Anda di halaman 1dari 11

Nama : Esther Grace Manik

NIM : 20/465235/PEK/26238

Kelas EMBA A-48B

Petunjuk mengerjakan soal: Berikan penjelasan secara sistimatis disertai ulasan kritis
dan contoh implementasinya masing-masing yang terkait dengan pengertian, konsep
dan teori atau terhadap pernyataan berikut ini:
1. Societal marketing concept dan Consumerisme
2. The Holistic marketing concept
3. POD dan POP
4. Positioning dan Branding
5. Langkah cerdas menghadapi Pandemi Covid 19.

Jawaban:
1. Social marketing concept atau konsep pemasaran berwawasan sosial adalah suatu
konsep pemasaran dimana organisasi atau perusahaan harus menentukan kebutuhan,
keinginan, dan minat pasar serta menyerahkan kepuasan yang diinginkan itu secara lebih
efektif dan efisien daripada pesaing dengan cara yang bersifat memelihara atau
memperbaiki kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Konsep ini mengajak pemasar
membangun pertimbangan sosial dan etika dalam praktek pemasaran mereka. Hal ini
dapat menyeimbangkan dari ketiga sisi faktor tersebut yaitu : laba, perusahaan, pemuas
keinginan konsumen dan kepentingan publik dalam jangka panjang
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Konsep pemasaran ini memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) atau berwawasan
sosial (Societal Marketing Concept) dimana tingkat orientasi pada rasa tanggung jawab
sosial dan kemanusiaan didasarkan atas banyaknya kritik dan sorotan dari luar
perusahaan.
Hal – hal yang mendasari pemikiran produsen untuk mengembangkan responsibility ini
adalah:
 Gejala konsumerisme akan muncul apabila masyarakat memperoleh barang yang
tidak baik dan mendapat layanan kurang memuaskan.
 Masyarakat akan menuntut tanggung jawab perusahaan, begitu mereka mendapat
perlakukan kurang baik dan bila ekosistem mereka tergangggu.
 Anggota masyarakat selalu menghendaki jaminan keselamatan terutama atas produk
yang mereka beli.
Pemasaran berwawasan sosial dapat juga dikatakan sebagai proses pemasaran dengan
berdasar pandangan pada aspek – aspek sosial. Seperti yang telah dijelaskan di atas
maksud dari berwawasan sosial adalah pemasar dan individu atau kelompok mampu
untuk saling melengkapi, dengan kata lain pemasar menciptakan penawaran kepada
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan kemudian masyarakat mendapat
kepuasan akan sesuatu yang ditawarkan oleh pemasar. Dengan demikian secara
otomatis terbentuklah hubungan kerja sama sosial yang saling menguntungkan antara
masyarakat dan pemasar. Dengan adanya keterkaitan ini diharapkan baik dari pemasar
maupun pihak konsumen dapat saling menumbuhkan kepekaan sosial yang nantinya
ditujukan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan yang diharapkan.
Konsep pemasaran berwawasan sosial menutut pemasar untuk memasukan
pertimbangan sosial dan etika ke dalam praktik pemasaran sehingga perusahan
melakukan inisiatif sosial antara lain:

Jenis Deskripsi
Pemasaran sosial perubahan Mendukung kampanye perubahan perilaku
Mempromosikan isu – isu sosial melalui usaha – usaha
Pemasaran amal
seperti sponsor, lisensi dan iklan
Menyumbangkan persentase tertentu dari penjualan
Pemasaran terkait gerakan
untuk tujuan tertentu didasarkan atas penjualan yang
amal
terjadi selama periode tertentu

Adapun contoh penerapan konsep pemasaran berwawasan sosial (Social marketing


concept) antara lain sebagai berikut:
1. KFC dalam penyajian makanannya tidak menggunakan piring plastik namun
menggunakan piring kertas dan untuk produk delivery atau take away juga telah
menggunakan paper bag tidak lagi menggunakan plastik sehingga KFC sangat
memperhatikan kelangsungan lingkungan yang baik kedepannya dengan mengurangi
limbah plastik.
2. PT Bank Mandiri Tbk. saat ini mendukung Program Indonesia Mengajar
3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. memberi Beasiswa Nusantara Cerdas
4. PT Pertamina sebagai Sentra Pemberdayaan Tani Optimalkan Produk Lokal
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Consumerism atau konsumerisme telah menjadi isu penting dalam perilaku konsumen.
Consumerism atau konsumerisme dikenal sebagai sebuah paham atau gerakan sosial
untuk memperkuat hak dan kekuasaan pembeli dalam hubungannya dengan penjual. Ada
tiga lembaga yang berperan besar dalam konsumerisme, yaitu organisasi konsumen,
pemerintah dan perusahaan. Organisasi konsumen memberikan informasi dan advokasi
kepada konsumen. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam regulasi dan perundang –
undangan hak konsumen. Akhirnya, perusahaan memiliki perannya sendiri menegakkan
regulasi diri tentang konsumerisme. Konsumerisme telah berkembang menjadi
konsumerisme hijau. Artinya konsumen menekankan pada mereka perhatian dalam
masalah lingkungan. Konsumerisme memiliki implikasi besar pada pemasaran
manajemen di sebuah perusahaan. Salah satunya adalah perhatian yang lebih besar
dalam menghasilkan produk yang aman oleh perusahaan. Negara maju menerapkan
konsumerisme dalam strategi perusahaan sehari-hari sedangkan negara berkembang
anggap ini sebagai masalah baru yang muncul.
Gerakan consumerism berimplikasi luas terhadap praktek manajemen pemasaran.
Pemasar harus melakukan beberapa penyesuaian terhadap produknya agar diterima oleh
konsumen dimana menyarankan agar perusahaan membuat beberapa penyesuaian
dalam strategi pemasarannya agar produknya diterima pasar. Kebijakan-kebijakan itu
antara lain:
 Menciptakan produk dengan karakter dan komposisi yang berdampak kecil terhadap
lingkungan. Penggunaan bahan-bahan dengan kandungan kimia minimal sangat
disarankan.
 Meningkatkan penggunaan bahan mentah yang lebih efisien atau renewable.
Penggunaan bahan-bahan alamiah dan mudah didaur ulang akan membuat sebuah
produk lebih aman dikonsumsi.
 Menggunakan energi secara lebih efisien.
 Meningkatkan daya tahan sebuah produk agar tidak memperburuk eksploitasi sumber
daya alam.
Perusahaan harus mempunyai mekanisme self regulation dalam mengantisipasi
consumerism ini. Mekanisme ini berarti perusahaan harus mampu menyesuaikan operasi
perusahaannya sesuai dengan tuntutan konsumen tentang consumerism tanpa harus
dipaksa Pemerintah dengan regulasi. Perusahaan harus berhati-hati dalam menyusun
strategi pemasaran bagi produknya. Tuntutan konsumen yang lebih kompleks
menyebabkan perusahaan harus mengarahkan strategi perusahaannya sesuai dengan
paradigma consumerism ini. Penyesuaian strategi perusahaan terhadap consumerism
dapat dikategorikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebagai contoh di Indonesia perlindungan konsumen masih sangat lemah, meskipun kita
sudah mempunyai regulasi untuk mengaturnya. Konsumen Indonesia masih marginal
dilihat dari daya belinya, mereka menganggap harga murah adalah segalanya sehingga
melupakan hal-hal yang lebih substansial seperti keamanan untuk mengkonsumsi produk
tersebut. Kenyataan ini adalah sisi lain dari perkembangan consumerism dan
perlindungan konsumen dalam industri global.

2. Konsep Pemasaran Holistik (The Holistic Marketing Concept) didasari pada


pengembangan, perancangan, dan implementasi dari aktivitas, proses dan program
pemasaran yang memahami keluasan dan keterkaitannya.
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Konsep Pemasaran Holistik (The Holistic Marketing Concept) adalah filosofi


pemasaran bisnis yang menganggap bisnis dan semua bagiannya sebagai satu kesatuan
tunggal dan memberikan tujuan bersama untuk setiap kegiatan dan orang yang terkait
dengan bisnis tersebut.
Sebuah bisnis seperti tubuh manusia: ia memiliki bagian yang berbeda, tetapi ia hanya
dapat berfungsi dengan baik ketika semua bagian itu bekerja bersama menuju tujuan
yang sama. Konsep pemasaran holistik menegakkan keterkaitan ini dan percaya bahwa
perspektif yang luas dan terpadu sangat penting untuk mencapai hasil terbaik.

