MODUL PERKULIAHAN
U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
ENTREPRENEURSHIP
DAN ETOS KERJA ISLAM
Dosen:
Abstrak Sub-CPMK
ENTREPRENEURSHIP
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh
11
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
Latar Belakang1k
Pengertian Entrepreneurship
d. Mengembangkan usaha, tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif, mengalami
perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.
Secara sederhana arti entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Motivasi menjadi
entrepreneur adalah sesuatu yang melatar belakangi atau mendorong seseorang
Dalam pandangan Islam, menjadi seorang entrepreneur dalam sebuah usaha yag
halal dan baik, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah sebuah pekerjaan
yang mulia dan agung, Rasulullah telah bersabda: “Seorang pengusaha yang jujur (ash-
shiddiqi) lagi dapat dipercaya (al-amin). Akan bersama para nabi, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang sholeh.”(HR. At-Tirmidzi).
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(QS: An-Nur:37)
Karakteristik Entrepreneurship
Diantara karakteristik seorang entrepreneur yang menonjol adalah:
a. Proaktif
Salah satu karakter yang menonjol dari seorang wirausaha ini adalah
proaktif, suka mencari informasi yang ada hubungannya dengan dunia yang
digeluti. Mengapa mereka melakukan ini tidak lain adalah agar mereka tidak
ketinggalan informasi, sehingga segala sesuatuya dapat disikapi dengan bijak dan
tepat. Misalnya adanya pesaing baru yang memasarkan produk sejenis. Informasi
tetang produk yang sejenis yang baru masuk produk ini bisa menjadi ancaman
produk yang dihasilkannya, agar ia bisa membuat strategi menghadapi persaingan
maka ia perlu tahu lebih dahulu apa saja kelebihan dan kekurangan produk baru
tersebut. Dengan bahan informasi yang ia dapatkan itu akan dapat menyusun
strategi menghadapi persaingan pasar, seperti segmenting, targetting dan
positioning yang banyak dibahas dalam majemen pemasaran.
b. Produktif
Salah satu karakter kunci untuk sukses menjadi seorang wirausaha adalah
selalu ingin mengeluarkan uang untuk hal-hal yang produktif. Ia tidak sembarang
mengeluarkan uang, teliti, cermat, dan penuh perhitungan dalam memutuskan
pengeluaran.
c. Pemberdaya
Karakter lain yang juga dimiliki oleh seorang wirausaha adalah
memperdaya atau memberdayakan orang lain. Seoang wirausaha sejati biasanya
sangat memahami manajemen, bagaimana menangani pekerjaan yang membagi
habis tugas dan memberdayakan orag lain yang ada dalam pembinaanya untuk
mencapai tugas yang diinginakan. Dengan demikian disatu sisi tujuan bisnisnya
tercapai, dan disisi lain anak buahnya (orang yang bekerja padanya) juga
diberdayakn sehingga mendapat pengalaman, yang pada gilirannya nanti dapat
berdiri sendiri berkat pemberdayaan yang dilakukan oleh pimpinannya.
(Muhammad Syahrial Yusuf, 2013:51-53)
d. Tangan Diatas
Seorang entrepreneur sejati, lebih-lebih entrepreneur yang berbasis
syariah umumnya memiliki karakter tangan diatas (suka memberi). Salah satu
cara yang dilakukannya adalah memperbanyak sedekah. Ia tidak bangga
mengatakan saya berhasil mendapat bantuan dari donatur negara maju, tatapi ia
akan bangga apabila ia turut membantu tempat ibadah, panti asuhan, sekolah/
tempat pendidikan. Bagi seorang entrepreneur yang berbasis syariah yakin bahwa
setiap rezeki yang diterima harus ada sebagian yang dibagikan kepada orang-
orang yag kurang beruntung tang diberikan secara ikhlas. Dan setiap pemberian
yang ikhlas akan menambah kualitas dan kuantitas rezekinya dan hidupnya penuh
berkah.
Itulah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadistnya
“tangan diatas lebih mulia dari tagan yang dibawah”.
e. Rendah Hati
Seorang entrepreneur sejati menyadari keberhasilan yang dicapainya bukan
sepenuhnya karena kehebatannya, tetapi ia sadar betul disamping upayanya yang
ًال اِنَّ َمٓا اُوْ تِ ْيتُهٗ ع َٰلى ِع ْل ٍم ِع ْن ِد ۗيْ اَ َولَ ْم يَ ْعلَ ْم اَ َّن هّٰللا َ قَ ْد اَ ْهلَكَ ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِمنَ ْالقُ رُوْ ِن َم ْن هُ َو اَ َش ُّد ِم ْن هُ قُ َّوة
َ َق
٧٨ ََّواَ ْكثَ ُر َج ْمعًا ۗ َواَل يُ ْسـَٔ ُل ع َْن ُذنُوْ بِ ِه ُم ْال ُمجْ ِر ُموْ ن
78. Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata
karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah
telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih
banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya
tentang dosa-dosa mereka.
