BAB II
DISTRIBUTOR OUTLET
A. Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan untuk tetap bertahan hidup, berkembang dan mendapatkan
profit yang tidak bertentangan dengan nilai yang diyakini. Pemasaran
tidak dibenarkan jika hanya dikonotasikan dengan penjualan (selling),
perdagangan, dan pendistribusian.1 Suatu perusahaan yang sedang
mengalami persaingan tidak lagi merancang suatu strategi yang
berorientasi pada pembuatan produk saja tetapi juga berorientasi pada
pemasaran dalam rangka menghadapi situasi yang berbeda. Untuk
mengetahui sejauh mana pentingnya pemasaran, terlebih dahulu kita
harus mengetahui apa arti pemasaran itu sendiri. Pemasaran adalah
suatu yang meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan
kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menetapkan harga
hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang
akan memuaskan kebutuhan pembeli baik yang aktual maupun yang
potensial.2
Pendapat lain mengenai definisi dari pemasaran dapat dilihat
dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni dari sudut pandang
1
Nur Asnawi, Ajaran Etika Islam Dalam Pemasaran Produk Murabahah (Studi Pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang), (Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang)
2
Husein Umar, Metodologi Penelitian dalam Pemasaran, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997), 208
2
8
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 28
9
Khusni Tamrin, Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Peningkatan Jumlah Peserta
Asurans, (Cirebon: Skripsi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2011)
10
Nishfi Awaliyah, Strategi Pemasaran Home Industry Syariah Makanan Khas Gunung
Jati Terhadap Minat Beli Pada Peziarah (Studi Kasus Home Industry M. Iqbal kompleks Sunan
Gunung Jati Cirebon), (Cirebon: Skripsi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015)
4
11
fungsi pasar sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan jual beli.
Keberadaan pasar yang terbuka memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk ambil bagian dalam menentukan harga, sehingga
harga ditentukan oleh kemampuan riil masyarakat dalam
mengoptimalisasikan faktor produksi yang ada di dalamnya.12 Konsep
Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif.13
Menurut Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula
pemasaran perspektif ekonomi Islam adalah keseluruhan proses
pemasaran yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengandung nilai ibadah. Prinsip yang dimaksud tersebut adalah
keadilan, kejujuran, transparasi, etika, dan moralitas. Mannan, Siddiqi
dan ahli ekonomi Islam lainnya menekankan pentingnya motif
altruisme, dan penekanan akan maslahah dalam kegiatan produksi.
Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi namun
juga memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan tidak
mengabaikan lingkungan sosialnya.14
Pasar syari‟ah adalah pasar yang emosional (emotional market)
dimana orang tertarik karena alasan keagamaan bukan karena
keuntungan financial semata, tidak ada yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip muamalah ia mengandung nilai-nilai ibadah,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An‟am ayat 162
11
Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), 201.
12
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta: UII, 2008),
229
13
Mustafa Edwin Nasution, et. al., Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Prenada Media
Group, 2014), 160.
14
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 142-143
5
15
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing, (Bandung: PT
Mizan
Pustaka,2006), xxviii
6
16
Zunaedah dan A Nazaruddin, Analisis Strategi Pemasaran Tabungan Share-e Pada PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk Kantor Cabang Palembang, (Palembang: Jurnal Ilmiah
Manajemen Bisnis, 2007), 60-61
17
Muhammad Aziz Hakim (ed), Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, (Jakarta:
Renaisan, 2005), 15
7
b. Harga (price)
Penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni
bergantung pada kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran.
Dalam praktis fiqih muamalah, pricing mengambil posisi tengah, tidak
berlebih-lebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti dalam
praktik muamalah, pricing mestinya harus proporsional.
c. Distribusi (place)
Distribusi merupakan semua kegiatan yang dilakukan
perusahaan dengan tujuan membuat produk yang dibutuhkan dan
dinginkan oleh konsumen dapat dengan mudah diperoleh pada waktu
dan tempat yang tepat. Nabi dengan tegas melarang pemotongan jalur
distribusi dengan maksud untuk menaikkan harga. Ini bisa dimaknai
bahwa jangan pernah membeli dari penjual yang belum mengetahui
harga pasar. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi penjual dari
penipuan mengenai barang yang sebenarnya.
d. Promosi (promotion)
Pada prinsipnya, dalam Islam mempromosikan suatu barang
diperbolehkan. Hanya saja dalam berpromosi tersebut mengedepankan
faktor kejujuran dan menjauhi penipuan. Di samping itu, metode yang
dipakai dalam promosi tidak bertentangan dengan syariah Islam.
