Anda di halaman 1dari 10

ASAS - ASAS HUKUM EKONOMI ISLAM

TUGAS BERSTRUKTUR MATA KULIAH HUKUM ISLAM KELAS G-1 PAGI

DOSEN : UMMUL AIMAN LUBIS, S.HI. MA.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. DAFFA AKBAR
2. GEFAN GIBRAN
3. DIANZA ADINDA SEPTHIANI
4. SYAFIRA SYFA
5. ABURRAZAQ
6. ADISTY SYALAISYA A. RAMADHINA
7. M RUSYDI ABDISYAHPUTRA
8. HAWARI DELPIERO

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "ASAS ASAS
HUKUM EKONOMI ISLAM". Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Hukum Islam.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................... i

Daftar Isi............................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah...............................................

BAB II PEMBAHASAN

B.1. Asas Ketuhanan (Ilahiyah)........................................

B.2. Asas Amanah.............................................................

B.3. Asas Manfaat.............................................................

B.4. Asas Keadilan............................................................

B.5. Asas Ibadahah............................................................

B.6. Asas Kejujuran ..........................................................

B.7. Asas Halal Terhindar dari Haram...............................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, manusia telah memiliki kodratnya yaitu sebagai makhluk Tuhan,
individu dan sosial budaya. Manusia adalah makhluk hidup yang selalu berhadapan dengan
segala macam kebutuhan baik dalam kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam
menghadapi kebutuhannya manusia pada umumnya berharap selalu dapat memenuhi
semuanya.1 Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya manusia tidak bisa melakukan sendiri
tetapi membutuhkan orang lain, karena Allah Swt telah menjadikan manusia masing-masing
saling tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup
masing- masing, baik dalam kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umat.

Kebutuhan untuk berinteraksi merupakan salah satu dorongan setiap manusia baik
secara individu, kelompok ataupun lingkungan sekitar. Di dalam hukum Islam sudah diatur
mengenai aturan-aturan tertentu agar tidak terjadi ketimpangan dan kesalahpahaman yang
menyebabkan bentrokan antar kepentingan manusia, dalam Islam hubungan antar manusia
disebut dengan muamalah. Muamalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sebab dengan bermuamalah manusia dapat berhubungan satu sama lain yang
menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga akan tercipta segala hal yang diinginkan dalam
mencapai kebutuhan hidup.2 Bermuamalah dalam Islam sangat dianjurkan asalkan dengan
cara yang halal dan wajar, sehingga orang yang bermuamalah itu tidak saling dirugikan satu
sama lainnya.

Diantara kegiatan untuk memenuhi kebutuhan materi yang saat ini yang sering
dilakukan masyarakat adalah arisan. Arisan adalah suatu kegiatan pengumpulan uang atau
barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk
menentukan siapa yang akan memperolehnya. Pada awalnya arisan digunakan sebagai
kebutuhan hidup untuk membantu perekonomian, namun dengan berkembangan zaman
arisan telah menjadi gaya hidup bagi banyak kalangan baik ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga
remaja. Arisan dalam kegiatan sosial yaitu sebagai media untuk saling kenal, mempererat tali
silaturahmi baik keluarga bahkan masyarakat, menyatukan yang jauh, dan arisan sebagai
sarana kerukunan bagi seseorang yang sedang bermusuhan, dan juga sarana tolong menolong.

Arisan juga dikiaskan sebagai hutang piutang dan dalam Islam hutang piutang sering
disebut qardh. Utang piutang adalah adanya pihak yang memberikan harta baik berupa uang
atau barang kepada pihak yang berutang. hutang dalam arisan sama dengan hutang-hutang
pada umumnya hanya saja, Utang pada arisan saling mengumpulkan dalam jumlah tertentu
dan uang yang terkumpul diberikan secara bergilir kepada setiap anggota yang mendapat
undian dengan ketentuan anggota membayar uang sesuai dengan yang telah disepakati
diawal.3 Berbagai macam arisan yang sering kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat,
biasanya seperti arisan bahan bangunan, arisan keluarga, arisan hewan kurban, arisan online,
arisan emas, arisan menurun, arisan sistem gugur, arisan sembako dan sebagainya.

Arisan sebagai sarana menabung yang dapat dilihat karena adanya penyetoran uang
pada setiap bulan atau setiap minggunya hanya saja tabungan pada arisan ini tidak bisa
diambil kapan saja, karena arisan ini menggunakan sistem urutan dan sistem undian terlebih
dahulu, maka anggota tidak bisa menentukan kapan mereka mendapatkan arisan.

Akan tetapi, kebutuhan manusia terkadang dapat tiba-tiba berubah sewaktu-waktu dan
diluar rencana. Begitu juga halnya dengan arisan, yang mana terkadang peserta tidak dapat
mengikuti prosedur arisan dengan lancar. Karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi,
sementara hasil dari arisan tidak bisa ditentukan kapan mendapatkannya, jika hal ini terjadi
maka tak jarang banyak peserta yang menukar nama arisan dari pihak pemenang, dan jika
nama dari pihak pembeli atau yang meminta menukar tersebut keluar dikemudian hari, maka
hasilnya akan diambil oleh pihak yang penjual atau pihak yang diminta menukar nama
tersebut. Dengan arisan ini anggota yang mengikuti banyak yang terbantu, disaat salah satu
anggota membutuhkan keperluan yang sangat mendesak dan yang terpenting tidak melanggar
aturan.
BAB II

PEMBAHASAN

Kegiatan ekonomi apapun bentuknya harus sesuai dengan asas-asas hukum ekonomi
syariah yang merujuk pada al-Qur’an, sunnah. Asas-asas hukum ekonomi syariah tersebut
diantaranya:

1. Asas Ketuhanan (Ilahiyah)

Asas ketuhanan ialah bahwa dalam setiap aktivitas hukum ekonomi harus bersandarkan pada
nilai-nilai ketuhanan

2. Asas Amanah

Asas amanah ialah seluruh aktivitas ekonomi harus dilaksanakan atas dasar saling percaya,
jujur, dan bertanggung jawab. Asas amanah dalam konteks arisan ini yaitu amanah dalam
melakukan

pembayaran.

3. Asas Manfaat

Asas manfaat ialah suatu aktivitas ekonomi yang harus dirasakan manfaatnya oleh dan tidak
berdampak kerusakan pada masyarakat.

4. Asas Keadilan

Asas keadilan ialah terpenuhinya nilai-nilai keadilan dalam seluruh aktivitas ekonomi secara
adil tanpa ada pihak yang dzalimi ataupun dirugikan. Asas keadilan juga menjadi salah satu
tumpuan atau landasan berfikir dalam melaksanakan suatu perjanjian, dalam arti kedua belah
pihak yang melakukan transaksi ekonomi harus berlaku dan diperlakukan secara adil dalam
konteks pengertian yang luas dan konkret. Dalam asas ini, para pihak yang melakukan
perikatan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan,
memenuhi perjanjian yang telah mereka buat dan memenuhi semua kewajibannya.

Menurut Yusuf Qardhawi, keadilan adalah keseimbangan antara berbagai potensi individu,
baik moral maupun materil, antara individu dan masyarakat.

5. Asas Ibahah
Asas ibahah ialah aktivitas ekonomi masuk dalam muamalah yang hukum dasarnya adalah
mubah atau boleh

6. Asas Kejujuran

Asas kejujura merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam segala bidang
termasuk muamalah. Para pihak yang berakad mesti bertransaksi secara jujur dan benar. Hal
ini berarti dalam mengungkapkan transaksi apa adanya tanpa ada rekayasa dan penipuan.

7. Asas Halal Terhindar Dari Haram

Asas halal terhindar dari haram ialah asas yang segala aktivitasnya memenuhi asas halal dan
terhindar dari hal yang diharamkan.

Menurut Fatturahmann Djamil mengemukakan enam asas, yaitu

asas kebebasan, asas persamaan atau kesetaran, asas keadilan, asas kerelaan, asas kejujuran
dan kebenaran, serta asas tertulis. Namun ada asas utama yang mendasari perbuatan manusia,
termasuk muamalat, yaitu asas Ilahiyah atau asas tauhid.

Adanya arisan ini membuat anggota arisan di Kelurahan Sungai Selincah Kecamatan
Kalidoni terbantu, karena hal juga telah menjadi kebiasaan masyarakat dalam bermuamalah,
Seperti yang banyak dilakukan yaitu arisan tukar nama. Arisan tukar nama ini beranggotakan
25 anggota dari berbagai Rt yang ada, setiap anggota wajib membayar biaya penyetoran uang
sebesar Rp.400.000, baik sebelum pertemuan atau saat pengundian pada setiap bulannya,
pengundian arisan ini dilakukan pada setiap tanggal 05, setiap anggota yang memenangkan
arisan akan mendapatkan uang sebesar Rp.10.000.000.6

Arisan tukar nama adalah arisan yang dilakukan oleh setiap anggota yang membutuhkan uang
terlebih dahulu untuk meminta peserta yang membeli atau meminta menukar nama arisan dari
pihak pemenang, dan jika nama dari pihak pembeli atau yang meminta menukar tersebut
keluar dikemudian hari, maka hasilnya akan diambil oleh pihak yang penjual atau pihak yang
diminta untuk menukar nama tersebut, akan tetapi dengan kesepakatan yang diberikan oleh si
penerima arisan ini meminta uang tanda jadi dari uang yang digunakan oleh orang yang
meminta menukar nama tersebut.

Misalnya Pada saat itu si pemberi pinjaman memenangkan hasil dari arisan sebesar
Rp.10.000.000, dan si peminjam tiba-tiba memiliki kebutuhan mendesak, Lalu si peminjam
mendekati si pemberi pinjaman untuk meminta tolong atau si pemberi pinjaman yang
menawarkan arisan tersebut kepada si peminjam dengan alasan ingin menolong dengan
catatan jika si peminjam ingin menggunakan atau meminta si pemberi pinjaman menukar
nama, si peminjam harus memberikan uang tanda jadi atau uang konpensasi sebesar
Rp.2.000.000 atau juga sebesar Rp.2.500.000 tergantung si pemberi pinjaman meminta, akan
tetapi saat nanti nama si peminjam yang keluar pada arisan itu, maka telah menjadi milik si
pemberi pinjaman dan uang yang di dapat utuh Rp. 10.000.000 tanpa kurang sedikitpun. Pada
hakikatnya tolong menolong dalam kebaikan itu harus ikhlas tanpa harus mengharapkan
apapun.
Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.Al-Ma’idah 5 Ayat 2

”Dan tolong menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,sungguh,Allah
sangat berat siksa-Nya”

Dari penjelasan ayat tersebut bahwa kita sebagai manusia dan makhluk sosial yang tak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain kita harus saling menolong dalam membuat kebaikan antara
satu sama tanpa harus mengharapkan apapun, seperti halnya yang seharusnya dilakukan oleh
si pemenang arisan kepada yang membutuhkan oleh hal yang mendesak.

Masalah seperti ini sangat perlu diperhatikan, karena di dalam bermuamalah harus
memperhatikan sisi rukun,syarat dalam Islamdan asas-asas hukum ekonomi syariah haruslah
memiliki manfaat yang diperbolehkan menurut syara’ dan bukan suatu hal yang dilarang
syara’. Dengan adanya fenomena tersebut membuat penulis ingin mengetahui bagaimana
praktik arisan tukar nama apakah arisan tersebut telah menerapkan asas-asas hukum ekonomi
syariah.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Asas-asas (perjanjian) dalam Hukum Ekonomi Syariah adalah asas ibahah (mabda’al-
ibahah), asas kebebasan berkontrak (mabda’ hurriyyah at ta’aqud), asas konsensualisme
(mabda’ ar-radha’iyyah), asas janji itu mengikat asas keseimbangan (mabda’at-tawazun fi al
mu’awadhah), asas kemaslahatan (tidak memberatkan), asas amanah, dan asas keadilan.
Walaupun banyak produk yang ditawarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah, namun pada
dasarnya seluruh produk tersebut mengacu pada lima konsep akad yang dikenal dalam
Hukum Ekonomi Syariah, yaitu prinsip simpanan murni (wadi’ah), prinsip bagi hasil
(syirkah), prinsip jual beli (tijarah), prinsip sewa (ijarah), prinsip jasa/ fee (al-ajr
wahumullah). Implementasi akad syariah pada Bank Syariah diatur dalam UU No.10 tahun
1998, tentang perbankan: UU 21 tahun 2008, tentang Bank Syariah; Fatwa Dewan Syariah
Nasional Mejelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), dan Peraturan Bank Indonesia (PBI).
Dengan melihat ketentuanketentuan tersebut, akad-akad syariah jika diimplementasikan pada
usaha Bank Syariah, maka bank syariah dapat menawarkan jasa yang lebih beragam atau
lebih banyak dibandingkan dengan jasa yang dapat ditawarkan oleh Bank
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2007). Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat. Jakarta:
Rajawali Pers. Azis, A. (Tanpa tahun). Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Buku 2. Jakarta:
Penerbit Bangkit. Badrulzaman, M. D. (1994). Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni. D.
Purnamasari, Irma dan Suswinarno, (2011). Akad Syariah. Bandung: Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.
Dewi, G. dkk (2005). Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kerjasama Badan Penerbit
Fakultas Hukum UI dengan Kencana. Hamid, L. (2003). Jejak–Jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan
Abadi Publising.

Anda mungkin juga menyukai