Lindiawatie
Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
Email : lindiawatie@ymail.com
Abstract; In the real life, We often found someone ignores the role of ethics in
entrepreneurship. Various entrepreneurship are not ethical among others not transparent in
delivering information products that result in consumer harm and others. Principles and
ethical values which should be held in entrepreneurship. This article was created to expose
the principle and the application of ethical entrepreneurship not only refers to the positive
law but also refers to the rules of the Shariah Economy. Method of article is the
qualitative by study of literature is through data capture-data derived from regulatory
legislation, the Quran and the Hadith, the research journals and textbooks that support the
writing of it. Then analyzed and taken his conclusion.In fact the role of ethics in
entrepreneurship very important standard, reference and basic grounding. Because
entrepreneurship who ignore ethics will harm its business rapidly or slowly.
Entrepreneurship that run in unethical will reduce consumer confidence and ultimately
reduce sales and profits. Therefore very important implementing the principle and the
application of ethical entrepreneurship refers to provisions of the regulators as well as the
principles and rules of Islamic economy that was substantially is universal.
PENDAHULUAN
Pekerjaan dan usaha apa saja yang dijalani oleh setiap orang hendaknya
dilaksanakan secara benar dan profesional, termasuk berwirausaha. Tidak semua orang
memiliki keinginan berwirausaha karena berwirausaha membutuhkan niat, ketekunan,
kesabaran, ilmu pengetahuan serta kerja keras yang berproses secara kontinu. Wirausaha
merupakan upaya seseorang untuk menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri bekerja
sama dengan orang lain menciptakan dan menawarkan barang dan jasa. Berwirausaha
adalah keputusan yang mulia karena membantu orang lain memperoleh pekerjaan. Pada
awalnya berwirausaha dapat dilakukan secara individu melalui jenis usaha-usaha tertentu
yang berskala rumah tangga yang bersifat usaha ultra mikro (10 juta Rupiah) atau usaha
mikro (kurang dari 50 juta Rupiah), misalnya pembuatan kue skala mikro. Jika ditekuni
dengan kesabaran dan terus-menerus berinovasi serta pantang menyerah maka peluang
usaha sekecil apa pun dapat menjadi besar. Namun tidak semua orang mampu
melakukannya. Kebanyakan orang tidak sabar, mudah menyerah dan malas berinovasi
karena kurang pengetahuan yang menyebabkan kegiatan usahanya kurang berkembang dan
tidak maju.
Pada hakikatnya berwirausaha merupakan kegiatan ekonomi yang sangat besar
manfaatnya untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab
itu perlu diciptakan aturan yang memudahkan setiap orang untuk berwirausaha dan kondisi
lingkungan yang mendorong persaingan usaha yang sehat. Pada kenyataannya tidaklah
TINJAUAN PUSTAKA
a. Wirausaha
Menurut Winarno (2011), “wirausaha adalah seseorang yang mampu menghasilkan
atau menciptakan nilai tambah melalui pematangan ide-idenya dan menyatukan sumber
daya yang dimilikinya serta mewujudkannya”.
Kasmir (2013), “wirausah aadalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko
untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan”. Sementara itu, Ating Tedjasutisna
(2004) mengemukakan bahwa: ”Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-
sumber data yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan tindakan yang tepat guna
dalam memastikan kesuksesan”.
b. Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika adalah ilmu tentang baik
dan buruk dan tentang kewajiban hak dan moral (akhlak). Menurut Velasquez (2005) ,
meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas,
etika adalah semacam penelaahan sedangkan moralitas merupakan subjek. Arti moral
dalam KBBI adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban dan sebagainya. Moral merupakan ajaran budi pekerti, akhlak atau
susila. Etika menurut Keraf (1991) dalam Sofyan (2011), memberikan ruang untuk
melakukan kajian dan analisis kritis terhadap nilai dan norma moral yang mengatur
perilaku hidup manusia baik pribadi maupun kelompok. Etika adalah upaya untuk
menegakkan realitas. Sofyan (2011) sebagaimana mengutip dari Fisher dan Lovell (2003),
Etika dekat dengan nilai, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Etika adalah bidang ilmu
yang harus dipelajari, sedangkan nilai adalah perasaan yang datang dengan sendirinya
dan merupakan keyakinan tentang benar dan salah yang selalu mengarahkan perilaku kita
pada perbedaan. Etika diambil dari buku dan diskursus soal teori dan filosofi tentang benar
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai diperoleh dari interaksi dengan keluarga, teman sekerja
atau organisasi. Nilai tidak dipelajari tetapi dipahami melalui interaksi.
