Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN USAHA BISNIS SYARIAH YANG MATANG MENJADI

DASAR IMPLEMENTASI EKONOMI SYARIAH

Oleh: Arif Rahman Hakim


Dosen Pengampu: Al-Ustadz Annas Syams Rizal, S.E.I., M.E.
Email: arifrhakim@gontor.ac.id
Program Studi: Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo

ABSTRAK
Untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan dan berkembangnya
perusahaan maka suatu perusahaan membutuhkan perencanaan yang baik dan
propesional. Dengan perencanaan dan manajemen perusahaan yang baik ini
diharapkan perusahaan mempunyai daya saing yang tinggi dan laba perusahaan
akan selalu meningkat dan devidenpun meningkat.
Perencanaan dalam perspektif bisnis syariah adalah kegiatan awal bisnis
syariah dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan bisnis yang
dijalankan agar mendapatkan hasil yang optimal Seorang pengusaha muslim
profesional akan selalu menerapkan sebuah rencana dalam memulai bisnisnya.
Perencanaan yang tertata dan terstruktur akan membuat kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan menjadi maksimal.
Sebuah perencanaan juga harus selalu dievaluasi, baik itu diawal, tengah
maupun diakhir. Hasil dari sebuah perencanaan yang maksimal terlihat dari mana
seorang pengusaha dapat mengevaluasi rencananya agar terhindar dari sebuah
kegagalan, karena di dalam sebuah perencanaan akan muncul sebuah kejadian
yang tidak terduga. Kejadian ini akan merusak perencanaan yang sudah dibuat,
maka dari itu dilaksanakanlah sebuah evaluasi.

Kata Kunci: Perencanaan, Evaluasi, Bisnis Syariah

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Di awal perkembanganya, msyaakat islam adalah masyarakat kecil
yang didirikan berdasarkan falsafah yang sederhana, yakni, mengajak
manusia untuk beribadah kepada Allah, menegakan keadilan, dan
memberikan perlakuan yang sama (egaliter) terhadap kaum muslimin
dan orang di sekitarnya. Dalam mmbahas perencanaan, seyogyanya
dipisahkan antara perencanaan strategis dengan perencanaan kebijakan
dan program kerja, dengan alas an, perencanaan strategi dikhususkan
untuk mengambarkan acuan umum dan garis-garis besar perencanaan,
sedang perencanaan kedua konsen terhadap kebijakan, program, tindakan
yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan berdasarkan acuan
umum yang telah ditentukan dalam perencanaan strategis.
Secara pengertian, Stoner dan Wankel 1 memperkenalkan istilah
perencanaan strtegis (strategic planning) sebagai proses pemilihan tujuan
organisasi, penentuan kebijakan dan program yang diperlukan untuk
mencapai sasaran tertentudalam rangka mencapai tujuan, dan penetapan
metode yang dibutuhkan untuk menjamin agar kebijkan dan program
strategis itu dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kondisi
yang berkembang.
Perencanaan merupakan aktifitas menajemen yang paling krusial,
bahkan ia adalah langkah awal untuk menjalankan menajemen sebuah
pekerjaan. Ia sangat berpengaruh terhadap unsur-unsur manejemen
lainya, seperti merealisasikan perencanaan dan pengawasan agar bisa
mewujudkan tujuan yang direncanakan.
Maka sebagai umat muslim millennial yang berjiwa wirausaha,kita
harus mampu mengetahui lebih dalam tentang pentingnya perencanaan
dan bagaimana tahapan penearapannya.

1
Abdullah, M. Ma’ruf. Manajemen Bisnis Syariah, Aswaja Preesindo. Yogyakarta.

2
2. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas, pemakalah mendapatkan sebuah beberapa
rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana memulai usaha?
b) Bagaimana perencanaan usaha atau bisnis syariah?
c) Bagaimana mengevaluasi bisnis syariah berdasarkan
perencanaan?

