Anda di halaman 1dari 16

Implementasi Etika Bisnis Islam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Syariah

Disusun Oleh:

Kelompok 4/ES21D

Azra Salsabila Nanda : 210105010156

Maeyza Kholisyatul Ilmiyah : 210105010155

Lisa Atikah : 210105010176

DOSEN PENGAMPU:

Nuryani, S.E.I., M.H

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah
untuk mata kuliah Etika Bisnis Syariah yang berjudul “Implementasi Etika Bisnis Islam” ini
dengan tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Etika Bisnis Syariah.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nuryani, S.E.I., M.H selaku dosen
mata kuliah Etika Bisnis Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga kami mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang implementasi etika bisnis dalam islam. Dan kami
memohon maaf karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan kurangnya
pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik dari pihak pembaca agar penulisan makalah menjadi lebih baik lagi.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih banyak dan semoga makalah ini memberi manfaat kepada
pembaca.

Banjarmasin, 1 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3
A. Persaingan Dalam Islam ................................................................................................3
B. Penetapan Harga ................................................................................................................... 6
C. Taqwa Dalam Islam .......................................................................................................8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................12
A. Kesimpulan ..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari, ajaran Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia,
termasuk dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi dan bisnis. Setiap muslim diwajibkan untuk
berusaha sebaik mungkin dalam mematuhi hukum syariah dalam segala aspek kehidupannya,
termasuk dalam berdagang dan berbisnis, yang merupakan cara untuk mencari kehidupan yang
sejahtera. Islam dianggap sebagai agama yang sempurna karena mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia secara komprehensif, baik secara global maupun secara detail. Ajaran Islam
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para Rasulullah SAW terbagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu aqidah (keyakinan), syariah (hukum), dan akhlak (etika). Dalam Islam, tidak
diperkenankan bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang sembarangan demi
mencapai tujuan mereka, termasuk dengan cara seperti penipuan, kecurangan, sumpah palsu,
riba, suap, dan tindakan tidak benar lainnya. Sebaliknya, Islam menetapkan batasan atau garis
yang jelas antara yang diperbolehkan dan yang tidak, antara yang benar dan salah, serta antara
yang halal dan haram. Batasan atau garis yang jelas ini dikenal sebagai etika. (Nafis, 2019)

Islam menganggap bisnis sebagai sarana yang paling tepat untuk mencapai kekayaan dan
kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam praktiknya, bisnis harus dilakukan dengan integritas, tanpa
kecurangan, riba, manipulasi harga, atau penimbunan barang. Tindakan-tindakan semacam ini
dapat menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat. Di era bisnis modern saat ini, untuk
menghadapi persaingan dan memastikan persaingan yang sehat, etika bisnis menjadi penting
untuk mengatur perilaku dalam bisnis agar tetap sesuai dengan norma-norma yang ada. Etika
bisnis juga membantu para pelaku bisnis untuk mempertimbangkan apakah tindakan mereka
mengganggu bisnis para pelaku bisnis lain atau tidak. (Susanti, 2017)

Islam memperbolehkan praktik jual beli, termasuk bisnis, namun, bagaimana seorang
muslim harus menjalankan bisnisnya agar memperoleh berkah dari Allah SWT di dunia dan di
akhirat? Aturan bisnis Islam memberikan panduan tentang langkah-langkah yang harus diikuti
oleh para pebisnis muslim. Harapannya, bisnis yang dilakukan akan berkembang pesat karena
didoakan mendapat berkah dari Allah SWT. Dalam setiap aktivitas bisnis, tujuan utamanya

1
bukan hanya mencari keuntungan semata, melainkan juga menanamkan kedisiplinan dan nilai
kejujuran pada praktisi bisnis. Apabila setiap praktisi bisnis menerapkan kedisiplinan dan
memegang teguh nilai kejujuran, reputasi perusahaan di mata masyarakat akan baik. Semakin
tinggi kesadaran akan etika dalam berbisnis, semakin besar pula kemungkinan kebaikan,
kesuksesan, dan kemajuan suatu bisnis, yang ditentukan oleh ketekunan dan kesungguhan para
pelaku bisnis. (Harahap, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persaingan dalam bisnis islam?
2. Bagaimana penetapan harga dalam bisnis islam?
3. Bagaimana taqwa dalam bisnis islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui persaingan dalam bisnis islam.
2. Untuk mengetahui penetapan harga dalam bisnis islam.
3. Untuk mengetahui taqwa dalam bisnis islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persaingan Dalam Bisnis