Menurut Sofyan (2011), karena etika menyangkut tentang hal baik dan buruk, mau
tidak mau etika berhubungan dengan dengan agama dan hukum. Agama merupakan
sumber moral atau sumber nilai yang menentukan baik dan buruk bahkan memaksa
manusia mengamalkan tingkah laku yang baik dan menghindari yang buruk. Sementara
hukum merupakan norma yang ditetapkan negara dan adat untuk memaksa manusia
mengikutinya dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya agar tercipta
ketentraman dan ketenangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran moral
berada di hati nurani sehingga penerapan etika sangat berhubungan dengan hati nurani.
c. Ekonomi Syariah
Chapra (2000) menyatakan bahwa Islam adalah keimanan universal yang
sederhana, mudah dimengerti dan dinalar. Ia didasarkan pada 3 prinsip fundamental yaitu
tauhid (keesaan), khilafah (perwakilan) dan ‘adalah (keadilan).
1. Tauhid
mengandung arti bahwa alam semesta didesain dan diciptakan secara sadar oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa, yang bersifat esa dan ia tidak terjadi karena kebetulan. Segala sesuatu
yang diciptakannya memiliki tujuan.
2. Khilafah
Manusia adalah khalifah-Nya atau wakil-Nya di bumi. Ia telah dibekali dengan semua
karakteristik mental dan spiritual serta materiil untuk memungkinkannya hidup dan
mengemban misinya secara efektif. Dalam kerangka kekhalifahannya, ia bebas dan
mampu berpikir dan menalar untuk memilih mana yang baik, yang buruk, jujur atau tidak
jujur dan mengubah kondisi kehidupannya, masyarakat dan perjalanan sejarah. Secara
fitrah, ia baik dan mulia. Konsep khilafah memiliki implikasi persaudaraan universal,
sumber-sumber daya di muka bumi adalah amanat, sikap dan gaya hidup sederhana,
prinsip kebebasan manusia (sesama manusia tidaak bisa memperbudak sesamanya).
3. ‘Adalah
Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan. Penegakan keadilan dan penghapusan
semua bentuk ketidakadilan telah ditekankan dalam Alquran sebagai misi utama para
Rasul Allah. Keadilan merupakan bentuk ketaqwaan. Komitmen Islam terhadap
persaudaraan universal dan keadilan menuntut semua sumber-sumber daya di tangan
manusia sebagai suatu titipan dari Allah dan harus direalisasikan dan dimanfaatkan untuk
tujuan syariah (maqashid syariah).
Ilmu ekonomi Islam menurut Mannan (1997), adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Permasalahan dasar ilmu ekonomi antara ekonomi modern dengan ekonomi Islam adalah
sama yaitu sama-sama mencari solusi atas kelangkaan sumber daya. Perbedaan antara
keduanya terletak pada aspek spiritualnya. Ilmu ekonomi Islam memandang manusia
sebagai makhluk sosial religius yang dikendalikan oleh nilai-nilai Islam (menjunjung
tinggi sikap spiritual), sedangkan ilmu ekonomi modern memandang manusia sebagai
makhluk sosial yang mementingkan kepentingan individu dan tidak mempermasalahkan
pertimbangan nilai-nilai (mengabaikan sikap spiritual)
Menurut Nasution et al (2007), Ilmu ekonomi Islam memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Harta kepunyaan Allah dan manusia adalah khalifah atas harta tersebut
b. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah dan akhlak
METODE
Paper ini ditulis dengan metode studi literatur. Sumber data-data yang digunakan
adalah sumber-sumber literatur yang mendukung penulisan paper ini yaitu dengan
mempelajari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian meliputi buku-buku, artikel-
artikel, hasil penelitian dan kajian, jurnal dan lain-lain.Terkait dengan judul artikel ini yang
menjadikan ekonomi syariah sebagai acuan dalam berwirausaha yang beretika maka
Penulis lebih banyak mengambil sumber referensi dari buku-buku yang bertemakan
ekonomi syariah. Penulis akan lebih banyak mengkaji prinsip dan penerapan berwirausaha
yang bersumber dari Sumber hukum Islam Alquran dan Hadist yang merangkum garis
besar pemahaman Islam sehingga muncullahprinsip-prinsip ekonomi syariah secara umum.
