Anda di halaman 1dari 15

1

MODUL PERKULIAHAN

U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
ENTREPRENEURSHIP
DAN ETOS KERJA ISLAM
Dosen:

Abstrak Sub-CPMK

Pada pertemuan ini akan Memahami dan menerapkan dengan baik


dijelaskan mengenai Pengertian, ciri-ciri, etika entrepreneurship
Pengertian, ciri-ciri, etika dalam Islam dan etos kerja
entrepreneurship dalam Islam
dan etos kerja

ENTREPRENEURSHIP
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

11
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
Latar Belakang1k

Entrepreneurship atau kewirausahaan sebenarnya tidak asing dengan seorang


Muslim, baik dari sisi kesejarahan (historis) maupun normatif. Berbisnis atau jual-beli
merupakan proses pemindahan hak milik barang atau harta kepada pihak lain dengan
menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Kegiatan ini tak pernah lepas dari aktivitas
manusia sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, manusia
melakukan transaksi jualbeli yang tak terhitung jumlahnya. Dalam suatu sistem
perekonomian, jualbeli akan mendorong perdagangan, dan merangsang perniagaan dan
industri. Dengan poduksi yang berkembang, akan mendorong lapangan kerja baru dan
membawa kebaikan untuk kegiatan perdagangan. Dengan terbukanya lapangan kerja,
pendapatan masyarakat akan meningkat dan industri akan lebih berkembang.
Seiring perkembangan dunia bisnis dan perekonomian serta persaingan yang
semakin ketat dalam dunia bisnis, mengakibatkan seringkali ditemukan kecurangan yang
berjauhan dengan nilai -nilai moralitas dan Agama, kerap ditemui kecurangan pada
perekonomian. Saat ini banyak ditemui pedagang yang dalam pelaksanaan bisnisnya
dipenuhi oleh praktekpraktek mal-bisnis, yang dimaksud praktek mal-bisnis dalam
pengertian ini adalah mencakup semua perbuatan bisnis yang tidak baik, jelek, membawa
akibat kerugian, maupun melanggar hukum. Oleh karena itu diperlukan adanya etika
dalam berbisnis.
Dalam pengelolaan bisnis dibutuhkan manusia yang baik, dimana pengelolaan
bisnis secara etik harus menggunakan landasan Norma dan moralitas umum yang
berlaku di masyarkat. Penilaian suatu keberhasilan bisnis tidak hanya ditentukan oleh
keberhasilan prestasi ekonomi dan financial semata, tetapi keberhasilan itu juga diukur
dengan menggunakan tolak ukur nilai moralitas dan nilai etika yang dilandasi nilai-nilai
sosial dan ekonomi serta nilai agama. Adapun etika bisnis itu sendiri adalah aplikasi etika
umum yang mengatur dan menilai perilaku bisnis yang berisi Norma moralitas.
Sedangkan dalam Islam, etika mengacu pada dua sumber yaitu Qur’an dan Sunnah.
Etika dalam Islam menyangkut Norma dan tuntunan atau ajaran yang mengatur sistem
kehidupan individu atau lembaga, kelompok, dan masyarakat dalam kontek hubungan
dengan Allah dan lingkungan. Di dalam sistem etika Islam ada sistem penilaian atas
perbuatan atau perilaku yang bernilai baik dan bernilai buruk.

Pengertian Entrepreneurship

Kata “kewirausahaan” sebagai terjemah dari entrepreneurship dilontarkan pada


tahun 1975 dan mulai digunakan di antara anggota kelompok entrepreneur Developmen

2021 Pendidikan Agama Islam


2 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Program – Development Teknology Centre (EDP-DTC),Institut teknologi bandung. (Moko
P. Astameon, 2008:50)
Perkembangan teori dan istilah entrepreneur sebagai berikut:
a. Asal kata entrepreneur dari bahasa prancis yang berarti betwen taker atau go-
between.
b. Abad pertengahan berarti actor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek
produksi berskala besar untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan
dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price.
c. Tahun 1725 Richard Cattilon menyatakan entrepreneur sebagai orang yang
menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal. (Buchari
Alma,2005:20-21)
Menurut Geoffrey G. Mendith, kewirausahaan merupakan gambaran dari orang
yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil keuntungan
daripadanya, serta mengambil tindakan yang tepat guna memastikan kesuksesan.