Keempat unsur bauran pemasaran suatu produk adalah produk
itu sendiri ditambah atribut yang melekat dalam hubungannya dalam
pemuasan kebutuhan konsumen, harga yang merupakan kesepakatan
penjual dan pembeli agar terjadi pertukaran, sistem pendistribusian,
dan promosi untuk menyediakan informasi bagi konsumen. Jadi
marketing mix (Bauran Pemasaran) adalah controlable variable yang
saling berkaitan satu sama lain, yang disusun dan digunakan oleh
perusahaan untuk mencapai pasar sasarannya.18
18
Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2010). 91.
8
19
Abdullah Gymnasiar dan Hermawan Kertajaya, Berbisnis Dengan Hati, (Jakarta: Mark
Plus &
CO, 2004), 46
20
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 148
9
21
Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah, (Jakarta: Media Komputindo, 2006), 200
10
harus memiliki niat yang baik, ikhlas/tulus dan tidak ada itikad yang
buruk.22
4. Konsep Produk Menurut Etika Pemasaran Islami
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi, yang
meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi, dan
gagasan atau buah pikiran. Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu
produk adalah mutu, kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada
(options), gaya (style), merek (brand names), pengemasan
(packaging), ukuran (sizes), jenis (product lines), macam (produk
item), jaminan (warranties), dan pelayanan (service).23
Cara mempromosikan produk yang dilakukan oleh pemasar,
salah satunya melalui media periklanan, iklan adalah segala bentuk
presentasi non pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh
sponsor tertentu yang harus di bayar, Kotler (2005). Pengembangan
iklan dipengaruhi oleh lima pengambilan keputusan utama yang terkait
dengan Mission (Misi), Money (uang), Media (Media), Message
(Pesan), Measurement (ukuran).24
Konsep produk pada pemasaran Islami yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW selalu menjelaskan dengan baik kepada
pembeli akan kelebihan dan kekurangan produk yang dijualnya.25
Kejujuran adalah kunci utama dalam perniagaan Nabi Muhammad,
Kejujuran adalah cara yang termurah walaupun sulit dan langka
ditemukan sekarang. Jika kita menjual produk dengan segala kelebihan
dan kekuranganya kita ungkapkan secara jelas, maka yakin produk itu
22
Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai
dan
Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer, (Bandung: Alfabeta), 350
23
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran – Dasar, Konsep dan Strategi, cet.VII,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 200
24
Fify Setyawati dan Fikhy Endriaz, Kode Etik Pemasaran ditijau dalam Perspektif
Marketing Syariah, (Bogor : Program Kreativitas Mahasiswa ITB Bogor, 2009)
25
Thorik Gunara dan Utus hardiono, Marketing Muhammad, (Bandung: Madania Prima,
2007), 58
12
akan terjual dan juga akan dipercayai oleh konsumen kita. Dan mereka
tidak akan meninggalkan kita karena merasa tidak dibohongi dengan
ucapan kita. Berarti menawarkan produk yang terjamin kualitasnya.
Produk yang dijual harus sesuai dengan selera serta memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Muhammad dalam praktik
elemen produk selalu menjelaskan kualitas barang yang dijualnya.
Kualitas produk yang dipesan oleh pelanggan selalu sesuai dengan
barang yang diserahkan. Seandainya terjadi ketidakcocokan, beliau
mengajarkan, bahwa pada pelanggan ada hak khiyar, dengan cara
membatalkan jual beli, seandainya terdapat segala sesuatu yang tidak
cocok.
Kertajaya yang dikutip oleh Bukhari Alma dan Donni Juni
Priansa menyatakan bahwa karakteristik pemasaran islami terdiri dari
beberapa unsur yaitu ketuhanan, etis, realistis, dan humanistis.28
Muhammad dalam bukunya “Etika Bisnis Islami” bahwa Etika
pemasaran dalam konteks produk meliputi :
a. Produk yang halal dan thoyyib
b. Produk yang berguna dan dibutuhkan
c. Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit
d. Produk yang bernilai tambah
e. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial
f. Produk yang dapat memuaskan masyarakat26
26
Suindrawati,Strategi pemasaran Islami dalam meningkatkan penjualan (studi kasus
ditoko jesy busana muslim bapangan mendenrejo blora), (Semarang : Skripsi UIN Walisongo,
tahun 2015). 33-35
13
27
K Bertens, Etika, (Jakarta; Gramedia, 1993), 139
28
H. Imam Suraji, Etika Dalam Perspektif Al quran dan Hadits (Jakarta; Pustaka al
Husna Baru, 2006), 9
29
Sofyan S.Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta; Salemba Empat,
2011), 15-16
30
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung; CV Diponegoro, 1983), 13-14
14
31
Indonesia, Tap MPR RI Nomor VI/MPR/2001
32
Daryanto, Pendidikan Kewirausahaan, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), 22
15
33
R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), 55
34
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), 38
16
35
Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami..............3
36
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 35-36
17
37
R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), xiv
38
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 36
18
39
Hamka, Tafsir Al-Azhar I, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), 141
19
ٌْ ََُ ُك ْى ثِ ْبنجَب ِط ِم إِ ََّل أْٛ ٍَ آ َيُُٕا ََل رَأْ ُكهُٕا أَ ْي َٕانَ ُك ْى ثٚ
َ َُّٓب انَّ ِزََٚب أٚ
َ اض ًِ ُْ ُك ْۚ ًْ َٕ ََلرَ ْقزُهُٕاأَ َْفُ َس ُك ْۚ ًْإََِّبنهََّٓ َك
بٌ ثِ ُك ْى ٍ بسحً َع ٍْ رَ َش َ رَ ُك
َ ٌٕ رِ َج
ًًبَٛس ِح
40
Ahmad Mushthafa Al-maraghi, Tafsir Al-Maraghi 10, (Yogyakarta: Sumber Ilmu,
1986), Penerjemah: M. Thalib, dkk, 139-142
20
41
R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), 107
42
Ahmad Mushthafa Al-maraghi, Tafsir Al-Maraghi 10, (Yogyakarta: Sumber Ilmu,
1986), Penerjemah: Hery Noer Aly, dkk, 194
43
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 90
21
44
Bambang Sutyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta : Citra Media, 2006),
216
45
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang : UIN-Malang Press, 2009), 357
46
Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
179
22
47
www.NUonline.com. Diunduh Pada Tanggal 22 Oktober 2017
23
48
www.ekonomirakyat.org. Diaskses pada hari jum‟at 20 oktober 2017
49
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam; Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya;
Putra Media Nusantara, 2007), 96
24
َُ ُك ْى ثِ ْبنجَب ِط ِم َٔرُ ْذنُٕا ثَِٓب إِنَٗ ْان ُح َّك ِبوْٛ ََٔ ََل رَأْ ُكهُٕا أَ ْي َٕانَ ُك ْى ث
َ ًُ َبْل ْث ِى َٔأَ َْزُ ْى رَ ْعه
ٌٕ ِ ْ ِبط ث ِ َٕ قًب ِي ٍْ أَ ْيٚنِزَأْ ُكهُٕا فَ ِش
ِ َُّال ان
“Dan janganlah kalian memakan harta sebagian yang lain
dengan cara yang bathil, dan janganlah pula kalian mem-
bawa urusan harta itu kepada hakim, agar kamu dapat
memakan sebagian dari harta manusia dengan cara yang
dosa sedangkan kalian mengetahui.”.
ِٓ ْىْٛ ََٔنَ ْٕ أَ ٌَّ أَ ْْ َم ْانقُ َش َٰٖ آ َيُُٕا َٔارَّقَ ْٕا نَفَزَحْ َُب َعه
ض َٔ َٰنَ ِك ٍْ َك َّزثُٕا
ِ ْد ِي ٍَ ان َّس ًَب ِء َٔ ْاْلَس ٍ ثَ َش َكب
َ َ ْك ِسجٚ فَأَ َخ ْزََبُْ ْى ثِ ًَب َكبَُٕا
ٌُٕ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”.
Harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan
mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga
pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagi
orang lain. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang
tidak halal atau tidak baik, meskipun berjumlah banyak namun
tidak mendatangkan manfaat bahkan senantiasa menimbulkan
kegelisahan dan selalu merasa kurang.
c. Dari Abu Sa‟id Al-Khudri radhiyallahu „anhu, Nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
50
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 37-39
27
ِّجًب َٔ ََلَٛض َح ََل ًَل ط ِ ْ ْاْلَسَُِّٙٓب انَُّبطُ ُكهُٕا ِي ًَّب فََٚب أٚ
ٌ ِبٌ ْۚ إََُِّّ نَ ُك ْى َع ُذ ٌّٔ ُيج
ٍٛ ِ رَزَّجِعُٕا ُخطُ َٕا
ِ َطْٛ د ان َّش
“Hai sekalian Manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”.
51
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), 119
28
52
Aji Firmansyah, Analisis Implimentasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen
Pemasaran Supermarket Tip Top dari Perspektif Etika Bisnis Islam, (Jakarta: skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, 2015) 28-34
30
yang pasti tidak jauh dari gaya-gaya anak muda dan style-style yang
mereka sukai.53
Kini distro tidak bisa diterjemahkan hanya dari bentuk fisik
tokonya saja. Distribusi produk merupakan ciri khas dari distro.
Produknya yang tidak diproduksi secara massal membuat produk –
produk clothing company terlihat lebih eksklusif karena hanya
didistribusikan melalui distro saja dan tidak diperjualbelikan di toko –
toko pakaian yang lainnya. Clothing company memproduksi barang -
barangnya dengan spesifikasi desain, bahan, kualitas dan harga
menengah ke atas, namun tidak ada patokan tersendiri untuk
spesifikasi tersebut. Hal terpenting yang membedakannya adalah pada
jalur distribusinya, yaitu setia mendistribusikan atau menitipkan
produknya hanya di distro saja (makanya disebut dengan distribution
outlet).Tentunya melalui penghubung pertemanan yang sudah saling
kenal, produk dari clothing company bisa masuk didistribusikan di
distro. Mendapatkan penghubung pertemanan (link) tersebutlah yang
dirasa sangat susah bagi sebagian para pelaku usaha.Ketika nama
distro sudah melambung, mereka pun akhirnya beramai-ramai
mendirikan sejenis toko pakaian yang bentuk fisiknya menyerupai
distro.
2. Perkembangan Distro di Indonesia dan di Kecamatan Babakan
Distro pada awalnya tumbuh di kalangan komunitas independen.
Anak – anak di dalam komunitas seperti skateboard, ekstreme sport,
dan band indie memiliki gaya berpakaian dan kehidupan (lifestyle)
tersendiri dari pada anak muda yang lainnya. Seiring
perkembangannya jumlah distro terus mengalami peningkatan. Distro
bukan lagi sebuah konsep yang melayani pasar, namun telah berhasil
membentuk sebuah pasar. Kaum muda yang berusia antara 13–26
tahun merupakan segmentasi pasar produk distro. Sebagian besar dari
53
http:/berkaos.com/sejarah-serta-perkembangan-perusahaan-clothing-dan-distro-
diindonesia, diakses Pada Tanggal 22 April 2017
31
54
Ibnu Prabowo. Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) di
Perkotaan Yogyakarta, (Yogyakarta: Jurnal Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet
(Distro) di Perkotaan Yogyakarta)
32
dapatkan dengan berbagai merek. Melihat isi dari distro sama halnya
dengan kita melihat perkembangan gaya busana remaja yang sedang
populer saat ini, karena apa yang dilihat dan disediakan dalam
pajangan distro, merupakan trend mode yang tengah disukai
dikalangan anak muda. Inilah sebuah fenomena yang secara tidak
sadar ikut meramaikan berbagai macam perubahan yang ada di
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.