Filosofi pemasaran holistik memiliki beberapa fitur


 Tujuan Bersama
Konsep pemasaran holistik percaya bahwa bisnis dan semua bagiannya harus fokus
pada satu tujuan tunggal yang merupakan pengalaman pelanggan yang hebat.
 Kegiatan selaras
Semua layanan, proses, komunikasi, dan kegiatan bisnis lainnya harus diarahkan ke
tujuan bersama tersebut.
 Kegiatan Terpadu
Semua kegiatan harus dirancang dan diintegrasikan sedemikian rupa sehingga dapat
menciptakan pengalaman pelanggan yang terpadu, konsisten, dan mulus.

Pada gambar dibawah ini dapat dilihat empat komponen yang membedakan konsep
pemasaran holistik, yaitu relationship marketing, integrated marketing, internal marketing,
dan performance marketing.

Relationship Marketing
Tujuan dari pemasaran adalah untuk membangun lebih dalam, mementingkan hubungan
dengan orang lain dan perusahaan lain yang baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kesuksesan aktivitas pemasaran perusahaan. Relationship marketing
bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang yang berkualitas dengan semua
pihak terkait dengan maksud untuk dapat menghasilkan dan mempertahankan usaha
mereka sebaik mungkin.
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Empat kunci utama dalam relationship marketing yaitu pelanggan, karyawan, rekanan
(channels, suppliers, distributors, dealers, agencies), dan anggota komunitas keuangan
(shareholders, investors, analysts).
Pemasar harus dapat menciptakan kemakmuran kepada semua tujuan dan
mengembalikannya kepada semua stakeholders. Untuk membangun hubungan yang kuat
dibutuhkan pemahaman atas kemampuan dan sumber daya, kebutuhan, tujuan dan
hasrat mereka.
Hasil dari semua ini adalah aset perusahaan yang disebut jaringan pemasaran (marketing
network), yang melibatkan perusahaan dan stakeholders, yaitu pelanggan, karyawan,
pemasok, distributor, pengecer, dll. Kuncinya adalah membangun hubungan dalam
jaringan secara efektif dengan stakeholders, dan keuntungan dapat diraih dengan mudah.
Semakin banyak perusahaan yang memilih memiliki merek (brands) dibandingkan
memiliki aset fisik dan melimpahkan aktivitas produksinya kepada perusahaan lain yang
dianggap mempunyai kemampuan lebih baik. Contohnya yaitu Buavita adalah merek
produk sari buah dalam kemasan, yang semula dimiliki oleh Ultrajaya, lalu merek (brand)
tersebut diakuisisi oleh Unilever pada tahun 2007, tetapi produksi tetap dilakukan di
Ultrajaya.
Perusahaan juga mengelola penawaran, pelayanan, dan pesan yang terpisah kepada
pelanggan berdasarkan informasi transaksi di masa lalu, demografi, psikografi, dan
kecenderungan media dan distribusi. Dengan berfokus kepada pelanggan yang paling
menguntungkan, produk dan saluran, perusahaan berharap mencapai pertumbuhan
keuntungan, mendapatkan bagian dari pembelanjaan konsumen dengan membangun
loyalitas konsumen yang tinggi.
Perusahaan membangun pangsa pasar dengan menawarkan variasi produk yang lebih
banyak kepada pelanggan aktual, melatih karyawan dalam hal penjualan. Pemasaran
juga harus dapat melaksanakan customer relationship management (CRM), dan partner
relationship management (PRM) dengan baik.
Perusahaan mendalami kerjasama dengan pemasok dan distributor dengan lebih baik,
dan memandang mereka sebagai rekan kerja dalam menyampaikan nilai (value) kepada
pelanggan sehingga semua pihak mendapatkan manfaat (benefits).

