Disusun Oleh :
Umi Amalia Nurul Hidayah (214110201181)
A. Latar Belakang
Etika pemasaran islam merupakan kombinasi maksimalisasi nilai dengan
prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan bagi kesejahteraan masyarakat. (M, 2001). Etika
pemasaran islam berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan dan ekuitas dalam islam yang
berbeda dari etika sekuler dalam banyak hal. (M, 2001). Prinsip-prinsip tersebut
menciptakan nilai dan meningkatkan standar hidup orang pada umumnya melalui
kegiatan bisinis komersial. Dalam lingkup perbankan maupun jasa keuangan, perbedaan
mendasar dari prinsip keuangan konvensional dan keuangan syariah terletak pada tingkat
pengambalian dari bentuk penyertaan modal yang tidak terjamin, dalam hal ini disebut
riba . Perbedaan tersebut merupakan hasil dari implementasi prinsip-prinsip nilai
kesetaraan dan keadilan dari hukum islam, yang memberikan peluang bagi para pelaku
keuangan syriah dalam membuat suatu produk atau layanan yang berbeda untuk
ditawarkan kepada konsumen.
Di dalam sebuah bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak dalam kegiatan
suatu usaha. Pemasaran merupakan proses merencanakan dan melaksanakan konsep,
penetapan harga, promosi, dan distribusi ide (hasil pemikiran), barang, dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan tujuan individu maupun organisasi.
(Keller, 2009) Keunikan dalam sebuah sistim etika islam adalah berlaku untuk semua
atmosfer dalam bidang kehidupan manusia (Dababi, 2015). Islam memiliki nilai khas
sistim etika untuk urusan bisnis. Tak terkecuali dibidang pemasaran, konsep etika islam
termasuk didalamnya. Kotler mengatakan bahwa program pemasaran yang efektif
memadukan semua unsur bauran pemasaran ke dalam program pemasaran yang
dirancang untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan memberikan nilai
kepada pelanggan. Persepsi konsumen tentang bauran pemasaran mungkin berbeda sesuai
dengan persepsi konsumen, perilaku konsumen, karakteristik, budaya, agama, politik dan
kebiasaan.
Agama menjadi sesuatu yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
mengunakan sebuah produk dan jasa(Hasan A. ,2008). Semenjak para penganut agama
islam adalah konsumen dengan pertumbuhan yang cepat, perlu bagi para perusahaan
termasuk perbankan mempertimbangkan bagaimana melayani sesuai kebutuhan mereka
dari segi bauran pemasarannya. Di dalam etika pemasaran islam, hal yang paling utama
dari sebuah produk adalah kehalalan, tidak memanipulasi, promosi yang jujur, dan tidak
melebih-lebihkan. Prinsip-prinsip etika binis islam dituangkan dalam anilisis bauran
pemasaran oleh Muslich sebagai bentuk analisis pemasaran yang sesuai nilai islam. Di
Indonesia, fenomena yang terjadi pertumbuhan lembaga keuangan syariah mikro juga
lamban dan masih tertinggal dari lembaga keuangan mikro konvensional lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika pemasaran
2. Bagaimana pembahasan etika pemasaran dalam al-Quran dan Hadist?
3. Bagaimana prinsip etika pemasaran dalam islam
4. Apa saja sumber-sumber hukum etika pemasaran islam ?
5. Bagaimana karakteristik etika pemasaran islam ?
6. Apa saja yang harus diperhatikan dalam etika pemasaran ?
7. Bagaimana fakta etika pemasaran yang terjadi dalam masyarakat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui etika pemasaran dalam perspektif islam
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika pemasaran dalam masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
1
Veithzal Rivai dkk Islamic Business and economic Ethics, (Jakarta;Bumi Aksara, 2012)
hakikat-hakikat yang menempati ruang luas dan mendalam pada akal, hati nurani,
dan perasaan seorang muslim.2
6
Arfin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di Indonesia: Aplikasi &
Prospektifnya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), 44
7
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 21.