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha yaitu:


a. Tahap memulai, tahap dimana seseorang berniat melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
baru yang mungkin untuk membuka usaha baru.

b. Tahap melaksanakan usaha, tahap ini seorang entrepereneur mengelola berbagai


aspek yang terkait dengan usahanya, mencangkup aspek-aspek: pembiayaan,
SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana resiko dan
mengembil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

c. Mempertahankan usaha, tahap dimana entrepreneur berdasarkan hasil yang telah


dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

d. Mengembangkan usaha, tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif, mengalami
perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.

Secara sederhana arti entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Motivasi menjadi
entrepreneur adalah sesuatu yang melatar belakangi atau mendorong seseorang

2021 Pendidikan Agama Islam


3 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
melakukan aktivitas dan memberi energy yang mengarah pada pencapaian kebutuhan,
memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan dengan membuka suatu
usaha atau bisnis.

Kedudukan Entrepreneur dalam Islam

Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam


masalah mu’amalah. Diketahui bahwa konsep berwirausaha Nabi Muhammad SAW
dilakukan dengan cara shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Konsep berwirausaha dimensi
vertikal dengan berpegang teguh pada Allah SWT yaitu berkaitan dengan berwirausaha
semata-mata karena Allah SWT, berwirausaha adalah Ibadah, Takwa, Tawakal, Dzikir
dan Syukur.

Dalam pandangan Islam, menjadi seorang entrepreneur dalam sebuah usaha yag
halal dan baik, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah sebuah pekerjaan
yang mulia dan agung, Rasulullah telah bersabda: “Seorang pengusaha yang jujur (ash-
shiddiqi) lagi dapat dipercaya (al-amin). Akan bersama para nabi, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang sholeh.”(HR. At-Tirmidzi).

Oleh karena itu, eksistensi entrepreneur sangat mutlak peranannya di tengah-


tengah masyarakat yang masih dalam keadaan tidak menentu. Saat ini diperlukan
lahirnya para entrepreneur muslim yang telah dicontohkan pada masa Nabi Muhammad
SAW, para sahabat, dan pada masa kholifah yaitu para entrepreneur yang jujur, amanah,
dan bertawa. Sebagaimana telah digambarkan dalam Qur’an (QS: An-Nur:37), sifat yang
harus dimiliki seorang entrepreneur:

َّ ‫ِر َج ا ٌل اَّل تُ ْل ِه ْي ِه ْم تِ َج ا َرةٌ َّواَل بَ ْي ٌع ع َْن ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َواِقَ ِام‬


ُ‫الص ٰلو ِة َواِ ْيتَ ۤا ِء ال َّزكٰ و ِة ۙيَخَ افُوْ نَ يَوْ ًما تَتَقَلَّبُ فِ ْي ِه ْالقُلُ وْ ب‬
٣٧ ۙ ‫ْصا ُر‬ َ ‫َوااْل َب‬

37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(QS: An-Nur:37)

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa seseorang entrepreneur muslim


yang menjalankan kewajibanya sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya,

2021 Pendidikan Agama Islam


4 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang memiliki moralitas tinggi yang ditandai dengan sifat jujur dan amanah, maka kelak
dia akan ditempatkan bersama para Nabi, Syuhada, dan orang-orang shaleh yang
merupakan sebaik-baik manusia. Itulah setinggi-tinggi pembalasan dan keridhaan Allah
kepada manusia yang mengikuti petunjuk-Nya.
Pentingnya menjadi entrepreneur ini juga dinyatakan dalam sebuah hadis
“perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan
dari sepuluh (sembilan puluh persen) pintu rezeki” (HR. Ahmad).
Hadis diatas diperkuat oleh hadis lain yaitu,” usaha yang paling utama adalah jual
beli yang baik dan pekerjaan seorang laki-laki dengan ketrampilan dengan tangan
sendiri,”(HR.Ahmad). (Muhammad Syahrial Yusuf,2013: 45-46)
Dari beberapa dalil yang dikemukakan, tidak diragukan, tidak diragukan bahwa
Islam memberikan tempat yang mulia dan tinggi kepada entrepreneur muslim yang jujur
lagi amanah, jika seorang pedagang yang berusaha secara tradisional namun jujur dan
amanah mendapatkan tempat yang tinggi bersama para Nabi, Syuhada, dan Shalihin,
maka sama halnya dengan seorang entrepreneur modern yang harus mengeluarkan
segala potensi yang dimilikinya untuk menggapai kesuksesan, baik potensi pemikiran.

