Anda di halaman 1dari 20

ETIKA PEMASARAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah:

Manajemen Pemasaran Syariah

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Sulistyowati, SHI., MEI

Di susun oleh kelompok 6:

1. Sifana Yultania Saputri (22403012)


2. Nur Lathifatul Kholilah (22403013)
3. Dea Rida Kharisma (22403014)
4. Isma Himatur Rosida (22403015)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH- A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2024/2025
A. Latar Belakang
Pemasaran syariah merupakan disiplin bisnis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran, dan perubahan nilai dari satu pemrakarsa kepada stakeholders-nya. Keseluruhan
proses pemasaran tersebut sesuai dengan akad serta prinsip-prinsip syariah dan muamalah
Islam. Pemasaran menjadi salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha
untuk berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. 1 Pemasaran adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Adapun pemasaran syariah atau sharia
marketing adalah strategi bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang harus
memayungi seluruh aktivitas dalam sebuah perusahaan yang meliputi proses, menciptakan,
menawarkan, pertukaran nilai, dari seorang produsen atau perusahaan atau perorangan. 2
Di dalam sebuah bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak dalam kegiatan suatu
usaha. Pemasaran merupakan proses merencanakan dan melaksanakan konsep, penetapan
harga, promosi, dan distribusi ide (hasil pemikiran), barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang dapat memuaskan tujuan individu maupun organisasi. 3 Keunikan dalam
sebuah sistem etika Islam adalah berlaku untuk semua atmosfer dalam bidang kehidupan
manusia. Islam memiliki nilai khas sistem etika untuk urusan bisnis. Tak terkecuali di
bidang pemasaran, konsep etika Islam termasuk di dalamnya. Program pemasaran yang
efektif memadukan semua unsur bauran pemasaran ke dalam program pemasaran yang
dirancang untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan memberikan nilai kepada
pelanggan. Persepsi konsumen tentang bauran pemasaran mungkin berbeda sesuai dengan
persepsi konsumen, perilaku konsumen, karakteristik, budaya, agama, politik, dan
kebiasaan. Agama menjadi sesuatu yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
menggunakan sebuah produk dan jasa.4
Makalah ini akan menjelaskan tentang etika pemasaran dalam Islam, termasuk
pengertian etika, pengertian pemasaran, sumber hukum etika pemasaran, etika pemasaran
islam, dan prinsip etika pemasaran islam. Etika pemasaran merupakan suatu prinsip yang
berfungsi untuk mengatur dan mengatur keadaan dalam proses pemasaran. Etika pemasaran
adalah perilaku yang sesuai dengan hukum dan keadilan yang digunakan dalam proses
pemasaran. Pemasaran adalah proses menyediakan, mengumpulkan, dan mengirimkan
1
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), 26.
2
Rizki Utami dan Unun Roudlotul Janah, “Analisis Marketing Syariah Terhadap Strategi Pemasaran Kripik Tempe De
Yati Madiun,” Journal of Economics and Business Research, Vol. 2 No. 2 (2022): 212.
3
Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: CAPS, 2014), 18.
4
Hardiono, “Sumber Etika Dalam Islam,” Jurnal Ilmu Akidah Filsafat, Vol. 12 No. 2 (2020): 28.
1
informasi tentang produk, jasa, atau ide kepada individu atau grup yang mungkin akan
membutuhkannya. Sumber hukum etika pemasaran terdiri dari berbagai aspek hukum yang
berperan dalam mengatur keadaan dalam proses pemasaran, seperti hukum kontrak, hukum
pengguna, dan hukum pemasaran. Etika pemasaran islam adalah etika yang sesuai dengan
syariat Islam, yang mencakup berbagai aspek keadilan, keadilan, dan keadilan. Prinsip etika
pemasaran islam adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengatur keadaan dalam
proses pemasaran yang sesuai dengan syariat Islam. 5
B. Pengertian Etika dan Pemasaran
1. Pengertian Etika
Etika atau etick berasal dari bahasa Inggris dan mempunyai pegertian . Secara
etimologis istilah etika berasal dari bahasa Latin ethius (bahasa Yunani ethicos) yang
berarti kebiasaan atau watak. Pemahaman ini lambat laun berubah menjadi suatu ilmu
yang membahas tentang perbuatan dan perbuatan manusia apa saja yang dapat dinilai
baik dan siapa yang tidak boleh melakukan apa. Di sisi lain, jika dilihat dari segi
terminologis, etika adalah aturan konvensional mengenai perilaku individu dalam
masyarakat yang beradab. Prosedur dan perilaku formal dikembangkan untuk mengatur
hubungan interpersonal sesuai dengan status sosial. 6
Etika dapat diartikan sebagai prinsip moral yang membedakan antara yang baik
dan yang jahat. Etika merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat normatif karena
berfungsi untuk menentukan perilaku individu. Etika adalah ilmu yang memuat norma -
norma tentang benar dan salah, baik dan buruk, berguna dan tidak berguna. 7 Dari
beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa etika adalah prilaku
seseorang dalam menentukan sikap baik maupun buruk dalam aktifitas kehidupan
sehari-harinya.
2. Pengertian Pemasaran
Sering didengar banyak orang berbicara mengenai penjualan, pembelian,
transaksi, dan perdagangan; tetapi apakah istilah ini sama dengan apa yang dimaksudkan
dengan pemasaran? Masih banyak di antara kita, menafsirkan pemasaran tidak seperti
se- harusnya. Timbulnya penafsiran yang tidak tepat ini terutama disebabkan karena
masih banyaknya di antara kita yang belum mengetahui dengan tepat definisi tentang
pemasaran tersebut. Kesalahan pengertian ini menimbulkan pandangan yang keliru tidak