Persaingan bukanlah masalah baru dalam dunia usaha, ini dapat dilihat dalam
perkembangannya dimana kemajuan suatu perusahaan selalu diiringi oleh perusahaan
lain untuk menuju kearah yang lebih baik. Setiap perusahaan tidak dapat menghindari
persaingan dari perusahaan lain.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia persaingan adalah suatu persaingan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang tertentu, agar memperoleh kemenangan
atau hasil secara kompetitif. Persaingan juga merupakan kenyataan hidup dalam dunia
bisnis, sifat, bentuk, dan intensitas persaingan yang terjadi dan cara yang ditempuh oleh
para pengambil keputusan stratejik untuk menghadapi para tingkat yang dominan
mempengaruhi tingkat keuntungan suatu perusahaan (Chadhiq, 2007).
Dalam persaingan kita mengenal istilah “pesaing” yaitu perusahaan yang
menghasilkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk yang
kita tawarkan. Pesaing suatu perusahaan dapat dikategorikan pesaing yang kuat dan
pesaing yang lemah atau ada pesaing yang dekat yang memiliki produk yang sama atau
memiliki produk yang mirip
Secara bahasa, bisnis mempunyai beberapa arti; usaha, perdagangan, toko,
perusahaan, tugas, urusan, hak, usaha dagang, usaha komersial dalam dunia perdagangan
atau bidang usaha. Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh
keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik
jumlah maupun waktunya (Sondang, 2003).
Para ekonom melihat proses bekerjanya sistem persaingan dengan indikator yang
dikenal dengan Structure-Conduct-Performance (SCP).
Dari sisi structure, indikator sistem persaingan adalah sebagai berikut:
1. Number and Size Distribution of Sellers and Buyers Dalam pasar persaingan,
terdapat banyak penjual dan pembeli yang masing-masing tidak dapat
mempengaruhi harga.

3
2. Product Differentiation Produk yang standar tidak pernah ada di dunia nyata.
Semakin berbeda barang tersebut, semakin kecil kemungkinan substitusi dengan
barang lain.
3. Entry Condition Entry Condition menentukan potensi persaingan antara
perusahaan yang telah ada dan perusahaan yang akan masuk ke dalam industry.
Dari sisi Conduct, indikator yang digunakan adalah ada tidaknya kerja sama
(collusion) dan strategi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi, serta adanya advertising
atau Research and Development (R&D).
Adapun dari sisi Performance, ekonom melihat berjalannya system persaingan dari
profitabilitasnya, dan efisiennya (Utomo, 2010).
Persaingan dalam dunia bisnis sangat penting sebagai faktor penentu kesuksesan
sebuah bisnis yang dijalankan. Dalam dunia bisnis terdapat beberapa keunggulan produk
yang dapat digunakan dalam upaya untuk meningkatkan daya saing, yaitu:
a. Produk
Spesifikasi produk yang ditawarkan harus jelas, halal, kualitas yang terjamin, dan
sesuai dengan harapan konsumen agar konsumen terhindar dari adanya penipuan.
b. Harga
Dalam memenangkan suatu persaingan, masalah harga yang kompetitif harus
menjadi pertimbangan. Sebab, menurunkan harga yang jauh lebih rendah dari
pesaing dengan tujuan menjatuhkan pesaing, hal ini tentu tidak akan baik serta
menyalahi etika dalam berbisnis.
c. Tempat
Memilih tempat untuk menjalankan bisnis, tentu harus dengan kriteria tertentu
seperti, tempat yang bersih, sehat, nyaman bagi pelanggan, menghindari hal-hal yang
diharamkan dalam menarik konsumen.
d. Pelayanan
Pelayanan yang baik merupakan suatu nilai yang diberikan perusahaan demi
kenyamanan konsumen. Oleh karena itu, memberikan pelayanan yang maksimal,
dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan usaha dalam meraih keuntungan.
Pelayanan yang ramah dan sopan tentu membuat konsumen merasa nyaman (Hartini,
2023).