Integrated Marketing
Integrated marketing muncul pada saat pemasar membagi aktivitas pemasaran dan
menyatukan program pemasaran untuk menciptakan, berkomunikasi dan menyampaikan
nilai kepada konsumen dengan prinsip “the whole is greater than the sum of its parts,”
bahwa menyeluruh akan lebih baik.
Ada dua tujuan antara lain:
- banyak aktivitas pemasaran yang berbeda dapat menciptakan, berkomunikasi dan
menyampaikan nilai dan
- pemasar harus merancang dan mengimplementasikan aktivitas pemasaran dengan
aktivitas lain.

Sebagai contoh, apabila sebuah rumah sakit membeli perangkat MRI dari divisi sistem
medis General Electric, maka mereka berharap mendapatkan dukungan instalasi yang
baik, pemeliharaan, serta layanan pelatihan dalam paket pembeliannya. Semua
komunikasi pemasaran harus terpadu (integrated). Menggunakan strategi komunikasi
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

yang terpadu berarti memilih cara komunikasi yang dapat memperkuat dan mendukung
satu sama lain.
Pemasar akan memilih secara selektif penggunaan media televisi, radio, dan iklan cetak,
hubungan masyarakat dan events, dan komunikasi Humas dan Web site sehingga setiap
alat akan dapat bekerja masing-masing dengan baik dan membantu serta dapat
meningkatkan keefektifan satu sama lain. Setiap alat komunikasi juga diharapkan dapat
menyampaikan secara konsisten pesan merek (brand message) pada setiap
pelaksanaannya. Perusahaan juga membangun strategi saluran terpadu.
Perusahaan harus dapat menilai setiap pilihan saluran atas dampak langsung pada
penjualan produk dan ekuitas merek (brand equity), juga dampak tidak langsung melalui
interaksi dengan pilihan saluran yang lain. Pemasar harus dapat menimbang antara
menggunakan terlalu banyak saluran, karena akan timbul konflik dan kesulitan dukungan,
dan apabila menggunakan terlalu sedikit, yang dapat menimbulkan kesulitas menangkap
peluang yang muncul.

Internal marketing
Internal marketing adalah elemen dari holistic marketing yang tugasnya adalah
mempekerjakan, melatih, dan memotivasi karyawan yang ingin melayani pelanggan
dengan baik. Memastikan bahwa setiap orang dalam perusahaan memahami prinsip
pemasaran dengan baik, terutama manajemen senior.
Pemasar yang cerdas mengenali bahwa aktivitas pemasaran di dalam perusahaan
sebagai sesuatu yang sangat penting, sama pentingnya atau bahkan lebih penting
dibandingkan dengan pemasaran ke luar perusahaan. Tidaklah mungkin untuk
menjanjikan pelayanan yang prima sebelum karyawan perusahaan tersebut siap.
Contohnya antara lain Blue Bird Group, sebuah perusahaan penyedia jasa transportasi
taksi, memberikan penghargaan lencana dan piagam kesetiaan atas loyalitas karyawan
yang bekerja dengan masa bakti yang cukup lama (8, 16, 24, 32 bahkan 40 tahun) serta
memberikan beasiswa pendidikan kepada putra-putri dari karyawan mereka sampai
dengan tingkat sarjana, lalu semua karyawan juga diberikan standar pelayanan
pelanggan yang baku, sehingga semua karyawan di semua departemen turut melakukan
kegiatan pemasaran kepada pelanggan.
Pemasaran bukan hanya tanggung jawab satu departemen, tetapi menjadi tanggung
jawab perusahaan secara keseluruhan yang akan membawa kepada visi, misi, dan
perencanaan strategis perusahaan. Akan berhasil apabila semua departemen dalam
perusahaan bekerja sama untuk mencapai tujuan pelanggan, pada saat bagian rekayasa
merancang produk, bagian keuangan menyediakan dana yang cukup, bagian pembelian
membeli bahan yang tepat, bagian produksi membuat produk yang tepat pada saat yang
tepat dan bagian akunting mengukur keuntungan secara tepat.
Merupakan harmoni antar departemen yang hanya dapat benar-benar dicapai
bersamaan, pada saat manajemen berkomunikasi secara jelas mengenai visi tentang
bagaimana orientasi pemasaran perusahaan dan filosofi perusahaan dalam melayani
pelanggan. Internal marketing membutuhkan penyesuaian secara vertikal dengan senior
management dan penyesuaian horizontal dengan department lain, sehingga semua
bagian memahami, menghargai, dan mendukung upaya pemasaran.

Performance marketing
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Performance marketing membutuhkan pemahaman pengembalian materi dan non materi


kepada perusahaan juga masyarakat melalui program dan aktivitas pemasaran. Para
pemasar puncak mulai melihat lebih jauh dari sekedar peningkatan penjualan dalam
menilai pencapaian hasil pemasaran dan menerjemahkan apa yang terjadi dan terlihat
terhadap pangsa pasar, tingkat kehilangan pelanggan, kepuasan pelanggan, kualitas
produk dan alat ukur lainnya. Mereka juga mempertimbangkan dampak program dan
aktivitas pemasaran terhadap hukum, sosial dan lingkungan.
 Financial accountability, para pemasar diminta untuk memperlihatkan investasi mereka
dalam bentuk finansial dan keuntungan, sama besarnya dengan membangun brand
dan meningkatkan jumlah pelanggan. Mereka menggunakan lebih banyak variasi
ukuran finansial untuk menilai nilai langsung maupun tidak langsung dari upaya
pemasaran mereka sehingga mereka dapat melihat apakah nilai pasar perusahaan
muncul dari aset tak berwujud, terutama brand, basis pelanggan, karyawan, hubungan
dengan distributor dan pemasok, serta modal intelektual. Ukuran pemasaran dapat
membantu perusahaan mengukur dan membandingkan kinerja pemasaran mereka
dalam dimensi yang lebih luas. Riset pemasaran dan analisis statistik dapat menilai
efisiensi dan keefektifan setiap aktivitas pemasaran. Akhirnya, perusahaan dapat
menggunakan proses dan sistem untuk membantu meningkatkan nilai dari analisis
ukuran yang berbeda.
 Social responsibility marketing, karena dampak dari kegiatan pemasaran dapat sangat
luas bahkan melampaui perusahaan dan pelanggan secara keseluruhan, para
pemasara harus dapat mempertimbangkan sisi etika, lingkungan, dan sosial atas
aktivitas dan peran mereka. Tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan,
keinginan, dan ketertarikan target pasar dan memuaskan mereka secara efektif dan
efisien dibandingkan para pesaing dimana pada saat yang sama menjaga dan
meningkatkan kelangsungan hidup konsumen dan masyarakat luas dalam jangka
panjang.
Contoh salah satu pemasaran holistik yaitu aqua, padahal ada banyak sekali produk air
kemasan selain dari Aqua. Hal tersebut merupakan contoh dari berhasilnya sebuah
diferensiasi produk. “Danone” barangkali berhasil menciptalan stigma dalam masyarakat
bahwa Aqua adalah promotor dalam air mineral. Dan inilah yang merupakan salah satu
tujuan dari konsep pemasaran holistik.

3. Points of difference (POD) adalah atribut atau manfaat yang secara kuat diasosiasikan
konsumen dengan suatu merek, di nilai positif, dan diyakini tidak dapat atau sulit
ditemukan kesamaannya dalam merek pesaing. Asosiasi – asosiasi yang membentuk titik
perbedaan bisa berdasarkan hampir pada semua jenis atribut atau manfaat. Merek yang
kuat biasanya mempunyai banyak points of difference. Menciptakan asosiasi yang kuat,
menguntungkan, dan unik merupakan suatu tantangan bagi perusahaan dan penting
untuk di tinjau dalam positioning merek yang kompetitif. Ada tiga kriteria yang
menentukan agar asosiasi merek benar-benar dapat berfungsi sebagai titik perbedaan,
yaitu (1) desirability (diinginkan konsumen); (2) deliverability, perusahaan harus memiliki
sumber daya internal dan komitmen untuk menciptakan dan memelihara asosiasi merek
di benak konsumen; (3) differentiability, konsumen harus melihat asosiasi merek sebagai
sesuatu yang khas dan lebih unggul dari pesaing yang relevan.
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

