Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“HUKUM INVESTASI SYARIAH”

Makalah Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah “Hukum ekonomi syariah”

Dosen Pengampu : Lahmudinnur, SHI., MH

Disusun Oleh

Kelompok : 4

KHAIDIR ABDUL RAHMAN : 2O2111O831

MUHAMMAD HERY HENDRAWAN: 2021110853

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUL ULUM KANDANGAN

2023 M/1444
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat meyelesaikan
makalah yang berjudul “HUKUM INVESTASI SYARIAH” Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para
sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman. Dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengajar
selaku Mata Kuliah Hukum Adat yaitu: Lahmudinnur, SHI., MH .yang telah
memberikan mimbingan serta arahan kepada para penulis dalam upaya pembuatan
makalah ini.

Namun mengingat adanya kekeliruan atau kekurangan, maka dengan


senang hati penulis menerima saran maupun kritik serta masukan dari pembaca,
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
kami khususnya. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat adanya. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hulu Sungai Selatan, 1 mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...2

A. Pengertian Investasi Syariah……………….….…………………………..2

B. Dasar Hukum Investasi Dalam Islam……………………………………..3

C. Asas-Asas Investasi Syariah………………………………………………5

D. Prinsip-Prinsip Investasi Syariah………………………………………….6

E. Risiko Dalam Investasi Syariah…………………………………………...6

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam tidak hanya berbicara tentang ritual keagamaan, tetapi juga


mencakup pedoman untuk kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang
ekonomi. Oleh karena itu, hukum ekonomi syariah muncul sebagai bagian
integral dari hukum Islam yang mengatur kegiatan ekonomi. Tujuan utama
dari ekonomi Islam adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
seimbang, di mana kebutuhan dasar semua orang dipenuhi dan kekayaan
dibagi secara merata.

Selain itu, hukum ekonomi syariah juga mengatur tentang praktik


bisnis dan keuangan yang dilarang dalam Islam. Tujuan dari pembatasan
ini adalah untuk mencegah eksploitasi dan memastikan bahwa semua
transaksi ekonomi dilakukan dengan cara yang adil dan bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
umat Islam di seluruh dunia, hukum ekonomi syariah semakin relevan dan
penting. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai lembaga keuangan
syariah, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta upaya untuk
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam industri-industri
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian investasi syariah
2. Apa asas-asas investasi syariah
3. Apa saja prinsip-prinsip investasi syariah

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian investasi syariah
2. Untuk mengetahui asas-asas investasi syariah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip investasi syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Investasi Syariah
Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata
dasar invest yang berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa
Arab, yang berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah
jumlahnya (Antonio 2007). Secara istilah, investasi adalah barang
tidak bergerak atau barang milik perseorangan atau perusahaan
yang dimiliki dengan harapan untuk mendapatkan pendapatan
periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada umumnya
dikuasai untuk periode yang relatif panjang .1
Islam memberikan panduan dan batasan yang jelas
mengenai sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh dimasuki
investasi. Tidak semua investasi yang diakui hukum positif, diakui
pula oleh syariat Islam. Oleh sebab itu, agar investasi tersebut tidak
bertentangan, maka harus memperhatikan dan memperhitungkan
berbagai aspek, sehingga hasil yang didapat sesuai dengan prinsip
syariah. Berikut ini adalah beberapa aspek yang harus dimiliki
dalam berinvestasi menurut perspektif Islam:
a. Aspek material atau finansial. Artinya suatu bentuk investasi
hendaknya menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif
dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
b. Aspek kehalalan. Artinya suatu bentuk investasi harus terhindar
dari bidang maupun prosedur yang subhat atau haram. Suatu
bentuk investasi yang tidak halal hanya akan membawa
pelakunya kepada kesesatan serta sikap dan perilaku destruktif
(ḍarūrah) secara individu maupun sosial.

1
Elif Pardiansyah, “Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam”.
Economica:Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 8No. 3, 2017, hal. 340

2
c. Aspek sosial dan lingkungan. Artinya suatu bentuk investasi
hendaknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat
banyak dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini
maupun yang akan datang.
d. Aspek pengharapan kepada rida Allah. Artinya suatu bentuk
investasi tertentu dipilih adalah dalam rangka mencapai rida
Allah.