5
Abdul Hamid dan Muhammad Kamal Zubair, “Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran Produk Bank Syariah,”
Jurnal Balanca, Vol. 1 No. 1 (2019): 19.
6
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta;Kencana.2007), 4
7
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2004),15.
2
hanya tentang kegiatan yang terdapat dalam bidang pemasaran, tetapi juga tentang tugas
seorang tenaga pemasaran. Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran,
umumnya yang dimaksudkan adalah permintaan atau pembelian dan harga. Sedangkan
apabila seorang tenaga penjualan atau manajer penjualan berbicara mengenai pemasaran,
sebenarnya yang di bicarakan adalah penjualan. Bagi seorang manajer toko serba ada,
pemasaran diartikannya sebagai kegiatan pengeceran (retailing) atau penjajakan
(merchandising). Dari uraian di atas, terlihat bahwa istilah pemasaran yang dibicarakan
sebenarnya penalsirannya terbatas hanya pada satu bagian dari kegiatan pemasaran yang
menyeluruh. Pada dasarnya pembatasan di atas berada dalam lingkup kegiatan atau
aktivitas yang berkaitan dengan usaha untuk menyerahkan barang atau jasa yang
dihasilkannya pada suatu tingkat harga yang dapat memberikan keuntungan padanya. 8
Secara etimologis, pemasaran adalah proses, metode, dan tindakan memasarkan
suatu produk. 9 Dalam terminologi , pemasaran adalah kebutuhan, keinginan, dan
permintaan (need, wants and demans ) Produk, Nilai, kepuasan, dan mutu (product,
value, satisfaction and quality ) pertukaran, transaksi dan hubungan (exchange,
transaction and realationship) dan pasar (market).10
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama bagi pedagang untuk menjamin
kelangsungan usahanya. Keberhasilan pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis
tergantung pada keahlian di bidang pemasaran, produksi, keuangan, atau bidang lainnya.
Sebagaimana dikatakan oleh para pakar pemasaran: Pemasaran adalah perencanaan,
penetapan harga, promosi, dan pendistribusian barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan pembeli yang sudah ada maupun calon pembeli, merupakan keseluruhan
sistem kegiatan usaha yang dituju.
Menurut pakar America Marketing, pemasaran adalah fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai
kepada konsumen, serta mengelola hubungan yang bermanfaat bagi organisasi dan
pemangku kepentingannya.Memberikan definisi. 11
Menurut Stanton seperti dikutip oleh Hussain Umar dalam bukunya Etika Bisnis,
pemasaran adalah perencanaan produk dan jasa yang akan memuaskan baik pembeli
sebenarnya maupun pembeli sebenarnya, keseluruhan sistem yang berkaitan dengan
kegiatan bisnis untuk tujuan penetapan harga, promosi, dan distribusi. Potensi cakupan
8
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jalarta: PT Grafindo Persabda, 2019)
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi 3, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum, 2008), 834.
10
Sampurno, Manajemen Pemasaran Farmasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), 6
11
Suharno Yudi Sutarso, Marketing in Practice, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 3
3
pemasaran sangat luas dan barang serta jasa harus melalui berbagai tahapan kegiatan
sebelum sampai ke konsumen, yang menyederhanakan berbagai kegiatan. 12
Oleh karena itu, pengertian pemasaran adalah mencakup seluruh keinginan
manusia yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran. Proses penggantian membutuhkan kerja. Semua kegiatan ini diperlukan bagi
penjual untuk mencari pembeli, menemukan dan memenuhi kebutuhan, merancang
produksi yang sesuai, menentukan harga yang sesuai, menyimpan dan mengangkut,
mempromosikan produk, bernegosiasi, yang semua ini mencakup nilai pemasaran.
Penafsiran yang sempit tentang pemasaran ini terlihat pula dari definisi American
Marketing Association 1960, yang menya- takan pemasaran adalah hasil prestasi kerja
kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen
sampai ke konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat pula pandangan yang lebih luas,
yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum
barang- barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak
keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti
keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya, harga, dan promosinya. Sebagai
contoh, keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi,
apakah produk itu harus dirancang, apakah perlu dikemas, dan merek apa yang akan
digunakan untuk produk itu. 13 Keputusan mengenai produk itu harus dikaitkan dengan
sasaran pasar yang dituju. Demikian pula mengenai tingkat harga jual yang direncanakan
serta kegiatan iklan atau advertensi dan personal selling, harus dilakukan jauh sebelum
barang atau jasa diproduksi. 14
Pandangan yang sempit dalam pengertian pemasaran menyebabkan banyak
pengusaha atau dunia usaha masih berorientasi pada produksi atau berpikir dari segi
produksi. Mereka menekankan produk apa yang dapat dihasilkan, bukan produk apa
yang dapat dipasarkan. Produk yang diusahakan oleh perusahaan, dirancang oleh tenaga
teknisi atau insinyur, diolah atau dihasilkan oleh orang-orang produksi, kemudian
ditetapkan harganya atas dasar kalkulasi biaya oleh tenaga akuntan atau keuangan, dan
diserahkan kepada manajer penjualan untuk dijual. Keterbatasan pengertian mengenai
pemasaran ini menyebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan dalam

12
Husain Umar, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: (Gramedia Pustaka, 1997). 68.
13
Gino Esau Reinhard Tijaroh, Silvya Mandey, and Jane Grace Poluan, “Analisis Saluran Distribusi Pada PT. Hasjrat
Abadi Cabang Airmadidi Di Minahasa Utara,” Jurnal EMBA, Vol. 9 No. 4 (2021): 938.
14
Sampurno, Manajemen Pemasaran Farmasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), 6
4
kelanjutan hidupnya pada akhir-akhir ini.15 Hal ini karena persaingan yang semakin
meningkat dalam pemasaran produk yang ada.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemasaran dalam arti sempit oleh para
pengusaha sering diartikan sebagai pendistribusian, termasuk kegiatan yang dibutuhkan
untuk menempatkan produk yang berwujud pada tangan konsumen rumah tangga dan
pemakai industri. Pengertian ini tidak mencakup kegiatan mengubah bentuk barang.
Akan tetapi, pengertian tentang pemasaran sebenarnya lebih luas dari kegiatan tersebut.
Dari pandangan lain, pemasaran diartikan sebagai kegiatan penciptaan dan penyerahan
tingkat kesejahteraan hidup kepada anggota masyarakat. Konsep yang terlalu luas
mengenai pengertian pemasaran ini menimbulkan adanya kekaburan terutama dalam
mempelajarinya. Oleh karena itu, timbullah berbagai usaha yang menggunakan beberapa
pendekatan dalam rangka mempelajari dan mendalaminya.16
Pemasaran telah didefinisikan dalam berbagai pengertian, seperti telah
diutarakan di atas. Menurut American Marketing Association, pemasaran diartikan
sebagai hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang langsung berkaitan dengan mengalirnya
barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Pengertian ini hampir sama dengan
kegiatan distribusi, sehingga gagal menunjukkan asas- asas pemasaran, terutama dalam
menentukan barang atau jasa apa yang akan dihasilkan. Hal ini terutama disebabkan
karena pengertian pemasaran di atas tidak menunjukkan kegiatan usaha yang khusus
terdapat dalam pemasaran. 17
Pengertian lain adalah yang menyatakan pemasaran sebagai usaha untuk
menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang
tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi
yang tepat Pengertian atau definisi ini memberikan suatu gagasan kegiatan tertentu yang
dilakukan oleh para tenaga pemasaran. Akan tetapi pengertian ini ternyata gagal
menemukan kegiatan pemasaran secara luas, yang mencakup tidak hanya barang dan
jasa yang terbatas. Oleh karena itu, terdapat pengertian atau definisi lain yang lebih luas
tentang pemasaran, yaitu sebagai usaha untuk menciptakan dan menyerahkan suatu
standar kehidupan. Penger- tian ini berbeda dengan yang sebelumnya, karena