Points of parity (POP) adalah asosiasi – asosiasi yang tidak harus unik untuk merek
tetapi dapat dimiliki bersama dengan merek lain. Jenis asosiasi ini mempunyai tiga bentuk
dasar, yaitu: (1) Category points of parity, adalah atribut atau manfaat yang dipandang
esensial oleh konsumen untuk suatu penawaran yang sah dan kredibel dalam kategori
produk atau jasa tertentu. Titik paritas kategori dapat berubah sepanjang waktu akibat
kemajuan teknologi, perkembangan hukum, atau trend konsumen, tetapi merek adalah
“harga yang harus dibayar“ untuk memainkan permainan pemasaran; (2) Correlational
points of parity, adalah asosiasi yang berpotensi negatif yang timbul dari adanya asosiasi
positif untuk merek. Salah satu tantangan bagi pemasar adalah bahwa banyak atribut
atau manfaat yang membentuk POP atau POD mereka berbanding terbalik. Dengan kata
lain, dalam benak konsumen, jika merek Anda bagus dalam satu hal, itu tidak bisa di lihat
juga bagus untuk hal yang lain. Misalnya konsumen mungkin merasa sulit untuk percaya
bahwa merek "tidak mahal" dan pada saat yang sama "dengan kualitas terbaik"; (3)
Competitive points of parity, adalah asosiasi yang dirancang untuk mengatasi kelemahan
persepsi merek dalam hal perbedaan poin pesaing. Salah satu cara yang baik untuk
mengungkap titik – titik persaingan utama adalah dengan memainkan peran penting
dalam posisi pesaing dan menyimpulkan poin-poin yang diinginkannya. Dengan demikian,
POD pesaing akan memberi kesan sebagai POP merek.
Asosiasi points of parity datang dalam dua bentuk yaitu kategori dan kompetitif. Kategori
POP adalah asosiasi yang dianggap penting namun tidak memadai untuk penawaran
yang kredibel dan pilihan merek. Teknologi baru, konsumen atau trend yang lebih
menuntut dapat mempengaruhi kategori POP dan memaksa mereka untuk berubah
sebagai hasilnya. POP yang kompetitif perlu dirancang untuk mengatasi kelemahan
merek. Tujuan POP yang kompetitif adalah meniadakan POD pesaing.
Contoh untuk POP (Point of Parity) dan POD(Point of Different) yaitu
POP antara Adidas dengan Nike
1. Barang yang ditawarkan relative sama. Sepatu olahraga, baju dan celana
olahraga,bola olahraga, asesoris olahraga, dll.
2. Cara pemasarannya hampir sama menggunakan Atlet olahraga yang di sponsori
olehAdidas dan Nike. Atlet olahraga yang disponsori Nike: Christiano Ronaldo, Sergia
Ramos,Thiago Silva. Atlit yang disponsori Adidas: Gareth Bale, Lionel Messi, Suarez.
3. Website yang dimiliki oleh Adidas dan Nike sama-sama menampilkan semua
produkyang ditawarkan dan letak dari store yang dimiliki oleh masing-masing brand
POD antara Adidas dan Nike
1. Variasi dan perpaduan warna yang dilakukan oleh Nike lebih banyak sedangkan
Adidas lebih sedikit dari series yang dikeluarkan.
2. Design yang ditonjolkan oleh produk yang dikeluarkan oleh masing masing apparel
relatif berbeda walaupun jenis sepaatu yang sama seperti sepatu lari dan sepatu
bola.
3. Kelebihan yang ditonjolkan dari beberapa produk juga berbeda seperti bahan sepatu
milik Adidas lebih menonjolkan kekokohan sedangkan Nike keringanan dari produk.

4. Positioning adalah tindakan merancang produk, dan bauran pemasaran agar dapat
tercipta kesan tertentu diingatan konsumen yaitu persepsi atau image positif konsumen
terhadap perusahaan maupun produk tersebut. Sehingga konsumen akan mengerti dan
menghargai apa yang dilakukan perusahaan untuk membedakan diri dengan pesaing
lainnya. Perusahaan harus meneliti atau mengindentifikasi posisi pesaing kemudian
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

memutuskan untuk mengambil posisi setaraf atau mencari kesempatan dalam pasar
dengan menggunakan strategi yang telah dibangun sebelumnya. Apabila posisi
perusahaan dekat dengan pesaing lainnya yang menawarkan produk yang sama,
perusahaan harus menyeleksi lalu mencari perbedaan lebih lanjut melalui konsep atau
kualitas yang diusung perusahaan tersebut.
Positioning juga merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah dari perusahaan untuk
menempatkan produk di dalam pikiran konsumen sasaran dimana perusahaan tersebut
memiliki pembeda atau ciri khas yang dapat diunggulkan dengan pesaing-pesaing
lainnya. Dalam proses menjalankan positioning harus diimbangi dengan komunikasi yang
baik, hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap citra yang ingin ditanamkan
perusahaan kepada konsumen sasaran. Strategi positioning merupakan faktor utama
dalam meningkatkan kekuatan posisi pasar perusahaan di suatu pasar tertentu
dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Positioning wajib dilakukan suatu perusahaan
sebelum melakukan strategi branding. Dari definisi di atas terkandung pengertian bahwa
positioning berorientasi pada pikiran atau persepsi konsumen. Jadi positioning adalah
suatu usaha mempengaruhi pikiran konsumen sasaran terhadap produk yang ditawarkan
sehingga akan membentuk persepsi yang dapat membangun dan membentuk citra positif
kepada produk maupun perusahaannya dengan melakukan komunikasi-komunikasi
tertentu.

Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi diantaranya, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi produk maupun servis dari suatu penjual, dan untuk
membedakannya dengan produk / servis para pesaing
Branding merupakan strategi pemasaran yang sesungguhnya ketika perusahaan ingin
membangun sebuah merek yang ada dengan melakukan aktivitas – aktivitas yang akan
mendapatkan respon dari konsumen sasaran sehingga akan tercipta suatu nilai ditengah
persaingan pasar antar kompetitor. Branding berarti suatu pernyataan mengenai siapa
“identitas” apa yang dilakukan “produk/jasa yang ditawarkan” dan mengenai kenapa suatu
merek layak dipilih “keistimewaan”. Brand juga dapat diartikan sebagai reputasi, merek
yang memiliki reputasi adalah merek yang menjanjikan, sehingga publik mempercayai
dan memilih merek tersebut. Branding juga dipandang sebagai sebuah strategi yang
dapat dilakukan untuk menyampaikan sebuah pesan yang jelas, mengonfirmasi
kredibilitas dari pemilik brand itu sendiri, menghubungkan dengan target pemasaran yang
lebih personal, memotivasi peminatnya, hingga menciptakan sebuah kesetiaan. Strategi
branding dapat diartikan manajemen suatu merek dimana terdapat sebagai kegiatan yang
mengatur elemen – elemen yang bertujuan untuk membentuk suatu brand.
Contoh positioning dan branding yaitu
- Posisi Aqua sebagai market leader belum bisa digeser oleh berbagai produk adalah
karena posisi yang kuat karena Aqua adalah pioneer dalam bisnis air minum dalam
kemasan (AMDK). Selain itu posisi aqua tidak bisa digeser adalah karena aqua
memiliki nilai yang tinggi di mata masyarakat karena telah menjadi produk generik,
misalnya kita akan membeli air dalam kemasan dengan mengatakan "Beli Aqua 1 "
tapi yang dikasih ke kita bukan aqua tetapi air dalam kemasan merk lain.
- Telkomsel menjadi market leader telekomunikasi terbesar karena mereka memiliki
jaringan yang luas, hampir semua orang percaya bahwa sinyal Telkomsel adalah yang
paling bagus, ini terjadi karena telkomsel dengan bijak melakukan pemosisi-an
(positioning produk) dengan membangun tiang-tiang pemancar untuk melakukan
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

telekomunikasi di setiap daerah. Hingga sampai sekarang Telkomsel masih dikenal


sebagai market leader di pasar jasa telekomunikasi seluler dengan total jumlah
pengguna mencapai 168 juta jiwa di tahun 2019.