4
Persaingan terbagi menjadi empat macam berdasarkan tingkat kemampuan penggantian
produk, antara lain:
1. Persaingan merek, adalah perusahaan dapat melihat pesaingnya sebagai
perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa sejenis kepada pelanggan
dengan harga yang sama.
2. Persaingan industri, adalah perusahaan memandang pesaingnya lebih luas
sebagai semua perusahaan yang membuat produk atau jenis yang sama.
3. Persaingan bentuk, adalah perusahaan memandang pesaingnya dengan lebih baik
sebagai semua produk manufaktur perusahaan yang memberikan jasa yang sama.
4. Persaingan umum, adalah perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan lebih
luas sebagai usaha perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan konsumsi
rupiah yang sama (Pitoy et al., 2016).
Adapun tingkat intensitas persaingan antar perusahaan tergambar dalam struktur
pasar tempat perusahaan beroperasi. Struktur pasar terjadi karena adanya perbedaan
jumlah penjual dan tingkat diferensiasi produk. Adapun empat macam struktur pasar
sebagai berikut:
a. Pasar Monopoli Murni
Monopoli Murni adalah bentuk organisasi pasar di mana terdapat perusahaan
tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai substitusi sempurna.
b. Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah organisasi pasar di mana terdapat beberapa penjual suatu
komoditi. Oleh sebab itu, tindakan setiap penjual akan mempengaruhi penjual
lain.
c. Pasar Monopolistis
Persaingan Monopolistis mengacu pada organisasi pasar di mana terdapat banyak
perusahaan yang menjual komoditi yang hampir serupa tetapi tidak sama.
Contohnya adalah banyaknya merek rokok yang tersedia.
d. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar disebut bersaing sempurna jika terdapat hal-hal sebagai berikut;

5
1) Sejumlah besar penjual dan pembeli komoditi, sedemikian rupa sehingga
tindakan dari seorang individu tidak dapat mempengaruhi harga komoditi
tersebut,
2) Produk dari seluruh perusahaan di dalam pasar adalah homogen,
3) Terdapat mobilitas sumber daya yang sempurna
4) Konsumen, pemilik produksi dan perusahaan di dalam pasar mempunyai
pengetahuan yang sempurna mengenai harga-harga dan biaya-biaya yang
sekarang dan yang akan datang (Nofiani & Mursid, 2021).

B. Penetapan Harga
1. Pengertian Penetapan Harga
Penetapan harga mencakup jumlah yang diminta untuk produk atau layanan tertentu.
Secara lebih umum, harga mencakup semua nilai yang pelanggan berikan untuk
mendapatkan manfaat dari membeli atau menggunakan suatu produk atau layanan.
Seiring berjalannya waktu, harga telah menjadi faktor kunci dalam memengaruhi
keputusan pembelian. Meskipun beberapa faktor lainnya telah menjadi lebih penting
dalam beberapa tahun terakhir, harga masih tetap menjadi salah satu aspek terpenting
dalam menentukan posisi pasar dan keuntungan suatu perusahaan. (VIA VARIDHOTUL
ISLAMIYAH, 2017)
Penetapan harga merupakan sebuah tantangan bagi setiap perusahaan karena tidak
sepenuhnya tergantung pada keputusan tunggal seorang pengusaha. Melalui penetapan
harga, perusahaan dapat mengatur pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk yang
mereka tawarkan. Dalam istilah ekonomi, penetapan harga merujuk pada proses
menetapkan jumlah pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan dari penjualan
produk atau layanan yang mereka hasilkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga adalah
harga jual yang ditentukan oleh perusahaan dengan memperhatikan modal yang
dikeluarkan dan laba yang diinginkan.
2. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga dalam perusahaan merupakan dasar atau pedoman bagi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan pemasaran termasuk penetapan harga. Pada