3. Tujuan Penelitian
Maka pemakalah muncullah beberapa tujuan yang akan dicapai
memalui rumusan masalah yang ada, yaitu:
a) Untuk mengetahui cara memulai usaha
b) Untuk mengetahui perencanaan usaha atau bisnis syariah
c) Untuk mengetahui cara mengevaluasi bisnis syariah berdasarkan
perencanaan

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Akhmad Nur Zaroni dalam tulisannya yang berjudul BISNIS DALAM
PERSPEKTIF ISLAM (Telaah Aspek Keagamaan dalam Kehidupan
Ekonomi) menjelaskan bahwa hakikat dari bisnis dalam agama islam
selain mencari keuntungan materi juga mencari keuntungan yang bersifat
immaterial. Keuntungan yang bersifat immaterial yang dimaksud adalah
keuntungan dan kebahagiaan ukhrawi. Dalam konteks inilah al-Qur’an
menawarkan keuntungan dengan suatu bisnis yang tidak pernah
mengenal kerugian yang oleh al-Qur’an diistilahkan dengan ”tijaratan
lan tabura”. Karena walaupun seandainya secara material pelaku bisnis
Muslim merugi, tetapi pada hakikatnya ia tetap beruntung karena
mendapatkan pahala atas komitmenya dalam menjalankan bisnis yan
sesuai dengan syariah.2

2
Akhmad Nur Zaroni, BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Telaah Aspek Keagamaan dalam
Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, Desember 2007

3
2. Adimas Fahmi Firmansyah dalam skripsinya yang berjudul Praktek etika
bisnis islam (Studi kasus pada toko santri syariah Surakarta). Hasil
skripsi ini menjelaskan bahwa toko santri syariah telah menerapkan
hukum-hukum islam dalam bisnisnya. Hukum islam yang telah
diterapkan adalah niatnya dalam berbisnis, cara memperoleh laba dan
permodalannya tidak mengandung riba’, dan tanggung jawab untuk ikut
menyebarkan nilai-nilai islam sehingga tercipta kemaslahatan hidup di
dunia dan akherat, serta dampak sosial untuk masyarakat dengan
menggunakan hartanya dijalan Allah (membayar zakat, bersadaqah, dan
berinfak).3
3. Elfina Yenti dalam thesisnya yang berjudul Pengaruh pemahaman nilai-
nilai syariah terhadap pelaku bisnis pedangang Minang pada pasar
Aung Kuning Bukittinggi. Dalam tesis ini menjelaskan tentang
pemahaman masyarakat Bukittinggi yang menganut falsafah “adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah” diamana pedagang akan
melakukan kegiatan bisnisnya sesuai dengan ajaran agama islam yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Hasil penelitian menyatakan bahwa
pemahaman tentang agama islam pedagang di pasar Aung Bukittinggi
yang mempengaruhi perilaku berdagang mereka sehari-hari.4

Penelitian berjudul PERENCANAAN USAHA BISNIS SYARIAH


YANG MATANG MENJADI DASAR IMPLEMENTASI EKONOMI
SYARIAH lebih membahas pada penerapan bisnis berbasis syariah dengan
menitik beratkan pada pembahasan konsep aksioma etika bisnis Islam pada
wirausaha muslim. Inti pembahasan pada makalah ini adalah apakah
wirausaha muslim telah menerapkan prinsip-prinsip dan perencanaan bisnis
yang sesuai dengan hukum Islam yang dapat diukur dengan konsep etika
bisnis Islam.

3
Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek etika bisnis islam ( Studi kasus pada toko santri syariah
Surakarta),Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.
4
Elfina Yenti, Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Terhadap Pelaku Bisnis Pedangang
Minang Pada Pasar Aung Kuning Bukittinggi, Tesis, Padang: Universitas andalas , 2009.

4
C. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
studi lapangan (field research). File research yang dilakukan dalam
penelitian kualitatif menghasilkan data yang diartikan sebagai fakta
atau informasi dari aktor (subjek penelitian, informasi, pelaku),
aktivitas, dan tempat yang menjadi subjek penelitiannya. Sedangkan
penelitian kualitatif sendiri dalah jenis penelitian yang dilakukan
pada kondisi obyek penelitian yang alami sesuai dengan keadaan
yang nyata, peneliti sebagai instrumen kunci, dan teknik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan.
2. Berdasarkan masalah yang akan diuji, peneliti menggunakan metode
analisis deskriptif. Dimana model penelitian ini dimasukkan dalam
penelitian kualitatif. Deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan sifat atau keadaan yang dijadikan obyek dalam
penelitian. Penelitian dengan teknik ini digunakan untuk melakukan
penelitian lapangan seperti lembaga keuangan syari‘ah atau
oraganisasi sosial keagamaan.

D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Langkah Awal Memulai Bisnis
Setiap sesuatu yang akan menjadi berkepanjaangan tentunya
memiliki sebuah awal dan landasan yang baik dans sesuai tuntunan
ajaran syariah islam, begitu juga dalam memulai sebuah usaha atau
kewirausahaan syariah.
Maka kini saatnya memulai usaha atau bisnis syariah, Bisnis
sendiri memiliki berbagai pengertian,namun yang paling dapat kita ambil
dalam bagian ini adalah apa yang telah dikemukakan oleh Griffin,
“Bisnis merupakan suatu aktifitas (penyediaan barang atau jasa) yang
dilakukan untuk memperoleh nilai tambah (value added),terutama bagi

5
orang atau pihak yang melakukannya. NIlai tambah dapat berupa
finansial atau profit,dan non finansia atau jejaring (network) atau disebut
juga kenalan ,pengalaman dan lain sebaginya.5
Untuk mencapai kesenangan di dunia dan di akhirat Al Mawardi
dalam Sihab menuliskan bahwa Allah SWT menyiapkan manusia dua
sarana manfaat; pertama materi yang disediakan Allah SWT untuk
dimiliki, dan kedua tenaga dan pikiran yang harus diupayakan. Materi
yang dimaksud adalah kepemilikan sesuatu dapat tumbuh dengan
sendirinya seperti pepohonan dan binatang. Sedangkan tenaga dan
pikiran adalah kegiatan yang mengantar kepada atau rekayasa yang
menghasilkan kepemilkan materi atau rekayasa yang menghasilkan
pemenuhan keinginan dalam bentuk bisnis atau perniagaan6
Dalam bidang apapun, termasuk dalam bisnis “perencanaan”
merupakan fungsi utama dan pertama dalam aktivitas keseharian. Ada
beberapa rumusan pengertian tentang perencanaan yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya:7
a. Stom dan winkel dalam Ahmad Ibrahim Abu Sina menyebutkan;
perencanaan itu adalah proses pemilihan tujuan organisasi,
penentuan kebijakan dan program, yang diperlukan dalam
mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan, dan
penetapan metode yang dibutuhkanuntuk menjamin agar
kebijakan dan program itu dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi yang berkembang.
b. Handoko merumuskan, perencanaan adalah proses dasar dimana
manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.
c. Hafidudin dan Tanjung merumuskan, perencanaan adalah
kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan

5
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014
6
Abdullah, M. Ma’ruf. Manajemen Bisnis Syariah, Aswaja Preesindo. Yogyakarta.
7
Ibid

6
hal-hal yang terkait dengan pekerjaan agar mendapatkan hasil
yang optimal.
d. Daft merumuskan, perencanaan adalah tindakan untuk
menentukan tujuna organisasi dan apa yang dibutuhkan untuk
mencapainya.
e. Abdullah merumuskan, perencanaan menempati posisi yang
sangat penting dalam manajemen, karena merupakan fungsi
pertama dan utama dari aktiitas manajemen, yang sangat
berpengaruh terhadap fungsi-fungsi manajemen yang lainya,
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan, perencanaan dalam arti
umum adalah proses menentukan tujuan organisasi yang ingin dicapai
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu dengan
mengunakan sumber daya organisasi yang meliputi: pengunaan
sumberdaya manusia, keuangan, material, mesin-mesin (peralatan), dan
metode (cara) mengunakanya.
Dalam arti ang khusus perencanaan dalam bisnis yaitu
mendapatkan keuntungan yang berkelanjutam dengan menggunakan
sumberdaya organisasi yang meliputi penggunaan sumber daya manusia,
keuangan, material, peralatan, dan metode yang diperlukan, secara efektif
dan efisien.

2. Perencanaan dalam Perspektif Bisnis Syariah


Perencanaan dalam perspektif bisnis syariah adalah kegiatan
awal bisnis syariah dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan
bisnis yang dijalankan agar mendapatkan hasil yang optimal. Dalam
manajemen pada umumnya maupun manajemen bisnis syariah
perencanaan merupakan sunnatullah, sebagaiman dapat di pahami dari
makna ayat al-qur’an berikut ini:8

8
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, Pustaka Setia,
Bandung, 2013

7
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah
dan hendaklah setiap diri memperhartikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada
Allah, sesunguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyar; 18)9
Selain dari makna ayat tersebut juga dapat dipahami dari makna
hadhist nabi Muhammad SAW berikut:
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka
pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuat itu baik, ambilah dan jika
perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah. ” (H.R. Ibnu Mubarak).
Dari ayat dan hadist tersebut perencanaan adalah awal untuk
memulai pekerjaan yang didasari niat yang baik agar di ridhoi oleh Allah,
selain itu dengan membuat perencanaan terlebih dahulu maka pekerjaan
dapat menjadi optimal dan mendapatkan keuntungan. Terdapat beberapa
poin yang terdapat pada perencanaan bisnis syariah:
i. Karakteristik perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan pertama dan utama yang
dalam pelaksanaan aktivitas manajemen yang berjalan secara
berkesinambungan yang merupaka siklus dari tahun ke tahun
berikutnya, dan selalu mengalami penyempurnaan baik perbaikan
maupun pembaharuan. Oleh karena itu perencanaan memiliki
karakteristik yang khusus, diantaranya yang selalu kita rasakan:10
1. Perencanaan adalah proses yang tidak berakhir bila
perencanaan tersebut telah ditetapkan.
2. Rencana yang telah ditetapkan harus diimplementasikan.
3. Selam proses implementasi dan pengawasan rencana-
rencana tersebut mungkin saja memerlukan revisi,
modivikasi dan penyesuaian disana sini untuk

9
Al-Qur'an Al-Karim. Surat Al Hasyr : 18
10
Arijanto, Agus. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Rajawali Press, 2012.

8
menyesuaikan dengan situasi an kondiso yang telah terjdi
dilapangan.
4. Perencanaan kembali (mengkaji ulang perencanaan)
dapat menjadi factor penentu keberhasilan.
5. Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan
fleksibelitas agar mampu menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi yang baru secepat mungkin.
ii. Posisi perencanaan dalam Fungsi-Fungsi Manajemen
Sebagaiman dijelaskan di awal bahwa perencanaan itu
merupakan fungsi utama dan pertama dalam manajemen,
maksudnya adalah bagaiman aktivitas fungsi-fungsimanajemen
yang lainnya itu sangat bergantung pada fungsi perencanaan yang
meresap dan menyinari fungsi-fungsi manajemen yang lainya
(pengorganisaian, penyusunan personalia, pengarahan dan
pengawasan). Dengan demikian posisi perencanaan sanagat stategis
dan menentukan segalanya dalam aktivitas organisasi.11
iii. Tahap-tahap menyususn perencanaan
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Pada tahap ini
perencnaan dimulai dengan menetapkan keputusan tentang
apa yang menjadi tujuan organisasi (lembaga bisnis) itu.
b. Merumuskan kaedaan saat ini. Memahami pengertian
keadaan saat ini, bagi organisasi bisnis sangat penting,
karena dari situlah kita berangkat untuk mencapai tujuan
organisasi bisnis yang sudah dirumuskan dalam tahap
pertama, dan apa saja yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan itu.
c. Mengidentifikasi segala kekuatan, kelemahan dan segala
peluan dan ancaman. Dengan memahami segala situasi
dan kondisi obyektif ini jita dapat mempersiapkan strategi

11
Kasmir. Kewirausahaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.

9
yang diperlukan memasuki keadaan itu dan berjuang
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi bisnis,
yaitu mendapatka keuntungan yang berkelanjutan.
d. Menggembangkan rencana atau serangkaian kegiatan
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi bisnis yang
sudah ditetapkan pada tahap pertama. Termasuk disini
mempersiapkan, membuat dan melakukan penilaian
sebagai alternative, dan memilih alternative kegiatan yang
terbaik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan
organisasi bisnis.12

3. Evaluasi Pelaksanaan Usaha Berdasarkan Perencanaan


Evaluasi harus dilakukan pada setiap tahapan perencanaan.
Evaluasi perencanaan harus dilakukan pada awal, tengah, dan akhir.
Artinya pada perencanaan harus dilakukan evaluasi. Pada tahap analisis
kebutuhan, perlu dievaluasi, pada tahap analisis kemampuan, perlu
evaluasi, pada tahap penyusunan langkah kerja, juga perlu evaluasi.
Evaluasi itu harus menjawab apakah bisnis yang akan dijalankan
dibutuhkan atau tidak. Hasil dari evaluasi yang dilakukan diharapkan
menjadi feedback yang kuat, sehingga segala perencanaan yang
dilakukan memang betul-betul matang. Kematangan perencanaan itu
terjadi setelah ada evaluasi. Evaluasi terhadap perencanaan dapat
dilakukan dengan melakukan uji berbagai macam indikator yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Tujuan evaluasi atas perencanaan ini adalah agar perencanaan
dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Tahapan paling
akhir dari proses perencanaan strategis adalah penilaian dan pemberian
umpan balik. Penilaian dilakukan sesuai dengan prosedur organisasi yang
dikembangkan, yakni dengan mengacu pada tolok ukur strategi dan

12
Wahjono, Sentot Imam. Bisnis Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

10
operasional. Hal ini guna mendapatkan kepastian akan ketepatan
pencapaian strategi dan implementasi program berikutnya.13

E. KESIMPULAN
Perencanaan dalam arti umum adalah proses menentukan tujuan
organisasi yang ingin dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan itu dengan mengunakan sumber daya organisasi yang meliputi:
pengunaan sumberdaya manusia, keuangan, material, mesin-mesin
(peralatan), dan metode (cara) mengunakanya.
Dalam arti yang khusus perencanaan dalam bisnis yaitu mendapatkan
keuntungan yang berkelanjutan dengan menggunkan sumberdaya organisasi
yang meliputi penggunaan sumber daya manusia, keuangan, material,
peralatan, dan metode yang diperlukan, secara efektif dan efisien.
Perencanaan memiliki karakteristik yang khusus
a. Perencanaan adalah proses yang tidak berakhir bila
perencanaan tersebut telah ditetapkan.
b. Rencana yang telah ditetapkan harus diimplementasikan.
c. Selam proses implementasi dan pengawasan rencana-rencana
tersebut mungkin saja memerlukan revisi, modivikasi dan
penyesuaian disana sini untuk menyesuaikan dengan situasi an
kondiso yang telah terjdi dilapangan.
d. Perencanaan kembali (mengkaji ulang perencanaan) dapat
menjadi factor penentu keberhasilan.
e. Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibelitas
agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
yang baru secepat mungkin.

Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang


menggabungkan sumber daya manusia dan bahan melalui struktur formal dari
tugas dan kewenangan. Terdapat tujuh prinsip organisasi yang dinilai penting:
13
Ghozali, Muhammad. Kewirausahaan Syariah. Ponorogo. Unida Gontor Press Cetakan Pertama:
2018

11
i. Perumusan tujuan,
ii. Kesatuan arah
iii. Pembagian kerja
iv. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
v. Koordinasi
vi. Tingkat pengawasan
vii. Rentang manajemen

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Ma’ruf. Manajemen Bisnis Syariah, Aswaja Preesindo. Yogyakarta.
Akhmad Nur Zaroni, BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Telaah Aspek
Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2,
Desember 2007
Elfina Yenti, Pengaruh Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Terhadap Pelaku Bisnis
Pedangang Minang Pada Pasar Aung Kuning Bukittinggi, Tesis, Padang:
Universitas andalas , 2009.
Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek etika bisnis islam ( Studi kasus pada toko
santri syariah Surakarta),Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan,
Pustaka Setia, Bandung, 2013
Al-Qur'an Al-Karim
Arijanto, Agus. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Kasmir. Kewirausahaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Wahjono, Sentot Imam. Bisnis Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Ghozali, Muhammad. Kewirausahaan Syariah. Ponorogo. Unida Gontor Press
Cetakan Pertama: 2018

13

Anda mungkin juga menyukai