Kemudian menghubungkan prinsip-prinsip ekonomi syariah tersebut dengan bagaimana
seharusnya seorang pemula dalam berwirausaha menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Pada akhirnya terwujudlah bagaimana berwirausaha yang beretika sesuai aturan ekonomi
syariah.Teknik analisis pustakanya dengan cara mengumpulkan referensi, menganalisa,
dan menarik kesimpulan. Secara umum gambaran kerangka teknik analisis pustakanya
seperti berikut ini:
Alquran Tauhid
Hadist
Keadilan
(keseimbangan)
menjalankan usahanya dengan menjaga kehalalan usahanya. Usaha yang halal baik
produk maupun tekniknya adalah kunci usaha yang berkelanjutan (sustainable)
karena mendapat ridho-Nya.
2. Prinsip kedua; adalah prinsip keadilan (‘adalah). Perwujudan dari prinsip
ketauhidan akan menimbulkan perilaku adil atau keseimbangan antara kepentingan
jasmani dan rohani, antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Prinsip
keadilan ini akan melahirkan kepentingan mendahulukan hak Allah Swt selaku
Sang Pencipta (al-Khalik) berupa shalat tepat waktu, kewajiban zakat, bersedekah
dan wakaf. Prinsip ini pun akan melahirkan sikap pelayanan prima terhadap
konsumen atau pembeli berupa sikap mempermudah bukan mempersulit. Jadi sikap
adil merupakan sikap yang menempatkan segala sesuatu sesuai porsi atau yang
telah menjadi ketentuan yang berlaku.
3. Prinsip khilafah/khalifah;adalah prinsip yang menyatakan bahwa manusia adalah
pelaku yang menjalankan kehidupan di muka bumi. Manusia adalah khalifah atau
pemimpin yang bertugas menjalani kemakmuran di muka bumi. Prinsip ini akan
mewujudkan kesejahteraan bersama. Prinsip ini akan melahirkan perilaku tidak
egois tidak serakah, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan fisik di sekitarnya.
Kepedulian terhadap sesama terwujud dalam kepedulian berbagi atas hasil
usahanya dengan melakukan tanggungjawab sosial baik berupa pemberian bantuan
beasiswa penndidikan, bantuan kesehatan, bermitra dengan usaha kecil,
memberikan pendampingan dan pelatihan terhadap usaha yang lemah dan lain-lain.
Kepedulian terhadap lingkungan dengan melaksanakan ekonomi hijau (green
economy) dan ekonomi biru (blue economy).
Terwujudnya harmonisasi :
Meraih kemenangan Usaha yang berkah/berkelanjutan -Allah
atau sukses (falah) (sustainable) -Sesama manusia
dunia dan akhirat -Lingkung sekitar (hewan,
tumbuhan, tanah, udara,
sungai, hutan dan lain-lain)
segenap aspek mulai dari manajemen dan budaya organisasi, pemasaran, SDM, keuangan,
produksi dan tanggunjawab terhadap sesama serta lingkungan sekitar (hewan, tumbuhan,
hutan, udara, tanah, sungai, laut, dan danau). Implikasi dari penerapan secara menyeluruh
terhadap semua aspek tersebut akan menyebabkan terwujudnya harmonisasi hubungan
dengan Sang Pencipta Allah, sesama manusia dan lingkungan sekitar. Makna harmonisasi
ini sangat mendalam yang berarti bahwa kegiatan wirausaha yang dijalani mendapat restu
atau ridho-Nya, bermanfaat buat sesama dan menjaga kelestarian lingkungan. Wirausaha
yang demikian pada akhirnya akan melahirkan kegiatan usaha yang mampu bahkan naik
menuju tingkatan di atasnya. Wirausaha yang demikian dalam istilah ekonomi syariah
adalah wirausaha yang mendapatkan barakah/berkah (sustainable).