Karakteristik Entrepreneurship
Diantara karakteristik seorang entrepreneur yang menonjol adalah:
a. Proaktif
Salah satu karakter yang menonjol dari seorang wirausaha ini adalah
proaktif, suka mencari informasi yang ada hubungannya dengan dunia yang
digeluti. Mengapa mereka melakukan ini tidak lain adalah agar mereka tidak
ketinggalan informasi, sehingga segala sesuatuya dapat disikapi dengan bijak dan
tepat. Misalnya adanya pesaing baru yang memasarkan produk sejenis. Informasi
tetang produk yang sejenis yang baru masuk produk ini bisa menjadi ancaman
produk yang dihasilkannya, agar ia bisa membuat strategi menghadapi persaingan
maka ia perlu tahu lebih dahulu apa saja kelebihan dan kekurangan produk baru
tersebut. Dengan bahan informasi yang ia dapatkan itu akan dapat menyusun
strategi menghadapi persaingan pasar, seperti segmenting, targetting dan
positioning yang banyak dibahas dalam majemen pemasaran.
b. Produktif
Salah satu karakter kunci untuk sukses menjadi seorang wirausaha adalah
selalu ingin mengeluarkan uang untuk hal-hal yang produktif. Ia tidak sembarang
mengeluarkan uang, teliti, cermat, dan penuh perhitungan dalam memutuskan
pengeluaran.

2021 Pendidikan Agama Islam


5 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Seorang wirausaha sebelum mengeluarkan uangnya ia berfikir lebih
dahulu apakah uangnya akan kembali. Oleh karena itu ia lebih mementingkan
pengeluaran yang bersifat produktif dari pada yang bersifat konsumtif. Dengan
cara demikian maka bagi seorang wirausaha bukan mustahil sumber
penghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi
income).
Berbeda dengan orang yang bermental konsumtif yang biasanya kalau
mengeluarkan uangnya lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat kemewahan,
dan gengsi yang tidak menghasilkan keuntungan.

c. Pemberdaya
Karakter lain yang juga dimiliki oleh seorang wirausaha adalah
memperdaya atau memberdayakan orang lain. Seoang wirausaha sejati biasanya
sangat memahami manajemen, bagaimana menangani pekerjaan yang membagi
habis tugas dan memberdayakan orag lain yang ada dalam pembinaanya untuk
mencapai tugas yang diinginakan. Dengan demikian disatu sisi tujuan bisnisnya
tercapai, dan disisi lain anak buahnya (orang yang bekerja padanya) juga
diberdayakn sehingga mendapat pengalaman, yang pada gilirannya nanti dapat
berdiri sendiri berkat pemberdayaan yang dilakukan oleh pimpinannya.
(Muhammad Syahrial Yusuf, 2013:51-53)

d. Tangan Diatas
Seorang entrepreneur sejati, lebih-lebih entrepreneur yang berbasis
syariah umumnya memiliki karakter tangan diatas (suka memberi). Salah satu
cara yang dilakukannya adalah memperbanyak sedekah. Ia tidak bangga
mengatakan saya berhasil mendapat bantuan dari donatur negara maju, tatapi ia
akan bangga apabila ia turut membantu tempat ibadah, panti asuhan, sekolah/
tempat pendidikan. Bagi seorang entrepreneur yang berbasis syariah yakin bahwa
setiap rezeki yang diterima harus ada sebagian yang dibagikan kepada orang-
orang yag kurang beruntung tang diberikan secara ikhlas. Dan setiap pemberian
yang ikhlas akan menambah kualitas dan kuantitas rezekinya dan hidupnya penuh
berkah.
Itulah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadistnya
“tangan diatas lebih mulia dari tagan yang dibawah”.

e. Rendah Hati
Seorang entrepreneur sejati menyadari keberhasilan yang dicapainya bukan
sepenuhnya karena kehebatannya, tetapi ia sadar betul disamping upayanya yang

2021 Pendidikan Agama Islam


6 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sungguh-sungguh ia juga tidak terlepas dari pertolongan Allah. Wirausaha yang
berbasis syari’ah yakin betul dengan adanya petolongan Allah. Ia tidak seperti
karun yang membanggakan diri yang mengaku semua kekayaan yang dimilikinya
adalah hasil kerja keras dan kecerdasannya. Hal tersebut telah di ceritakan Allah
dalam Al-Qur’an (QS. Al-Qashash:

ً‫ال اِنَّ َمٓا اُوْ تِ ْيتُهٗ ع َٰلى ِع ْل ٍم ِع ْن ِد ۗيْ اَ َولَ ْم يَ ْعلَ ْم اَ َّن هّٰللا َ قَ ْد اَ ْهلَكَ ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِمنَ ْالقُ رُوْ ِن َم ْن هُ َو اَ َش ُّد ِم ْن هُ قُ َّوة‬
َ َ‫ق‬
٧٨ َ‫َّواَ ْكثَ ُر َج ْمعًا ۗ َواَل يُ ْسـَٔ ُل ع َْن ُذنُوْ بِ ِه ُم ْال ُمجْ ِر ُموْ ن‬

78. Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata
karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah
telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih
banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya
tentang dosa-dosa mereka.

Apa yang dikatakan Karun itu merupakan kesombongan dan sekaligus


pengingkaran terhadap nikmat Allah. Karena kesombongan dan mengingkari
nikmat Allah Karun akhirnya harus menerima nasib tragis, Allah membenamkan
rumah dan semua kekayaan di dalam tanah. Hal itu sudah menjadi janji Allah
terhadap orang yang bersyukur akan ditambahkan nikmat-Nya, dan terhadap yang
ingkar (kufur) atas nikmat Allah, siksa Nya amat pedih, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Nya (QS. Ibrahim :7)

٧ ‫َواِ ْذ تَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَ ِٕى ْن َشكَرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذابِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد‬

7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

Bagi seorang wirausaha berbasis syari’ah, dengan iman yang menghujam


didadanya ia sadar betul dengan janji Allah, sehingga ia selalu bersyukur dan
tawadhu (rendah hati), dan Allah pun mempermudah segala urusan bisnisnya.
Sikapnya yang rendah hati itu tampak dari kebiasaanya menolong wirausaha
pemula yang belajar kepadanya, cara kerjanya membina dan mengembangkan
kemampuan karyawannya.

2021 Pendidikan Agama Islam


7 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
f. Kreatif
Seorang wirausaha juga mempunyai karakter kreatif, yaitu mampu
menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan.
Ditengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap mempu
menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak
pernah khawatir kehabisan lahan.
g. Inovatif
Seorang wirausaha juga mempunyai karakter inovatif, yaitu mampu
melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam menangani bisnis yang digelutinya,
sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti
perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya kembali
kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.( Muhammad Syahrial Yusuf,
2013:40)

Etos Kerja Islami

Dalam Al-quran ditemukan sekian ayat yang dapat memberi petunjuk agar kita
dapat meningkatkan etos kerja, di antaranya adalah:

Pertama, Manajemen waktu; seorang muslim dituntut untuk dapat


mempergunakan waktu seefektif mungkin untuk dapat diisi dengan segala bentuk
aktivitas yang baik, terlebih apabila sedang mengerjakan satu pekerjaan. Berkali-kali kita
temukan ayat yang berisi sumpah Allah SWT dengan menggunakan waktu seperti, wal
'ashri, wadh-dhuha, wal-laili, wan-nahari. Hal ini mengandung pesan bahwa setiap orang
yang ingin sukses harus dapat mempergunakan waktu sebaik mungkin. Karena waktu
adalah modal terbaik.

Ilustrasi: Mengapa sebuah tim sepak bola apabila sedang bermain mereka secara
umum begitu ngotot dan bersemangat? Mungkin jawabannya bisa macam-macam, di
antaranya; mereka ingin meraih kemenangan, sehingga menjadi juara. Jawaban tersebut
tentu tidak keliru, tetapi dalam perspektif orang yang berusaha salah satu sebab makna
mengapa mereka begitu bersemangat adalah kesadaran akan terbatasnya waktu
permainan, sehingga apabila mereka tidak bersemangat sementara waktu pertandingan
sangat terbatas kemungkinan besar mereka akan menderita kekalahan dan itu berarti
kehilangan kesempatan untuk menjadi juara.

