seperti teriris TTV dalam batas normal
- R: bagian abdomen, tidak menjalar Tidak ada ekspresi meringis
- S: 3 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis Nyeri skala 3
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 12.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 110/80 mmHg
S: 36.5oC
N: 78 x/menit
P: 19 x/menit
36
Pukul 13.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Senin, 23 Juli Pukul 15.00 Pukul 20.30
2018 Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Dinas siang komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:
- Q: seperti teriris TTV dalam batas normal
- R: bagian abdomen, tidak menjalar Tidak ada ekspresi meringis
- S: 3 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis Nyeri skala 2
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 18.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri
37
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 119/83 mmHg
S: 36.7oC
N: 68 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 19.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Senin, 23 Juli Pukul 21.30 Pukul 07.30
2018 Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Dinasmalam komprehensif - Klien mengatakan nyeri berkurang
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
operasi
- P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan O:
- Q: seperti teriris TTV dalam batas normal
38
- R: bagian abdomen, tidak menjalar Tidak ada ekspresi meringis
- S: 2 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas
T: 1-2 menit dalam
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis Nyeri skala 2
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Pukul 06.00 - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan - Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri
saat nyeri datang maupun ketidaknyamanan
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan - Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 109/88 mmHg
S: 36.6oC
N: 98 x/menit
P: 20 x/menit
Pukul 07.00
39
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
2. Selasa, 24 Juli Pukul 08.30 Pukul 13.00
2018 Melakukan pengkajian nyeri secara S:
DinasPagi komprehensif - Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
(Hari pertama) Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post - P: luka jahitan post operasidan sangat
operasi dirasakan saat berjalan
- P: luka jahitan post operasidan sangat - Q: seperti teriris
dirasakan saat berjalan - R: bagian abdomen, tidak menjalar
- Q: seperti teriris - T: 1-2 menit
- R: bagian abdomen, tidak menjalar O:
- S: 2 - S: 1 NRS
T: 1-2 menit A: Nyeri akut teratasi
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis P: -
(relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi
Pukul 12.00
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan
saat nyeri datang
40
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan
hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 115/85 mmHg
S: 36.6oC
N: 74 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 13.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Diagnosa Keperawatan: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan: karena tanggung jawab
menjadi orang tua
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli 09.30 24 Juli 2018 (Dinas pagi)
2018 Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup 13.30
Dinas Pagi Monitoring pola tidur dan jumlah jam tidur S:
(Hari pertama) Monitoring pola tidur dan catat kondisi Klien mengatakan kualitas tidurnya tidak baik
fisik (ketakutan/kecemasan) Klien mengatakan tidurnya semalam hanya 4 jam
41
Monitoring partisipasi dalam kegiatan yang Klien mengatakan tidak segar saat bangun
melelahkan selama terjaga untuk mencegah Klien mengatakan masih sering terbangun di malam
penat berlebihan hari
O:
21.00 Klien tampak mengantuk
Melakukan pemijatan, pemberian posisi, A: Gangguan pola tidur belum teratasi
dan sentuhan afektif P: Lanjutkan intervensi
Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur
Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik
(ketakutan/kecemasan)
Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan
selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan
Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan
afektif
42
Jam (WITA)
1. Senin, 23 Juli Pukul 09.00 Pukul 13.30
2018 Mengajarkan orang tua cara merawat bayi S:
Dinas Pagi (memandikan dan perawatan tali pusat) Klien mengatakan sudah mengetahui cara
(Hari pertama) Memberikan dukungan dalam melakukan memandikan bayi
perawatan bayi Klien mengatakan sudah mengetahui cara merawat
tali pusat
O:
Klien tampak mulai terampil dalam memandikan
bayi
Klien tampak mulai terampil dalam merawat tali
pusat
43
2018 Memonitor kebutuhan belajar bagi orang S:
Dinas siang tua Orang tua mengetahui risiko bayi hipotermi
(Hari pertama)
Pukul 20.00 O:
Mengajarkan cara memposisikan bayi Orang tua tampak mengetahui cara memberikan
dengan benar bayi posisi yang benar
O:
Ibu tampak menjaga bayi agar tetap hangat
44
A:
Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua telah
teratasi
P:
Intervensi dihentikan
45
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko
infeksi, nyeri pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien
juga tampak senang dengan kelahiran anak pertamanya. Diagnosa
keperawatan yang muncul meliputi ketidakefektifan pemberian ASI, risiko
infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran
menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi yaitu
ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan
yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan
sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga
dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih.
Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada
gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan
kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan
peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan
orang tua tentang perawatan pada bayi.
B. Saran
Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang
cara merawat bayi dan pemberian ASI.
46
DAFTAR PUSTAKA
47