Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Allah yang memberikan pedoman kepada umat

manusia, yang menjamin akan mendatangkan kebahagiaan hidup perseorangan

dan kelompok, jasmani dan rohani, material dan spiritual, serta di dunia kini

dan di akhirat kelak. Manusia dalam hidupnya menuntut macam-macam

kebutuhan, untuk mempertahankan hidupnya, manusia memerlukan makan dan

minum, juga tempat tinggal dan pakaian, usaha memenuhi kebutuhan-

kebutuhan hidupnya itu sebagian besar dapat dikategorikan dalam kegiatan

ekonomi muamalah.3

Manusia ialah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa selaku khalifah di bumi

dengan dibekali ide benak buat berkarya dimuka bumi. Manusia mempunyai

perbandingan baik secara biologis ataupun rohani. Kebutuhan adalah keinginan

manusia akan suatu barang dan juga jasa yang mana keinginan manusia akan

suatu barang dan juga jasa tersebut bisa memberikan kecukupan untuk

kebutuhan hidupnya. Jika berkaitan dengan kebutuhan manusia, apabila

mayoritas kebutuhan manusia sudah terpenuhi, maka manusia tersebut bisa

dikategorikan manusia makmur.

3
Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Ekonomi Islam, (Yogykarta: BPFE, 1987), hlm. 2.

1
2

Manusia adalah makhluk individu yang memiliki berbagai keperluan

hidup, telah disediakan oleh Allah beragam benda yang dapat memenuhi

kebutuhannya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang bermacam-macam

tersebut tidak bisa dibuat sendiri oleh orang yang bersangkutan. Dengan kata

lain, dia wajib bekerja sama dengan orang lain. Buat menggapai penyeimbang

hidup di dalam masyarakat dibutuhkan aturan-aturan yang bisa

mempertemukan kepentingan orang (individu) ataupun kepentingan warga.4

Perkara muamalah ialah perkara yang tetap aktual di tengah-tengah

warga, sebab dia tumbuh cocok dengan pertumbuhan serta peradaban

pengetahuan serta kebutuhan manusia itu sendiri. Atas dasar itulah muamalah

diturunkan oleh Allah dalam bentuk global dan umum saja dengan

mengemukakan prinsip dan norma antara sesama manusia. Kapanpun dan

dimanapun manusia harus senantiasa mengikuti aturan yang telah menjadi

ketetapan dari Allah, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi, sebab

segala aktifitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Dengan kata lain, dalam Islam tidak terdapat pembelahan antara amal dunia

serta akhirat. 5

Setiap manusia membutuhkan harta buat mencukupi seluruh kebutuhan

hidupnya. Karenanya, manusia hendak senantiasa berupaya mendapatkan harta

kekayaan itu. Salah satu usaha untuk memperolehnya adalah dengan bekerja,

4
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 4.
5
Rachmat Syafe’I, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 15.
3

sedangkan salah satu bentuk bekerja adalah berdagang atau bisnis. Aktivitas

dalam muamalah yang banyak dicoba oleh manusia merupakan aktivitas bisnis.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis dimaksud selaku usaha dagang, usaha

komersial di dunia perdagangan serta bidang usaha.

Bisnis bisa didefinisikan selaku pertukaran benda, jasa ataupun uang

yang silih menguntungkan ataupun memberikan manfaat. Ada yang

mengartikan, bisnis selaku sesuatu organisasi yang melaksanakan kegiatan

penciptaan serta distribusi ataupun penjualan benda serta jasa-jasa yang

diidamkan oleh konsumen buat mendapatkan profit (keuntungan). Barang yang

dimaksud adalah suatu produk yang secara fisik memiliki wujud, sedang jasa

adalah aktivitas-aktivitas yang memberikan manfaat kepada konsumen atau

pelaku bisnis lainnya.6

Di masa globalisasi saat ini, dimana budaya bangsa asing lebih

menonjolkan budaya materialistik dengan begitu gampang sudah masuk ke

dalam kehidupan warga Indonesia lama-lama mereka mulai mengenali manfaat

serta fungsi alat elektronik. Warga Indonesia pada kesimpulannya lebih

memilah hidup dengan metode kilat, efektif, serta murah. Di kala ini nampak

aktivitas perekonomian yang sangat dominan dicoba warga merupakan

berdagang, semacam jual-beli, serta sewa-menyewa benda ataupun jasa. Tipe

6
Veithzal Rivai dkk, Islamic Business And Economic Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), hlm. 11.
4

usaha jasa, salah satu aktivitas bisnis yang lagi diminati warga Indonesia saat

ini.

Meski kemauan tiap konsumen berbeda, namun seluruh konsumen

melaksanakan perihal yang sama ialah mengkonsumsi benda serta jasa. Perihal

ini merangsang berkembangnya pelaku usaha jasa yang sangat berguna untuk

orang-orang yang padat jadwal dengan kegiatannya di kantor ataupun

kampusnya, sebab bisa meringankan ataupun menolong orang-orang yang tidak

memiliki waktu luang untuk mencuci dan setrika.

Jasa laundry saat ini sedang diminati oleh sebagian masyarakat,

mengikuti trend bisnis kuliner yang sedang populer. Meski di kala ini banyak

warga yang jadi pelaku usaha jasa laundry, perihal ini tidak membuat

pelakunya jadi putus asa, malah menjadikan pelaku usaha jadi lebih kreatif dan

inovatif untuk dapat menarik konsumen datang ke tempatnya. Pelaku usaha jasa

laundry merupakan penyedia jasa laundry yang menawarkan layanan mencuci

baju, mencuci kering, setrika, serta mencuci kering setrika.

Pihak-pihak dalam usaha laundry ini merupakan pihak pelaku usaha jasa

serta pihak warga selaku konsumen pemanfaat jasa laundry. Ikatan hukum yang

terjalin di dalam aktivitas usaha laundry merupakan ikatan antara pelaku usaha

dengan konsumen sehingga bisa berlaku Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Tanggung jawab pelaku usaha memuat sebab

terdapatnya ikatan antara produsen dengan konsumen. Pelaku usaha

bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,


5

dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang

dihasilkan atau diperdagangkan, hal ini berdasarkan pasal 19 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

Jasa laundry dalam penyelenggaraan kegiatan usahanya masih sering

menimbulkan peristiwa-peristiwa yang merugikan konsumennya selaku

pengguna jasa, seperti kasus kehilangan atau tertukarnya pakaian yang sering

dialami oleh konsumen pada saat mencuci pakaiannya di jasa laundry. Pada

saat konsumen meminta ganti rugi, konsumen tidak mendapatkan

pertanggungjawaban ganti rugi apapun dari pelaku usaha jasa laundry tersebut,

sehingga konsumen sangat dirugikan oleh sikap pelaku usaha yang tidak

bertanggungjawab atas kerugian akibat perbuatannya tersebut.

Semacam yang dipaparkan dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1999

pasal 7 tentang kewajiban pelaku usaha yang meliputi: beritikad baik dalam

melaksanakan aktivitas usahanya, membagikan informasi yang benar, jelas

serta jujur menimpa keadaan serta jaminan benda, memperlakukan ataupun

melayani konsumen secara benar serta jujur dan tidak diskriminatif, menjamin

kualitas benda ataupun jasa yang dibuat ataupun diperdagangkan bersumber

pada syarat standar kualitas benda ataupun jasa yang berlaku, berikan peluang

kepada konsumen buat menguji, serta berikan jaminan ataupun garansi atas

barang yang dibuat atau yang diperdagangkan, memberi kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, memberi kompensasi,


6

ganti rugi serta penggantian apabila benda ataupun jasa yang diterima ataupun

dimanfaatkan tidak cocok dengan perjanjian.7

Dalam banyaknya permasalahan, dengan mengejar keuntungan

nyatanya kepercayaan konsumen ini banyak disalahgunakan oleh para pelaku

usaha. Wujud penyalahgunaan itu antara lain berbentuk pelayanan jasa yang

tidak optimal, semacam yang terjalin pada pelayanan jasa laundry. Perihal

tersebut ialah salah satu wujud kecurangan yang dicoba oleh pelaku usaha.