Konsep barakah menurut Ahmad (1995) adalah sesuatu yang diberkati oleh tangan
tak terlihat (Barakah is an invisible blessing). Konsep barakah adalah sesuatu yang tidak
berwujud tetapi terlihat secara kasat mata. Konsep barakah meliputi seluruh aspek perilaku
kehidupan manusia. Konsep barakah tidak bisa diukur dengan satuan uang. Konsep
barakah sebenarnya berkaitan dengan perwujudan perilaku etis atau tidak etis yang telah
dilakukan seseorang. Konsep barakah akan akan melahirkan perilaku yang berbeda.
Dengan kata lain Semakin baik dan benar perilaku seseorang maka semakin hadir
keberkahan (barakah). Sebaliknya semakin buruk perilaku seseorang menandakan
ketidakhadiran keberkahan dalam hidupnya. Secara lebih spesifik konsep Barakah
mengandung sebuah jaminan terhadap kesuksesan dan penghargaan (reward) bagi
seseorang yang berperilaku baik dan benar, seseorang akan mendapatkannya baik
secara langsung atau tidak langsung atas jerih payahnya berusaha. Seperti firman
Allah dalam Quran surat 129 ayat 7-8 yang menyatakan:
“Barang siapa yang berbuat kebaikan walau sebesar zarrah pasti akan
memperoleh kebaikan, dan barang siapa yang berbuat keburukan walau sebesar zarrah,
akan mendapat balasan.”
Wirausaha yang dijalankan dengan menjaga dan mengedepankan perilaku etis yang
akan mendapatkan keberkahan/kesuksesan.Dengan menjalankan wirausaha yang berkah
maka tujuan akhir dari kehidupan di muka bumi tercapai yaitu meraih kemenangan atau
kesuksesan yang tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Itulah arti kebahagiaan yang
hakiki yaitu meraih kemenangan (falah) dunia dan akhirat.Secara ringkas gambaran ketiga
prinsip tersebut diperlihatkan pada Tabel .1 berikut ini:
2. Keadilan Menjaga sholat tepat waktu; menunaikan zakat, sedekah dan wakaf;
pelayanan prima terhadap konsumen, tidak mempersulit konsumen tetapi
mempermudah; transparansiproduk dan keuangan; memperlakukan pekerja
dengan adil; menjaga hubungan baik dengan mitra bank dan pemasok;
mematuhi undang-undang regulator dan lain-lain, menjauhi riba, maysir,
israf, gharar
dsb
3. Khilafah Tidak egois; tidak serakah; berbagi dan membantu sesama dengan
melakukan tanggungjawab terhadap masyarakat melalui bantuan beasiswa
pendidikan; bantuan kesehatan; pendampingan dan pelatihan terhadap
usaha lemah; melaksanakan green dan blue economy yaitu kegiatan usaha
yang berwawasan dan peduli terhadap kesehatan dan kenyaman
lingkungan.
Adapun penjabaran secara terperinci dari prinsip-prinsip tersebut diuraikan berikut ini:
No Aspek-aspek Penerapan
1. Manajemen dan budayaBudaya tepat waktu mengawali dan mengakhiri
organisasi aktivitas, disiplin dan bekerja, menjaga kinerja
tetap positif
2. Pemasaran Memenuhi hak-hak konsumen seperti
menawarkan produk dan pelayanan yang
berkualitas, pengantaran tepat waktu, jujur dalam
menimbang
3. Sumber Daya Manusia (SDM) Membayar gaji tepat waktu; memberikan
insentif, bonus terhadap karyawan. Memberikan
perlindungan/jaminan kesehatan dan tenaga
kerja; jaminan hari tua; tidak membebani pekerja
di luar kapasitasnya; mempekerjakan sesuai
pengetahuan dan kapasitasnya, memberikan
pelatihan karyawan
4. Keuangan Menjalankan transparansi keuangan, kejujuran
dalam pencatatan, mengikuti pedoman sesuai
ketentuan akuntansi yang berlaku
5. Mitra (bank, regulator, investor, Membayar pinjaman tepat waktu, mematuhi
pemasok) undang-undang regulator, membagi dividen
sesuai hak pemegang saham, tidak melakukan
riba terhadap investor
6. Produksi Tidak berlebih-lebihan (israf) menggunakan
bahan baku. Menggunakan bahan baku yang
aman dikonsumsi dan halal.