Alokasi Investasi dapat dilakukan pada dua sektor:

1. Investasi pada aset real / rael asset adalah investasi pada


golongan benda benda yang tidak bergerak atau aset tetap.
Contohnya tanah, proferti, logam mulia, mengelola perusaha
sendiri.
2. Investasi pada aset keuangan/financing asset adalah investasi
yang ditanamkan pada lembaga keuangan seperti pada
perbankan dan pasar modal contohnya deposito,
saham ,reksadana Syariah dan sukuk.2

B. Dasar Hukum Investasi dalam Islam


Investasi Menurut Al-Qur’an

QS. al-Baqarah [2]: 268

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang


yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.”
Ayat ini secara implisit memberikan informasi akan pentingnya
berinvestasi, dimana ayat itu menyampaikan betapa
2
Ibid., hal. 341

3
beruntungnya orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Orang yang kaya secara financial (keuangan) kemudian
menginfakkan hartanya untuk pemberdayaan masyarakat yang
kurang mampu melalui usaha produktif, maka sesungguhnya dia
sudah menolong ribuan, bahkan ratusan ribu orang miskin untuk
berproduktif ke arah yang lebih baik lagi.

Investasi menurut Sunnah Nabi saw

Karir profesional nabi saw. dimulai sejak Muhammad muda


dipercaya menerima modal dari para investor yaitu para janda kaya
dan anak-anak yatim yang tidak sanggup mengelola sendiri harta
mereka. Mereka menyambut baik seseorang untuk menjalankan
bisnis dengan uang atau modal yang mereka miliki berdasarkan
kerjasama muḍarabah (bagi hasil). Nabi Muhammad saw. dalam
menjalankan bisnisnya senantiasa memperkaya dirinya dengan
kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya,
sampai dijuluki sebagai orang yang terpercaya (al-amīn).

Para pemilik modal di Mekkah semakin banyak yang


membuka peluang kemitraan dengan nabi saw. salah seorang
pemilik modal tersebut adalah Khadijah yang menawarkan
kemitraan berdasarkan muḍarabah (bagi hasil). Dalam hal ini,
Khadijah bertindak sebagai ṣaḥib al-māl (pemilik modal) dan nabi
Muhammad saw. sebagai muḍarib3

Berdasarkan paparan di atas, praktik investasi sudah ada


sejak nabi Muhammad saw., bahkan beliau secara langsung terjun
dalam praktik binis dan investasi. Beliau memberikan contoh
bagaimana mengelola investasi hingga mengasilkan keuntungan
yang banyak. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman beliau yang
lama sebagai pedagang dan pengelola bisnis (muḍarib). Nabi
3
Suad Fikriawan,”Investasi Dalam Maqashid Al-Syariah”. Al-Mustashfa:Jurnal
Penelitian Hukum ekonomi Islam. Vol. 3 No. 1, juni 2018, hal. 23

4
saw.mempraktikkan bisnis dengansangat profesional, tekun, ulet
dan jujur serta tidak pernah ingkar janji kepada pemilik modalnya
(investor).

C. Asas- Asas Investasi Syariah


perlu dijelaskan terlebih dahulu asas-asas fikih muamalah,
karena kegiatan investasi merupakan bagian dari bermuamalah
māliyah, dan asas merupakan pijakan berdirinya prinsip. Asas-asas
fikih muamalah sebagaimana dikemukakan Ahmad Azhar Basyir
(Basyir 2000), adalah sebagai berikut:4
a. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah (boleh)
kecuali ada dalil yang mengharamkannya (yang ditentukan
antaralain oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasul)
b. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengandung
unsur paksaan
c. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup masyarakat.
d. Muamalah dilakukan dengan memelihara nilai keadilan,
menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur gharar
(membahayakan), dan unsur-unsur pengambilan kesempatan
dalam kesempitan.

Alokasi Investasi dapat dilakukan pada dua sektor:

3. Investasi pada aset real / rael asset adalah investasi pada


golongan benda benda yang tidak bergerak atau aset tetap.
Contohnya tanah, proferti, logam mulia, mengelola perusaha
sendiri.
4. Investasi pada aset keuangan/financing asset adalah investasi
yang ditanamkan pada lembaga keuangan seperti pada
perbankan dan pasar modal contohnya deposito,
saham ,reksadana Syariah dan sukuk.
4
Ibid., hal.25

5
D. Prinsip-Prinsip Investasi Syariah

Selain itu, ada beberapa prinsip syariah khusus terkait investasi


yang harus menjadi pegangan bagi para investor dalam berinvestasi
yaitu:

a. Tidak mencari rezeki pada sektor usaha haram, baik dari segi
zatnya (objeknya) maupun prosesnya (memperoleh, mengolah
dan medistribusikan), serta tidak mempergunakan untuk hal-hal
yang haram.
b. Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi (la taẓlimūn wa lā
tuẓlamūn).
c. Keadilan pendistribusian pendapatan.
d. Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida (‘an-tarāḍin)
tanpa ada paksaan.
e. Tidak ada unsur riba, maysīr (perjudian), gharar
(ketidakjelasan), tadlīs (penipuan), ḍarar
(kerusakan/kemudaratan) dan tidak mengandung maksiat.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam sangat


menganjurkan investasi tapi bukan semua bidang usaha
diperbolehkan dalam berinvestasi. Aturan-aturan di atas
menetapkan batasan-batasan yang halal atau boleh dilakukan dan
haram atau tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan
masyarakat.5
E. Risiko Dalam Investasi Syariah
Sumber risiko di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan
tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman, namun di
5
Ibid., hal. 26

6
dalam pandangan Islam variabel ini tidak berlaku, karena Islam
melarang bunga.
b. Market risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak
(variability) return suatu investasi sebagai akibat dari fluktuasi
transaksi di pasar secara keseluruhan. 6
c. Inflation risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya
daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-
barang secara umum.
d. Business risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan
bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat
tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan
pemerintah, maupun klaim dari masyarakat terhadap perusahaan
karena merusak lingkungan.
e. Financial risk, yaitu risiko keuangan yang berkaitan dengan
struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan
perusahaan.
f. Liquidity risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan
untuk mencairkan portofolio atau menjual saham karena tidak
ada yang membeli saham tersebut.
g. Exchange rate risk atau currency risk, yaitu risiko bagi investor
yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai
mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor
penyebab riil return lebih kecil daripada expected return.
h. Country risk, yaitu risiko ini juga berkaitan dengan investasi
lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan,
dan stabilitas perekonomian tersebut. Makin tidak stabil
keamanan, politik, dan perekonomian suatu negara, makin
tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut karena return
investasi jadi makin tidak pasti, sehingga kompensasi atau
return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi.
6
Adia Nur Fadilah,” Manajemen Risiko Pada Investasi Syariah”. EKSISBANK.
Vol. 3 No. 1, Juni 2019, hal. 46

7
Jenis-jenis risiko tersebut umumnya terdapat dalam
investasi pada lembaga keuangan atau sektor keuangan, namun
tidak menutup kemungkinan juga terdapat pada sektor bisnis non-
keuangan. Kedelapan jenis risiko tersebut tidak semuanya diakui
dalam investasi Islam. Karena bunga (interest) bukan bagian dari
sistem keuangan Islam. Islam memandang risiko sebagai suatu
sunatullah (hukum alam). Hal demikian, terdapat kaidah yang
dalam fikih muamalah, al-kharaj bi al-ḍamān dan kaidah al-ghunmu
bi al-ghurmi yang artinya “keuntungan akan berbanding lurus
dengan tanggung jawab terhadap risiko/kerugian”. Dalam bahasa
populernya, kaidah ini kurang lebih sama dengan high risk high
return. Artinya dalam pandangan Islam, modal yang kita tanamkan
untuk investasi akan menghadapi beberapa kemungkinan; bisa
untung, impas, atau rugi.7

7
Ibid., hal. 47

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
-Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak atau barang
milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan
untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas
penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif
panjang .
- praktik investasi sudah ada sejak nabi Muhammad saw., bahkan
beliau secara langsung terjun dalam praktik binis dan investasi.
- bahwa Islam sangat menganjurkan investasi tapi bukan semua
bidang usaha diperbolehkan dalam berinvestasi. Aturan-aturan di
atas menetapkan batasan-batasan yang halal atau boleh dilakukan
dan haram atau tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan
masyarakat.
- Islam memandang risiko sebagai suatu sunatullah (hukum alam).
Hal demikian, terdapat kaidah yang dalam fikih muamalah, al-
kharaj bi al-ḍamān dan kaidah al-ghunmu bi al-ghurmi yang artinya
“keuntungan akan berbanding lurus dengan tanggung jawab
terhadap risiko/kerugian”.
B. Saran
Jika penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan
kekurangan, maka untuk itu kami berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan yang
berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi para pemakalah.

DAFTAR PUSTAKA

9
Fadilah, Adia Nur. 2019. Manajemen Risiko Investasi Pada
Perbankan Syariah. EKSISBANK. Vol. 3, No. 1: 40-48
Fikriawan, Suad. 2018. Investasi Dalam Perspektif Maqashid Al-
Syariah. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum ekonomi Islam.
Vol. 3, No. 1: 15-29
Pardiansyah, Elif. 2017. Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Economica : Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 8, No. 2 :337-373

10

Anda mungkin juga menyukai