٧ َواِ ْذ تَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَ ِٕى ْن َشكَرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذابِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد
Dalam Al-quran ditemukan sekian ayat yang dapat memberi petunjuk agar kita
dapat meningkatkan etos kerja, di antaranya adalah:
Ilustrasi: Mengapa sebuah tim sepak bola apabila sedang bermain mereka secara
umum begitu ngotot dan bersemangat? Mungkin jawabannya bisa macam-macam, di
antaranya; mereka ingin meraih kemenangan, sehingga menjadi juara. Jawaban tersebut
tentu tidak keliru, tetapi dalam perspektif orang yang berusaha salah satu sebab makna
mengapa mereka begitu bersemangat adalah kesadaran akan terbatasnya waktu
permainan, sehingga apabila mereka tidak bersemangat sementara waktu pertandingan
sangat terbatas kemungkinan besar mereka akan menderita kekalahan dan itu berarti
kehilangan kesempatan untuk menjadi juara.
Maka dalam ayat lain Al-quran memberi petunjuk dalam (Q.S Al-Insyirah/94: 7-8)
Ayat tersebut memberi isyarat seorang yang ingin meraih keberhasilan dalam
usahanya maka tidak ada waktu yang disia-siakan untuk berlalu begitu saja tanpa
menghasilkan suatu karya yang bermanfaat. Karena apabila selesai suatu pekerjaan
segera susul dengan mengerjakan pekerjaan lain yang baik dengan sungguh-sungguh
Ayat tersebut juga memberi isyarat tentang pentingnya sebuah perencanaan dalam satu
pekerjaan. Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan bahwa sebelum kalian melakukan
satu pekerjaan cobalah membuat perencanaan yang baik dalam tahapan-tahapan
pekerjaan yang sistematis dengan target-target yang dapat diukur. Dan apabila satu
tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap selanjutnya dengan bersungguh-
sungguh. Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang muslim dalam
bekerja harus memiliki etos yang tinggi.
Namun yang perlu diingat bahwa kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan
buka hanya terletak kepada etos kerja saja melakukan harus juga disandarkan kepada
ridha Allah SWT. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat 8 surat di atas. "Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". Hal inilah yang juga membedakan antara etos
kerja yang diajarkan oleh Al-quran dengan etos kerja yang diajarkan lainnya.
Kedua, bekerja sesuai bidang dan kompetensinya. Etos kerja seseorang akan
berlipat apabila pekerjaan yang dia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan
bidang dan kompetensinya. Apabila seseorang melakukan peredaan yang bukan
bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi jangan harap akan dapat memperoleh
hasil yang maksimal, yang ada justru kegagalan. Hal ini diisyaratkan dengan sangat
dalam (Q.S Al- Israa'17: 84)
٨٤ ࣖ قُلْ ُكلٌّ يَّ ْع َم ُل ع َٰلى َشا ِكلَتِ ٖ ۗه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن ه َُو اَ ْه ٰدى َسبِ ْياًل
Ayat ini memberi isyarat bahwa setiap orang telah dianugerahi oleh Allah potensi
dan kecenderungan tertentu, dalam bahasa modern bisa disebut dengan talenta atau
bakat. Maka seseorang yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi
anugerah Allah tersebut kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk kecakapan dan
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam peningkatan etos kerja ini, Seorang muslim
harus tetap mengikuti petunjuk Allah SWT dalam bekerja. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:
a. Pekerjaan yang dilakukan tidak boleh menjadikan lupa kepada Allah; Sekeras
apapun orang bekerja setinggi apapun etos kerja yang dimiliki maka tidak boleh
menjadikan lupa kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam (QS.
Al-Jumu'ah/62: 9.)
اس َعوْ ا اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم
ْ َي لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَّوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة ف
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نُوْ ِد
٩ َاِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum
´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Yang dimaksud jual beli dalam ayat tersebut adalah mencakup seluruh
aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apapun aktivitas atau pekerjaan yang
dilakukannya tidak boleh melupakan Allah SWT. Ayat tersebut ditutup dengan
statement Allah "Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" Hal
ini mengisyaratkan bahwa boleh jadi ada orang yang tetap bekerja dengan etos
yang tinggi tanpa peduli dengan aturan-aturan Allah, maka hal ini jelas akan
merugikan dirinya sendiri. Karena hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa
kebahagiaan hidupnya di dunia apalagi di akhirat. Yang terjadi justru akan
sebaliknya orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat tidak
baik bagi keseimbangan hidupnya.
b. Etos Kerja yang tinggi tidak boleh melupakan shalat dan zakat; ibadah shalat
adalah bagian dari teknis dan mekanisme yang diciptakan oleh Allah SWT agar
manusia tetap dapat memelihara komunikasi dengan Allah SWT. Maka sesibuk
apapun seseorang kalau ingin hidupnya diberkahi dan bahagia maka harus tetap
memelihara shalatnya. Dan setelah memperoleh hasil dari pekerjaannya dituntut
untuk memberikan hak-hak saudaranya yang kurang beruntung (fakir-miskin)
dengan membayar zakat. Ini diisyaratkan dalam surat An-Nuur/24: 37.
