Pendahuluan
Islamisasi ilmu pengetahuan sudah menjadi suatu pemikiran cendikiawan muslim sejak
dari lama, namun tidak semua institusi negara di berbagai belahan dunia sejalan
dengan keinginan ini. Gerakan intelektual internasional yang pertama sekali digaungkan
oleh Isma’il Raji Al Faruqi dari Lembaga Pemikiran Islam Internasional (International
Institute of Islamic Thought IIT) di Amerika Serikat menjelang 1980an. Keinginan pada
cendikiawan ini agar ilmu pengetahuan tidak berpatokan kepada ilmu pengetahuan
barat yang memang lebih maju dan lebih mainstream (dominan). Sebetulnya gagasan
ke arah islamisasi pengetahuan ini sudah dicetuskan juga oleh Syed Muhammad
Naquib Al-Attas dari Malaysia sejak 1970an melalui proklamasi kebangkitan Islam.
(Aziz, 2010).
Islamisasi pengetahuan adalah sebuah gerakan atau kegiatan ilmiah yang berusaha
agar umat Islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan
mengembalikan pengetahuan pada pusatnya dalam artian tauhid, dengan kesatuan
pengetahuan, kehidupan dan sejarah. Selama umat Islam tidak mempunyai metodologi
sendiri, maka umat Islam akan berada dalam suatu bahaya. Maksudnya Islam
dikembalikan ke pusatnya (tauhid) artinya pengetahuan tidak lepas dari iman, Islam dan
Ihsan (Kuntowijoyo, 2004). Iman (tauhid), Islam (akidah islamiyah), dan Ihsan (akhlak
yang luhur) sesuai dengan Fiqh dan Muamalah, kaidah Fiqiyah “Semua boleh, kecuali
yang dilarang” berlaku untuk pengetahuan juga. Terkait ibadah, “Semua hal
menyangkut ibadah dilarang, kecuali yang diperintahkan”. Jika pengetahuan sudah
menjadi egoistic, menjadi di Tuhankan, dan mengaku sebagai kebenaran, ini sudah
melampaui batasan, sehingga tidak lagi semata-mata pengetahuan. Ini sudah hilang
statusnya dari sekadar muamalah.
Cendikiawan muslim Indonesia juga sudah memikirkan hal ini, diantaranya Dr. Ir.
HidajatNataatmaja dan Dr.Ir.A.M. Saefuddin dalam Menegakkan Jiwa Agama dalam
Dunia Ilmiah, dengan optimisnya menyampaikan bahwa dari kandungan Islam, akan
lahir paradigm baru ilmu pengetahuan yang holistic dan universal (Djamaludin Ancok:
1994). Paling tidak di Indonesia telah mendahului di Islamisasi pengetahuan di bidang
ekonomi, dengan konsep ekonomi bisnis yang non-ribawi yang perkembangannya kian
pesat belakangan ini dengan digaungkannya Masyarakat Ekonomi Syariah dan
ditunjuknya Bapak Menteri BUMN Erick Tohir sebagai ketuanya. Babak baru untuk
memperluas ekonomi bisnis Islam tidak hanya di sektor perbankan, namun juga bisnis.
Manajemen Investasi Syariah 2022
Dalam bukunya Ekonomi Islam, Rozalinda, M.Ag menjelaskan bahwa pemikir ekonomi
Islam sudah terlebih dulu memikirkan konsep serupa, sebelum Adam Smith,
diantaranya Abu Yusuf sejak 731-798, Al Ghazali 1058-1111, Ibnu Taimiyah 1263-
1328, Ibnu Khaldun 1332-1383. Namun memang, ilmuan barat lebih terstruktur dan
gaungnya lebih masif.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak sebatas mengejar dunia, namun
seimbang antara dunia dan akhirat. Keseimbangan itu diperoleh dengan kegiatan
ibadah dan muamalah yang bersumber dari ketentuan syariah Islam. Kegiatan ekonomi
adalah kegiatan muamalah yang telah lengkap diatur dalam syariah Islam. Ketentuan
pola-pola konsumsi di Islam, memungkinkan umatnya untuk menyisihkan dana lebih
yang bisa diatur pola simpanannya melalui investasi. Investasi yang diperbolehkan
merupakan yang sesuai Syariah. Dimensinya tidak sebatas keuntungan di dimensi
duniawi saja, namun lebih dari itu juga sampai kepada kehidupan ukhrawi di akhirat.
Investasi tersebut harus non ribawi, non maysir (perjudian), non gharar dan tadlis
(penipuan).
Investasi itu perlu karena dalam melakukan ibadah pun diperlukan dana. Namun
bagaimana sistemnya agar antara penyedia jasa dan konsumen tidak ada yang
dirugikan, dengan toleransi risiko yang bisa diterima dan ditanggung bersama dengan
berbagai prinsip-prinsip syariah.
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya, maupun cara
mendapatkannya, serta penggunaanya tidak untuk hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan didzalimi
3. Keadilan pendistribusian pendapatan
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha (ad taradin)
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi) dan gharar (ketidak jelasan
atau samar)
Manajemen (Al Idarah) dalam Islam merupakan manajemen yang adil. Manajemen
yang adil dan ideal menurut Islam, sesuai dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad
saw dengan jiwa kepemimpinan yang penuh teladan, adil, amanah dan jujur. Empat
pilar etika manajemen bisnis Islam:
1. Tauhid: memandang segala asset dan transaksi bisnis yang ada di dunia itu milik
Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Manajemen Investasi Syariah 2022
Harapannya syariah bukan sebatas label, memang membutuhkan proses agar ideal,
namun jika kaidah-kaidahnya tidak diterapkan, maka hasil yang diperoleh juga tidak
akan sesuai dengan ekspektasi. Khotibul Umam dalam bukunya Perbankan Syariah
menjelaskan bahwa fase penerapan syariah ada tahap perkenalan, rekognisi, dan
pemurnian (purifikasi) (Umam: 2016). Walaupun konteksnya perbankan, namun inilah
yang paling berhasil di Indonesia sejak didirikannya Bank Muamalat tahun 1992. Pada
masanya itu, masih secara kelembagaan yang syariah dan bertahap baru individu di
dalamnya mengembangkan prinsip-prinsipnya secara syariah seiring dengan
berkembangnya pengetahuan. Merupakan hal yang membahagiakan dalam
perjalananya ekonomi Islam bisa sampai pada fase sekarang rekognisinya semakin
membaik, dan tugas selanjutnya secara bertahap ke fase pemurnian.
Ibnu Taimiyah berpendapat penawaran yang bisa datang dari luar dan dalam negeri
(domestic atau import), itu perubahannya ditentukan oleh permintaan yang dipengaruhi
oleh harapan dan pendapatan. Naik tidaknya harga, tergantung permintaan dan
penawaran ini. Bila transaksinya sudah sesuai aturan, dan harga kemudian naik, maka
ini terjadi sebagai kehendak Allah (Invisible hand versi Adam Smith).
Konsep Investasi
Investasi merupakan akumulasi bentuk asset yang dikelola dalam suatu instrument
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi
merupakan komponen pengeluaran agregat kedua setelah konsumsi secara
konvensional, namun dalam Islam dikeluarkan dahulu jika sudah sampai nisabnya
dalam bentuk zakat.
Investasi berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini, atau berarti
menyimpan, mengelola dan yang dianjurkan dalam al-Qur’an seperti yang dijelaskan
dalam surat Yusuf ayat 46-49. (Nurlita, 2014: 19).
Investasi dalam Islam pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah, dimana
setiap harta itu ada zakatnya jika sudah sampai nisab. Jika didiamkan dia akan semakin
Manajemen Investasi Syariah 2022
menurun jumlahnya karena dikurangi zakat untuk membersihkan harta,oleh karena itu
dilakukan investasi agar nilai asetnya bisa bertahan. Investasi dalam Islam juga tidak
terbatas pada dana, namun bisa juga kelahlian (skill), yang motivasinya tidak hanya
factor keuntungan materi saja, namun juga syariah dan sosial untuk kemaslahatan
umat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK): Lembaga independen yang mempunyai fungsi, tugas,
wewenang pengaturan dan pengawasan pemeriksaan, penyidikan keuangan negara,
terpisah dari BI sejak 2013.
Dewan Syariah Nasional (DSN): Dewan yang dibentuk oleh MUI yang bertugas dan
memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk, jasa, dan kegiatan
lembaga keuangan yang melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Manajemen Investasi Syariah 2022
Majelis Ulama Indonesia (MUI): Lembaga independen yang membawahi para ulama,
zuama, dan cendikiawan Islam untuk membimbing, membina, dan mengayomi umat
Islam di Indonesia sejak 26 Juli 1975.
Dewan Pengawas Syariah (DPS): Lembaga yang terdiri dari DSN dan MUI yang
mengawasi lembaga keuangan syariah dan mengeluarkan fatwa agar sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Perusahaan Sekuritas: Perusahaan yang membantu jual beli saham di pasar modal
yang sudah memiliki izin dari OJK sebagai perantara, penjamin kegiatan jual beli
saham.
Emiten: Penjual dalam pasar modal, merupakah perusahaan yang membutuhkan modal
sehingga berusaha menjual saham (efeknya) ke masyarakat dengan terlebih dahulu go
public (membuka saham perusahaanya untuk bisa diperjualbelikan di pasar modal).
Ruang lingkup jasa pelayanan manajemen investasi syariah dimulai dari analisis
keuangan, pelmilihan asset, pemilihan instrument investasi, implementasi dan
monitoring terhadap performa investasi tersebut.
Ahmad Al-Haritsi dalam Fiqh Ekonomi Umar Bin Khattab yang dikutip oleh Mochammad
najib (2008:35), Khalifah Umar pernah menyuruh kaum muslimin untuk menggunakan
modal mereka secara produktif: “Siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia
menginvestasikannya dan siapa saja yang meimiliki tanah hendaklah ia menanaminya”.
Sumber: