Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

JUAL-BELI HASIL PERTANIAN SECARA TEBAS


Studi Kasus Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek,
Kabupaten Wonosobo

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas guna


Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Program Studi Muamalah (Syariah)
Fakultas Agama Islam

Oleh:
Parmadi
NIM: I 000 100 015
NIRM: 10/X02.1.2/T/0365

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH



Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Parmadi
NIM/NIRM : I000100015/10/X02.1.2/T/0365
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Syariah (muamalah)
Jenis : Skripsi
Judul :TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

JUAL-BELI HASIL PERTANIAN SECARA TEBAS


(Studi Kasus Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek,
Kabupaten Wonosobo).
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujuhi untuk:
1. Memberi hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi mengembangankan ilmu pengetahuan.
2. Memberi hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendristribusikan, serta
menampilkanya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
perpustakaan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul
atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 11 maret 2014
Yang menyatakan,

Parmadi
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini Pembimbing Skripsi.


Nama : M. Muhtarom, SH.MH
Sebagai : Pembimbing I
NIK : 382

Nama : Drs. Syarafuddin HZ, M.Ag


Sebagai : Pembimbing II
NIK : 493

Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah yang


merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa:
Nama : Parmadi
NIM : I000100015
NIRM : 10/X02.1.2/T/0365
Program Studi : Syariah (Muamalah)

Judul Skripsi :TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

JUAL-BELI HASIL PERTANIAN SECARA TEBAS


(Studi Kasus Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek,
Kabupaten Wonosobo).
Naskah Artikeal tersebut, layak dan dapat disetujuhi untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 12 Maret 2014


1

ABSTRAK

Perkembangan ekonomi pada masa sekarang ini telah banyak muncul


berbagai macam praktek Jual-beli diantaranya adalah praktek juak-beli dengan
cara tebasan. Praktek Jual-beli secara tebas sudah ada sejak zaman dahulu dan
sudah menjadi kebiasaan. Praktek Jual-beli tebasan banyak ditemui di daerah
pedesaan, salah satunya di Desa Pagerejo, yakni praktek Jual-beli hasil pertanian
secara tebas. Dalam masalah Jual-beli Rasulullah saw. sudah memberikan
ketetapan atau aturan-aturan dengan merujuk dalam Al-Quran yang telah
diturunkan Allah kepadanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktek Jual-beli


hasil pertanian secara tebas di Desa Pagerejo pada masa sekarang ini apakah
sudah sesuai dengan Jual-beli yang sudah ditetapkan dalam hukum Islam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), untuk


mencapai tujuhan tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
diskriptif yaitu penelitian yang bertujuan memberikan penelitian terhadap keadaan
atau fenomena sosial yang berhubungan dengan praktek Jual-beli hasil pertanian
secara tebas. Dalam pengumpulan datanya dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti
menganalisa data yang diperoleh dengan cara dekriptif kualitatif yaitu analisis
yang menggabarkan keadaan atau suatu fenomena dengan kata-kata atau kalimat,
kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Jual-beli gharar dilarang dalam Islam, namun tidak semua gharar


menjadi sebab pengharaman. Praktek Jual-beli hasil pertanian secara tebas di Desa
Pagerejo memang ditemukan ada unsur ghararnya, namun unsur ghararnya tidak
menjadikan Jual-beli tebas ini dilarang, karena unsur gharar yang ada pada Jual-
beli tebas ini ringan termasuk gharar yang diperbolehkan dan yang terpenting
dalam Jual-beli diantara keduanya saling ridho tidak ada paksaan, maka praktek
Jual-beli hasil pertanian secara tebas di Desa Pagerejo tidak termasuk Jual-beli
yang dilarang atau bukan Jual-beli batal dengan kata lain Jual-beli ini dibolehkan.

Kata kunci : Hukum Islam, Jual-beli, hasil pertanian, tebas.

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
2

PENDAHULUAN Al-Bai (Jual-beli) menurut


terminologi adalah pertukaran harta
Latar Belakang Masalah
atas dasar saling rela atau
Sebagai makhluk sosial memindahkan milik dengan ganti
manusia tidak dapat hidup sendiri, yang dapat dibenarkan ( berupa alat
artinya bahwa manusia selalu tukar sah) (Gemala Dewi, Dkk,
berhubungan dan membutuhkan 2005: 101).
orang lain. Salah satunya dalam Konsep bai sebagai salah
bidang muamalah, dalam hal satu bentuk kerja sama dengan
muamalah itu sendiri islam telah sistem perekonomian Islam sangat
memberikan kententuan-ketentuan menarik bila konsep ini dijadikan
atau kaidah-kaidah yang harus ditaati sebagai alat untuk memotret sistem
dan dilaksanakan. Jadi praktek perekonomian, sistem perekonomian
muamalah harus sesuai dengan masyarakat khususnya dalam praktek
ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Jual-beli yang dilakukan oleh
syariat islam. masyarakat di Desa Pagerejo,
Menurut Buchari Alama dan Kecamatan Kertek, Kabupaten
Donni Juni Priansa (2009: 243), Wonosobo. Kegiatan muamalah
terdapat empat macam syarat dalam khususnya Jual-beli yang dilakukan
Jual-beli, syarat terjadinya akad masyarakat Desa Pagerejo
(iniqod), syarat sahnya akad, syarat bervariasi, guna untuk mendapatkan
terlaksananya akad (nafadz), dan barang yang diinginkannya.
syarat luzum. Secara umum tujuan Khususnya dalam pembahasan ini
adanya semua syarat tersebut antara adalah Jual-beli hasil pertanian
lain untuk menghindari pertentangan dimana banyak masyarakat Desa
diantara manusia. Pagerejo dalam transaksi hasil
Anjuran untuk pertanian menggunakan sistem tebas.
melaksanakan Jual-beli yang baik Praktek Jual-beli hasil
dan benar atau harus suka sama suka pertanian dengan cara tebas di Desa
atau saling ridho, seperti yang Pagerejo itu terjadi dari
dijelaskan dalam Al-quran surat An- kebiasaan/tradisi atau memang
nisa ayat 29. adanya aturan perniagaan/ strategi
perdangan. Ketika melihat
masyarakat Desa pagerejo yang
kebanyakan beragama Islam yang
kuat namun masih banyak praktek-
praktek Jual-beli yang sebenarnya
masih diperdebatkan dalam agama
Islam itu sendiri. Jawaban inilah
yang ingin dicari dalam fenomena
Artinya Hai orang-orang yang kasus di atas. Maka peneliti tergugah
beriman, janganlah kamu saling untuk mangadakan penelitian yang
mamakan harta sesamamu dengan akan penulis tuangkan dalam bentuk
jalan batil, kecuali dengan jalan skripsi yang berjudul: Tinjauan
perniagaan yang berlaku dengan suka Hukum Islam Terhadap Praktek
sama suka diantara kamu. Jual-beli Hasil Pertanian Secara

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
3

Tebas (Studi kasus di Desa Jual-beli serta syarat-syarat Jual-beli


Pagerejo, Kecamatan Kertek, dan macam-macam Jual-beli
Kabupaten Wonosobo). (Rachmat Syafei, 2001: 73-101).
Agus Muh. Ali Ismiyanto,
Perumusan Masalah 2001, dalam skripsinya yang
Bagaimana Pandangan berjudul Tinjuan Hukum Islam
Hukum Islam tentang Akad Praktek Terhadap Praktek Jual Beli Kacang
Jual-beli Hasil Pertanian secara tanah dengan Sistem Tebas. skripsi
Tebas di Desa Pagerejo, Kecamatan. ini membahas mengenai bagaimana
Kertek, Kabupaten. Wonosobo? praktek jual beli tebasan dalam
hukum Islam.
Tujuan Penelitian Haikal Robi, 2009, dalam
Tujuan yang akan dicapai skripsinya yang berjudul Tinjauan
dari penelitian ini: Hukum Islam terhadap Jual Beli
1. Mendiskripsikan secara jelas Pasir Kebon dengan Sistem Tebasan
tentang praktek Jual-beli hasil di dusun Balong Umbulharjo
pertanian secara tebas di Desa Cangkringan Sleman Yogyakarta,
Pagerejo. UIN Sunan Kalijaga yang meneliti
2. Menjelaskan pandangan hukum tentang jual beli secara tebasan yang
Islam terhadap praktek Jual-beli berimplikasi pada dampak
hasil pertanian secara tebas di lingkungan.
Desa Pagerejo. Penelitian ini sama dengan
penelitian di atas, akan tetapi
Manfaat Penelitian fungsinya terhadap pensusunan
Manfaat yang akan dicapai sekripsi ini berbeda yang terletak
dari penelitian ini: pada kategori tempat.
1. Memberi sumbangan akademis
kepada UMS sifatnya penerapan Tinjauan Teoritik.
ilmu yang sudah didapat di dalam Pengertian Akad.
perkuliahan. Menurut etimologi akad
2. Masukan bagi institusi yang berasal dari bahasa arab al-aqd
terkait langsung dengan obyek dalam yang berati mengikat,
yang sedang diteliti. menyambung atau menghubungkan
3. Sosialisasi kepada masyarakat (Syamsul Anwar, 2010: 68).
mengenai pentingnya pemahaman Menrut terminologi para
akan obyek penelitian untuk ulama fiqih akad didefinisikan
kemudian bisa diterapkan dengan sebagai pertalian antara ijab dan
sebaik-baiknya. kabul yang dibenarkan oleh syara
4. Sebagai bahan atas refrensi dalam yang menimbulkan akibat hukum
menyikapi hal-hal dimasyarakat terhadap obyeknya (Gemala dewi.
tentang muamalah. Dkk, 2005: 45-46).
Menurut Mardani (2012:
Kajian Pustaka 72) akad dalam istilah fiqih dibagi
Buku Fiqih Muamalah menjadi dua: (a) Secara umum Akad
karangan Rachmat Syafei, dijelaskan adalah suatu yang menjadi tekad
definisi, landasan hukum dan rukun seseorang untuk melaksanakan, baik

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
4

yang muncul dari satu pihak, seperti terbebas dari segala macam hak
wakaf, talak, sumpah, maupun yang khiyar.
muncul dari dua pihak, seperti Jual-
beli, sewa, wakalah, dan gadai. (b) Rukun Akad
Secara khusus Akad berati Rukun adalah unsur-unsur
kesetaraan antara ijab dan kabul yang membentuk sesuatu, sehingga
dalam lingkup yang disyariatkan. sesuatu itu terwujud karena adanya
Dapat disimpulkan bahwa akad unsur-unsur tersebut yang
adalah perjanjian yang dilakukan membentuknya (Syamsul Anwar,
oleh dua orang atau lebih mengenai 2010: 95).
transaksi yang diatur hukum Islam Ulama hanafiyah
atas dasar saling merelakan untuk berpendapat bahwa rukun akad
terjadinya perpindahan hak milik adalah ijab dan kabul. Ijab dan kabul
objek tertentu disebabkan manfaat dinamakan shighatul aqli, atau
diperoleh kedua belah pihak dan sesuatu yang disandarkan dari dua
berakibat hukum yang sama (Asro belah pihak yang berakad yang
dan Kholid, 2011: 74). menunjukan atas apa yang ada dihati
tentang terjadinya suatu akad. Hal itu
Syarat dan Rukun Akad dapat diketahui dengan ucapan
Syarat Akad perbuatan, isyarat, dan tulisan
Menurut Abdul Azis dahlan (Rachmat Syafei, 2001: 46).
dalam Gemala Dewi, Dkk (2005: 50) Menurut ahli hukum Islam
Syarat adalah sesuatu yang kontenporer rukun yang membentuk
tergantung padanya keberadaan akad ada empat (Syamsul Anwar,
hukum syari dan ia berada di luar 2010: 96).
hukum itu sendiri, yang ketiadaannya 1. Para pihak yang membuat akad
menyebabkan hukum pun tidak ada. (al-aqidam).
Menurut Mardani (2012: 2. Pernyataan kehendak para pihak
74-75) syarat akad dibagi menjadi 4 (Shighatul-aqd).
(empat) diantaranya yaitu: 3. Objek akad (mahallul-aqd).
1. Syarat adanya akad (Syarath Al- 4. Tujuan pokok akad (maudhu al-
In-Iqod). adalah sesuatu yang aqd).
mesti ada agar keberadaan suatu
akad diakui syara. Pembagian dan Sifat Akad
2. Syarat sah akad. Adalah segala Pembagian Akad
sesuatu yang disyaratkan syara Menurut Mardani (2012:
untuk menjamin dampak 77-86) pengelompokan jenis-jenis
keabsahan akad. akad ini pun terdapat banyak variasi
3. Syarat berlakunya (Nafidz) adalah penggolongannya:
syarat yang berlangsunya akad 1. Menurut keabsahanya: Akad
tidak tergantung pada izin orang Sahih, Akad Fasid, Akad Batal.
lain 2. Dari segi unsur tempo: Akad
4. Syarat adanya kekuatan hukum bertempo (al-aqd az-zamani),
(Luzum Abad) adalah suatu akad Akad tidak bertempo (al-aqd al-
bersifat mengikat apabila ia fauri).

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
5

3. Akad dilihat dilarang atau Tinjauan Umum tentang Jual-beli.


tidaknya dari syara: Akad tidak Pengertian Jual-beli
ada larangan (masyru), Akad Menurut M. Ali Hasan
terlarang. (2003: 113) Jual-beli ( ) artinya
4. Akad menurut dari mengikat dan menjual, mengganti dan menukar
tidak mengikatnya: Akad (sesuatu dengan sesuatu yang lain).
mengikat (al-aqd al-lazim), Akad Kata dalam bahasa arab
tidak mengikat. terkadang digunakan untuk
5. Akad menurut dapat dilaksanakan pengertian lawanya, yaitu ( beli)
dan tidak dapat dilaksanakan: dengan demikian kata berarti
Akad nafiz, Akad mauquf. kata jual dan sekaligus kata beli.
Menurut Rachmad syafei
Sifat Akad dalam bukunya Buchari Alma dan
Dilihat dari sifatnya, akad Donni Juni Priansa (2009: 243) Jual-
dibagi menjadi dua macam, yaitu : belis dalam secara etimologis berarti
1. Akad bersyarat (ghair munjiz) pertukaran sesuatu dengan sesuatu
adalah perikatan yang dikaitkan yang lain. Sedangkan sacara
dengan peristiwa yang belum dan terminologi menukar barang dengan
harus terjadi (Muhammad Asro barang atau barang dengan uang
dan Muhammad Kholid, 2011: dengan jalan melepaskan hak milik
81). dari yang satu kepada yang lain atas
Akad bersyarat ada terdiri dasar saling merelakan (Hendi
dari tiga macam yaitu: (1) taliq Suhendi, 2002: 67).
syarat yakni mengkaitkan satu Secara syariat, Jual-beli
perkara pada perkara yang lain, adalah pertukaran harta dengan harta
misalnya saya akan membeli atas dasar keridhaan antara
tanah kamu apa bila kamu mau keduanya. Atau, mengalihkan
pergi ke Baitullah. (2) taqyid kepemilikan barang dengan
syarat yakni pertautan antara kopentensi (pertukaran) berdasarkan
perkara yang satu dengan perkara cara yang dibenarkan syariat
yang lain, tetapi tidak lazim untuk (Sulaiman Al-Faifi, 2010: 259).
dilaksanakan. (3) syarat idhafah
yakni menyandarkan pada suatau Syarat dan Rukun Jual-beli
masa yang akan datang, misalnya Syarat Jual-beli
saya akan mengakat kamu sebagai Syarat sahnya perjanjian
karyawan tetap pada tahun yang Jual-beli terdiri dari syarat subyek,
akan datang (Muhammad Asro syarat obyek, syarat lafazh (Abdul
dan Muhammad Kholid, 2011: Ghofur Anshori, 2010: 41).
81). 1. Syarat yang menyangkut subyek
2. Akad tanpa syarat adalah Jual-beli: berakal sehat, kehendak
perikatan yang dilaksanakan tanpa sendiri (bukan dipaksa), keduanya
mengikatkan ijab dan kabulnya tidak mubazir, baligh (sudah
pada persyaratan tertentu dewasa).
(Muhammad Asro dan 2. Syarat obyek (maqudalaih):
Muhammad Kholid, 2011: 81). harus memenuhi empat syarat
yang diantaranya adalah: (1)

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
6

Maqudalaih harus ada, (2) diucapkan, menyebut barang,


benda yang dapat dimanfaatkan disertai niat, tidak terpisah, sesuai
dan disimpan. (3) Benda tersebut antara ijab dan kabul). (3) Syarat
harus merupakan milik sendiri. (4) mauqud (barang) (suci,
Dapat diserahkan (Buchari Alma bermanfaat, dapat diserahkan,
dan Donni Juni Priansa, 2009: milik sendiri, jelas) (Rachmad
245). Syafei, 2001: 82-83).
3. Syarat lafaz: (1) adanya kesesuain 4. Mazhab Hambali
antara ijab dan kabul. (2) Menurut ulama hanabilah
Pernyataan ijab kabul (sighat al- persyaratan Jual-beli terdiri dari:
aqd) dalam majelis tertentu. Jual- (1) Syarat Aqid (dewasa, ada
beli belum dikatakan sah tanpa keridhaan). (2) Syarat sighat
adanya keridhaan. (tempat sama, ijab dan kabul tidak
Diantara ulama fiqih terpisah, tidak dikaitkan suatu
terdapat perbedaan pendapat dalam akad). (3) Syarat mauqud (berupa
menetapkan persyaratan Jual-beli: harta, milik penjual, dapat
1. Menurut Ulama Hanafiah diserahkan, diketaui, harga
Persyaratan yang ditetapkan oleh diketahui, tiehindar dari unsur-
ulama hanafiah berkaitan dengan unsur yang menjadikan akad tidak
syarat Jual-beli antara lain: (1) sah) (Rachmad Syafei, 2001: 83-
Syarat terjadinya akad: Syarat 85).
Aqid (orang yang akad), Syarat
dalam Akad, tempat akad, objek Rukun Jual-beli
akad. (2) Syarat pelaksanaan Jual beli dikatakan sah
akad: Jual-beli nafidz, jual beli apabila telah terpenuhi rukun dan
mauquf. (3) Syarat sah akad. (4) syarat yang telah ditentukan syara
Syarat lujum (Rachmad Syafei, Menurut hanafiyah, rukun Jual-beli
2001: 76-80). adalah ijab dan qobul (Burhanuddin.
2. Menurut Mazhab Maliki S, 2009: 70).
Syarat yang dukemukakan oleh Jual-beli di anggap sah jika
ulama malikiyah antara lain: (1) dilakukan dengan ijab dan qobul,
Syarat aqid (mumayyiz, pemilik kecuali untuk barang-batang kecil
barang, sukarela, sadar). (2) yarat maka tidak wajib dengan ijab dan
dalam sighat (tempat harus qobul, tetapi cukup dengan muathah
bersatu, antara ijab dan kabul (saling memberi) saja (Sulaiman Al-
tidak ada pemisah). (3) Syarat Faifi, 2010: 260).
yang diharamkan (barang suci, Rukun Jual-beli menurut
bermanfaat pandangan syara) jumhur ulama ada empat,
(Buchari Alma dan Donni Juni diantaranya ialah: Bai (penjual),
Priansa, 2009: 246-247). Mustari (Pembeli), Shighat (ijab dan
3. Mazhab Syafei qobul), dan Maqudalaih (benda
Syarat menurut syafii antara lain: atau barang) (Buchari Alma dan
(1) Syarat aqid (dewasa atau Donni Juni Priansa, 2009: 243).
sadar, tidak dipaksa, Islam, Menurut Gemala. Dkk
pembeli bukan musuh). (2) Syarat (2005: 103-105) rukun jual beli
sighat (berhadapan, kabul terdiri dari:

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
7



1. Penjual dan Pembeli (Syarat
penjual dan pembeli adalah sama


dengan syarat subyek pada
umumnya).
2. Uang dan benda yang dibeli (Suci, Usaha terbaik adalah hasil usaha
ada manfaatnya, barang dapat seseorang dengan tangannya sendiri
diserahkan, kepunyaan si penjual, dan setiap Jual-beli yang mabrur
barang diketahui penjual dan (HR Bajjar, Hakim menyahihkannya
pembeli). dari Rifaah Inbu rafi).
3. Lafal Ijab dan kabul (ijab dan
kabul berhubungan, mekna Bentuk Jual-beli
keduanya sama, tidak Para ulama membagi jual
disangkutkan yang lain, tidak beli dari segi sah dan tidaknya
berwaktu). menjadi tiga bentuk:
1. Jual-beli shahih
Landasan Hukum Jual-beli Jual-beli dikatakan shahih apabila
Terdapat sejumlah ayat Al- Jual-beli itu disyariatkan,
Quran dan Sunnah Nabi saw yang memenuhi rukun dan syaratnya
berbicara tentang Jual-beli, antara yang ditentukan. Namun Jual-beli
lain adalah sebagai berikut; sah dapat dilarang dalam syariat
bila melanggar ketentuan pokok

berikut: (1) menyakiti penjual,
Dan Allah menghalalkan Jual-beli pembeli atau orang lain. (2)
serta mengharamkan riba (Al menyimpitkan gerakan pasar. (3)
Baqarah 275). merusak ketentuan umum
(Gemala Dewi, Dkk, 2005: 105).
2. Jual-beli batal
Jual-beli menjadi tidak sah (batal)
apabila salah satu atau seluruh
rukunya tidak terpenuhi, atau
Jual-beli itu dasar dan sifatnya
tidak sesuai dengan dengan syarat.
Bentuk Jual-beli batal atau tidak
sah antara lain: Jual-beli sesuatu
yang tidak ada, menjual barang
yang tidak dapat diserahkan,
Hai orang-orang yang beriman,
mengenai Jual-beli piutang, Jual-
janganlah kamu saling memakan
beli benda yang dikategorikan
harta sesamamu dengan jalan yang
najis, Jual-beli urbun,
batil, kecuali dengan jalan
memperJual-belikan hak bersama
perniagaan yang berlaku dengan
umat manusia (Gemala. Dkk,
suka sama-suka di antara kamu. (An-
2005: 106).
Nisaa 29).
3. Jual-beli fasid
Ulama hanafi membedakan Jual-
beli fasid dengan Jual-beli batal.
Apabila kerusakan dalam Jual-beli

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
8

terkait dengan barang yang Jual-beli, gharar adalah jual


diperJual-belikan, maka beli yang mengandung unsur ketidak
hukumnya batal misal Jual-beli tahuan, spekulasi dan perjudian
benda-benda haram. Apabila (Sulaiman Al-Faifi, 2010: 269).
kerusakan pada Jual-beli itu Menurut Rachmat Syafei
menyangkut harga barang dan dalam (Buchari dan Donni, 2009:
boleh diperbaiki, maka jual beli 252) gharar yang dilarang yaitu:
dinamakan fasid Yang termasuk barang tidak dapat di serahkan, tidak
jual beli fasid: Jual-beli al majhul diketahui barang, tidak diketahui
(barangnya global tidak sifat barang, tidak diketahui ukuran
diketahui), Jual-beli yang barang, tidak diketahui masa yang
dikaitkan suatu syarat, menjual akan datang, menghargakan dua kali
barang yang tidak dapat pada satu barang, menjual barang
diserahkan, Jual-beli yang yang diharapkan selamat, Jual-beli
dilakukan orang buta, Jual-beli husha, Jual-beli manabadzah, Jual-
barter harga yang diharamkan beli malasamah.
(Gemala. Dkk, 2005: 108).
Macam-Macam Jual-beli Gharar
Tinjauan Hukum Islam Tentang Para ulama menentukan
Jual-beli Gharar. beberapa macam kriteria jual beli
yang termasuk gharar ditinjau dari
Pengertian dan Hukum Jual-beli segi keharaman dan kehalalannya:
Gharar 1. Perbedaan antara keadaan
Gharar dalam bahasa arab sesungguhnya dengan sifat yang
merupakan derivasi dari - diperkirakan sangat jauh. Jadi jika
yang mempunyai arti perbedaanya hanya sedikit, maka
dalam bahasa perbedaan tersebut tidak
Indonesia berati menipu seseorang menghalangi sah muamalahnya
dan menjadikan orang tersebut berdasarkan ijma. Contoh
tertarik kepada kebatilan. Sedangkan seseorang masuk pemandian,
sendiri mempunyai arti dalam hal ini ada sedikit
yaitu kebatilan-kebatilan yang dan kesamaran, karena orang dapat
mempunyai arti berselisih tentang lama tidaknya
menghampirkan diri pada berada dipemandianitu, dan
kehancuran (louis Maluf: 546). berapa banyak atau sedikitnya air
Secara bahasa kata al- yang digunnakanya (Khalid,
gharar mengandung dua makna, 2012: 30).
yaitu yang mengandung pengurangan 2. Barangnya bukan yang menjadi
hak, bahaya, dan menjerumuskan kebutuhan secara umum. Al-
kepada kebinasaan dan Juwaini dan yang lain
ketidakjelasan. Sedangkan menurut menyebutkan satu kaidah dalam
pengertian istilah, jual beli gharar masalah ini, kebutuhan umum
adalah menjual barang yang tidak menempati keadaan darurat.
diketahui rupa, sifat dan ukurannya Namun pembuat syariat
(Khalid, 2012: 29). memperbolehkan hal itu jika hal
itu sudah menjadi kebutuhan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
9

umum. Syaikhul Islam Ibnu terhadap keadaan atau fenomena


Taimiyah berkata pembuat syariat sosial yang berhubungan dengan
tidak mengharamkan hal-hal yang praktek Jual-beli hasil pertanian
menjadi kebutuhan manusia yang secara tebas.
berupa Jual-beli yang
mengandung unsur gharar Tempat dan Subjek Penelitian.
(kesamaran), bahkan Allah Tempat Penelitian
membolehkan perkara-perkara Peneliti mengambil tempat
yang menjadi kebutuhan manusia. penelitian di Desa Pagerjo,
(Khalid, 2012: 31). Kecamatan Kertek, Kabupaten
3. Masih ada kemungkinan untuk Wonosobo sebagai daerah penelitian.
menghindar dairi gharar itu tanpa
mengalami kesulitan. Jika Subjek Penelitian
seseorang tidak mungkin 1. Populasi
menghindar dari gharar kecuali Menurut Creswell (2008) dalam
harus mengalami kesulitan, maka Haris (2010: 103) populasi adalah
yang demikian itu dimaafkan, suatu kelompok individu yang
ijma. Contoh kisah hadits Ibnu memiliki karekteristik yang sama
Umar bahwa Nabi saw atau relatif serupa. Peneliti
memberikan keringanan untuk mengambil populasi dari orang-
membeli buah-buahan jika telah orang yang terkait dengan praktek
nampak menua, sementara kondisi Jual-beli tebas di Desa Pegerejo.
terakhir nanti belum bisa Populasi yang terdapat di tempat
diketahui, karena belum terjadi penelitian yaitu 303 orang petani
dan bisa diketahui apakah nanti dan 20 orang pembeli tersebar di
bener-benar akan masak atau daerah penelitian (Profil Desa
tidak (Khalid, 2012: 32). Pagerjo, 2011: 18).
2. Sampel
METODE PENELITIAN Neuman (2000) dalam Haris
(2010: 104) sampel adalah bagian
Jenis dan Pendekatan dari populasi yang akan dilibatkan
Jenis Penelitian dalam penelitian yang merupakan
Jenis penelitian yang bagian yang representatif dan
peneliti gunakan adalah penelitian mempresentasikan karakter atau
lapangan (field reseach). Dalam hal ciri-ciri dari populasi. Sampel
ini yaitu Praktek Jual-beli Hasil yang peneliti ambil 10%
Pertanian Secara Tebas Desa penjual/petani dan 50% pembeli
Pagerjo, Kecamatan Kertek, dari poopulasi yang terdapat
Kabupaten Wonosobo. dipenelitian ini.

Pendekatan Penelitian Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan 1. Observasi
untuk mendekati masalah ini adalah Menurut Cartwright dalam Haris
pendekatan kualitatif yang bersifat Herdiansyah (2010: 131)
deskriptif, yaitu penelitian yang Observasi adalah proses melihat,
bertujuan memberikan penelitian

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
10

mengamati, dan mencermati, serta Dengan demikian, maka


merekam. dalam penelitian ini data yang
Metode ini dilakukan oleh Peneliti diperoleh dilapangan, baik yang
untuk melihat langsung praktek diperoleh wawancara atau metode
Jual-beli hasil pertanian dengan dukomentasi (literatur tentang
cara tebas di Desa Pagerjo. muamalah) digambarkan atau
2. Wawancara disajikan dalam bentuk kata-kata
Menurut Gorden dalam Haris atau kalimat bukan dalam bentuk
Herdiansyah (2010: 118) angka-angka sebagaimana dalam
percakapan antara ddua orang penelitian statistik, serta dipisahkan
yang salah satunya bertujuann atau dikategorikan sesuai rumusan
untuk menggali dan mendapatkan masalah. Kemudian langkah terahir
informasi untuk suatu tujuan concluding yaitu pengambilan
tertentu. Adapun jenis wawancara kesimpulan dari data-data yang telah
yang digunakan wawancara tidak diolah untuk mendapatkan jawaban.
terstruktur, yaitu wawancara yang
hanya membuat garis besar yang HASIL DAN PEMBAHASAN
akan dinyakan (Arikunto, 1992:
195). Analisis Terhadap Akad dan
Dalam hal ini, yang diwawancarai Praktek Jual-beli dengan Cara
adalah para petani/penjual dan Tebas di Desa Pagerejo.
pembeli yang melakukan Jual-beli Akad dalam praktek Jual-
hasil pertanian secara tebas beli dengan cara tebas ini berfariasi,
tersebut. artinya akad bisa dilakukan dirumah
3. Dokumentasi kedua belah pihak, atau di ladang
Teknik dokumentasi digunakan ketika pembeli/penebas datang ke
untuk mengumpulkan data berupa ladangnya untuk melihat barangnya,
data-data tertulis yang perlu diketahui tidak semua hasil
mengandung keterangan dan pertanian di Desa Pagerejo bisa
penjelasan serta pemikiran tentang tebaskan. Jual-beli tebas di Desa
fenomena yang masih aktual dan Pagerejo ini berdasarkan perkiraan
sesuai dengan masalah penelitian yang didasarkan sebuah pengalaman
(Muhammad, 2008: 152). kedua belah pihak.
Menurut Kasyanto petani
Metode Analisis Data tembakau, (wawancara, 23 Desember
Analisa data mengurai dan 2013) praktek akad tebas, jika
mengeolah data mentah menjadi data objeknya cabai, tembakau, hanya
yang dapat ditafsirkan dan dipahami mengambil sampelnya diawal,
secara lebih spesifik (Haris sedangkan yang masih kecil atau
Herdiansyah, 2010: 158). Dalam belum tua mengikuti yang besar atau
penelitian ini peneliti menganalisa yang sudah tua, sebab pada objek ini
data yang diperoleh dengan cara dalam pemanenan tidak sekali
dekriptif kualitatif yaitu analisis yang selasai, dan juga terdapat hak khiyar.
menggabarkan keadaan atau suatu Jika suatu barang ternyata berbeda
fenomena dengan kata-kata atau jauh dengan sempelnya dan dapat
kalimat. (Arikunto, 1992: 207). menibulkan kerugian pada salah satu

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
11

dari dua pihak yang berJual-beli yang mengandung unsur gharar


maka di berlakukan khiyar (hak (kesamaran).
memilih). Yaitu, jika mau maka dia Hal ini dilarang dalam
boleh meneruskan atau membatalkan hadits Abu Hurairah Rasulullah saw.
Jual-beli (Sulaiman Al-Faifi, 2010: Bersabda:
264).
Menurut Slamet Rifanto


penebas (wawancara, 01 Januari
2014), hasil pertanian seperti kubis,
sawi, dan jagung, para penebas

Rasulullah Shallallahu alaihi wa
biasanya hanya cukup melihat
sallam melarang jual beli al-hashah
barangnya pada setiap petaknya,
dan jual beli gharar. (HR Muslim).
untuk bisa mengetahui apakah sudah
Menurut Abu Asma Kholid
layak dipanen atau belum, untuk
Syamhudi (2010), ada gharar yang
memastikan bahwa barang tersebut
diperbolehkan, dalam Jual-beli
sudah tua, karena jika barang
menurut hukumnya ada tiga macam:
menuggu terlalu lama bayak resiko
(1) Yang disepakati larangannya
yang ditanggung seperti terkena
dalam Jual-beli, seperti Jual-beli
hama, barang bisa busuk, dan bisa
yang belum ada wujudnya (madum),
jauh dari prediksi.
(2) Desepakati kebolehannya, seperti
Menurut Wartomo petani
Jual-beli rumah dengan pondasinya,
singkong (Wawancara, 31 Desember
padahal jenis dan ukuran serta
2013), jika obyeknya seperti
hakikat sebenarnya tidak diketahui.
singkong, yang barangnya tidak
Hal ini dibolehkan karena kebutuhan
dapat langsung diketahui, hanya
dan karena merupakan satu kesatuan,
diambil sempelnya secara acak di
tidak mungkin lepas darinya, (3)
tempat yang berbededa dan petani
gharar yang masih diperselisihkan,
memberi tahu umur tanaman
apakah diikutkan pada bagian yang
singkong, untuk memastikan bahwa
pertama atau kedua? Misalnya ada
singkong sudah siap dipanen. kedua
keinginan menjual sesuatu yang
belah pihak yang mengadakan akad
terpendam di tanah, seperti wortel,
Jual-beli, Selain harga diketaui maka
kacang tanah, bawang dan lain-
harus diketaui sifat dan jumlah
lainnya.
ataupun temponya (Sulaiman Al-
Obyek yang belum nampak
Faifi, 2010: 264).
atau terpendam dalam tanah seperti
singkong, disebutkan ciri-ciri dan
Analisis Terhadap Akad dan
sifatnya, juga diambil sebagian untuk
Praktek Jual-beli dengan Cara
dijadikan contoh, kejelasan obyek
Tebas di Desa Pagerejo Perspektif
tidak semuanya harus dilihat yang
Hukum Islam.
menjadi obyek akad, tetapi cukup
Dalam Islam kita banyak
sebagian saja, apabila obyek itu
sekali mengenal istilah Jual-beli
merupakan suatu jenis yang dapat
yaitu: Jual-beli shahih, Jual-beli batal
diketahui contohnya atau keterangan
dan Jual-beli yang rusak, salah satu
yang jelas tentang sifat-sifatnya
akad yang dilarang yaitu Jual-beli
(Ahmad Azhar Basyir, 1983: 52).

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
12

Jual-beli gharar memang Gharar tidak semua


dilarang dalam Islam sesuai hadis di diharamkan, ada juga gharar yang
atas, namun tidak semua gharar diperbolehkan, apabila ringan
menjadi sebab pengharaman. (sedikit) atau tidak mungkin dipisah
Gharar, apabila ringan (sedikit) atau darinya, demikian juga gharar yang
tidak mungkin dipisah darinya, maka ada dalam Jual-beli tebas yang ada di
tidak menjadi penghalang keabsahan Desa Pagerejo ini termasuk gharar
akad jual beli. Karena, gharar ringan dan diperbolehkan sebab
(ketidak jelasan) yang ada pada belum nampaknya barang yang
pondasi rumah, dalam perut hewan ditransaksikan bisa disebutkan ciri-
yang mengandung, atau buah ciri dan sifatnya.
terakhir yang tampak menjadi bagus
sebagiannya saja, tidak mungkin Saran
lepas darinya. Demikian juga gharar Selesainya penyusunan
yang ada dalam Jual-beli tebas yang skrisi ini, maka penulis memberikan
ada di Desa Pagerejo ini termasuk sedikit saran kepada pembaca,
gharar ringan dan diperbolehkan masyarakat dan para pengambil
sebab belum nampaknya barang yang keputusan dalam hukum Islam.
ditransaksikan bisa disebutkan ciri- 1. Kepada petani dan penebas
ciri dan sifatnya. sebaiknya membuat klausul
khusus atau persyaratan untuk
Kesimpulan mengadakan akad kembali jika
Akad praktek Jual-beli hasil dikemudian hari terntyata akad
pertanian secara tebas yang yang sudah disepakati diawal
dilakukan oleh masyarakat di Desa ternyata kondisinya tidak sesuai,
Pagerejo adalah salah satu sistem dan menyebabkan kerugian yang
Jual-beli yang dilakukan sejak dulu banyak bagi salah satu pihak yang
dan sudah biasa dilakukan berakat.
masyarakat Pagerejo. Jadi akad 2. Kepada masyarakat di Desa
praktek Jual-beli hasil pertanian Pagerejo dan Pembeli atau
secara tebas, tidak ada bedanya penebas sebaiknya, untuk
dengan Jual-beli yang lain, akan menghindari gharar walaupun
tetapi dalam pengambilan barangnya ringan dan spekulasi, lebih baik
yang berbeda, setelah akad dalam melakukan praktek Jual-
berlangsung maka barang yang ada beli mengunakan Jual-beli yang
diladang sudah menjadi milik sudah biasa dilakukan
pembeli/penebas atau hak milik atas masyarakat.
barang itu sudah berpindah tangan 3. Bagi para pengambil kebijakan
dan terdapat hak khiyar (hak dalam hukum Islam atau orang
memilih) jika suatu barang berbeda yang memang ahli dalam bidang
jauh dengan sempelnya setelah hukum Islam, perlu adanya
dipanen, sehingga menimbulkan sosialisasi tentang hukum Islam
kerugian salah satu dari kedua belah mengenai syarat, rukun dan hal-
pihak, walaupun telah menjadi hal mengenai Jual-beli yang telah
kesepakatan dan sudah saling ridho ditetapkan dalam Islam, agar
diantara keduanya. masyarakat dalam melakukan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).
13

transaksi atau kegiatan Jual-beli Hasan, M. Ali. 2003. Berbagai


bisa sesuai yang diharapkan oleh Macam Transaksi dalam
hukum Islam. Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Al-Faifi, Sulaiman. 2010. Mukhtasar Salemba Humanika.
Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq. Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi
Solo: Aqwam. Syariah. Jakarta: Kencana
Alma, Buchari dan Priansa, Donni Prenada Media Grup.
Juni. 2009. Menegemen Muhammad. 2008. Metodologi
Bisnis Syariah. Bandung: penelitian Ekonomi Islam.
Alfabeta Jakarta: Rajawali pers.
Anshori, Abdul Ghofur. 2010. Pemerintah Desa Pagerejo. 2011.
Hukum Perjanjian Islam di Profil Desa Pagerejo.
Indonesia. Yogyakarta: Pagerejo.
Gajah Mada University
Press. Robi, Haikal 2009. Tinjauan Hukum
Islam terhadap Jual Beli
Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Pasir Kebon dengan Sistem
Perjanjian Syariah. Jakarta: Tebasan di dusun Balong
PT Raja Grafindo Persada Umbulharjo Cangkringan
Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Sleman Yogyakarta.
Penelitian (Suatu Yogyakarta: UIN Sunan
Pendekatan Praktek). Kalijaga.
Jakarta: PT Rineka Cipta.. Rosyd, Ibnu. 1990. Terjemah
Asro, Muhammad dan Muhammad Bidayatul Mujtahid.
Kholid. 2011. Fiqih Semarang: Asy-Syifa.
Perbankan. Bandung: CV S. Burhanuddin. 2009. Hukum
Pustaka Setia Kontrak Syariah.
Azhar Basjir, Ahmad. 1983. Asas- Yogyakarta: BPEE
Asas Hukum Muamalat Yogyakarta.
(Hukum Perdata Islam). Suhendi, Hendi. 2002. Fiqih
Yogyakarta: Fakultas Muamalah. Jakarta: PT Raja
Hukum Universitas Islam Grafindo Persada.
Indonesia.
Syafii, Rachmad. 2001. Fiqih
Depak. RI. 2008. Al-Quran dan Muamalah. Bandung: CV.
Terjemahnya. Solo: PT Tiga Pustaka Setia.
Serangkai Pustaka Mandiri.
Syamhudi, Abu Asma
Dewi, Gemala, Dkk. 2005. Hukum Kholid. 2010. Jual Beli Gharar.
Perikatan Islam di Diunduh pada tanggal 30 Januari
Indonesia. Jakarta: Prenada 2014
Media http://almanhaj.or.id/content/2649/sla
sh/0/Jual-beli-gharar/.

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-Beli Hasil Pertanian Secara Tebas (Studi kasus di Desa
Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo).

Anda mungkin juga menyukai