15
Irdha Yanti Musyawarah dan Desi Idayanti, “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan Pada
Usaha Ibu Bagas Di Kecamatan Mamuju,” Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen, Vol. 1 No. 1 (2022): 4.
16
Ade Priangani, “Memperkuat Manajemen Pemasaran Dalam Konteks Persaingan Global,” Jurnal Kebangsaan 2, no.
4 (2013): 1–9.
17
Jane Grace Poluan dan Merlyn Karuntu, “Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Layanan Terhadap Minat Beli Sapi
Potong Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Pasar Beriman Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara,” Jurnal EMBA,
Vol. 10 No. 1 (2022): 1077.
5
penekanannya pada pandangan makro atau sosial dari pemasaran. Oleh karena itu
pengertian ini tidak memberikan dasar yang jelas dan kurang universalnya pemasaran. 18
Di samping pengertian yang telah disebutkan di atas, terdapat pengertian yang
sering digunakan dalam pembahasan tentang pemasaran, terutama nanti akan digunakan
dalam tulisan ini. Pengertian tersebut menyatakan pemasaran sebagai kegiatan ma- nusia
yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui
proses pertukaran. Berdasarkan pengertian ini, pembahasan tentang pemasaran dapat
lebih jelas dan terbatas dalam pembatasan yang tegas, terkait dengan kegiatan pemasaran
yang berlaku universal. 19
C. Sumber Hukum Etika Pemasaran
Dalam konteks pemasaran, promosi menjadi elemen kunci yang memainkan peran
penting dalam menawarkan produk kepada calon pembeli. Dalam situasi ini, seseorang
harus memahami bagaimana cara yang tepat untuk mempromosikan barang dagangannya. 20
Berikut sumber hukum etika pemasaran dalam islam:
1. Al-Qur’an
Al- Qur’an Surat Al-Baqarah ayat: 283

‫ضا‬ ً ‫ضكُ ْم بَ ْع‬ ُ ‫ضة ۗفَا ِْن َا ِمنَ َب ْع‬ َ ‫سف ٍَر َّولَ ْم ت َِجد ُْوا كَاتِبًا فَ ِر ٰهن َّم ْقب ُْو‬ َ ‫ع ٰلى‬
َ ‫۞ َوا ِْن كُ ْنت ُ ْم‬
‫ش َها َدةَۗ َو َم ْن يَّ ْكت ُ ْم َها‬
َّ ‫ّٰللا َربَّهۗ ۗ َو ََل تَ ْكت ُ ُموا ال‬ َ‫ق ه‬ ِ َّ‫فَ ْلي َُؤ ِد الَّذِى اؤْ تُ ِمنَ اَ َمانَتَهۗ َو ْليَت‬
ࣖ ‫ع ِليْم‬ ‫فَ ِانَّهۗۗ ٰاثِم قَ ْلبُهۗ ۗ َو ه‬
َ َ‫ّٰللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْون‬
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan, sedangkan kamu tidak mendapatkan seorang
pencatat, hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Akan tetapi, jika sebagian
kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Janganlah
kamu menyembunyikan kesaksian karena siapa yang menyembunyikannya,
sesungguhnya hatinya berdosa. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S
Al-Baqarah: 283).21

Ayat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 283 memberikan petunjuk tentang


perlunya tindakan yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks
keuangan dan pertanggungjawaban.
Al- Qur’an Surat Al- Mu’minun: 8 dan 11
ٰ ْ ‫اّٰلل َو ِب ْال َي ْو ِم‬
ۗ َ‫اَل ِخ ِر َو َما هُ ْم ِب ُمؤْ ِم ِنيْن‬ ِ ‫اس َم ْن يَّقُ ْو ُل ٰا َمنَّا ِب ه‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

18
Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta;Kencana.2007), 4.
19
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jalarta: PT Grafindo Persabda, 2019)
20
Malahayatie dan Maryamah, Etika Marketing Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi Syariah Akuntansi,
Perbankan, Juni (2019), 84.
21
Kemenag, Al-Qur’an QS Al-Baqarah/2:283.
6
Artinya: Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari
Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang mukmin.(Q.S Al-
Mu’minun: 8) 22

‫ضۗ قَالُ ْوۗا اِنَّ َما ن َْح ُن‬


ِ ‫َواِذَا قِ ْي َل َل ُه ْم ََل ت ُ ْف ِسد ُْوا فِى ْاَلَ ْر‬
َ‫ص ِل ُح ْون‬
ْ ‫ُم‬
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,”
mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan
perbaikan.”(Q.S Al-Mu’minun: 11). 23
Ketika dikaitkan dengan etika pemasaran, ayat-ayat ini menyoroti pentingnya
konsistensi antara ucapan dan tindakan. Dalam pemasaran, penting bagi seorang pelaku
usaha untuk tidak hanya mengklaim kebaikan atau kualitas produknya, tetapi juga
mengamalkannya dengan tindakan nyata. Memiliki integritas dalam komunikasi
pemasaran dan memenuhi janji-janji yang dibuat kepada konsumen merupakan bagian
dari etika pemasaran Islam. Jika seseorang atau sebuah perusahaan tidak konsisten
antara klaim dan tindakan, hal ini dapat dianggap sebagai tindakan tidak jujur dan tidak
etis dalam pemasaran. Oleh karena itu, pelaku usaha harus berkomitmen untuk
mempraktikkan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan konsistensi dalam semua aspek
kegiatan pemasaran mereka, sebagaimana ajaran Islam menekankan pentingnya
konsistensi antara iman dan amal.

Al- Qur’an An- Nahl: 92 dan 94

‫ت غ َْز َل َها ِم ْنۗ َب ْع ِد قُ َّوةٍ اَ ْنكَاثًاۗ تَتَّ ِخذُ ْونَ اَي َْمانَ ُك ْم َدخَ ًل ۗ َب ْينَكُ ْم‬ َ ‫َو ََل تَكُ ْونُ ْوا كَالَّتِ ْي نَ َق‬
ْ ‫ض‬
‫ّٰللاُ ِبهۗۗ َولَيُبَ ِين ََّن َلكُ ْم يَ ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة َما كُ ْنت ُ ْم‬
‫اَ ْن تَكُ ْونَ ا ُ َّمة ِه َي اَ ْر ٰبى ِم ْن ا ُ َّم ٍة ۗاِنَّ َما يَ ْبلُ ْوكُ ُم ه‬
َ‫فِ ْي ِه ت َْختَ ِلفُ ْون‬
Artinya: Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan tenunannya
yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali. Kamu menjadikan
sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu karena ada (kecenderungan memihak
kepada) satu golongan yang lebih banyak kelebihannya (jumlah, harta, kekuatan,
pengaruh, dan sebagainya) daripada golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya
menguji kamu dengan hal itu dan pasti pada hari Kiamat Allah akan menjelaskan
kepadamu apa yang selalu kamu perselisihkan.(Q.S An-Nahl: 92).24

ُّ ‫َو ََل تَتَّ ِخذُ ْوۗا اَ ْي َمانَكُ ْم َدخ ًَل ۗ َب ْينَ ُك ْم فَت َِز َّل قَ َدمۗ َب ْع َد ثُبُ ْوتِ َها َوتَذُ ْوقُوا ال‬
َ ‫س ْۤ ْو َء ِب َما‬
‫ص َد ْدتُّ ْم‬
‫ع ِظيْم‬ َ ‫عذَاب‬َ ‫ّٰللا ۗ َولَكُ ْم‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬ َ
Artinya: Janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antara
kamu, yang menyebabkan kakimu tergelincir setelah kukuh tegaknya dan kamu akan

22
Kemenag, Al-Qur’an QS Al-Mu’minun/23:8.
23
Kemenag, Al-Qur’an QS Al-Mu’minun/23:11.
24
Kemenag, Al-Qur’an QS An-Nahl/16:92.
7
merasakan keburukan karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan bagi
kamu azab yang besar.(Q.S An-Nahl: 94).25

Kedua ayat tersebut memiliki relevansi dengan etika pemasaran karena


menegaskan pentingnya kejujuran, konsistensi, dan integritas dalam semua aspek
interaksi manusia, termasuk dalam konteks bisnis dan pemasaran. Pelaku usaha dan
pemasar diingatkan untuk tidak menggunakan taktik manipulatif atau tidak jujur dalam
berpromosi atau menjual produk mereka. Etika pemasaran Islam menekankan
pentingnya menjalankan bisnis dengan kejujuran, transparansi, dan integritas, serta
menghindari praktik-praktik yang merugikan atau menipu konsumen. Dengan mematuhi
prinsip-prinsip ini, pelaku usaha dapat membangun hubungan yang kuat dan
berkelanjutan dengan konsumen, serta mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dalam
usaha mereka.
2. Hadis

Dari Hakim bin Hizam radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

‫ َو ِإ ْن َكتَ َما َو َكذَبَا‬، ‫ُور َك لَ ُه َما فِي بَ ْي ِع ِه َما‬ ِ َ‫ان ِب ْال ِخي‬
َ ‫ فَإِ ْن‬، ‫ار َما لَ ْم يَتَف ََّرقَا‬
ِ ‫صدَقَا َوبَيَّنَا ب‬ ِ ‫ْالبَ ِي َع‬
)‫ت بَ َر َكةُ بَ ْي ِع ِه َما (متقف عليه‬ ْ َ‫ُم ِحق‬
"Penjual dan pembeli masih boleh memilih (untuk meneruskan transaksi atau
membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan
apa adanya, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya
menyembunyikan (cacat) dan berdusta, maka akan dihapus berkah pada keduanya."
(HR. Bukhari, no. 1973, Muslim, no. 1532).26
Hadis ini menekankan pentingnya mempraktikkan nilai-nilai kejujuran,
transparansi, dan integritas dalam semua aspek kegiatan pemasaran. Etika pemasaran
yang baik memperhatikan kepentingan konsumen, membangun hubungan yang jujur
dan saling percaya, serta memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada
konsumen adalah akurat dan tidak menyesatkan.

َ ‫َّث َك َذ‬
،‫ب‬ ِ ِ‫ آيَةُ ْال ُمنَاف‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ إِذَا َحد‬: ‫ق ثَ َلث‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ِ ‫ع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ َع ْن النَّبِي‬ َ
َ َ‫عدَ أَ ْخل‬
َ‫ َوإِذَا اؤْ ت ُ ِمنَ َخان‬، ‫ف‬ َ ‫َوإِذَا َو‬

25
Kemenag, Al-Qur’an QS An-Nahl/16:94.
26
Petunjuk Nabi Shallallahu Allaihi Wa Sallam Dalam Jual Beli, Tanya Jawab Tentang Islam, diakses pada tanggal 3
Maret 2024 pukul 11.07 WIB.
8
Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw., belia berkata, “Tanda-tanda orang
munafik itu ada tiga; Apabila berbicara dia berdusta, bila dia berjanji dia mengingkari
dan bila diberikan amanat dia berkhianat.” (HR. Bukhari, no. 33).27
Amanah merupakan nilai moral yang terpuji dalam Islam yang harus dipelihara
oleh setiap individu, termasuk dalam berinteraksi bisnis. Rasulullah SAW mengajarkan
bahwa ada empat sifat orang munafik yang harus dihindari, yaitu berbicara berdusta,
berkhianat saat diberi amanah, mengingkari janji, dan berlaku curang dalam
pertengkaran. Amanah harus ditunaikan kepada yang memberinya, tanpa membedakan
agama, keturunan, atau ras. 28 Memelihara amanah dari Allah juga berarti memelihara
hubungan harmonis dengan sesama manusia. Seorang pebisnis harus memiliki sifat
amanah karena hal ini akan membentuk kredibilitas tinggi dan sikap bertanggung jawab
yang penting dalam dunia bisnis. Prinsip-prinsip seperti mudharabah dan murabahah
dalam perdagangan juga mencerminkan komitmen pada sifat amanah.

Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ُور َك َل ُه َما ِفى‬ َ ‫ار َما لَ ْم َيتَف ََّرقَا – أَ ْو قَا َل َحتَّى َيتَف ََّرقَا – فَإِ ْن‬
ِ ‫ص َدقَا َو َبيَّنَا ب‬ ِ ‫ان ِب ْال ِخ َي‬
ِ ‫ْال َب ِي َع‬
‫ت َب َر َكةُ َبي ِْع ِه َما‬
ْ َ‫ َو ِإ ْن َكتَ َما َو َكذَ َبا ُم ِحق‬، ‫َب ْي ِع ِه َما‬
“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama
keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka
keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila
mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan
bagi mereka pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim
no. 1532).29
Dalam Islam terdapat konsep hak khiyar yang memberikan kebebasan untuk
memilih melanjutkan atau membatalkan transaksi dalam proses bisnis guna mencegah
perselisihan.30 Ada tiga bentuk hak khiyar:

1. Khiyar-Majlis
Kedua belah pihak yang melakukan transaksi memiliki hak untuk memilih
melanjutkan atau membatalkan akad jual-beli selama masih berada dalam satu
tempat atau majlis.
2. Khiyar-Syarath