6
umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga produknya.
Tujuan tersebut antara lain:
a. Mendapatkan Laba Maksimum
Pada praktiknya, harga dipengaruhi oleh interaksi antara penjual dan pembeli.
Semakin tinggi daya beli konsumen, semakin besar kesempatan bagi penjual untuk
menetapkan harga yang lebih tinggi. Ini memberikan peluang bagi penjual untuk
mencari keuntungan maksimal sesuai dengan situasi yang ada.
b. Meraih Pangsa Pasar
Untuk menarik minat dari target pasar, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan
menetapkan harga yang kompetitif. Dengan menawarkan harga yang lebih rendah, ini
dapat mendorong peningkatan permintaan, bahkan dari pangsa pasar yang dimiliki
oleh pesaing. Dengan mengamankan pangsa pasar ini, perusahaan kemudian dapat
menyesuaikan harga untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Oleh karena itu,
strategi perluasan pasar seringkali melibatkan penetapan harga yang lebih rendah dari
harga pasaran untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar. (Sofyan Assauri,
2002)
c. Mencapai Tingkat Hasil Penerima Penjualan Maksimum Pada Waktu itu
Perusahaan menetapkan harga untuk memaksimumkan menerima penjualan pada
masa itu. Tujuan itu hanya mungkin dicapai, apabila terdapat kombinasi harga dan
kuantitas produk yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan yang paling besar.
d. Mencegah atau Mengurangi Persaingan
Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijakan
harga. Hal ini dapat diketahui bila mana para penjual menawarkan barang dengan
harga yang sama. Oleh karena itu persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui
kebijaksanaan harga, tetapi dengan revisi lain.
e. Mempertahankan Atau Memperbaiki Market Share
Meningkatkan porsi pasar hanya dapat dilakukan ketika perusahaan memiliki
kapasitas produksi yang masih mencukupi dan memiliki keleluasaan dalam berbagai
bidang seperti pemasaran, keuangan, dan lain-lain. Dalam konteks ini, penetapan
harga menjadi faktor kunci. Bagi perusahaan kecil dengan sumber daya terbatas,
seringkali penentuan harga hanya bertujuan untuk mempertahankan porsi pasar yang

7
sudah dimiliki. Peningkatan porsi pasar seringkali tidak menjadi prioritas, terutama
dalam situasi persaingan yang sangat sengit.
3. Harga dalam Islam
Menurut Abu Yusuf, harga ditentukan oleh dinamika pasar yang memberikan
kebebasan optimal bagi produsen dan konsumen untuk berinteraksi. Jika kenaikan harga
terjadi karena alasan selain monopoli, manipulasi harga, atau tindakan tidak wajar lainnya
dari produsen, maka pemerintah tidak seharusnya campur tangan dengan menetapkan
harga. Penetapan harga sepenuhnya bergantung pada interaksi antara permintaan dan
penawaran dalam ekonomi. (Nur Chamid, 2010)
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa dalam menetapkan harga-harga pasar untuk suatu
produksi, faktor utama yang memengaruhi adalah hubungan antara permintaan dan
penawaran. Menurutnya, peningkatan penawaran atau penurunan permintaan akan
menyebabkan harga naik, sedangkan penurunan penawaran atau peningkatan permintaan
akan mengakibatkan harga turun. (VIA VARIDHOTUL ISLAMIYAH, 2017)
Berdasarkan pandangan ekonomi Islam seperti yang disampaikan di atas, harga
dalam pasar sangat dipengaruhi oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Peningkatan penawaran atau penurunan permintaan akan menyebabkan kenaikan harga,
begitu pula sebaliknya, penurunan penawaran atau kenaikan permintaan akan
mengakibatkan penurunan harga.
4. Dasar Hukum Penetapan Harga
Q.S An Nisaa ayat 29

ٰٓ ‫س ُك ْم ۗ اِ َّن‬
َ‫اّلل‬
ِ ٍ ‫اط ِل اََِّلا اَ ْن تَ ُكو َن ِِتَارةً َعن تَ ر‬
َ ‫اض ٰمنْ ُك ْم ۗ َوََل تَ ْقتُ لُ ْواا اَنْ ُف‬َ ْ َ ْ
ِ ‫ٓاٰيَيُّها الَّ ِذين ٓامنُ وا ََل ََتْ ُكلُواا اَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِِبلْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ ْ َ َْ َ
‫ك ْم َر ِح ْي ًما‬
ُ ِ‫َكا َن ب‬

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu dan janganlah kamuu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adlah Maha
Penyayang kepadamu”.
Berdasarkan surat An Nisaa ayat 29 ini melarang mengambil harta orang lain dengan
jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan perniagaan yang berlaku atas dasar

8
kerelaan bersama. Menurut Ulama Tafsir, larangan memakan harta orang lain dalam ayat
ini mengandung pengertian yang luas dan dalam antara lain:
a. Agama Islam mengakui adanya hak milik pribadi yang berhak mendapat
perlindungan dan tidak boleh diganggu gugat.
b. Hak milik pribadi, jika memenuhi nisabnya, wajib dikeluarkan zakatnya dan
kewajiban lainnya untuk kepentingan agama, negara, dan sebagainya.
c. Sekalipun seseorang mempunyai harta yang banyak dan banyak pula orang yang
memerlukannya dari golongan-golongan yang berhak menerima zakatnya, tetapi
orang itu tidak boleh di ambil begitu saja tanpa seizin pemiliknya atau tanpa menurut
prosedur yang sah.