Etos kerja yang diartikan sebagai sebuah spirit atau semangat untuk mengerjakan
suatu aktivitas baik yang maksimal. Salah satu ungkapan yang dapat kita samakan
dengan ungkapan Al-quran adalah 'amal atau juga 'amal shalih. Banyak ayat yang dapat
kita rujuk untuk menunjukkan betapa tinggi penghargaan Al-quran terhadap orang-orang
yang mempunyai etos kerja ('amat yang baik). Di antaranya adalah:
13. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-
gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga
Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku
yang berterima kasih
Seorang muslim mutlak harus memiliki keras kerja yang tinggi, sebab
kalau tidak berarti dia akan termasuk orang yang tidak bersyukur dan ini berarti
hanya akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Dalam perspektif modern
orang yang tidak cerdas bersyukur, berarti tidak memiliki etos dalam bekerja
pada gilirannya hanya akan mendatangkan kegagalan.
dan Menginfaqkannya
Abu Bakar Al-Hudzali bercerita kepada kami; Waktu itu, kami sedang berada
bersama Hasan Al-Bashri, ketika ada seseorang datang menemuinya dan berkata;
Wahai Abu Said, tadi baru saja kami datang menjenguk Abdullah bin Al-Ahtam. Waktu
itu, dia sakit keras dan hampir mati. Lalu, kami bertanya kepadanya, "Wahai Abu
Ma'mar, bagaimana keadaanmu?"
Kisah Inspiratif
"Demi Allah, sungguh saya sedang sakit. Akan tetapi, bagaimana menurut
kalian tentang uang seratus ribu di dalam peti ini yang belum dikeluarkan zakatnya
dan tidak digunakan untuk membantu sanak kerabat? jawabnya.
"Wahai Abu Mamar, untuk siapa engkau mengumpulkan uang itu?" Tanya
kami kepadanya.
Mendengar cerita seperti itu, lantas Al-Hasan berkata; Orang yang sengsara.
Lihatlah, bagaimana dia bisa diperdaya oleh setan, menakut-nakutinya dengan
kemungkinan-kemungkinan kejadian zaman yang tidak diinginkan dan perilaku
sewenang-wenang penguasa, sehingga dirinya lupa terhadap apa yang telah Allah
titipkan kepadanya dan kesempatan yang telah Allah berikan kepadanya. Sungguh,
dia pergi sebagai orang yang terampas, sedih, hina, dan tercela.
Wahai pewaris, Jangan sampal engkau seperti itu. Jangan sampai engkau
tertipu seperti yang dialami oleh kawanmu itu. Harta datang kepadamu sebagai harta
yang halul, maka jangan sampai harta itu menjadi sumber malapetaka bagimu, Uang
itu, datang kepadamu dari orang yang begitu getol mengumpulkan harta dan
menggenggamnya erat-erat. Dia kerja keras malam dan siang, rela bepergian jauh
menempuh medan yang berat, melintasi gurun, mengarungi rimba, daerah yang
tandus dan sepi. Dia mengumpulkan sesuatu yang batil dan tidak menunaikan hak.
Dia mengumpulkannya, lalu menyimpannya di dalam wadah, lalu mengikatnya erat-
2021 Pendidikan Agama Islam
erat,13tidak mengeluarkan zakatnya dan
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
tidak menggunakan sebagiannya untuk
http://pbael.mercubuana.ac.id/
membantu sesama.
Sesungguhnya, hari kiamat adalah hari yang dipenuhi dengan penyesalan. Dan
sesungguhnya penyesalan terbesar kelak adalah ketika salah seorang dari kalian
melihat hartanya berada di timbangan amal orang lain. Apakah kalian tahu, bagaimana
itu bisa terjadi? Seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu memerintahkannya untuk
menginfaqkan harta itu untuk berbagai macam hak Allah, tapi dia kikir dan tidak mau
melaksanakannya. Kemudian, hartanya itu jatuh ke tangan ahli warisnya. Begitulah,
akhirnya dia melihat hartanya itu justru berada di timbangan amal orang lain. Sebuah
kesalahan yang tidak termaafkan dan pertaubatan yang tidak teraih.
Ibnu Ibnul Jauzi, 2017, 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar
Bandung, Alfabeta
Muhammad Syahrial Yusuf, 2013, Meraih Keajaiban Rezeki Dengan Wirausaha, Jakarta:
Erlangga