8
A. R. Idham Kholid, Ilmu Akhlak: Materi Pendidikan Agama Islam 2 (Cirebon, 2011), 4.
9
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Rabbani Press,
2001), 4.
manusia yang telah rusak. Menurut Gunara dan Sudibyo, Rasulullah berpegang
pada lima konsep.
Pertama jujur, suatu sifat yang sudah melekat pada diri beliau.
Kedua, ikhlas, di mana dengan keikhlasan seorang pemasar tidak akan tunggang
langgang mengejar materi belaka.
Ketiga, profesionalisme yaitu selalu bekerja dengan maksimal.
Keempat, silaturahmi yang mendasari pola hubungan beliau dengan pelanggan,
calon pelanggan, pemodal, dan pesaing.
Kelima, murah hati dalam melakukan kegiatan perdagangan.
Ketika menawarkan suatu produk dan jasa seorang produsen sering
melakukan hal-hal negatif, seperti kecurangan dalam menimbang, tidak
menginformasikan barang yang jelek. Berbohong dalam menawarkan produknya.
Seorang penjual haruslah menawarkan dengan senang hati, gembira, ikhlas dan
memberikan kesan yang baik kepada pembeli. Tidak dengan cara memaksa agar
orang mau membeli produknya.
14
Johan Arifin, Op.cit., h. 159
orang lain, Al-Qur‟an dengan tegas melarang ketidak jujuran sebagaimana
firmanya dalam surat al-Anfal ayat 27.
15
Asyraaf Muhammad Dawwabah, Op. Cit, 13
Salah satu ciri khas pemasar syariah marketing yang tidak dimiliki pasar
konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat yang religius. Kondisi ini
tercipta keterpaksaan tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai religius, yang
dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok
kedalam perbuatan yang tidak merugikan orang lain. Jiwa seorang marketing
syariah meyakini bahwa hukum-hukum syariah yang teistis atau bersifat
ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras
dalam bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala kerusakan, paling
mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan, dan
menyebarluaskan kemaslahatan. Karena merasa cukup akan segala
kesempurnaan dan kebaikannya, diarela melaksanakannya dari hati yang
paling dalam, seorang syariah marketer menyakini bahwa Allah Swt selalu
dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala macam
bentuk bisnis. Dan Alloh akan meminta pertanggung jawaban darinya atas
pelaksanaan syariat tersebut kelak dihari kiamat. Alloh SWT berfirman dalam
surat al-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi :
19
Hermawan Kartajaya, Op.Cit. 35-37
Penggunaan Etika Pemasaran Islam mendapat perhatian lebih dari muslim
sendiri karena merasa yakin dengan produk mereka tanpa ada unsur penipuan dan
riba. Pemasaran Konvensional senantiasa mendapat kritikan karena menjadi
faktor ketidakadilan dan kepuasan hati ketika melakukan aktivitas perdagangan.
Penyelidik mengkritik pemasaran konvensional karena mengamalkan
taktik berisiko, layanan yang buruk terhadap pelanggan, tidak rasional ketika mau
membuat keputusan dengan menggunakan pendekatan yang melampau, hubungan
sosial yang tidak baik, mempunyai mempunyai pengaruh politik yang tinggi
dalam organisasi dan menyokong persaingan yang tidak sehat di antara satu sama
lain (Kotler, 2009). Sebaliknya, falsafah pemasaran Islam mewujudkan hubungan
hubungan yang seimbang antara penjual dan pembeli dengan tidak memihak
kepada siapapun dan berlaku adil. Seseorang itu hendaklah mendapatkan
pembangunan sendiri bersama dengan menghormati nilai rakan niaga dan
memastikan keperluan etika berasaskan Syariah untuk membawa kepuasan
keseluruhan dalam masyarakat.
Dalam pemasaran konvensional, syarikat yang melakukan penyelewangan
atau membuat khianat akan didakwa atas kesalahan mereka. Namun, syarikat
pemasaran Islam yang melakukan penyelewangan bukan saja didakwa di dunia
malah akan bertanggungjawab atas kesalahannya di hari akhirat.
BAB III
KESIMPULAN