Mencari kekayaan diperbolehkan melalui aktivitas berniaga atau berdagang dengan


dasar kesepakatan kedua belah pihak tanpa adanya paksaan. Praktik jual-beli yang
dilakukan dengan paksaan dianggap tidak sah, meskipun ada pembayaran atau imbalan
yang diberikan. Dalam usaha mencapai kekayaan, penting untuk tidak menzalimi orang
lain, baik secara individual maupun secara kolektif. Ayat tersebut juga menegaskan
bahwa Allah melarang orang-orang yang beriman untuk memperoleh harta dengan cara
yang tidak sah atau dengan melakukan kekerasan terhadap orang lain, bahkan hingga
tindakan bunuh diri (VIA VARIDHOTUL ISLAMIYAH, 2017). Hal ini dilakukan
sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya untuk kebahagiaan mereka di
dunia dan di akhirat. Untuk memastikan bahwa mekanisme pasar beroperasi dengan baik,
nilai-nilai etis dalam berdagang harus dijunjung tinggi.

C. Taqwa Dalam Bisnis


Ketakwaan yang direfleksikan dalam kewirausahaan Islam dapat menjadi potensi
secara menyeluruh dalam proses bisnis. Berikut adalah potensi yang dapat diambil dari
aspek takwa dalam kewirausahaan Islam, yaitu :
a. Bertakwa dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk
larangan-Nya.

b. Semakin mendekatkan diri dan mengingat Allah melalui.


c. intensivitas praktik ibadah Senantiasa menjaga salat dan menetapkan sistem jam
kerja berdasarkan waktu azan agar dapat menjaga ibadah salat.

9
d. Meningkatkan ibadah sunnah.
e. Berbuat baik kepada semua makhluk Allah.
f. Tidak menzalimi orang lain.
g. Senantiasa menjaga kualitas dan kehalalan produk.
h. Menghindari riba dalam pengelolaan modal (Hijriah, 2016).

Takwa ada beberapa prinsip bisnis syariah, yaitu :

1. Prinsip Umum Bisnis Syariah


a. Kaidah fikih (Hukum Islam Yang menyatakan) “pada dasarnya segala
bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang menhharamkannya”
b. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindarkan mudarat (jalbu al-mashlalih wa dar u al mafashid) atau
sering disebut maslahah.
c. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keseimbangan
(tawazun) dalam pembangunan.
d. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan
menghindari dari unsur-unsur kezaliman.
2. Prinsip Khusus Bisnis Syariah
Menurut Quraish Shihab dikutip oleh Mardani, prinsip bisnis syariah, dalam
kontets ketentuan-ketentuan yang ditetapkan al-Qur’an dan konteks berbisnis
paling tidak dikelompokkan dalam tiga kelompok:
a. Berkaitan dengan hati/kepercayaan pembisnis
1) Pembisnis perlu memiliki motivasi dan niat yang benar dalam konteks
mencari dan menafkakan harta, agar bernilai ibadah.
2) Harta adalah milik dan Amanah Allah yang diserahkan kepada manusia
agar mereka tunaikan sesuai pesan Allah.
3) Harta adalah ujian
4) Allah adalah penganugrah rezeki
5) Allah menjamin rezeki mahluknya
6) Rezeki bukan hanya besifat material, tetapi juga besifat imateri/spiritual