Maka dalam ayat lain Al-quran memberi petunjuk dalam (Q.S Al-Insyirah/94: 7-8)

٨ ࣖ ْ‫ َواِ ٰلى َربِّكَ فَارْ غَب‬٧ ْ‫ص ۙب‬


َ ‫فَا ِ َذا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬

2021 Pendidikan Agama Islam


8 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.

Ayat tersebut memberi isyarat seorang yang ingin meraih keberhasilan dalam
usahanya maka tidak ada waktu yang disia-siakan untuk berlalu begitu saja tanpa
menghasilkan suatu karya yang bermanfaat. Karena apabila selesai suatu pekerjaan
segera susul dengan mengerjakan pekerjaan lain yang baik dengan sungguh-sungguh
Ayat tersebut juga memberi isyarat tentang pentingnya sebuah perencanaan dalam satu
pekerjaan. Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan bahwa sebelum kalian melakukan
satu pekerjaan cobalah membuat perencanaan yang baik dalam tahapan-tahapan
pekerjaan yang sistematis dengan target-target yang dapat diukur. Dan apabila satu
tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap selanjutnya dengan bersungguh-
sungguh. Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang muslim dalam
bekerja harus memiliki etos yang tinggi.

Namun yang perlu diingat bahwa kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan
buka hanya terletak kepada etos kerja saja melakukan harus juga disandarkan kepada
ridha Allah SWT. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat 8 surat di atas. "Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". Hal inilah yang juga membedakan antara etos
kerja yang diajarkan oleh Al-quran dengan etos kerja yang diajarkan lainnya.

Kedua, bekerja sesuai bidang dan kompetensinya. Etos kerja seseorang akan
berlipat apabila pekerjaan yang dia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan
bidang dan kompetensinya. Apabila seseorang melakukan peredaan yang bukan
bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi jangan harap akan dapat memperoleh
hasil yang maksimal, yang ada justru kegagalan. Hal ini diisyaratkan dengan sangat
dalam (Q.S Al- Israa'17: 84)

٨٤ ࣖ ‫قُلْ ُكلٌّ يَّ ْع َم ُل ع َٰلى َشا ِكلَتِ ٖ ۗه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن ه َُو اَ ْه ٰدى َسبِ ْياًل‬

84. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing".


Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya

Ayat ini memberi isyarat bahwa setiap orang telah dianugerahi oleh Allah potensi
dan kecenderungan tertentu, dalam bahasa modern bisa disebut dengan talenta atau
bakat. Maka seseorang yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi
anugerah Allah tersebut kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk kecakapan dan

2021 Pendidikan Agama Islam


9 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kompetensi dalam bidang tertentu maka bukan suatu yang sulit bagi orang tersebut untuk
dapat meningkatkan etos kerja dan meraih hasil yang maksimal.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam peningkatan etos kerja ini, Seorang muslim
harus tetap mengikuti petunjuk Allah SWT dalam bekerja. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:

a. Pekerjaan yang dilakukan tidak boleh menjadikan lupa kepada Allah; Sekeras
apapun orang bekerja setinggi apapun etos kerja yang dimiliki maka tidak boleh
menjadikan lupa kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam (QS.
Al-Jumu'ah/62: 9.)
‫اس َعوْ ا اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم‬
ْ َ‫ي لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَّوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة ف‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نُوْ ِد‬
٩ َ‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum
´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Yang dimaksud jual beli dalam ayat tersebut adalah mencakup seluruh
aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apapun aktivitas atau pekerjaan yang
dilakukannya tidak boleh melupakan Allah SWT. Ayat tersebut ditutup dengan
statement Allah "Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" Hal
ini mengisyaratkan bahwa boleh jadi ada orang yang tetap bekerja dengan etos
yang tinggi tanpa peduli dengan aturan-aturan Allah, maka hal ini jelas akan
merugikan dirinya sendiri. Karena hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa
kebahagiaan hidupnya di dunia apalagi di akhirat. Yang terjadi justru akan
sebaliknya orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat tidak
baik bagi keseimbangan hidupnya.

b. Etos Kerja yang tinggi tidak boleh melupakan shalat dan zakat; ibadah shalat
adalah bagian dari teknis dan mekanisme yang diciptakan oleh Allah SWT agar
manusia tetap dapat memelihara komunikasi dengan Allah SWT. Maka sesibuk
apapun seseorang kalau ingin hidupnya diberkahi dan bahagia maka harus tetap
memelihara shalatnya. Dan setelah memperoleh hasil dari pekerjaannya dituntut
untuk memberikan hak-hak saudaranya yang kurang beruntung (fakir-miskin)
dengan membayar zakat. Ini diisyaratkan dalam surat An-Nuur/24: 37.