Jika dapat dilihat lebih lanjut, positioning produk sangat berkaitan dengan branding, tidak
hanya pada dari segi teori, namun secara praktis, positioning selalu dikaitkan dengan
branding hal ini karena strategi positioning produk mengejar hasil brand image yang juga
dihasilkan dari aktifitas branding. Aktivitas branding dapat ditentukan bila mana,
perusahaan sudah melakukan segmentasi, targeting, dan positioning, serta menentukan
goal brand image yang diinginkan ke beberapa tahun ke depan.

5. Langkah cerdas menghadapi Pandemi Covid 19 antara lain:


1. Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi keuangan
Tidak ada yang bisa memastikan kapan wabah COVID-19 ini akan berakhir. Untuk itu
hal yang dapat dilakukan pertama kali dalam bisnis yang tengah berjalan yaitu
melakukan pemeriksaan mendalam terhadap kondisi keuangan bisnis yang ada yaitu
terkait pada posisi likuiditas bisnis usaha. Likuiditas adalah sejumlah dana atau asset
likuid yang dapat dengan cepat gunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek
termasuk untuk keperluan dalam keadaan darurat (emergency fund). Kita juga harus
memastikan seberapa besar likuiditas yang dimiliki dan seberapa lama likuiditas
tersebut dapat menghidupi bisnis yang ada.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap status asset dan hutang
Dalam kondisi seperti ini, kita pasti akan mengukur kemampuan usaha apakah mampu
bertahan dalam kondisi sulit. Buatlah rincian yang mencakup jumlah asset dan jumlah
hutang yang dimiliki. Kemudian, kurangi jumlah asset dengan jumlah hutang tersebut.
Dengan begitu, kita dapat memproyeksikan keberlangsungan usaha kedepannya.
Perlu diingat bahwa salah satu dukungan pemerintah untuk UMKM saat ini adalah
program restrukturisasi pinjaman untuk membantu meringankan dampak wabah
COVID-19 terhadap bisnis kita. Hal ini dapat menjadi solusi apabila kondisi keuangan
bisnis mengalami gangguan signifikan.
3. Membuat business plan yang baru
Sebagai pemilik usaha, kita harus selalu dapat mengantisipasi dan beradaptasi
terhadap perubahan atau risiko yang mungkin terjadi pada bisnis. Setelah itu kita dapat
memproyeksikan keberlangsungan usaha kedepannya. Untuk itu dapat dibuat
business plan baru yang memuat strategi pemasaran, strategi distribusi, sistem
pemodalan dan pola pengeluaran. Dengan begitu, kita dapat meningkatkan
kemampuan usaha untuk bertahan saat kondisi keuangan sulit. Saat ini dapat
mencoba menerapkan strategi digital marketing untuk menghemat budget promosi dan
strategi distribusi untuk memperluas jangkauan bisnis.
4. Mencatat pola pengeluaran
Pengeluaran sendiri terbagi menjadi 4 pos yaitu primer berkaitan dengan biaya
operasional, kewajiban berkaitan dengan upah atau gaji pekerja, sekunder, dan
investasi. Tandai beberapa pengeluaran sekunder dan alihkan pengalokasian
pengeluaran tersebut untuk modal tambahan atau investasi.
5. Melakukan manajemen risiko
Guna merumuskan strategi untuk menghadapi potensi kerugian yang mungkin terjadi
akibat risiko bisnis, pertama-tama kita harus menganalisa risiko apa saja yang mungkin
Nama : Esther Grace Manik
NIM : 20/465235/PEK/26238

terjadi pada bisnis yang ada. Adapun beberapa strategi manajemen risiko antara lain:
menanggung sendiri kerugian yang mungkin disebabkan oleh sebuah risiko,
menghindari risiko, mengurangi potensi risiko dan yang terakhir adalah mengalihkan
pengelolaan risiko dan kerugian yang mungkin timbul kepada pihak kedua.

Anda mungkin juga menyukai