Praktek-praktek curang yang dicoba oleh produsen ataupun pelaku usaha di

Indonesia menimbulkan diberlakukannya Undang-Undang No 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang tersebut bertujuan untuk

meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan secara tidak langsung

mendorong pelaku usaha di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya

dilakukan dengan penuh tanggungjawab.8

Dalam perkara kebutuhan dasar dalam pemikiran Islam merupakan

bagian utama dari visi Islam serta tujuan utama dari sistem hidup yang

dibentuk. Islam mengizinkan perbedaan dalam pendapatan, karena dasar

keadilan bagi semua adalah adanya kebebasan dalam melakukan pekerjaan dan

ia akan mendapatkan income sesuai dengan pekerjaaannya. Namun perihal itu

7
Joejoen Tjahjani, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Laundry Menurut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”. Jurnal Independen. Vol. 2, No. 2, 2014,
hlm. 54-56. https://jurnalhukum.unisla.ac.id/index.php/independent/article/view/29, diakses 14 Juni
2021 pukul 19.37.
8
Erman Rajagukguk dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000),
hlm. 7.
7

tidak berarti kalau Islam menstimulasi supaya terjalin perbandingan yang

sangat mencolok antara kalangan yang memiliki pemasukan besar serta rendah.

Islam menganut sistem terbuka dalam etikanya, egoisme tidak diterima.

Keputusan etis berdasarkan kewajiban mempelajari dan mengikuti ajaran

wahyu dan ciptaan Allah (alam semesta). Islam menganjurkan manusia aktif di

dunia, melaksanakan kewajiban di dunia merupakan bukti ibadahnya kepada

Allah.9

Etika dapat diartikan sebagai niai-nilai atau norma yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya..10

Pelaku-pelaku bisnis diharapkan berperan secara etis dalam bermacam

aktivitasnya, maksudnya usaha yang dia jalani wajib sanggup memupuk

ataupun membangun tingkatan keyakinan dari para relasinya. Keyakinan,

keadilan, serta kejujuran merupakan elemen pokok dalam menggapai suksesnya

sesuatu bisnis di kemudian hari. Diharapkan orang bisnis mempunyai standar

etik yang lebih besar, sebab mereka langsung berhadapan dengan masyarakat,

yang senantiasa mengawasi aktivitas mereka..11

Dalam Islam prinsip-prinsip umum dalam aktivitas bisnis adalah prinsip

kejujuran, keadilan, amanah, keterbukaan, dan tidak ada unsur penipuan,

9
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
hlm. 49.
10
Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 173.
11
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2016), hlm. 378.
8

larangan memakan harta orang lain secara batil, larangan berbuat zalim,

larangan eksploitasi serta silih merugikan yang membuat orang lain teraniaya.12

Walaupun dalam Etika Bisnis Islam dan UUPK telah mengatur berbagai

aturan yang sudah ditetapkan, akan tetapi hak-hak konsumen masih sering

diabaikan. Hal tersebut dibuktikan dengan kekecewaan yang dialami oleh

konsumen pengguna jasa laundry. Konsumen yang seharusnya dianggap

sebagai suatu aset, namun selama ini dibuat sebagai objek yang dapat dengan

mudah dipermainkan dan ditipu.

Dalam prakteknya, terdapat sebagian tempat jasa usaha yang merugikan

konsumen salah satunya di bidang jasa usaha laundry. Kegiatan usaha jasa

laundry sering menimbulkan kerugian bagi pelanggan atau konsumen, hal ini

tidak terlepas dari adanya masalah yang dilakukan oleh penyedia jasa laundry

seperti konsumen yang mengalami kerugian akibat kehilangan barang. Seperti

kasus yang terjadi di tempat laundry sasima yang terletak di Desa Kalidawir

Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung, dimana saat konsumen

mengambil cuciannya kembali ternyata ada salah satu pakaian yang hilang.

Pada saat konsumen tersebut menanyakan kejelasan dan meminta ganti rugi

atas hilangnya baju kepada pihak laundry, di sini pihak laundry tidak

mengatakan sejujurnya kepada kosnumen dan tidak bertanggungjawab

mengganti kerugian. Sehingga konsumen sangat dirugikan oleh sikap pelaku

12
Taha Jabir Al-Alwani, Bisnis Islam, (Yogyakarta: Ak Group, 2005), hlm. 36.
9

usaha yang tidak bertanggungjawab atas kerugian akibat perbuatannya

tersebut.13

Berangkat dari masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen Yang Kehilangan Barang Ditinjau Dari Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis

Islam (Studi Kasus Pada Laundry Sasima di Desa Kalidawir Kecamatan

Kalidawir Kabupaten Tulungagung)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen yang kehilangan barang

di tempat laundry sasima di Desa Kalidawir Kecamatan Kalidawir

Kabupaten Tulungagung?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen yang kehilangan barang

di tempat laundry sasima di Desa Kalidawir Kecamatan Kalidawir

Kabupaten Tulungagung ditinjau dari Undang-Undang No 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen yang kehilangan barang

di tempat laundry sasima di Desa Kalidawir Kecamatan Kalidawir

Kabupaten Tulungagung ditinjau dari Etika Bisnis Islam?

13
Hasil Observasi Pada Tanggal 10 Maret 2021
10

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan perlindungan hukum bagi konsumen yang

kehilangan barang di tempat laundry sasima di Desa Kalidawir Kecamatan

Kalidawir Kabupaten Tulungagung

2. Untuk mendiskripsikan perlindungan hukum bagi konsumen yang

kehilangan barang di tempat laundry Sasima di Desa Kalidawir

Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung ditinjau dari Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3. Untuk mendiskripsikan perlindungan hukum bagi konsumen yang

kehilangan barang di tempat laundry Sasima di Desa Kalidawir

Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung ditinjau dari Etika Bisnis

Islam

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan landasan berfikir

terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat serta dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi masyarakat

luas khususnya tentang Perlindungan Hukum Bagi konsumen yang

kehilangan barang di tempat Laundry. Penelitian ini diharapkan dapat


11

digunakan sebagai referensi di bidang karya ilmiah serta bahan masukan

bagi peneliti berikutnya.

2. Secara Praktis

a. Manfaat bagi peneliti dan masyarakat umum

Untuk peneliti, penelitian ini ialah ketentuan menuntaskan

pembelajaran program Strata Satu. Sehingga hasil penelitian ini

diharapkan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pustaka

dan menambah wawasan bagi masyarakat umum serta sebagai

sumbangan saran, pemikiran, informasi yang dapat digunakan sebagai

masukan yang berguna dalam menggambarkan tentang perlindungan

hukum bagi konsumen yang kehilangan barang ditinjau dari Undang-

Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis Islam.

b. Manfaat Bagi Akademik

Diharapkan hasil dari skripsi ini dapat memberikan referensi

masalah perlindungan hukum berupa tambahan kepuasan bagi

konsumen yang kehilangan barang ditinjau dari Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis Islam.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran

yang mendalam tentang perlindungan hukum terhadap konsumen yang

dirugikan oleh pelaku usaha, serta dapat dijadikan sebagai bahan


12

referensi dan perbandingan untuk menambah pengetahuan khususnya

bagi yang berminat pada masalah yang sama untuk diteliti lebih lanjut.

E. Penegasan Istilah

1. Penegasan Konseptual

a. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan perlindungan yang diberikan

kepada subjek hukum lewat fitur hukum preventif serta represif dalam

wujud tertulis ataupun tidak tertulis. Dengan kata lain, perlindungan

hukum merupakan gambaran dari fungsi hukum, artinya bahwa hukum

itu dapat memberikan konsep keadilan, ketertiban, kepastian,

kepentingan, dan perdamaian.14

b. Konsumen

Konsumen yaitu setiap orang yang menggunakan barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan

diri sendiri, anggota keluarga, orang lain, dan bukan untuk

diperdagangkan.15

c. Kehilangan

14
Rahayu, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,
2009), hlm. 2.
15
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm. 4.
13

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada,

baik terjadi sebagian atau keseluruhan.16

d. Barang

Barang adalah suatu objek fisik yang dapat dilihat dan disimpan

atau jasa yang memiliki nilai.17

e. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang perlindungan konsumen adalah segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.18

f. Etika Bisnis Islam

Dalam islam, etika dapat diartikan sebagai rangkaian prinsip

moral yang membedakan antara baik dan yang buruk. Etika merupakan

suatu bidang ilmu yang berperan dalam menentukan apa yang harus

atau tidak boleh dilakukan seseorang. Etika bisnis islam adalah tuntutan

mengenai aktivitas bisnis berdasarkan nilai-nilai yang terkandung

dalam Al-Qur’an.19

16
Ulfa Sakurai, Berduka dan Kehilangan, https://www.slideshare.net/ulfasakurai/berduka-
dan-kehilangan-copy, diakses 24 Agustus 2021 pukul 15.20.
17
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Barang, diakses 24 Agustus 2021 pukul 15.29.
18
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
https://gatrik.esdm.go.id/assets/uploads/download_index/files/e39ab-uu-nomor-8-tahun-1999.pdf,
diakses 5 Desember 2021 pukul 08.26
19
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 36.
14

2. Penegasan Operasional

Penegasan operasional yang dimaksud merupakan hal yang sangat

penting dalam penelitian yang bertujuan untuk memberi batasan mengenai

suatu penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

Yang Kehilangan Barang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis Islam”. Dalam

penegasan operasional ini akan mendiskripsikan tentang perlindungan

hukum yang diberikan pelaku usaha sasima laundry yang beralamat di

desa kalidawir kecamatan kalidawir kabupaten tulungagung kepada

konsumen yang kehilangan barang ditinjau dari undang-undang nomor 8

tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan etika bisnis islam.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan persyaratan untuk memahami

terhadap sebuah karya tulis ilmiah. Sistematika pembahasan ini dibagi dalam

tiga bagian utama, yakni bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Untuk

lebih rincinya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bagian awal, terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul,

halaman persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian, motto,

persembahan, halaman kata pengantar, pedoman transliterasi, abstrak,

halaman daftar isi, dan halaman daftar lampiran.


15

Bagian utama memuat lima bab yang masing-masing bab berisikan

sub-sub bab, antara lain:

Bab I: Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan

sistematika pembahasan.

Bab II: Kajian Pustaka, pada bab ini berisi tentang penjelasan

mengenai perlindungan hukum, perlindungan konsumen, jasa laundry, etika

bisnis Islam dan penelitian terdahulu.

Bab III: Metode Penelitian, pada bab ini berisi tentang jenis

penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan

data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV: Hasil Penelitian, pada bab ini berisi tentang paparan data

dan temuan penelitian tentang perlindungan hukum bagi konsumen yang

kehilangan barang di tempat laundry sasima di Desa Kalidawir Kecamatan

Kalidawir Kabupaten Tulungagung

Bab V: Pembahasan, pada bab ini menguraikan tentang perlindungan

hukum bagi konsumen yang kehilangan barang di tempat laundry sasima di

Desa Kalidawir ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis Islam.

Bab VI: Penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
16

Bagian Akhir, memuat uraian tentang daftar pustaka, biodata penulis,

dan lampiran-lampiran.

Anda mungkin juga menyukai