NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
1. Internalisasi.
Menurut Kalidjernih, “Internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar
dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan norma-
norma sosial dari perilaku suatu masyarakat”( Kalidjernih;2010). Berdasarkan pendapat
tersebut internalisasi dapat diartikan sebagai suatu penghayatan nilai-nilai dan atau norma-
norma sehingga menjadi kesadaran yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Tujuan
proses internalisasi nilai-nilai etika bisnis Islam di perbankan syariah adalah untuk
membentuk Keluwesan dan keprofesionalan pegawai dalam bekerja. Adanya proses
internalisasi dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperasaan, berkeyakinan dll.
Hal itu terjadi dari proses penyerapan suatu pengalaman, tindakan atau ucapan yang
berulang-ulang. Proses penyerapan dan tindakan seseorang akan nilai-nilai etika bisnis
Islam,nilai-nilai etika bisnis Islam merupakan standar utama dalam perkembangan perbankan
syariah.
Untuk itu kebijakan untuk menginternalisasi nilai-nilai etika bisnis Islam harus
diutamakan. Setiap Bank Syariah harus mempunyai target dalam pelaksanaan nilai- nilai
etika bisnis Islam tersebut. Dengan kondisi demikian, maka pengembangan etika bisnis Islam
di perbankan syariah yang mengedepankan nilai etika sebagai landasan filosofisnya dan
merupakan agenda yang signifikan untuk dikembangkan. Nilai-nilai etika bisnis Islam
tertuang dalam kompilasi hukum ekonomi syariah. Kompilasi hukum ekonomi syariah adalah
kumpulan norma-norma atau yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi syariah dan kemudian
disebut KHES. KHES merupakan produk pemikiran fiqih Indonesia dalam bidang ekonomi
muamalat.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
Dalam masyarakat yang berasaskan hukum, maka interpretasi hukum didasarkan pada
nilai-nilai dan standar kontemporer. Sementara dalam masyarakat Islam, nilai-nilai dan
standar ini dituntun oleh ajaran Syariah dan kumpulan fatwa fiqih. Faktor organisasi juga
dapat memberikan pengaruh terhadap cara berperilaku anggotanya.Salah satu aspek kunci
pengaruh organisasional adalah tingkat komitmen pemimpin organisasi terhadap nilai-nilai
etis. Komitmen ini dapat dikomunikasikan melalui kode etik, kebijakan organisasi, pidato-
pidato, publikasi, dll (Kamus Besar BahasaIndonesia). KHES merupakan produk pemikiran
fiqih Indonesia dalam bidang ekonomi muamalat.
Ciri-ciri produk fiqih adalah :
1. ilmu tentang hukum syara’ ,
2. Hukumsyara’ tersebut berkaitan dengan perbuatan mukallaf yang bersifat
konkret danpraktis,
3. Pengetahuan itu diperoleh dengan cara ijtihad atau istidlal, yaitu mencurahkan
segala potensi dan kesempatan dalam rangka mencapai kesimpulan hukum
yang diderivatkan dari sumber pokoknya. Dengan kata lain bahwa ilmu ini
hanya diperoleh oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi mujtahid, bukan
sembarang orang. KHES juga merupakan produk secara kolektif karena
melibatkan banyak kalangan (ahli).
4. Bahwa sumber-sumber hukum tersebut sudah terperinci menurut cabangnya
masing-masing, baik yang bersifat qat‟i maupun zanni (Ismail, Sya’ban
Muhammad. 1999).Salah satu bentuk dari legalitas hukum tentang muamalah
di Indonesia yang mengatur tentang perbankan syariah adalah undang-undang
No. 21 tahun 2008 dan KHES buku II. Di dalam KHES buku II berisi tentang
akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (KHES
buku II pasal 20). Asas dalam akad:
1) Ikhtiyari/sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari
keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
2) Amanah/menepati janji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan
kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang sama
terhindar dari cidera-janji.