7. Tanggungjawab sosial Merekrut pekerja yang berasal dari masyarakat
sekitar; memberikan bantuan sosial kepada`
masyarakat sekitar, menjaga hubungan baik
dengan masyarakat sekitar
8. Tanggungjawab lingkungan Mengikuti prosedur AMDAL, daur ulang
(recycle), menggunakan bahan-bahan ramah
lingkungan yang mudah didaur ulang, tidak
merusak hutan dan berburu hewan-hewan yang
dilindungi, melakukan reboisasi, melaksanakan
No Aspek-aspek Penerapan
1. Manajemen dan budaya Membudayakan salam, kepemimpinan
organisasi demokratis, mengatasi konflik secara
musyawarah dan kekeluargaan, saling
menghargai dan menghormati, membudayakan
saling membantu meringankan kesulitan baik
karyawan sesama karyawan atau manajemen
terhadap karyawan, menjaga solidaritas sesama
2. Pemasaran Bersaing secara sehat, tidak beriklan bohong dan
memojokkan pesaing, menjual produk dengan
jujur, bermitra dengan pesaing,
3. Sumber Daya Manusia (SDM) Membagikan bonus/jasa produksi (surplus
profit) terhadap pekerja, mengadakan family
gathering, mempermudah urusan pekerja seperti
promosi kepangkatan/jabatan
4. Keuangan Mempublikasi laporan keuangan kepada
publik/masyarakat mengenai laba rugi, kas
masuk dan keluar; tidak korupsi/manipulasi data
keuangan
5. Mitra (bank, regulator, investor, Membagi keuntungan sesuai
pemasok) proporsinya;menjaga komitmen dengan bank;
mematuhi undang-undang regulator; membayar
pajak sesuai proporsinya dan tepat waktu
melaporkan SPT pajak
6. Produksi Memproduksi barang-barang halal yang baik dan
bermanfaat tidak hanya mendatangkan profit
tetapi bermanfaat buat masyarakat, bukan
barang-barang yang merusak atau jasa palsu
(investasi palsu)
7. Tanggungjawab sosial Memberdayakan kehidupan ekonomi masyarakat
sekitar (menjalin kerjasama usaha); membantu
usaha ekonomi lemah
8. Tanggungjawab lingkungan Green dan Blue Economy (kegiatan usaha yang
Penerapan etika Nabi Muhammad Saw dalam berwirausaha merupakan perwujudan dari
sifat-sifat beliau yaitu siddiq, amanah, fatanah dan tabligh. Sebagaimana Antonio (2011)
menjabarkan profesionalisme beliau dalam berniaga adalah sebagai berikut:
4. Karakter Tabligh
Arti tabligh adalah menyampaikan. Dalam konteks bisnis artinya seseorang
pebisnis harus mampu berargumentasi dan menjalin komunikasi dengan pelanggan
dan mitra usaha. Pebisnis harus mampu menyampaikan produknya dengan
transparan. Sangat penting bagi seorang pebisnis memiliki sifat komunikatif.
“ Energi di dunia ini bersifat tetap dan tidak akan diciptakan lagi, tidak akan
pernah hilang, yang ada hanyalah perubahan bentuk energi.”
Selain itu menurut Poniman dkk (2014), siklus energi manusia itu bersifat
tertutup, artinya energi yang dikeluarkan pasti akan kembali pada orang yang sama, cepat
atau lambat. Kebaikan akan berbuah kebaikan sebagaimana keburukan akan berbuah
keburukan. Pada alam semestalah energi tersebut dititipkan. Bahwa barakah seseorang
diperoleh dari perilaku alam sebagaimana dinyatakan oleh Ahmad (1995). Pendapat yang
dikemukakan oleh Ahmad (1995) memperkuat pandangan Poniman dkk (2014) bahwa
Tuhan menciptakan alam semesta untuk kepentingan manusia semata-mata. Alam semesta
menyediakan energi untuk manusia, dan pada alam semesta manusia menitipkan energi
tersebut. Karena tabungan energi tidak bisa dibawa ke akhirat, maka energi tersebut akan
dicairkan oleh alam baik berupa kebaikan apabila seseorang berwirausaha secara baik dan
benar atau keburukan apabila berwirausaha secara buruk dan merugikan pelanggan.
Berwirausaha secara baik dan benar sesuai prinsip-prinsip ekonomi syariah serta
mengikuti tauladan Nabi Muhammad Saw selain akan mengeluarkan kebaikan yang akan
kembali kepada orang tersebut, maka akan menghasilkan harmonisasi hubungan dengan
Sang Pencipta, Allah Swt. Menurut Poniman dkk (2014), energi Tuhan hanya
memancarkan energi positif (kebaikan). Tidak pernah memancarkan kemubaziran, kesia-
siaan apalagi energi negatif. Tuhan adalah sumber energi utama bagi makhluk-Nya.
Jumlahnya sangat berlimpah dan dibagikan kepada seluruh makhluk-Nya. Oleh sebab
itulah seseorang yang berwirausaha sangat penting menjalankan wirausaha yang beretika
sesuai prinsip-prinsip dan tauladan Nabi Muhammad Saw karena energi Tuhan hanya
memancarkan energi positif yang akan diterima oleh seseorang yang mengeluarkan energi
positif atau manfaat bagi sesama dan lingkungannya. Alamlah yang akan berperan untuk
mencairkannya. Energi Tuhan yang positif hanya akan mengalir melalui perantara yang
positif pula. Itulah yang dinamakan ilmu, hikmah dan hidayah-Nya.
prinsip ekonomi syariah dan meneladani Rasulullah Saw sebagai landasan dalam
berwirausaha yang beretika.
DAFTAR PUSTAKA
AlQuranul Karim
Ahmad, Mushtaq. 1995. Business Ethics in Islam. Academic Disertation. International
Institute of Islamic Thought and International Institute of Islamic Economic.
Islamabad. Pakistan.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2010. Bisnis dan Kewirausahaan. Ensiklopedia Leadership
& Manajemen Muhammad Saw “The Super Leader Super Manager”. Tazkia
Publishing. Jakarta.
Chapra, Umer. 2000. Islam dan Tantangan Ekonomi. Edisi Terjemahan. Gema Insani
Press bekerjasama dengan Tazka Institute. Jakarta.
Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis Perspektif Islam. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
asmir, 2013. Kewirausahaan.Edisi revisi . Penerbit Grafindo. Jakarta.
Mannan, Abdul. M, Prof. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. PT. Dana Bhakti
Wakaf. Yogyakarta.
Nasution, Mustafa Edwin et al. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Edisi Kedua.
Penerbit Kencana Prenada Media group. Jakarta.
Poniman, dkk. 2014. Kubik Leadership Solusi Esensial Meraih Sukses dan Hidup Mulia.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tedjasutisna, Ating. 2004. Memahami Wirausaha. Penerbit Armico. Bandung.
Velasquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis Konsep dan Kasus. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Winarno. 2011. Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship. Penerbit
Indeks Jakarta.
Internet:
Situs http: www.kbbi.web.id. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada 22 Juli 2017.
Karya ini kepersembahkan untuk Allah SWT, Almarhumah Ibunda Marhamah, Ayahanda
Muhamad Manaf dan suami Indiyanton Agus bWibowo serta Anak-anakku tercinta Tazkya
Kamila, Tahrir Thariq dan Tsabit Hamdan. Terima kasih atas dukungannya. Semoga
artikel ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya.