Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MARKETING MIX UNETHICALS ISSUE


“Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Pemasaran”

DOSEN PENGAMPU :
Intan Krisnawanti, SE, MM

DISUSUN OLEH :
Keyfatiha Nayla Nazwa 120404210011

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PEMASARAN DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………...i
Daftar Isi………………………………………………………………………...2
Abstrak…………………………………………………………………………..3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.……………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..…5
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………5
1.4 Metode Penulisan……………………………………………….......5
1.4.1 Pengumpulan Data dan Informasi………………………...6
1.4.2 Pengolahan Data dan Informasi…………………………..6
1.5 Sumber Penulisan.………………………………………………......6
BAB II Pembahasan
2.1 Apa yang Dimaksud dengan Unethicals Product, Unethicals Price,
Unethicals Place, Unethicals Promotion..………………………………7
2.2 Contoh Kasus Sesuai dengan Tema yang Dipilih………………......9
2.3 Cara Menyelesaikan Issue tersebut…………………………….…..10
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………....12
3.2 Saran……………………………………………………………......12
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..13

2
ABSTRAK

Etika adalah kumpulan prinsip perilaku manusia yang dilakukan secara benar yang
membentuk keputusan yang dibuat oleh orang atau organisasi Mempraktikkan dan
mencontohkan etika dalam pemasaran berarti secara sengaja menerapkan standar keadilan, atau
hak dan kesalahan moral, dalam pengambilan keputusan, perilaku, dan praktik pemasaran
dalam sebuah organisasi. Dalam ekonomi pasar yang ada di lingkungan masyarakat, bisnis
mungkin diharapkan untuk bertindak dalam apa yang diyakini sebagai kepentingan terbaiknya
sendiri. Tujuan pemasaran adalah untuk menciptakan keunggulan bersaing antar kompetitor.
Organisasi-organisasi yang mengembangkan keunggulan ini mampu memenuhi banyak
kebutuhan baik kebutuhan pelanggan dan kebutuhan organisasi. Fokus ini muncul karena
adanya dua alasan. Pertama, ketika dua belah pihak sama-sama menerapkan perilaku etis baik
pada sebuah organisasi yang berperilaku etis, pelanggan mengembangkan sikap yang lebih
positif tentang perusahaan, produk, dan layanannya. Ketika praktik pemasaran menyimpang
dari standar yang dianggap dapat diterima masyarakat, proses pasar dianggap menjadi kurang
efisien. Tidak menerapkan praktik pemasaran yang etis dapat menyebabkan pelanggan tidak
puas, publisitas buruk, kurangnya kepercayaan, kehilangan bisnis, atau, terkadang, tindakan
hukum. Dengan demikian, sebagian besar organisasi sangat sensitif terhadap kebutuhan dan
pendapat pelanggan mereka dan mencari cara untuk melindungi kepentingan jangka panjang
perusahaan mereka masing-masing. Tuntutan untuk tanggung jawab secara sosial juga telah
membuat praktik pemasaran tunduk pada berbagai peraturan federal dan negara bagian yang
dirancang untuk melindungi hak-hak konsumen atau untuk merangsang perdagangan. Etika
pemasaran menyangkut penerapan pertimbangan etis untuk pengambilan keputusan pemasaran
(Smith, 1993: 10). Etika pemasaran dapat dianggap sebagai penilaian moral dan standar
perilaku dalam praktik pemasaran atau kode atau sistem moral di bidang pemasaran (Gaski,
1999: 316). Dengan kata lain, etika pemasaran adalah penelitian tentang dasar dan struktur
aturan perilaku, standar, dan keputusan moral yang berkaitan dengan keputusan dan praktik
pemasaran (Lu/Rose/Blodgett, 1999: 91). Para eksekutif pemasaran yang mengambil
keputusan strategis seringkali dihadapkan pada kondisi etis dan keputusan mereka terkait
dengan semua sisi bauran pemasaran seperti produk, harga, tempat dan promosi
(Rallapalli/Vitell/Szeinbach, 2000: 65).

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasaran merupakan kegiatan ekonomis pada lingkungan masyarakat yang meliputi
banyak kegiatan jual beli, tukar menukar barang pribadi, produksi, distribusi, memasarkan,
bekerja-mempekerjakan dan interaksi manusiawi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dan memaksimalkan kesejahteraan, baik itu kesejahteraan
konsumen maupun produsen. Pemasaran bisnis juga merupakan kegiatan antar manusia yang
melibatkan interaksi di setiap tahapnya, dalam upaya mencari keuntungan bisnis tidak bersifat
sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi antara satu sama lainnya, dan sebagai komunikasi sosial
yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya. Jika dilihat dari
perspektif kacamata ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan
secara maksimal, akan tetapi bisnis juga dilihat dari segi moral dan etika yaitu perilaku yang sesuai
dengan norma-norma moral yang sudah diterapkan, suatu perbuatan dapat dinilai baik jika
memenuhi standar etis, demikian juga tidak kalah pentingnya bahwa menilai bisnis juga bisa
dilihat dari kacamata hukum, yaitu "bisnis yang baik" yaitu bisnis yang patuh pada aturan hukum
sosial. Bisnis yang beretika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bisnis itu
sendiri, karena tujuan dari bisnis tidak hanya semata-mata memaksimalkan keuntungan saja yang
akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang tidak "etis" tetapi juga harus memperhatikan
lingkungan bisnis serta aspek lainnya yang turut berkaitan atau disebut sebagai "the stakeholders
benefit" atau "manfaat bagi stakeholders" (K. Bertens, 200, 164). Stakeholder dapat dibagi atas
pihak yang berkepentingan yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Konsumen adalah salah satu
contoh stakeholder eksternal, sehingga tujuan bisnis atau perusahaan adalah memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya kepada para stakeholders. Konsumen merupakan stakeholder yang sangat
hakiki dan turut berpartisipasi dalam bisnis modern. Bisnis tidak mungkin bisa berjalan secara
lancar jika tidak ada konsumen yang menggunakan produk barang dan jasa yang dibuat dan
ditawarkan oleh pebisnis. Supaya bisnis berkesinambungan, perlulah konsumen yang secara
teratur memakai serta membeli produk barang dan jasa tsb dengan demikian akan menjadi
pelanggan. Para konsumen lah yang pada akhirnya memainkan peranan yang paling menentukan
para pebisnis meraih keuntungan yang paling didambakan. Produk barang dan jasa yang dihasilkan
akan dipasarkan dan dijual kepada "target akhir" yaitu konsumen, maka pebisnis harus bisa
"mengambil hati" memperoleh, memelihara, serta meningkatkan kepercayaan para konsumen.
Dalam keadaan persaingan ketat memperebutkan perhatian konsumen, dan dunia bisnis yang

4
semakin kompetitif, bagian pemasaran perusahaan akan terus mencari terobosan- terobosan baru
melalui promosi untuk mengimbangi atau mengatasi upaya-upaya promosi oleh pesaing. Pada
hakikatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk. dan
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. (Fandy Tjiptono, 2002
:219). Dalam kegiatan bisnis keadilan memegang peranan penting, karena menyangkut barang dan
jasa yang diinginkan oleh banyak orang/konsumen.Dalam konteks bisnis keadilan ekonomis harus
diwujudkan dalam ruang lingkup masyarakat, tetapi keadilan merupakan keutamaan yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis secara pribadi, pelaku bisnis tidak hanya memperhatikan nilai-nilai
ekonomis, tetapi harus memberi tempat kepada nilai-nilai moral, dan salah satu nilai moral yang
terpenting adalah keadilan (K. Bertens, 200:108). Perkembangan bisnis saat ini yang berjalan
semakin pesat, baik bisnis dalam skala kecil, menengah maupun skala besar, menyebabkan iklim
persaingan antar kompetitor semakin pesat dan ketat, sehingga para pebisnis berlomba-lomba
menguasai pangsa pasar secara luas dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan profit
sebanyak banyaknya atau memaksimalkan laba, sehingga kelangsungan atau eksistensi bisnis
hanya diukur dari kinerja ekonomi keuangan, untuk mencapai keinginan tersebut pebisnis kadang-
kadang kurang memahami keinginan konsumen, kurang memperdulikan lingkungan sekitarnya
khususnya konsumen dengan cara yang kurang "etis" akibatnya performa internal dan eksternal
bisnis kurang memenuhi keadilan khususnya bagi konsumen. Mudah terjadi pelanggaran etika,
yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral. Kesenjangan antara
pebisnis sebagai produsen barang dan jasa dan konsumen akan semakin lebar antara satu dengan
yang lainnya, ketika pebisnis sebagai produsen kurang memahami konsumen yaitu dengan cara
memberikan informasi melalui promosi yang berlebihan yang menjurus pada promosi yang kurang
beretika, akibatnya konsumen yang sangat dirugikan sehingga menempatkan konsumen pada
posisi yang tidak adil, sedangkan konsumen dalam dunia bisnis adalah "raja"- "The customer is
king", bisnis tanpa konsumen tidak akan berarti apa-apa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan unethicals product, unethicals price, unethicals place,
unethicals promotion secara lengkap dan jelas!
2. Jelaskan bagaimana contoh kasus, brand, atau produk tentang unethicals product,
unethicals price, unethicals place, unethicals promotion (sesuai dengan tema yang anda
pilih)

5
3. Jelaskan bagaimana menyelesaikan masalah atau etika yang seharusnya dilakukan untuk
menyelesaikan atau menghindari issue tersebut!
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu unethicals product, unethicals price, unethicals
place, dan unethicals promotion
2. Guna mengetahui contoh kasus, brand atau produk yang mengakibatkan Unethical Issue
3. Agar mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah atau etika yang seharusnya
dilakukan untuk menyelesaikan atau menghindari issue tersebut
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan makalah dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang kredibel dan pencarian data melalui situs
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari beberapa jurnal, media elektronik,
buku, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang menjadi bahan
pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup masyarakat dan lingkup
sosial aspek-aspek yang tercakup dalam penulisan.
2. Untuk melakukan analisis pembahasan dari data-data yang diperoleh, diperlukan data referensi
yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencapai
kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan yang tepat untuk makalah ini.
1.4.2 Pengolahan Data dan Informasi
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, diolah dengan
menggunakan suatu teknik metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder yang telah
dikumpulkan melalui beberapa pustaka yang relevan.
1.5 Sumber Penulisan
Sumber penulisan makalah ini mendapat referensi yang berasal dari banyak sumber yang
relevan dan terjamin kredibilitasnya agar makalah ini dapat dibaca dengan layak.

BAB II

6
PEMBAHASAN

2.1 Apa yang Dimaksud dengan Unethicals Product, Unethicals Price, Unethicals Place,
dan Unethicals Promotion
● Unethicals Product
Adalah standar produk yang tidak sesuai dengan aturan dan tata tertib yang sudah
dijalankan atau bisa disebut juga melanggar etika pasar bebas. Konsumen diuntungkan jangka
pendek karena dapat membeli produk dengan harga murah. Sedangkan para produsen menderita
kerugian karena tidak sanggup menawarkan produk dengan harga semurah itu.
● Unethicals Price
Etika penetapan harga adalah isu penting yang sering dibahas pada skala usaha besar
maupun kecil. Pelanggaran etika yang banyak terjadi di perusahaan atau usaha dengan skala besar
dikarenakan orientasi mereka pada laba. Sebuah kegiatan yang berkaitan dengan usaha pasti
bertujuan untuk mendapatkan laba. Keadilan harga antara penjual dan pembeli akan tercipta
setelah terjadi kesepakatan penentuan harga yang baik antara penjual dan pembeli dimana pembeli
merasa mendapatkan harga yang terjangkau dan penjual bisa mendapatkan laba yang cukup pula.
Pengambilan laba yang besar tidak selalu baik, bila mendapatkan laba dengan meningkatkan harga
jual memang akan meningkatkan laba, namun itu hanya akan bersifat sementara. (Darisnan,
2015;7). Dilihat dari kasus-kasus di atas, bahwa perkembangan bisnis saat ini yang semakin pesat,
baik bisnis dalam skala kecil, menengah, maupun skala besar menyebabkan iklim persaingan
semakin pesat dan ketat, sehingga para pebisnis berlomba-lomba menguasai pangsa pasar secara
luas dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan profit dan memaksimalkan laba, sehingga
kelangsungan atau eksistensi bisnis hanya diukur dari kinerja keuangan, untuk mencapai keinginan
tersebut pebisnis kadang-kadang kurang memahami konsumen, kurang memperdulikan
lingkungan sekitarnya khususnya konsumen dengan cara yang kurang etis, akibatnya performa
internal dan eksternal bisnis kurang memenuhi keadilan khususnya bagi konsumen mudah terjadi
pelanggaran etika yaitu pelanggaran asas-asas etika umum dan kaidah-kaidah dasar moral
Rodhiyah (2010). Oleh sebab itu, konsumen sebagai objek aktivitas bisnis dari produsen dalam
hal ini para pengusaha yang berusaha memperoleh laba maksimal, juga perlu mendapat perhatian
berupa perlindungan terhadap hak-haknya, Ermawati (2007). Penetapan harga jual pada usaha
dengan skala kecil, salah satu bentuk etika yang dapat diterapkan dalam penentuan harganya
adalah kejujuran. Kejujuran sendiri terutama dalam penentuan harga merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan untuk kelangsungan bisnis. Hansen dan Mowen (2005:356) menjelaskan
bahwa pendapatan harus menutup biaya perusahaan untuk menghasilkan laba. Pendapatan atau

7
harga jual ini biasanya ditentukan dengan menghitung biaya dan menambahkan laba yang
diinginkan. Oleh karena itu, dalam menentukan harga dan menetapkan laba harus disertai dengan
etika khususnya kejujuran. Dan dalam kasus yang dipaparkan di atas kejujuran juga sangat
diperlukan.
● Unethicals Place
Isu etika yang terkait dengan tempat tumbuh dari perusahaan, yang membentuk saluran distribusi,
memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda. Pada hubungan kekuasaan di saluran, jika anggota
saluran menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk penggunaan yang buruk, ini dapat
menyebabkan masalah etika (Laczniak/Murphy, 1993: 111). Masalah etika lainnya menghasilkan
subjek sebagai keputusan ritel, pemasaran langsung, dan manajemen pasokan dan saluran. Isu etis
dalam pemasaran langsung adalah subjek yang privasi, kerahasiaan dan intrusi (Chonko, 1995:
271-280).
● Unethicals Promotion
Promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis modern dengan cara
bereproduksi industri modern yang menghasilkan produk-produk berskala besar, sehingga harus
mencari pembeli/konsumen.Promosi baik melalui iklan dianggap cara ampuh dan menonjol dalam
persaingan. Dalam perkembangan promosi atau periklanan , media komunikasi modern - media
cetak, elektronik (televisi) memegang peranan dominan. Fenomena ini akan akan menimbulkan
berbagai masalah yang berbeda, di satu sisi akan merupakan pemborosan yaitu dengan
menghabiskan biaya tapa menambah sesuatu pada produk dan tidak meningkatkan kegunaan pada
konsumen. Bahwa bisnis periklanan akan memamerkan suatu suasana hedonistis dan materialistis
yang tidak sehat yang pada akhirnya akan memasuki masalah etika. Promosi merupakan salah satu
media terpenting dalam mengenalkan produk jasa yang dihasilkannya serta pencitraan terhadap
produk itu sendiri. Promosi merupakan kegiatan komunikasi antara pihak penjual dengan pihak
pembeli potensial. Di Dalam kegiatan komunikasi ini terdapat pesan-pesan yang bersifat
informatif dan persuasif yang hendak disampaikan oleh penjual kepada konsumen potensial
sehingga mereka dapat terpengaruh untuk melakukan sesuatu (Joseph D. Friedgen,1996:266)
Rossiter dan Percy (dalam Fandy Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai
efek dari komunikasi sebagai berikut: (1) Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu
kebutuhan (category need). (2) Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu
produk kepada konsumen (brand awareness). (3) Mendorong pemilihan terhadap suatu produk
(brand attitude). (4) Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention).
(5) Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation). (6)
Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning) yang meliputi : Character (karakter)

8
Karakter meliputi persepsi audiens yang paling tidak mencakup kejujuran dan kesatuan organisasi
harus menemukan jalan untuk berbicara mengenai dirinya sendiri (tanpa melebih- lebihkan)
meliputi integritasnya."character berkaitan dengan kualitas moral" Character meliputi beberapa
hal: (a) Ethical (beradab) organisasi melakukan hal-hal yang sepatutnya dan sopan serta berbudi
bahasa yang baik dalam menjalankan usahanya. (b) Reputable (mempunyai nama baik) organisasi
termasyhur atau memiliki nama yang baik dimata publik. (c) Respectable (terhormat) organisasi
memiliki penghargaan (dihargai) dengan baik dimata publik. Perusahaan yang menjalankan model
bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber
daya alam yang strategik dan sustainable akan menumbuhkan citra positif serta mendapat
kepercayaan dan dukungan masyarakat.(Wibisono,2007:66) Etika promosi merupakan bagian dari
etika bisnis yang menunjuk pada aspek-aspek moral dari kegiatan melakukan promosi bisnis,
sehingga etika promosi dapat dikaitkan dengan kaidah atau prinsip-prinsip etika bisnis. Promosi
dan iklan dinilai efektif menarik calon pembeli, namun belakangan banyak promosi dan iklan yang
tidak lagi sesuai dengan penawaran yang sebenarnya dilakukan produsen atau penjual, bahkan
cenderung membohongi publik. Prinsip - prinsip etis yang penting dalam upaya promosi dalam
konteks periklanan adalah tidak boleh berbohong; dan otonomi manusia harus dihormati. Penilaian
etis yang seimbang tentang iklan perl menerapkan prinsip-prinsip antara lain : maksud di
pengiklan, isi iklan, keadaan publik yang dituju dan kebiasaan bidang periklanan. (K. Bertens,
2000:277), selanjutnya dikemukakan bahwa fungi iklan mempunyai fungsi informatif yaitu yang
berkaitan dengan masalah kebenaran dan fungi persuasif berkaitan dengan masalah manipulasi
yaitu mempengaruhi kemauan orang lain sedemikian rupa untuk mengikuti atau menginginkan
sesuatu tidak sesuai dengan yang dikehendaki.

2.2 Contoh Kasus Sesuai dengan Tema yang Dipilih

KASUS UNETHICAL PRICE


Perjanjian penetapan harga (price fixing) merupakan bentuk kesepakatan penetapan harga
yang sama oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya. Pada umumnya, perjanjian tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan harga barang atau jasa setinggi mungkin dan memaksimalan
keuntungan. Tindakan Konspirasi para pelaku usaha melakukan penetapan harga secara bersama-
sama mengakibatkan tidak berlakunya hukum pasar tentang harga yang terbentuk berdasarkan
hukum penawaran dan permintaan. Segala bentuk perjanjian penetapan harga di antara para pelaku
usaha baik dalam rangka meningkatkan harga, menetapkan, atau menurunkan harga barang atau
jasa adalah mutlak dilarang. Penetapan harga bersifat ilegal apabila dilakukan dengan sengaja dan

9
berlangsung dengan melalui KomuniKas1 l1san ataupun perjanjian tertulls antara perusahaan atau
antar individu. Penetapan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menetapkan harga pada tingkat tertentu. Menaikkan, menurunkan, atau sebaliknya menstabilkan.
Selain hal tersebut, cara lain yang digunakan adalah dalam membuat perjanjian penetapan harga
dapat dilakukan dengan memasang iklan atau promosi atas harga barang dan atau jasa baik di
media massa maupun media elektronik, yang disebut dengan Tacit Agreement. Penetapan harga
adalah bentuk perbuatan anti kompetisi yang sulit untuk dibuktikan karena pelaku usaha tidak
secara jelas dalam melakukan persetujuan penetapan harga. Penetapan harga dianggap mampu
mendistorsi pasar karena dalam perjanjian tersebut menimbulkan kenaikan harga yang sangat
tinggi di mana harga yang terbentuk bukan dengan mekanisme pasar, sehingga tanpa ada pilihan
lain Konsumen harus membayar harga tersebut. Pada perekonomian pasar bebas, harga suatu
barang atau jasa ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Apabila terjadi dua
atau lebih pelaku bisnis bersaing mengadakan perjanjian untuk menetapkan harga jual dari produk
barang atau jasanya hal tersebut dapat mengganggu jalannya perdagangan serta merugikan
konsumen, meskipun harga yang ditetapkan masih dalam taraf harga yang wajar.

2.3 Cara Menyelesaikan Issue tersebut


Salah satu fitur layanan yang paling populer bagi konsumen pengguna telepon seluler
adalah short message service (sms). Tujuan awal dari fitur sms adalah memberikan kemudahan
layanan bagi konsumen untuk berkomunikasi dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan layanan panggilan. Pada tahun 2007 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
menduga adanya kecurangan yang dilakukan oleh beberapa operator seluler di Indonesia. Dalam
proses pemeriksaan, terungkap bahwa ternyata ada kesepakatan tertulis yang ditandatangani oleh
PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. dengan beberapa operator seluler lainnya mengenai penetapan
tarif sms (price fixing). PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., telah berkonspirasi dengan 5 operator
telepon seluler lainnya di Indonesia yakni PT. Telekomunikasi Seluler, Tbk., PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk., PT. Bakrie Telecom, Tbk., PT. Mobile-8 Telecom, Tbk., dan PT. Smart Telecom,
Tbk., dalam melakukan kartel dalam bentuk penetapan harga (price fixing) yang merupakan salah
satu bentuk perilaku bisnis yang hanya mementingkan keuntungan bagi mereka sendiri tanpa
memperdulikan hak-hak konsumennya. Dalam Putusan Perkara Nomor: 26/KPPU-L/2007, ke-6
operator seluler tersebut telah mendapatkan sanksi denda sejumlah 52 miliar rupiah kepada
Negara. Ke-6 Operator telepon seluler tersebut juga harus membayar ganti kerugian terhadap
konsumen berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.

10
BAB III
PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan
Dalam era globalisasi, dan semakin maju suatu masyarakat bisnis merupakan unsur penting
dalam masyarakat modern. Semakin berkembang bisnis semakin pesat sehingga menyebabkan
persaingan semakin ketat. Tujuan bisnis tidak saja memaksimalkan keuntungan tetapi harus juga
memaksimalkan kemakmuran. Bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan atau norma-norma
moral yang selalu harus diterima dalam masyarakat atau dalam pergaulan sosial. Keutamaan
pebisnis meliputi (a) kejujuran, (b) fairness, (c) kepercayaan dan (d) keuletan damping keutaman
lain bagi pebisnis adalah :keramahan, loyalitas, kehormatan dan rasa malu. Moralitas merupakan
syarat yang harus diakui semua orang , jika ingin terjun dalam kegiatan bisnis. Etika promosi
merupakan bagian dari etika bisnis yang menunjuk pada aspek-aspek moral dari kegiatan
melakukan promosi bisnis, sehingga etika promosi dapat dikaitkan dengan kaidah atau prinsip-
prinsip etika bisnis. Prinsip- prinsip etis yang penting dalam upaya promosi dalam konteks
periklanan adalah : tidak boleh berbohong; dan menghormati otonomi manusia karena fungsi dari
periklanan yang merupakan bagian dari promosi adalah mempunyai fungsi informatif dan
3.2 Saran
Terlepas dari gaya hidup setiap individu dalam masyarakat yang semakin hari semakin
meningkat, maka setiap individu tentunya harus menyesuaikan kebutuhan primer dan sekunder,
kebutuhan mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu karena hal tersebut tentunya memiliki
dampak positif dan dampak negatif nya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
American Marketing Association. American Marketing Association Code Of Ethics. New York:
Author. (1998).
Bertens.K 2000, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta, Kanisius.

12
Mahmoedin, 1996, Etika Bisnis, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Panuju ,Redi, 1995, Etika Bisnis, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sony Keraf, 1998. Etika Bisnis; Tuntutan dan Relevansinya. Jakarta; Kanisius,
Sondang Siagian, 1996, Etika Bisnis, Jakarta, Pustaka Binaman Presindo.
Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
A. M. Tri Anggraini, 2003, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Per se
Illegal atau Rule Of Reason, Cet. 1, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta.
Endang Purwaningsih, 2010, Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor.

13

Anda mungkin juga menyukai