Dan rambu-rambu di atas yang paling penting untuk diperhatikan adalah


tidak boleh melakukan pekerjaan yang diharamkan oleh Allah SWT. Kalau yang

2021 Pendidikan Agama Islam


10 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dilarang oleh Allah SWT tetap dikerjakan maka akan membawa kehancuran bagi
individu orang tersebut juga bagi masyarakatnya, misalnya dengan melakukan
perjudian dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya. Salah satu ayat yang
menjelaskan hal ini adalah QS. Al-Maai'dah/5: 90-91.

‫الش ي ْٰط ِن فَ اجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم‬


َّ ‫ص ابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َوااْل َ ْن‬
‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر‬ ُ َ‫ض ۤا َء فِى ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬
َ ‫ اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬٩٠ َ‫تُ ْفلِحُوْ ن‬
٩١ َ‫هّٰللا ِ َوع َِن الص َّٰلو ِة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن‬

90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan


permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)

Penghargaan Al-Qur'an terhadap Orang yang Memiliki Etos Kerja

Etos kerja yang diartikan sebagai sebuah spirit atau semangat untuk mengerjakan
suatu aktivitas baik yang maksimal. Salah satu ungkapan yang dapat kita samakan
dengan ungkapan Al-quran adalah 'amal atau juga 'amal shalih. Banyak ayat yang dapat
kita rujuk untuk menunjukkan betapa tinggi penghargaan Al-quran terhadap orang-orang
yang mempunyai etos kerja ('amat yang baik). Di antaranya adalah:

a. Surat Saba'/34: 13.

‫ت اِ ْع َملُ ْٓوا ٰا َل د َٗاو َد ُش ْكرًا َۗوقَلِ ْي ٌل‬


ٍ ۗ ‫ب َوقُ ُدوْ ٍر ٰ ّر ِس ٰي‬
ِ ‫ان َك ْال َج َوا‬ ۤ
ٍ َ‫ْب َوتَ َماثِ ْي َل َو ِجف‬ ِ ‫يَ ْع َملُوْ نَ لَهٗ َما يَ َشا ُء ِم ْن َّم َح‬
َ ‫اري‬
١٣ ‫ي ال َّش ُكوْ ُر‬ َ ‫ِّم ْن ِعبَا ِد‬

13. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-
gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga
Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku
yang berterima kasih

2021 Pendidikan Agama Islam


11 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dari ayat tersebut jelas bahwa bekerja adalah sebagai ekspresi tanda
bersyukur. Salah satu makna syukur adalah menggunakan semua karma Allah
SWT sesuai tujuan penganugerahannya. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik
pemahaman bahwa orang yang tidak mau bekerja dengan baik berarti tidak
bersyukur atas seluruh anugerah Allah SWT. Sebaliknya orang yang mau bekerja
dengan baik atau orang memiliki etos kerja berarti orang tersebut telah masuk ke
dalam kelompok orang yang bersyukur. Sehingga Sungguh tepat kalau Allah
menjanjikan alas orang yang bersyukur akan ditambah nikmat karunia-Nya. Hal ini
dengan jelas disebutkan dalam surat Ibrahim/14: 7.

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih".

Seorang muslim mutlak harus memiliki keras kerja yang tinggi, sebab
kalau tidak berarti dia akan termasuk orang yang tidak bersyukur dan ini berarti
hanya akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Dalam perspektif modern
orang yang tidak cerdas bersyukur, berarti tidak memiliki etos dalam bekerja
pada gilirannya hanya akan mendatangkan kegagalan.

b. Surat An-Nahl/16: 97.

‫طيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن َما َك انُوْ ا‬


َ ً‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوه َُو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوة‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
٩٧ َ‫يَ ْع َملُوْ ن‬

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan

Ungkapan yang secara jelas menunjukkan pekerjaan yang baik adalah


amal shalih, yang dalam ayat tersebut dijanjikan akan diberikan penghidupan yang
baik, sukses, dan di akhirat masih akan disempurnakan karunia-Nya berupa
pahala di surga. Hal itu semua akan diberikan kepada orang yang memiliki etos
kerja atau amal yang baik. Salah satu prasyarat yang penting untuk dapat memiliki
etos kerja yang tinggi adalah seseorang harus memiliki sikap terbuka.

2021 Pendidikan Agama Islam


12 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Di Antara Pesan Al-Hasan Tentang Mengumpulkan Harta

dan Menginfaqkannya

Abu Bakar Al-Hudzali bercerita kepada kami; Waktu itu, kami sedang berada
bersama Hasan Al-Bashri, ketika ada seseorang datang menemuinya dan berkata;
Wahai Abu Said, tadi baru saja kami datang menjenguk Abdullah bin Al-Ahtam. Waktu
itu, dia sakit keras dan hampir mati. Lalu, kami bertanya kepadanya, "Wahai Abu
Ma'mar, bagaimana keadaanmu?"
Kisah Inspiratif
"Demi Allah, sungguh saya sedang sakit. Akan tetapi, bagaimana menurut
kalian tentang uang seratus ribu di dalam peti ini yang belum dikeluarkan zakatnya
dan tidak digunakan untuk membantu sanak kerabat? jawabnya.

"Wahai Abu Mamar, untuk siapa engkau mengumpulkan uang itu?" Tanya
kami kepadanya.

"Sungguh, saya mengumpulkannya sebagai antisipasi untuk menghadapi


kejadian-kejadian zaman yang tidak diinginkan, perilaku penguasa yang sewenang-
wenang, dan untuk kebanggaan" jawabnya.

Mendengar cerita seperti itu, lantas Al-Hasan berkata; Orang yang sengsara.
Lihatlah, bagaimana dia bisa diperdaya oleh setan, menakut-nakutinya dengan
kemungkinan-kemungkinan kejadian zaman yang tidak diinginkan dan perilaku
sewenang-wenang penguasa, sehingga dirinya lupa terhadap apa yang telah Allah
titipkan kepadanya dan kesempatan yang telah Allah berikan kepadanya. Sungguh,
dia pergi sebagai orang yang terampas, sedih, hina, dan tercela.

Wahai pewaris, Jangan sampal engkau seperti itu. Jangan sampai engkau
tertipu seperti yang dialami oleh kawanmu itu. Harta datang kepadamu sebagai harta
yang halul, maka jangan sampai harta itu menjadi sumber malapetaka bagimu, Uang
itu, datang kepadamu dari orang yang begitu getol mengumpulkan harta dan
menggenggamnya erat-erat. Dia kerja keras malam dan siang, rela bepergian jauh
menempuh medan yang berat, melintasi gurun, mengarungi rimba, daerah yang
tandus dan sepi. Dia mengumpulkan sesuatu yang batil dan tidak menunaikan hak.
Dia mengumpulkannya, lalu menyimpannya di dalam wadah, lalu mengikatnya erat-
2021 Pendidikan Agama Islam
erat,13tidak mengeluarkan zakatnya dan
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
tidak menggunakan sebagiannya untuk
http://pbael.mercubuana.ac.id/

membantu sesama.
Sesungguhnya, hari kiamat adalah hari yang dipenuhi dengan penyesalan. Dan
sesungguhnya penyesalan terbesar kelak adalah ketika salah seorang dari kalian
melihat hartanya berada di timbangan amal orang lain. Apakah kalian tahu, bagaimana
itu bisa terjadi? Seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu memerintahkannya untuk
menginfaqkan harta itu untuk berbagai macam hak Allah, tapi dia kikir dan tidak mau
melaksanakannya. Kemudian, hartanya itu jatuh ke tangan ahli warisnya. Begitulah,
akhirnya dia melihat hartanya itu justru berada di timbangan amal orang lain. Sebuah
kesalahan yang tidak termaafkan dan pertaubatan yang tidak teraih.

Imam Ibnul Jauzi, 500 Kisah Orang Soleh Penuh Hikmah

2021 Pendidikan Agama Islam


14 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Buchari Alma, 2005, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta

Ibnu Ibnul Jauzi, 2017, 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah, Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar

Moko P. Astameon, 2008, Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia,

Bandung, Alfabeta

Muhammad Syahrial Yusuf, 2013, Meraih Keajaiban Rezeki Dengan Wirausaha, Jakarta:

Erlangga

2021 Pendidikan Agama Islam


15 Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai