Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENELITIAN HUKUM ADAT

“ HUKUM ADAT DI DUSUN PUYAHAN DESA LEMBAR”

Disusun Oleh:

RENDI ZAKARIA (E1B020128)

4D PPKN

PENDIIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya,
perkenannya penelitian ini dapat diselesaikan dan dibuat laporannya sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
Dari bawah selain atas rahmatnya, penelitian ini terlaksanakan atas bantuan dari semua
pihak di lingkungan Desa Lembar. Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut menyampaikan
terima kasih yang sedang dalamnya.
Hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk laporan yang berjudul “Hukum Adat Di
Desa Lembar”. Saya menyadari laporan penelitian jauh dari sempurna, namun demikian
diharapkan dengan dituangkan dalam bentuk laporan hasil dapat berempat bagi semua pihak,
baik kalangan akademis maupun praktis yang mempunyai perhatian terhadap permasalahan
yang dikaji.

Lembar, 5 Juni 2022

Rendi Zakaria

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................5
D. Manfaat Penelitia......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Konsep Hukum Adat.................................................................................................6
B. Masyarakat Hukum Adat...........................................................................................8
C. Hukum Adat Kekerabatan ........................................................................................8
D. Hukum Adat Perkawinan..........................................................................................9
E. Hukum Adat Waris...................................................................................................10
F. Delik Adat.................................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................11
A. Jenis Penelitian..........................................................................................................11
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................................11
C. Informan Penelitian...................................................................................................11
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN............................................................13
A. Hasil Penelitian...........................................................................................................13
B. Pembahasan................................................................................................................13
BAB V PENUTUP...................................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari beribu-ribu Pulau,
daerah dan masyarakat yang menempati setiap daerah-daerah tersebut. Dan pada setiap
Daerah ataupun Desa pasti memiiki Peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
penduduknya dan peraturan-peraturan tersebut dapat disebut sebagai Hukum Adat, dan
dimana masyarakat yang tinggal pada sebuah desa tentu juga akan terikat oleh peraturan
yang ada di desa tersebut.

Masyarakat tetap mempertahankan nilai-nilai adat dan kearifan lokal, serta prinsip
musyawarah mufakat sebagaimana pada masyarakat hukum adat lainnya. Prinsip
musyawarah mufakat dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat di Dusun Puyahan
Desa Lembar, bukan saja dalam penyelesaian delik-delik pidana adat, melainkan juga
dalam melaksanakan penyelesaian perkara perdata masyarakat. Penyelesaian perkara
perdata yang dilakukan melalui proses musyawarah mufakat yang di lakukan oleh para
pihak saja maupun dengan melibatkan petugas desa dan/atau tetua adat, cenderung
menemui jalan buntu (ketidak sepakatan). Dan pada akhirnya para pihak yang
bersengketa secara perdata. lebih memilih melakukan penyelesaian sengketanya
melalui pengadilan (secara litigasi).

Perlu diketahui bahwa, Hukum Adat adalah Hukum kebiasaan yang artinya aturan
dibuat dari tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga menjadi
sebuah hukum yang harus ditaati. Penelitian ini dapat mengulas atau mengkaji tentang
bagaimana Hukum adat yang berlaku didaerah Dusun Puyahan Desa Lembar, baik dari
kehidupan masyarakat, Hukum Kekerabatan, Adat Perkawinan, Adat Pembagian Hak
Waris, serta Delik-delik yang sering terjadi di Dusun Puyahan Desa Lembar, Tentu
dengan adanya Peraturan pasti sering adanya Pelanggaran dan sanksi yang dijatuhkan
kepada para pelanggarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Adat yang berlaku di Dusun Puyahan Desa Lembar


Kecamatan Lembar Selatan?
2. Bagaimana Kehidupan Hukum Adat di Dusun Puyahan Desa Lembar
Kecamatan Lembar Selatan?
3. Bagaimana Hukum Kekerabatan yang berlaku di Dusun Puyahan Desa
Lembar Kecamatan Lembar Selatan?
4. Seperti apa Adat Perkawinan di Dusun Puyahan Desa Lembar Kecamatan
Lembar Selatan?

4
5. Seperti apa Pembagian Hak Waris di Dusun Puyahan Desa Lembar
Kecamatan Lembar Selatan?
6. Bagaimana Hukum Adat yang berlaku Delik-delik di Dusun Puyahan Desa
Lembar Kecamatan Lembar Selatan?

C. Tujuan

1. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu informasi tentang Hukum Adat yang
berlaku di Dusun Puyahan Desa Lembar Kecamatan Lembar Selatan.
2. Dan Setelah mendapatkan Informasi, maka Informasi tersebut dapat dikaji secara
mendalam.

D. Manfaat

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk

menambah ilmu pengetahuan pembaca atau memecahkan masalah yang mungkin

sedang dihadapi oleh masyarakat kalau terjadi sangketa mengenai Hukum Adat.

2. Dengan dilakukan penelitian ini tentu mendapatkan dampak positif, yang dimana

setelah dilakukannya penelitian tersebut kita akan lebih mengetahui dan

mendapatakan pengetahuan yang mendalam terkait dengan bagaimana tradisi yang

ada dan diterapkan pada daerag tersebut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hukum Adat

➢ Pengertian Hukum Adat


Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah serangkaian aturan yang mengikat pada
suatu masyarakat yang tidak tertulis dan bersumber pada kebiasaan yang tumbuh dan
berkembang pada suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum
secara turun menurun.

Sedangkan pengertian menurut para ahli ilmu hukum adalah:

• Prof. Mr. B. Ter Haar Bzn


“Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan
dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal
dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu
sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat
hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan
putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu sudah merupakan hukum
adat.”
• Prof. Mr. Cornelis Van Vollen Hoven
“Profesor luar negeri ini menyampaikan teorinya, bahwa: “Hukum adat adalah
keseluruhan aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dan
belum dikodifikasikan.”

➢ Bentuk dan Sumber Hukum Adat


Bentuk hukum adat adalah tidak tertulis yang dimana memuat ketentuan-ketentuan
mengenai pemerintahan yang tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan
dalam banyak hal seperti konvensi – konvensi atau undang – undang.
Hukum adat bersumber dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan tidak tertulis dan
ada juga yang tertulis, sedangkan adat bersumber dari masyarakat sendiri dan tidak
tertulis.

➢ Corak Hukum Adat

1. Tradisional
ukum adat sudah turun-temurun sejak dahulu kala.Dari nenek leluhur sampai anak
cucu, ekssitensinya tetap dipertahankan.

2. Keagamaan (Religio Magis)


Hukum adat mengandung kaidah-kaidah kekuatan gaib dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Mayoritas masyarakat Indonesia percaya bahwa Tuhan itu ada.

6
Namun banyak juga yang percaya, bahwasanya yang ada di semesta ini memiliki jiwa
(contoh : animisme), dan setiap kegiatan di bumi ini diawasi oleh makhluk-makhluk
lain.

3. Kebersamaan (Komunal)
Dalam hukum adat, kepentingan individu berada dibawah kepentingan bersama.
Kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan individu (pribadi).
Dan hal ini juga diserap dalam konsitutusi kita yakni : Pasal 33 ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaaan.

4. Konkret dan Visual


Konkret artinya : jelas nyata.
Visual artinya : tidak tertutup/kelihatan. Jelas tidak tersembunyi
Hal tersebut terlihat dalam kegiatan-kegiatan seperti :
Transaksi tunai dilakukan saat itu juga, disaksikan oleh banyak orang, penyerahannya
saat itu juga. Contohnya : transaksi jual beli tanah.
Ada janji /boroh saat membeli. Jadi, kalau A sudah memberi boroh (tanda jadi) kepada
B, maka B tidak boleh lagi menjual kepada orang lain lagi.

5. Terbuka dan Sederhana


Terbuka artinya : menerima masuknya unsur-unsur asing sepanjang tidak bertentangan
dengan jiwa dan semangat hukum adat tersebut.
Sederhana artinya : bersahaja, tidak bertele-tele, mudah dalam administrasinya, dan
saling percaya.

6. Tidak dikodifikasi
Hukum adat tidak "dibukukan" (tidak dibuat jadi satu buku), tidak ditulis seperti
layaknya kitab Undang-undang (misalnya KUHP).
Hal ini membuat hukum adat mudah diubah.
Namun, ada yang tertulis, tapi tidak mengikat semua kalanagan, hanya untuk orang
tertentu saja. Misalnya, hanya untuk keluarga orang-orang kerajaan atau bangsawan.
Adapun yang tertulis, namun tidak secara sistematis.

7. Dapat berubah dan Menyesuaikan Diri


Hukum adat juga dapat disesuaikan dengan kesesuaian.
Misalnya dahulu harta hanya diberikan pada laki-laki saja, dan perempuan hanya
diberikan karena rasa kasihan (iba). Namun hal ini berubah karena saat ini sudah ada
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Jika dahulu tidak boleh menikah
(kawin) dengan satu marga, maka sekarang sudah bisa.

8. Musyawarah dan Mufakat

7
Dalam hukum adat hal ini bertujuan untuk menyelesaikan beberapa konflik. Sangat
jarang ada kasus yang sampai ke meja pengadilan. Hal ini pula yang menjadi ciri khas
kita bangsa Indonesia, murah bertememann, murah senyum, dan suka berdamai.

B. Masyarakat Hukum Adat

➢ Pengertian Masyarakat Hukum Adat


Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun
bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur,
adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hokum.

➢ Pengertian Masyarakat Hukum Adat Menurut Para Ahli


Ter Haar berpendapat bahwa masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia
sebagai satu kesatuan, menetap didaerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa,
mempunyai kekayaan yang berwujud atau tidak berwujud, dimana para anggota
kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat, merupakan suatu
kodrat.

➢ Bentuk-bentuk Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat hukum adat di Indonesia tersusun atas dua faktor dominan, yakni faktor
genealogis dan teritorial.Pada mulanya faktor genealogis mempunyai dominasi yang
sangat kuat terhadap pembentukan suatu masyarakat hukum adat, disebabkan oleh
hubungan daerah antara satu dengan lainnya di antara mereka terikat dan terbentuk
dalam satu ikatan yang kokoh.Tetapi karena semakin meluasnya hubungan antar suku
bangsa maka dominasi faktor genealogis sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh
faktor teritorial.
Berdasarkan dua faktor tersebut dapat dibedakan 3 (tiga) bentuk masyarakat hukum
adat yaitu:
a. Masyarakat hukum adat genealogis;
b. Masyarakat hukum adat teritorial; dan
c. Masyarakat hukum adat genealogis-teritorial.

C. Hukum Adat Kekerabatan

➢ Pengertian Hukum Adat Kekerabatan


Hukum Adat Kekerabatan adalah Hukum adat yang mengatur tentang bagaimana
kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orang
tua, dan sebaliknya, kedudukan anak terhadap kerabat dan sebaliknya dan masalah
perkawinan anak. Yang dimana hukum adat kekerabatan mengatur tentang pertalian
sanak, berdasarkan pertalian darah (Seketurunan), pertalian perkawinan adat. (Hilman
Hadikusumo : 2003:201).

8
➢ Sistem Hukum Kekerabatan
a. Patrilineal (Garis Keturunan Laki-laki)
Anak menghubungkan diri dengan ayahnya berdasarkan garis keturunan laki-laki.
b. Matrilineal (Garis Keturunan Perempuan)
Anak menghubungkan diri dengan ibunya berdasarkan garis keturunan perempuan.
c. Parental/Bilateral
Anak menghubungkan diri dengan kedua orang tuanya.

D. Hukum Adat Perkawinan

➢ Pengertian Hukum Adat Perkawinan


Menurut Hukum Adat Perkawinan itu bukan saja berarti sebagai “Perikatan Perdata”,
tetapi juga merupakan “Perikatan Adat”. Jadi, terjadinya suatu ikatan perkawinan
bukan semata-mata membawa akibat dari terhadap hubungan keperdataan seperti hak
dan kewajiban suami istri, harta Bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang
tua, tetapi juga menyangkut hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan,
kekerabatan dan ketatanegaraan serta upacara adat dan keagamaan.

➢ Syarat -syarat Hukum Adat Perkawinan


a. Persetujuan orangtua dan kerabatnya.
b. Batas umur.
c. Perjanjian kawin dapat diadakan pada waktu sebelum atau saat perkawinan.

➢ Sistem Adat Perkawinan


Sistem adat perkawinan menurut hukum adat ada tiga sistem perkawinan, yaitu:
a. Sistem Endagomi
Hanya sebuah pernikahan yang dilakukan dengan seseorang dalam satu suku.
b. Sistem Eksogomi
Perkawinan dengan seseorang yang beda suku.
c. Sistem Eleutherogomi
Sistem ini tidak mengenal larangan atau keharusan.
➢ Tahapan Perkawinan Adat
a. Mempunyai pasangan.
b. Mempersiapkan dana.
c. Restu orang tua.
d. Lamaran.
e. Mendiskusikan tanggal hari nikah.
f. Persiapan menuju hari pernikahan.
g. Hari pernikahan.

9
E. Hukum Adat Waris

➢ Pengertian Hukum Adat Waris


Hukum adat waris erupakan hukum lokal suatu daerah ataupun suku tertentu yang
berlaku, diyakini dan dijalankan oleh masyarakat-masyarakat daerah tersebut. Hukum
waris adat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh susunan masyarakat
kekerabatannya yang berbeda.

➢ Pewaris menurut sistem hukum adat waris


Pewaris adalah orang yang meneruskan hartanya ketika masih hidup maupun setelah
ia wafat.

➢ Ahli waris menurut hukum adat waris dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Patrilineal.
b. Matrilineal.
c. Parental.

➢ Syarat – syarat
a. Pewaris.
b. Ahli waris.
c. Harta waris.

F. Delik Adat

➢ Pengertian Delik Adat


Delik adat adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan walaupun pada kenyataannya,
peristiwa atau perbuatan itu hanya sumbang (Kesalahan) kecil saja. (Van Vollenhoven).
Jadi, Delik Adat adalah Aturan-aturan hukum yang mengatur peristiwa atrau perbuatan
kesalahan yang berakibat terganggunya keseimbangan masyararakat, sehingga perlu
diselesaikan dengan tujuan agar keseimbangan masayarakat tidak terganggu.

➢ Jenis – jenis Delik Adat


a. Pemerkosaan.
b. Pembunuhan.
c. Berzina.

➢ Sifat Delik Adat


Hukum delik adat bersifat tidak statis (dinamis) artinya suatu perbuatan yang tadinya
bukan delik pada suatu waktu dapat dianggap delik oleh hakim (kepala adat) karena
menentang tata tertib masyarakat sehingga perlu ada reaksi (upaya) adat untuk
memulihkan kembali

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian
Kualitatif . Penelitian Kualitatif adalah Mtode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah yang dimana peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2016 :
9). Dalam metode penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk menemukan persepsi-
persepsi masyarakat atas fenomena-fenomena yang ada.

B. Waktu dan Lokasi Penlitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 12 Mei 2022 yang terletak di Dusun
Puyahan, Desa Lembar, Kecamatan Lembar Selatan, Lombok Barat.

C. Informan Peneliti

Informan (Narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi mengenai


objek penelitian tersebut, Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara
langsung yang sering disebut sebagai Narasumber. Dalam menentukan informan dengan
menggunakan Teknik purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yang
benar-benar menguasai suatu objek yang sedang diteliti.

Untuk memaparkan hasil dari penelitian ini harus terlebih dahulu memperkenalkan
narasumber yang terlibat yaitu :
Nama : Bapak H. Sahab (12 November1979 )
Alamat : Dusun Puyahan, Desa Lembar, Kecamatan Lembar Selatan, Lobar.
Keterangan : Bapak Sarisah merupakan kadus di Dusun Puyahan atau merupakan seorang
Tokoh Adat yang dijadikan sebagai narasumber pada tugas penelitian Hukum Adat ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

➢ Wawancara
Wawancara adalah Pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar
informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan
menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu (Esterbarg dalam
Sugiyono : 2015 : 72).
Dalam Penelitian ini wawancara yang dilakukan tidak sistemastis atau teratur, yang
dimana dalam wawancara ini peneliti akan memberikan pertanyaan secara acak kepada

11
narasumber terkait dengan Hukum adat yang berlaku didaerah tersebut dan bagaimana
persepsi-persepsi masyarakat terkait dengan hokum adat tersebut.

➢ Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2014 : 145).
Dalam Teknik pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan
langsung oleh peneliti untuk melihat langsung bagaimana kondisi dan situasi dari
objek yang di teliti tersebut, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
guna untuk melanjutkan suatu penelitian.

➢ Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memproleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokomen, tukisan angka dan gambar yang berupa laporan
serta keterangan yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2018 : 476).
Dalam Teknik pengumpulan data penelitian dokumentasi adalah hal yang sangat
dibutuhkan dalam proses penelitian, dikarenakan dokumentasi bisa dijadikan sebagai
bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian pada daerah tersebut.

➢ Teknik Analisis Data Penelitian


Teknik Analisi Data adlah metode dalam memproses data menjadi informasi. Saat
melakukan penelitian peneliti perlu menganalisis data tersebut agar mudah dipahami.
Analisis data juga diperlukan agar kita mendapatkan solusi atas permasalahan
peneliatian yang tengah dikerjakan. Dan Jenis Teknik analisis data yang digunakan
adalah Teknik analisis data kualitatif yang dimana dalam menganalisis data dengan
menggunakan data kualitatif akan menghasilkan analisis yang deskriptif berdasarkan
data-data yang diperoleh selama penelitian tersebut berlangsung.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Adat

Hukum adat menurut warga setempat adalah segala bentuk peraturan yang ada pada suatu
daerah/desa, yang secara tidak langsung mengikat masyarakat yang tinggal pada daerah
tersebut dan hukum adat tersebut diterima secara turun temurun dan masih berlaku sampai
sekarang, yang dimana bentuk hokum adat di Desa Lembar ini merupakan hukum yang tidak
tertulis. Jadi, masyarakat yang tinggal didaerah tertentu tersebut diwajibkan untuk mentaati
segala bentuk peraturan yang ada pada daerah atau desa tersebut.

B. Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat Hukum Adat di Desa Lembar adalah masyarakat yang masih menerapkan pola-
pola hukum yang diterima dari nenek moyang mereka secara turun temurun dan berlaku terus
sampai sekarang, seperti hukuman yang diberikan kepada warga masyarakat yang melakukan
perzinaan, perselingkuhan, pencurian dan lain-lain.

C. Hukum Adat Kekerabatan

Di desa Lembar Hukum sistem kerkerabatan yang digunakan adalah parental, yang dimana
didalam satu keluarga yang tinggal disebuah rumah atau yang masyarakat setempat sebut
sebagai “Bale”, terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak, yang dimana seorang anak akan
mengikuti garis keturunan ayah dan ibu atau keduannya. Dalam hal ini, anak akan terhubung
perjalinan kekelurgaanya dengan kelurga pihak ayah dan terhubung juga perjalinan
kekeluargaan dari pihak ibu juga.

D. Hukum Adat Perkawinan

Masyarakat Desa Lembar menyebut perkawinan itu sebagai “Merarik”, yang dimana
perkawinan tersebut terjadi karena dasar sama-sama suka, sehingga memutuskan untuk
merarik atau menikah. Di Desa Lembar rata-rata tradisi perkawinan yang sering terjadi yaitu
kawin culik atau masyarakat setempat sering menyebutnya “memaling”, tradisi ini hamper
terjadi diseluruh daerah di Lombok atau suku sasak ini, yang dimana dalam tradisi kawin culik
ini mempelai pria membawa lari atau kabur si mempelai wanita untuk membawanya ke suatu
tempat atau rumah keluarga jauh dari si mempelai pria, sehingga dengan begitu setelah mereka
dirumah keluarga mempelai pria tersebut mereka akan langsung memberi kabar kepada kelurga
pihak perempuan dan juga keluarga pihak laki-laki bahwa mereka sudah memutuskan untuk
menikah.

13
Hukum Adat Perkawinan di Desa Lembar, memiliki peraturan-peraturan yang sifatnya
kompleks atau hanya berlaku diwilayah Desa Lembar, seperti antara dusun A dengan dusun B
di wilayah pemerintahan Desa Lembar apabila ada seorang Laki-laki menikah antar dusun
maka pihak Laki-laki, harus mengeluarkan atau mengantarkan beras 300 kg dan uang tunai 5
juta rupiah, hantaran tersebut disebut pisuke (Sebagai tanda bahwa kedua belah pihak setuju
atau mereka sama-sama ikhlas) atas pernikah putra dan putri mereka.

Sebagaimana yang diketahui secara umum tentang adat istiadat perkawinan suku sasak
Lombok, juga berlaku di Desa Lembar seperti proses Sorong serah, yang dimana sorong serah
ini adalah untuk melegalkan bahwa hubungan mereka adalah hubungan yang sah secara adat
istiadat yang di dahului dengan acara ngawinang/akad nikah, sehingga secara agama sudah
dinyatakan sah , barulah proses sorong serah tersebut dilaksanakan.

E. Hukum Adat waris

Hukum Adat Waris pada masyarakat islam di Desa Lembar menganut hukum waris sesuai
denganketentuan dan tuntunan agama islam (menurut ilmu FARA`ID), atau ilmu pembagian
warisan dan pembagian hak waris sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku. Masyarakat
muslim di Desa Lembar dalam membagi harta peninggalan itu lebih mengutamakan anak laki-
laki, dalam agama Islam juga bagian laki-laki lebih besar daripada bagian perempuan yakni
2:1. Yang dimana pada perihal pembagian hak waris tersebut sangat umum dilakukan oleh
masyarakat suku sasak Lombok, yang dimana dalam pembagian hak waris ini lebih
mengutamakan anak laki-laki, daripada anak perempuan, karena seperti diketahui bahwasanya
anak laki-laki kedepannya akan mengemban tugas yang lebih berat daripada anak perempuan.

F. Delik Adat

Dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Desa Lembar memiliki peraturan-peraturan


yang berisikan sanksi didalamnya, dan peraturan beserta sanksi tersebut merupakan turun
temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu, dan hingga saat ini masi digunakan, jadi setiap
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat setempat tentu akan mendapat
sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan yaitu berupa sanksi sedang untuk orang yang
melakukan pelanggaran yang dianggap ringan (sering membuang sampah sembarangan
disungai mapun disaluran air lainnya, sanksi menengah untuk orang yang melakukan
pelanggaran namun tidak memberatkan orang banyak seperti bertamu sampai melewati batas
jam 10 malam dan sanksi besar bagi orang yang membuat pelanggaran atau kesalahan yang
dianggap merugikan banyak orang, ( seperti mengotori nama desa dengan melakukan
perbuatan yang buruk serta mengekspos nama desa tersebut, melakukan perzinaan, pulang
melewati jam 10 malam, pencurian dan lain sebagainnya).

14
Adapun sanksi yang diberatkan yaitu berupa denda uang yang jumlah tidak ditentukan dan
besaran dilakukan dengan musyawarah, dan uang denda tersebut akan diperuntukkan untuk
menambah biaya pembangunan yang ada di desa atau biaya keperluan desa.

15
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil data yang telah terkumpulkan Hukum adat yang berlaku di desa
Lembar berupa hokum yang tidak tertulis, yang meliputi hukum kekerabatan,
hokum adat perkawinan, hokum adat waris dan delik adat, yang dimana
peraturan yang ada pada hokum tersebut merupan turun temurun dari nenek
moyang terdahulu yang sampai saat ini masih dipergunakan dan menjadi sebuat
adat tradisi masyarakat setempat.

B. SARAN
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengkaji dan menemukan segala
bentuk hokum adat yang ada di Desa Lembar, yang dimana hasil data yang
terlampir berdasarkan fakta yang diambil dari salh satu tokoh adat, dan jika
ada kekurangan dalam penulisan maupun dalam penyusunan mohon
dimaafkan.

Bagi pemerintah, para akademisi, para praktisi hukum, dan bagi kita semua
agar mempelajari, meneliti, dan melestarikan norma-norma hukum adat
khususnya pada masyarakat Dusun Puyahan Desa Lembar. Dan norma-norma
adat di Indonesia secara umum.

Bagi pemerintah desa, Lembaga-lembaga adat, masyarakat Dusun Puyahan


Desa Lembar, Pihak kepolisian dan para akademisi ataupun ahli hukum adat,
agar dapat mempertahankan dan mengembangkan norma-norma adat di Dusun
Puyahan Desa Lembar

16
DAFTAR PUSTAKA

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,


hal. 95
Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia,: Mundur Maju,
Bandung 1990
Hadikusuma Hilman, Hukum waris adat, Cipta Aditya Bakti Bandung, 1993.

Https://umsu.ac.id/apa-itu-hukum-adat/

https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/2987-masyarakat-hukum-adat

http://scholar.unand.ac.id/8094/2/BAB%20I.pdf

http://repository.radenintan.ac.id/2118/4/Bab_II.pdf

http://repository.radenintan.ac.id/2118/4/Bab_II.pdf

https://langitbabel.com/macam-delik-adat-dan-tata-cara-penyelesaiannya/

17

Anda mungkin juga menyukai