10
b. Berkaitan dengan Moral Pebisnis
1) kejujuran Tentang kejujuran terdapat dalam Hadis Rasulullah Saw
"Tidak dibenarkan seorang Muslim menjual satu jualan yang
mempunyai aib kecuali ia menjelaskannya." (HR. al-Quzwain).
2) Pemenuhan janji dan perjanjian
Al-Qur’an dan sunah secara tegas telah memerintahkan untuk
memenuhi segala macam janji dan ikatan perjanjian
3) Toleransi, keluwesan, dan keramahtamahan Nabi Muhammad Saw
bersabda: "Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam
menjual, membeli, dan menagih" (HR. Bukhari dan Tirmidzi).
c. Berkaiatan dengan Pengembangan Harta
1) Prinsip halal (tidak dibenarkan memperdagangkan barang-barang yang
diharamkan)
2) Saling menerima dengan baik (tidak dibernakan jual beli dengan
paksaan)
3) Manfaat (tidak dibenarkan melakukan pergadangan yang tidak
bermanfaat)
4) Keseimbangan (keuntungan antara pembeli dan penjual haruslah
seimbang)
5) Kejelasan (maksudnya agar interaksi tidak berpotensi melahirkan
perselisihan) (Ariyadi, 2018).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis dalam Islam memandangnya sebagai sarana yang paling tepat untuk mencapai
kekayaan dan kesejahteraan. Namun, dalam praktiknya, bisnis harus dilakukan dengan
integritas, tanpa kecurangan, riba, manipulasi harga, atau penimbunan barang.
Berikut beberapa prinsip etika bisnis dalam Islam yang menjadi dasar untuk mengatur
perilaku dalam bisnis:
1. Kejujuran dan Integritas: Bisnis harus dijalankan dengan kejujuran dan integritas.
Tidak boleh ada manipulasi data, penipuan, atau tindakan yang merugikan pihak
lain.
2. Tanggung Jawab Sosial: Bisnis harus memperhatikan tanggung jawab sosialnya
terhadap masyarakat, lingkungan, dan karyawan. Ini termasuk menghormati hak-
hak pekerja, mengurangi dampak lingkungan, dan memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat.
3. Persaingan yang Sehat: Persaingan dalam bisnis modern sangat penting sebagai
faktor penentu kesuksesan. Namun, persaingan harus dilakukan dengan cara yang
sehat dan tidak merugikan pihak lain.
4. Penetapan Harga: Dalam bisnis Islam, penetapan harga merujuk pada proses
menetapkan jumlah pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan dari
penjualan produk atau layanan yang mereka hasilkan. Harga harus adil dan tidak
merugikan konsumen.
5. Taqwa: Taqwa (kesalehan) dalam berbisnis merupakan bagian dari etika bisnis
yang menjadi dasar untuk menjunjung hukum syariah. Bisnis harus dilakukan
dengan niat baik, menghindari praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-
nilai agama, dan selalu mengingat Allah dalam setiap tindakan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, A. (2018). Bisnis Dalam Islam. Jurnal Hadratul Madaniyah, 5(1), 13–26.
https://doi.org/10.33084/jhm.v5i1.158
Chadhiq, U. (2007). MEMAHAMI PERILAKU KONSUMEN UNTUK MEMENANGKAN
PERSAINGAN BISNIS. 2(3).
Harahap. (2010). Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Selemba Empat.
Hartini, A. (2023). DINAMIKA PERSAINGAN BISNIS PERSPEKTIF ETIKA BISNIS.
Hijriah, H. Y. (2016). Spiritualitas Islam dalam Kewirausahaan. TSAQAFAH, 12(1), 187.
https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v12i1.374
Nafis, D. (2019). IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM USAHA RUMAH MAKAN.
1–2.
Nofiani, P. W., & Mursid, M. C. (2021). PENTINGNYA PERILAKU ORGANISASI DAN
STRATEGI PEMASARAN DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS DI ERA
DIGITAL. 11.
Nur Chamid. (2010). Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 162.
Pitoy, C. V., Tumbel, A., & Tielung, M. (2016). ANALISIS STRATEGI BERSAING DALAM
PERSAINGAN USAHA BISNIS DOCUMENT SOLUTION (STUDI KASUS PADA PT.
ASTRAGRAPHIA, TBK MANADO). 16(03).
Sofyan Assauri. (2002). Manajemen Pemasaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sondang, S. (2003). Manajemen Stratejik. PT. Bumi Aksara.
Susanti. (2017). Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Usaha Mabel Di CV Jati Karya Palembang.
Skripsi Palembang.
Utomo, T. J. (2010). LINGKUNGAN BISNIS DAN PERSAINGAN BISNIS RITEL. 5(1).
VIA VARIDHOTUL ISLAMIYAH. (2017). STRATEGI PENETAPAN HARGA DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM. 10–20.

13

Anda mungkin juga menyukai