3) Ihtiyar/kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
dilaksanakan secara tepat dan cermat.
4) Luzum/ tidak berobah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan
perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisir.
5) Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para
pihak sehingga tercegah dari praktek manipulasi dan merugikan salah satu pihak.
6) Taswiyah/kesetaraan; para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara,
dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
7) Transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggung jawaban para pihak secara
terbuka.
8) Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai kemampuan para pihak, sehingga tidak
menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.
9) Taisir/kemudahan; setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan
kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan
kesepakatan.
10) I’tikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemashlahatan, tidak
mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.
11) Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum dan
tidak haram (KHES buku II pasal 21). dapun nilai-nilai ekonomi berdasarkan
perspektif Islam yaitu, Tauhid (Keesaan Tuhan), ‘Adl, (Keadilan), Nubuwwah
(Kenabian), Khilafah (Pemerintah), dan Ma’ad (Hasil).
Sedangkan etika bisnis menurut pandangan Islam yaitu: Bersifat jujur, Senantiasa
menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, Dilarang menipu, Dilarang berbohong,
Jangan menjelek-jelekkan bisnis orang lain, Jangan menimbun harta, Tidak memonopoli
perdagangan, Hanya menjual barang yang halal, Bisnis harus bersih dari unsur riba, Berbisnis
dengan suka rela tanpa paksaan, Membayar upah karyawan secepat mungkin.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
selama empat belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur keuangan Islam telah
tampil sebagai salah satu implementasi modern dari sistem hukum Islam yang paling penting
dan berhasil, dan sebagai ujicoba bagi pembaruan dan perkembangan hukum Islam pada
masa mendatang.
Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah (Qutb Ibrahim, 2007):
1. Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah.
2. Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam.
3. Al-Qur’an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam.
4. Sistem keuangan Islam adalah system keuangan yang universal.
5. Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam.
6. Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai
sumber sumber pendapatan Negara.
7. Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi.
8. Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan
9. Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam. Pengertian sistem
keuangan Islam merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana melalui produk dan
jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Prinsip-prinsip Islam dalam sistem keuangan yaitu (Qutb Ibrahim, 2007):
1. Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari dengan prinsip suka sama suka
dan tidak ada yang dizalimi, dengan didasari dengan akad yang sah. Dan
transaksi tidak boleh pada produk yang haram. Asas suka sama suka untuk
melakukan kegiatan bisnis atau perniagaan sangat penting. Tidak ada unsur
paksaan dalam hal ini yang dapat menimbulkan kerugian masing-masing
2. Bebas dari maghrib (maysir yaitu judi atau spekulatif yang berfungsi
mengurangi konflik dalam sistem keuangan, gharar yaitu penipuan atau ketidak
jelasan, riba pengambilan tambahan dengan cara batil).
3. Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
5. Aset riil: Setiap transaksi harus nyata dan dapat diidentifikasi. Utang tidak
dapat dijual sehingga risiko terkait tidak dapat ditransfer kepada orang lain
(Novita Anjarsari, 2013) Tujuan utama sistem keuangan Islam adalah:
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
1. Pembiayaan Syariah
Instrumen keuangan syariah yang satu ini biasanya memuat akad dan perjanjian berisi
kewajiban kontraktual kedua belah pihak. Terdapat beberapa bentuk pembiayaan syariah,
diantaranya adalah berikut ini.
1) Mudharabah
Mudharabah adalah instrumen syariah berbentuk kerjasama antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib). Nantinya keuntungan dari usaha
tersebut akan dibagi menurut kesepakatan yang telah dibuat. Jika bisnis yang dijalankan
merugi, pemilik dana yang akan menanggung kerugian tersebut. Kecuali jika dalam
menjalankan bisnis terdapat kecurangan, kelalaian, atau penyalahgunaan dana dari pihak
pengelola.
2) Musyarakah
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
Instrumen keuangan syariah berbasis pembiayaan ini dijalankan dalam bentuk akad
kerjasama antara beberapa pemilik modal yang menggabungkan dana atau tenaga untuk
menjalankan suatu usaha. Profit dari usaha tersebut akan dibagi secara proporsional sesuai
jumlah modal masing-masing pihak. Praktik musyarakah juga dilakukan dalam dunia
perbankan. Biasanya akan terjalin suatu kerjasama antara nasabah dengan bank untuk
kemudian membagi keuntungan dan resiko sesuai kesepakatan.
2. Saham Syariah
Saham jenis ini merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh pasar modal
syariah. Perbedaannya dengan saham konvensional terletak pada jenis usaha dalam saham.
Emiten saham harus menjalankan usaha sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu,
perusahaan minuman keras, rokok, dan usaha perjudian tidak dapat mengeluarkan saham
syariah. Selain itu, instrumen keuangan ini juga menghindari praktik riba, gharar, serta
maysir.
Adapun keuntungan yang akan Anda peroleh melalui investasi saham syariah adalah
sebagai berikut :
1. Transaksi aman dan terpercaya karena diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
(DPS), BEI, dan OJK.
2. Keuntungan yang Anda peroleh dijamin halal karena perusahaan emiten tidak
memproduksi produk-produk haram.
3. Aktivitas bisnis dijalankan sesuai dengan syariah Islam guna menghindari riba,
gharar (ketidakpastian), dan maysir (perjudian).
4. Dapat berinvestasi dengan nominal di bawah Rp1 juta.
Sebagai bahan pertimbangan Anda, kami juga merangkum beberapa kelemahan
instrumen keuangan syariah ini, diantaranya sebagai berikut.
1. Sama seperti saham konvensional, yaitu potensi capital loss, likuidasi
perusahaan, maupun delisting dari bursa efek.
2. Karena tidak semua jenis perusahaan dapat mengeluarkan saham syariah,
variasi dan nilai saham bisa lebih rendah dibanding jenis konvensional.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan
3. Deposito Syariah
Deposito syariah merupakan produk perbankan berupa simpanan berjangka yang
dikelola sesuai syariah Islam. Meskipun tidak ada bunga, namun deposito ini tetap
menguntungkan karena pemilik dana akan memperoleh bagi hasil (nisbah) dari pengelolaan
simpanannya. Sama seperti instrumen yang telah dijelaskan di atas, deposito syariah terhindar
dari unsur riba maupun judi. Produk perbankan ini juga menawarkan nisbah dengan rasio
60:40, dimana nasabah akan memperoleh bagian yang terbesar. Salah satu produk deposito
dengan bagi hasil yang tinggi adalah Deposito iB dari OCBC. Setoran awalnya pun ringan,
yakni mulai dari Rp8 juta. Dengan demikian, tak hanya halal, deposito syariah OCBC juga
ramah di kantong dan terjamin keamanannya.
3. Sukuk Retail, yakni sukuk yang dikeluarkan oleh negara dan diedarkan melalui
agen penjualan khusus.
5. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah instrumen keuangan yang menghimpun dana investor untuk
diinvestasikan dalam bentuk saham, obligasi, atau pasar uang sesuai dengan ketentuan dan
prinsip ekonomi syariah. Nantinya, pengelolaan dana akan diserahkan kepada manajer
investasi sehingga investor tinggal menikmati hasilnya.
3. Hakikat Kewirausahaan
Poin lain yang tidak kalah penting untuk dipahami adalah hakikat kewirausahaan itu
sendiri. Saat hendak menjalankan sebuah usaha mandiri, tentu Anda harus memahami lebih
jauh makna dan pengertian dari wirausaha itu sendiri secara detail. Ini akan menjadi prinsip
bisnis Anda kedepannya.
NAMA : Yogi Irhamna
NIM : 2022101004
KELAS : PAI 1
MAKUL : Kewirausahaan