27
3 Tanda Orang Munafik, Al Manar, diakses pada tanggal 3 Maret 2024 pukul 11.07 WIB.
28
Amiruddin, “Amanah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Al-Misbah Dan Al-Azhar),” Jurnal
Media Kajian Pendidikan Agama Islam, Vol. 11 No. 4 (2021): 846.
29
Muhammad Abduh Tausikal, Matan Taqrib: Mengenal Hak Khiyar, Lanjut atau Batal dalam Akad Jual Beli,
Rumaysho.Com, diakses pada tanggal 3 Maret 2024 pukul 11.07 WIB.
30
Muhammad Izazi Nurjaman, Januri, dan Neni Nuraeni, “Eksistensi Khiyar Dalam Perkembangan Transaksi Jual
Beli,” Journal of Shariah Economics Research, Vol. 5 No. 1 (2021): 66.
9
Merujuk pada syarat-syarat perjanjian yang disepakati bersama. Misalnya, pembeli
menetapkan syarat tenggat waktu dalam akad jual-beli, dan jika syarat tersebut
tidak terpenuhi, akad otomatis batal.
3. Khiyar-’Aib
Merupakan hak pilih dari pihak yang berakad untuk membatalkan transaksi jika
terdapat cacat pada barang yang tidak diketahui sebelumnya. Misalnya, pembeli
menemukan cacat pada barang setelah sampai di rumah.
Konsep ini membantu menjaga keadilan dan mencegah perselisihan dalam
proses berbisnis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.31
D. Etika Pemasaran Islam
Etika berasal dari kata yunani “Ethicos” yang berarti karakter atau adat istiadat.
Secara terminologis etika adalah upaya mewujudkan nilai norma moral melalui proses
penentuan dan pengkomunikasian benar dan salahnya suatu tindakan, sehingga menghasilkan
hasil yang baik atau buruk, benar atau salah, atau lebih baik. tindakannya, baik atau buruk.
tentang seseorang dalam hidupnya. Pada dasarnya, etika berpengaruh terhadap perilaku
bisnis terutama dalam hal kepribadian, tindakan dan perilakunya. Dalam pemikiran islam
etika dipahami sebagai al-akhlak, al-adhab, atau al-adhabiyah yang bertujuan untuk
mendidik akhlak manusia. 32
Ahmad Amin mengatakan bahwa etika atau moralitas itu menjelaskan arti benar dan
salah, menjelaskan apa yang harus dilakukan seseorang kepada orang lain, menyatakan
tujuan yang harus dicapai seseorang dalam tindakannya dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat. 33 Etika pemasaran islam didasarkan pada
maksimalisasi nilai yang memerlukan empati terhadap orang lain dan mengharga ciptaan
Allah, dengan menahan diri dari tindakan yang merugikan orang lain termasuk mencegah
penyebaran praktik pemasaran yang tidak etis. Kerangka etika islam didasarkan pada
kejujuran dan keadlin yang menjamin martabat manusia (konsumen dan produsen) dan
kebebasan pikiran dan hati nurani mereka dari segala bentuk perbudakan. Dalam aktifitas
sebagai tenaga pemasar, nilai-nilai etika senantiasa dikerjakan oleh seluruh tenaga pemasar.

31
A. DarussalamTajang , Andi Zulfikar Darussalam , A. Syathir Sofyan , Trimulato, Konsep Etika Bisnis Islami dalam
Kitab Sahih Bukhari dan Muslim, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol 6 No 2, 2020.
32
Marina Zulfa dan Ficha Melina, “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Pada Restoran Hotel Syariah,”
Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah, Vol. 5 No. 2 (2022): 48.
33
Ratna Purnama Sari, Ahmad Mulyadi Kosim, Suyud Arif, “Pengaruh Etika Pemasaran Islam Terhadap Kepuasan
Nasabah Bank Syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 9 No.2 2019, 133
10
Nilai-nilai tersebut meliputi keadilan, kejujuran, kerja sama, komitmen, disiplin, dan
tanggung jawab serta keikhlasan dalam bekerja.34
Terdapat tiga karakteristik etika pemasaran dari perspektif islam:
1. Etika pemasaran islam didasarkan pada perintah-perintah al-qur’an dan tidak
meninggalkan ruang untuk perbedaan interpretasi oleh pelaku pemasaran sesuai dengan
kehendak dan keinginan masing-masing.
2. Perbedaan utama adalah aspek trensendental secara mutlak dan watak aslinya yang tidak
mudah dipengaruhi.
3. Pendekatan islam yang menekan pada memaksimalkan nilai yang lebih mementingkan
kesejahteraan masyarakat dari pada mengejar keuntungan pribadi sebanyak mungkin.
Sikap seperti itu, menjamin etika islam memiliki kapasitas yang sangat besar untuk
menembus hati nurani manusia dan mampu mempengaruhi perilaku manusia dari dirinya
sendiri.35
Dalam pandangan islam perilaku etis dalam pemasaran didasarkan pada prinsip-
prinsip umum ekonomi islam yang berasal dari prinsip-prinsip syariah. 36 Prinsip-prinsip ini
mencakup kejujuran dan kebenaran (shiddiq), kecerdasan dan kebijaksanaan (fathanah),
tanggung jawab dan kepercayaan (amanah), serta komunikasi, keterbukaan dan pemasaran
yang baik (tabligh).37 Secara rinci etika pemasaran syariah diuraikan sebagai berikut:
1. Kejujuran (Shiddiq)
Dalam konteks ekonomi dan bisnis konsep shiddiq mengahasilkan gagasan tentang
efektivitas (mencapai tujuan yang tepat dan benar) serta efisiensi (melakukan kegiatan
dengan benar dan menggunakan metode yang tidak menyebabkan pemborosan). Sikap
siddiq juga dapat diperlihatkan melalui tindakan jujur dalam menjalankan janji, kejujuran
dalam mengakui kelemahan dan kekurangan produk yang ditawarkan, memberikan
informasi tentang ketersediaan produk, dan menghadapi persaingan dalam penjualan
produk. Sebagai seorang petugas pemasarn yang menganut prinsip etika berdasarkan
syariat islam akan slalu menepati janji yang diberikan kepada siapapun, terutama kepada
pelanggan, serta slalu tepat waktu dalam menunaikan tugas sesuai dengan jam kerja yang
telah dilakukan.
2. Kecerdasan (fathanah)

34
Abdul Hamid, Muhmmad Kamal Zubair, “Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran Produk Bank Syariah”, Jurnal
Balanca, Vol.1 No.1 2019, 21
35
Muhammad Nasuka, “Etika Pemasaran Dalam Perspektif Islam”, (Jepara:Unisnu Press, 2021) 3.
36
Destiya Wati, Suyud Arif, dan Abristadevi, “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi
Jual Beli Online Di Humaira Shop,” Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, Vol. 5 No. 1 (2022): 145.
37
Aprianto, dkk., Etika & Konsep Manajemen Bisnis Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2020), 47.
11
Para pelaku ekonomi perlu memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan agar usaha mereka
dapat berjalan secara efektif dan efisien serta terhindar dari penipuan. Tidak hanya itu,
seorang pemasar harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sebagai
tuntunan dalam menjalankan tugasnya. Seorang pemasar juga memiliki kemampuan
intelektual untuk menghadapi pemasaran secara fungsional samapi teknikal dengan
menggunakan alat-alat pemasaran seperti: segmentasi, targeting, positioning, marketing-
mix, dan branding. Di sisi lain, pada tingkat emosional, seorang pemasar harus mempu
memahami emosi dan perasaan pelanggan. Selain itu, di level spiritual, seorang pemasar
juga harus mendengarkan bisikan nurani dan panggilan jiwa serta mengedepankan
moralitas, seperti: kejujuran, empati, dan kepedulian terhadap sesama 38
3. Jujur dan terpercaya (al-amanah)
Sifat amanah memegang peral fundamental dalam bidang ekonomi dan bisnis, karena
keberlangsungan kehidupan ekonomi dan bisnis sangat tergantung pada krediilitas dan
tanggung jawab. Sebagai seorang pebisnis memiliki sifat amanah itu sangat penting
karena allah menganggap orang-orang yang dapat menjaga amanah yang diberikan
kepada mereka sebagai mukmin yang sangat beruntung. Dengan sikap kejujuran seorang
pedagang maka akan dipercaya oleh para pembelinya. 39
4. Penyampaian (Tabligh)
Sifat tabligh dapat merubah individu di dunia ekonomi dan bisnis menjadi pemasaran
yang kuat dan cerdas, karena siafat tabligh akan menerapkan prinsip-prinsip ilmu
komunikasi, strategi pemasaran, Teknik penjualan, pendekatan periklanan, pembentukan
pandangan kolektif, dan aspek lainnya. Orang yang memiliki sifat ini akan
menyampaikannya dengan benar dan tutur kata yang tepat. Pemasaran juga harus
bersedia untuk menyampaikan manfaat produk dengan cara yang menarik dan tepat
sasaran dengan tetap menjaga kejujuran dan kebenaran 40
E. Prinsip Etika Pemasaran Islam
Ada sembilan etika pemasaran yang menjadi prinsip-prinsip Syariah Marketing dalam
menjalankan fungsi pemasaran, yaitu: 41
1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)

38
Miftahurrohmah, Lutfiana Basyiroh, Mahrida, “Konsep Bisnis Islam”, (Sumatra Barat:PT Mafy Media Literasi
Indonesia, 2023) 57.
39
Ellin Herlina, Nurul Hakiki, “Etika Pemasaran Batik Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi Manajemen, Vol.1 No.2
2018, 184
40
Nurlina, Sirajuddin, “Etika Pemasaran Bank Syariah”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 12, No.3 2023, 366
41
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006), 104.
12
Seorang pedagang dalam menjalankan bisnisnya harus di landasi sikap takwa
dengan selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana mereka sedang sibuk dalam
aktifitas mereka dalam melayani pembelinya. Ia hendaknya sadar penuh dalam responsive
terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh sang maha pencipta. Kesadaran akan
Allah ini hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala
tindakan. Islam mendukung prinsip keadilan, sehingga seorang pedagang syariah harus
senantiasa menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya. Demikian juga dengan seorang
syariah marketer, harus memperhatikan kepentingan orang lain juga. 42
2. Berlaku Baik dan Simpatik (Shidiq)
Berprilaku baik, sopan, dan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar dan inti
dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang sangat tinggi dan
mencakup semua sisi manusia. Al-Quran juga mengharuskan pengikutnya untuk berlaku
sopan disetiap hal, bahkan dalam meakukan transaksi bisnis dengan orang-orang yang
bodoh. Tetap harus bicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik.
Kebaikan tingkah laku yang baik, sopan, dan santun adalah sifat yang sangat
dihargai dan dianggap sebagai inti dari kebaikan manusia. Ini adalah sifat yang mencakup
semua sisi manusia, dari kepribadian hingga kepribadian. Al-Quran mengharuskan
pengikutnya untuk berlaku sopan disetiap hal, bahkan dalam meakukan transaksi bisnis
dengan orang-orang yang bodoh. 43
3. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-‘Adl)
Islam mendukung prinsip keadilan, Secara umum Islam mendukung semua prinsip
dalam pendekatan keadilan terhadap etika, namun dalam proporsi yang seimbang. Islam
tidak mendukung prinsip keadilan buta. Kebutuhan semata-mata tidak memerlukan
keadilan. Karena seorang muslim yang tengah berusaha untuk keluar dari situasi yang
menindas lebih membutuhkan bantuan dibanding dengan orang yang sekedar menuntut hak
sebagai kekayaan dari orang-orang kaya. 44 Berbisnislah secara adil, demikian kata Allah.
Sebagaimana firmanya, “Berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak tidak
adil”. Allah mencintai orang orang berbuat adil dan membenci orang-orang yang berbuat
zalim, Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung kezaliman dan
kewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasi dalam hubungan dagang dan kontrak
bisnis.

42
Eva Trinawati dkk, “Implementasika Berdagang deangan Sifat Siddiq, Tabligh, Amanah, Fathanah Pada Waroeng
Steak And Shake Cabang Boulevard Makassar”, Jurnal Ekonomi dan bisnis, Vol. 4, N0. 3 (Desember 2021).
43
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Malang: UIN-Malang, Press, 2007),112
44
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 26.
13
Di samping itu sikap berbisnis tidak membeda-bedakan, adil dihadapan
memperlakukan semua konsumen dengan sama. dengan sikap secara adil yaitu tergambar
semua dalam stakeholder, semuanya harus merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak
pun yang haknya terzalimi, terutama bagi tiga stakeholder utama yaitu pemegang saham,
pelanggan dan karyawan. 45
4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)
Sikap melayani merupakan sikap utama seorang pemasar. Tanpa sikap melayani,
yang melekat dalam kepribadiannya. Melekat dalam sikap ini adalah sikap sopan, santun,
dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan
bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya. Suatu bisnis akan senantiasa berkembang
dan sukses manakala ditunjang dengan adannya pelayanan terbaik. Misalnya dengan
keramahan, senyuman kepada para konsumen akan semakin baik bisnisnya. Seorang
pemasar harus dilandasi sikap taqwa dengan selalu mengingat Allah, bahkan dalam
suasana mereka sedang sibuk dalam aktivitas mereka dalam melayani pelanggan.
Kesadaran akan Allah hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam
segala tindakan.46
5. Menepati Janji dan Tidak Curang
Janji adalah ikrar dan kesanggupan yang telah dinyatakan kepada seseorang. Ketika
membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan rasa saling percaya serta tanggung
jawab yang besar untuk melaksanakan janji tersebut. Ketepatan janji dapat dilihat dari segi
ketepatan waktu penyerahan barang, ketepatan waktu pembayaran serta melaksanakan
sesuatu sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Pelaku bisnis yang tidak bisa memenuhi janjinya dapat dikatakan sebagai golongan
orang yang munafiq. Terlebih di era informasi yang terbuka dan cepat seperti sekarang ini
mengingkari janji dalam dunia bisnis sama halnya dengan menggali kubur bagi bisnisnya
sendiri. Karena dalam waktu singkat para rekan bisnis akan mencari mitra kerja yang dapat
dipercaya.47
Sikap pebisnis yang selalu menepati janji baik kepada para pembeli maupun
diantara sesama pedagang lainnya, janji yang dimaksudkan dalam hal ini adalah janji
dimana seorang pedagang terhadap pembelinya dalam melakukan transaksi ketika
menjanjikan barang yang di jual itu barang yang baik, Semisal seorang pedagang menjadi
seorang produsen, ataupun distributor harus senantiasa menepati janjinya dalam

45
Tati Handayani dan Muhammad Anwar Fathoni, Manajemen Pemasaran Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2019), 25.
46
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami (Semarang: Walisongo Press, 2009), 107.
47
Sony Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 78.
14
mengirimkan barang kepada para konsumen atau pembeli misalnya tepat waktu
pengiriman, menyerahkan barang yang kualitasnya, kuantitas, warna, ukuran, atau
spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi garansi dan lain sebagainya.
Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para rekan pedagang misalnya,
pembayaran dengan jumlah dan waktu tepat dan lain sebagainya. 48
6. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)
Kejujuran adalah sikap yang seringkali dianggap mudah untuk dilaksanakan,
terutama bagi orang awam, ketika tidak dihadapkan pada ujian berat atau godaan duniawi.
Namun, kejujuran sesungguhnya diuji saat seseorang dihadapkan pada situasi yang sulit
atau menghadapi godaan untuk mencari keuntungan pribadi dengan cara yang tidak jujur.
Seorang pedagang yang jujur akan memperoleh kepercayaan dari para pembelinya.
Kebenaran dan kejujuran merupakan fondasi utama dalam membangun hubungan yang
baik antara pedagang dan pembeli. Pembeli akan merasa aman dan nyaman untuk
bertransaksi dengan pedagang yang jujur karena mereka tahu bahwa barang yang dibeli
sesuai dengan deskripsi yang diberikan dan tidak akan ada penipuan. 49
7. Tidak Berburuk Sangka (Suudzan)
Saling menghormati satu sama lain adalah ajaran utama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan harus diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern. Dalam
konteks persaingan bisnis, tidak boleh ada satu pengusaha pun yang menjelekkan atau
mencemarkan nama baik pengusaha lain hanya demi keuntungan pribadi atau untuk
meningkatkan persaingan bisnis. Tindakan semacam itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam yang menekankan pentingnya sikap adil, kejujuran, dan menghormati hak-hak orang
lain.
Tindakan merendahkan atau mencemarkan pengusaha lain tidak hanya
bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi juga merusak hubungan bisnis dan citra industri
secara keseluruhan. Sebagai gantinya, seorang pengusaha Muslim harus berusaha untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang saling mendukung dan membangun, di mana
persaingan didasarkan pada prestasi dan keunggulan yang sejati, bukan pada upaya untuk
merugikan pihak lain. Dengan demikian, implementasi ajaran Nabi Muhammad SAW
dalam perilaku bisnis modern akan membawa manfaat bagi semua pihak, menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih etis, adil, dan berkelanjutan.50
8. Tidak Suka Menjelek-Jelekkan (Ghibah)

48
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 28.
49
Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: YKPN, 2002), 37.
50
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 28.
15
Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, menodai harga diri,
kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedangkan mereka itu tidak ada dihadapannya. Ini
merupakan kelicikan, sebab hal ini sama saja dengan menusuk dari belakang. Sikap
semacam ini merupakan salah satu bentuk penghancuran karakter, sebab pengumpatan
dengan model seperti ini berarti melawan orang lain yang tidak berdaya.
Biasanya seorang pemasar senang apabila telah mengetahui kelemahan, kejelekan
dan kekurangan lawan bisnisnya. Dan biasanya kelemahan dan kejelekan ini senjata untuk
memenangkan pertarungan dipasar dengan jalan menjelek-jelekan atau menfitnah lawan
bisnisnya.51
9. Tidak Melakukan Suap/Sogok (Riswah)
Dalam syariat Islam, menyuap atau memberikan riswah adalah perbuatan yang
diharamkan secara tegas. Hal ini karena menyuap masuk dalam kategori memakan harta
orang lain dengan cara yang bathil atau tidak benar. Islam tidak hanya mengharamkan
penyuapan, tetapi juga menegaskan bahwa baik penerima maupun pemberi suap akan
menghadapi konsekuensi yang serius di akhirat.
Penyuapan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran hukum, tetapi juga dianggap
sebagai dosa besar dan kejahatan kriminal di dalam suatu negara. Hal ini karena penyuapan
merusak moralitas, merusak keadilan, dan melemahkan fondasi negara yang berlandaskan
keadilan dan kejujuran.
Mendapatkan kekayaan dengan cara penyuapan jelas-jelas diharamkan dalam
Islam. Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar tidak akan mendatangkan
keberkahan dan tidak akan membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Oleh
karena itu, umat Islam diajarkan untuk mencari nafkah dengan cara yang halal dan
menjauhi segala bentuk penipuan, penyuapan, atau tindakan tidak jujur lainnya. 52
F. Kesimpulan
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Adapun
pemasaran syariah atau sharia marketing adalah strategi bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam yang harus memayungi seluruh aktivitas dalam sebuah perusahaan yang meliputi
proses, menciptakan, menawarkan, pertukaran nilai, dari seorang produsen atau perusa haan
atau perorangan. Sumber hukum etika pemasaran adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dalam

51
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami (Semarang: Walisongo Press, 2009), 108.
52
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2012), 54.
16
pandangan islam perilaku etis dalam pemasaran didasarkan pada prinsip-prinsip umum
ekonomi islam yang berasal dari prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip ini mencakup
kejujuran dan kebenaran (shiddiq), kecerdasan dan kebijaksanaan (fathanah), tanggung jawab
dan kepercayaan (amanah), serta komunikasi, keterbukaan dan pemasaran yang baik
(tabligh)Prinsip etika pemasaran Islami diantaranya adalah: 1) Memiliki kepribadian spiritual,
2) Berlaku baik dan simpatik, 3) Berlaku adil dalam bisnis, 4) Bersikap melayani dan rendah
hati, 5) Menepati janji dan tidak curang, 6) Jujur dan terpercaya, 7) Tidak berburuk sangka, 8)
Tidak suka menjelek-jelekkan, dan 9) Tidak melakukan suap/sogok.

Etika pemasaran adalah prinsip moral yang mendorong kegiatan promosi perusahaan.
Perusahaan yang menetapkan dan menerapkan etika pemasaran biasanya berusaha
menghormati hak, keinginan, dan harapan dari konsumen. Filosofi etika pemasaran sering
berhubungan dengan misi perusahaan. Prinsip-prinsip etika pemasaran termasuk kejujuran,
transparansi, kesehatan dan keselamatan, legalitas, dan praktik sadar. Etika pemasaran penting
karena membantu perusahaan untuk melindungi kesejahteraan konsumen, mendukung
kesejahteraan karyawan, bertindak sebagai contoh yang baik bagi perusahaan lain, dan
menarik dan mempertahankan pelanggan. Contoh etika pemasaran meliputi membangun
reputasi yang kuat, memperoleh kepercayaan pelanggan, dan menciptakan hubungan bisnis
yang berkelanjutan.

Urgensi etika pemasaran adalah keperluan yang tinggi untuk menetapkan dan
menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kegiatan promosi perusahaan. Etika pemasaran
merupakan bagian penting dari bisnis, karena membantu membangun kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan produk yang dijual. Jika pelanggan merasa tertipu atau ditipu oleh
perusahaan, kemungkinan besar mereka akan kehilangan kepercayaan dan tidak akan
membeli produk atau layanan dari perusahaan tersebut lagi. Etika pemasaran tidak hanya
penting untuk keberlangsungan perusahaan, tetapi juga merupakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Dengan memastikan kegiatan pemasaran yang etis, perusahaan dapat membantu
membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

17
DAFTAR PUSTAKA

3 Tanda Orang Munafik. Al Manar. diakses pada tanggal 3 Maret 2024 pukul 11.07 WIB.

Amiruddin. “Amanah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Al-Misbah Dan Al-
Azhar).” Jurnal Media Kajian Pendidikan Agama Islam 11, no. 4 (2021): 833–850.

Aprianto, Ardriyansyah, M. Qodri, and Hariyanto. Etika & Konsep Manajemen Bisnis Islam.
Yogyakarta: Deepublish, 2020.

Arifin, Johan. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press, 2009.

Assauri, Sofjan. 2019. Manajemen Pemasaran. Jalarta: PT Grafindo Persabda.

Badroen, Faisal dkk. 2007. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana.

Beekum, Rafik Issa. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Predana Media Group,
2012.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi 3.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hamid, Abdul, and Muhammad Kamal Zubair. “Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran
Produk Bank Syariah.” Jurnal Balanca 1, no. 1 (2019): 16–38.

Handayani, Tati, and Muhammad Anwar Fathoni. Manajemen Pemasaran Islam. Yogyakarta:
Deepublish, 2019.

Hardiono. “Sumber Etika Dalam Islam.” Jurnal Ilmu Akidah Filsafat 12, no. 2 (2020): 26–36.

Herlina, Ellin dan Hakiki Nurul. 2018. “Etika Pemasaran Batik Perspektif Islam”. Jurnal Ekonomi
Manajemen. Vol.1 No.2. 184.

Kartajaya, Hermawan, and Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing. Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2006.
Kemenag. Al-Qur’an QS Al-Baqarah/2:283.

Kemenag. Al-Qur’an QS Al-Mu’minun/23:8.

Kemenag. Al-Qur’an QS An-Nahl/16:92.

Malahayatie dan Maryamah. 2019. Etika Marketing Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Ekonomi Syariah Akuntansi, Perbankan. Juni. 84.

Miftahurrohmah, Basyiroh Lutfiana, Mahrida. 2023. “Konsep Bisnis Islam”. (Sumatra Barat:PT
Mafy Media Literasi Indonesia. 57.

Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

18
Musyawarah, Irdha Yanti, and Desi Idayanti. “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan
Penjualan Pada Usaha Ibu Bagas Di Kecamatan Mamuju.” Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen 1,
no. 1 (2022): 1–13.

Nasuka, Muhammad. 2021. “Etika Pemasaran Dalam Perspektif Islam”. Jepara:Unisnu Press. 3.

Nurlina dan Sirajuddin. 2023. “Etika Pemasaran Bank Syariah”. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol.
12, No.3. 366.

Nurjaman, Muhammad Izazi, Januri, and Neni Nuraeni. “Eksistensi Khiyar Dalam Perkembangan
Transaksi Jual Beli.” Journal of Shariah Economics Research 5, no. 1 (2021): 63–72.

Petunjuk Nabi Shallallahu Allaihi Wa Sallam Dalam Jual Beli. Tanya Jawab Tentang Islam.
diakses pada tanggal 3 Maret 2024 pukul 11.07 WIB.

Poluan, Jane Grace, and Merlyn Karuntu. “Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Layanan
Terhadap Minat Beli Sapi Potong Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Pasar Beriman Kota
Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.” Jurnal EMBA 10, no. 1 (2022): 1075–88.

Priangani, Ade. “Memperkuat Manajemen Pemasaran Dalam Konteks Persaingan Global.” Jurnal
Kebangsaan 2, no. 4 (2013): 1–9.

Sampurno. 2011. Manajemen Pemasaran Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sari, Ratna Purnama, Kosim Ahmad Mulyadi, Arif Suyud. 2019. “Pengaruh Etika Pemasaran Islam
Terhadap Kepuasan Nasabah Bank Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 9 No.2. 133.

Sutarso, Suharno Yudi. 2010. Marketing in Practice. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunyoto, Danang. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: CAPS, 2014.

Tijaroh, Gino Esau Reinhard, Silvya Mandey, and Jane Grace Poluan. “Analisis Saluran Distribusi
Pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Airmadidi Di Minahasa Utara.” Jurnal EMBA 9, no. 4 (2021):
935–44.

Tausikal, Muhammad Abduh. Matan Taqrib: Mengenal Hak Khiyar, Lanjut atau Batal dalam Akad

Umar, Husain. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Utami, Rizki, and Unun Roudlotul Janah. “Analisis Marketing Syariah Terhadap Strategi
Pemasaran Kripik Tempe De Yati Madiun.” Journal of Economics and Business Research 2,
no. 2 (2022): 211–28.

Wati, Destiya, Suyud Arif, and Abristadevi. “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Dalam Transaksi Jual Beli Online Di Humaira Shop.” Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam
5, no. 1 (2022): 141–54.

Zulfa, Marina, and Ficha Melina. “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Pada Restoran
Hotel Syariah.” Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah 5, no. 2 (2022): 47–57.

19

Anda mungkin juga menyukai