Anda di halaman 1dari 55

Resume Pengantar Hukum

Indonesia

HUKUM ADAT

Kelompok 6 :
Mohammad Mahdy Fahrezy (23071010076)
Nursasi septi dwi rani cantika (23071010067)
Najwa Tiara (23071010058)
Ockvericha Dwi Navisa (23071010072)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA
TIMUR

1
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………. …... 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3
A. Istilah Hukum Adat…………………………………………………… 3
1. Istilah hukum adat secara etimologi……………………………………. 3
2. Perbandingan antara adat dengan hukum adat…………………………. 5
3. Istilah hukum adat menurut para ahli…………………………………... 6
B. Pembidangan hukum adat..................................................................... 13
1. Termilogi dan pengertian hukum adat...................................................... 13
2. Hukum adat di indonesia……………………………………………….. 14
3. Pradigma hukum adat di indonesia........................................................... 15
4. Pembidangan hukum adat………………………………………………. 16
C. Sumber hukum adat…………………………………………………… 30
1. Definisi sumber hukum adat..................................................................... 30
2. Proses terbentuknya hukum adat……………………………………….. 32
3. Bentuk – bentuk sumber hukum adat…………………………………... 37
D. Corak hukum adat……………………………………………………. 40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 50

2
PEMBAHASAN
A. Istilah Hukum Adat
Istilah Hukum Adat
Indonesia merupakan negara yang masih memberlakukan hukum adat.
Keragaman suku, budaya, dan adat istiadat merupakan faktor terbentuknya hukum adat,
maka dari itu sejak dahulu sudah diterapkan hukum adat di Indonesia, bahkan sampai
sekarang hukum adat masih melekat di masyarakat. Hukum adat terbentuk dari
kebiasaan yang tercipta dan melekat dalam masyarakat (living law). Hukum adat
bersumber dari norma-norma yang ada di masyarakat lalu berkembang, dan biasanya
tidak tertulis karena hukum adat terbentuk melalui tingkah laku manusia yang dilakukan
secara terus-menerus yang menimbulkan kebiasaan yang kemudian diikuti oleh
masyarakat.
Unsur-unsur yang mempengaruhi terciptanya adat meliputi tingkah laku yang
konsisten, perbedaan waktu, adopsi oleh banyak orang, dan penerapan secara
berkelanjutan. Hukum adat umumnya tidak tertulis, namun sangat dihormati dan
dipatuhi oleh masyarakat, dengan sanksi yang diberlakukan jika ada pelanggaran.
Hukum adat banyak diterapkan di daerah-daerah yang masih menjaga budaya dan adat
istiadat, seperti Aceh, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan wilayah lainnya.
Dalam sistem hukum common law, hukum adat diakui sebagai hukum asli
Indonesia. Pasal 18 B ayat (2) menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya, selama masih memiliki
relevansi dan sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Indonesia yang diatur dalam
undang-undang.
Istilah hukum adat secara etimologi (bahasa)
Istilah hukum adat sangat beragam dari berbagai daerah. Dalam bahasa Arab, kata
adat yaitu adah atau adat, yang berarti kebiasaan. Tetapi kebiasaan dalam arti adat
merupakan kebiasaan yang normative, yaitu berupa aturan tingkah laku yang berlaku di
masyarakat. Oleh karena itu, adat merupakan kebiasaan yang memiliki aturan yang
terdapat dalam undang-undang dan dipertahankan oleh masyarakat.1

1
“Pengertian Adat Istilah Adat Berasal Dari Bahasa Arab”, https://lms-
paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?forcedownload=1&file=%2F318813%2Fmod_resource%2Fconten
t%2F1%2FMateri%20Online%20Sesi%20ke-14.pdf diakses pada tanggal 1 Januari 2024.

3
Sama seperti istilah adat, dalam bahasa Arab istilah Hukum berarti perintah.
Hukum dan adat merupakan dua istilah yang berbeda menurut asal terbentuknya.
Hukum dibuat oleh pemerintah, sedangkan adat sendiri tercipta dari tingkah laku
masyarakat yang melekat menjadi kebiasaan.

Gambar 1.1 Snouck Hurgronje


Dalam bahasa Belanda, istilah hukum adat diterjemahkan sebagai adat recht, yang
berarti hukum kebiasaan. Hukum kebiasaan memiliki konsekuensi hukum, berbeda
dengan kebiasaan umum pada umumnya. Kebiasaan yang termasuk dalam hukum adat
adalah tindakan yang dilakukan secara konsisten, mengacu pada pengaturan hukum
dalam masyarakat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Christian Snouck Hurgronje,
seorang peneliti yang melakukan penelitian di Aceh pada tahun 1891-1892 dan
menerbitkan buku "De Atjehers" (Orang-orang Aceh). Kemudian, Cornelis Van
Vollenhoven menggunakan istilah adat recht ini dan menulisnya dalam bukunya yang
berjudul "Het Adatrecht van Nederlandsch Indie" (Hukum Adat Hindia-Belanda) pada
tahun 1901-1933, serta "De Ontdekking van het Adatrecht" (Penemuan Hukum Adat)
pada tahun 1928.2
Pada tahun 1929, Pemerintah Kolonial Belanda mulai secara resmi menggunakan
istilah adat recht dalam peraturan perundang-undangan Belanda. Meskipun demikian,
istilah hukum adat belum begitu dikenal di kalangan masyarakat umum, dan istilah adat
atau kebiasaan lebih sering digunakan. Namun, apakah hukum adat dapat disamakan
dengan hukum kebiasaan?
Van Dijk menyampaikan pendapatnya mengenai penggunaan istilah hukum
kebiasaan sebagai terjemahan dari adat recht. Menurut pendapatnya, penggunaan kata
adat recht yang diterjemahkan sebagai hukum kebiasaan tidak sepenuhnya tepat. Hal ini

2
Dr. Lim Siti Masyitoh, M.Si. dan Prof. Dr. Hj. Ranidar Darwis, S.H., M.Pd.,
“Pengantar dan Dasar Yuridis Berlakunya Hukum Adat”, Perpustakaan UT, (2013), 53.

4
karena orang sudah terbiasa berperilaku sesuai dengan cara tertentu, sehingga muncul
aturan perilaku yang diterima dan dijalankan oleh masyarakat.
Penggunaan istilah adat di berbagai daerah di Indonesia sangat beragam. Misalnya
di daerah Minangkabau istilah yang digunakan adalah "limbago" atau "adat limbago",
di daerah Batak Karo menggunakan istilah "baso" atau "bicara" yang berarti kebiasaan
dan kesusilaan, di daerah Gayo menggunakan istilah "adot", di daerah Minahasa dan
Maluku menggunakan istilah "adat kebiasaan", di wilayah Sulawesi Tengah disebut
"hadat", di Gayo disebut "odot", di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan
istilah "ngadat", dan masih banyak lagi variasi istilah yang digunakan di daerah lainnya.
Berdasarkan penelitian Van Vollenhoven, ditemukan bahwa sejak zaman dahulu,
masyarakat Indonesia yang tinggal di berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Merauke
memiliki aturan hidup yang mengikat dan dihormati oleh masyarakat setempat. Setiap
daerah juga memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Adat ini terus berkembang dan
mengalami perubahan seiring dengan kemajuan zaman.
Adat istiadat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merujuk pada tata
kelakuan yang diturunkan secara turun-temurun dan tidak berubah dari satu generasi ke
generasi berikutnya sebagai warisan budaya. Hal ini menghasilkan integrasi yang kuat
terkait dengan pola perilaku masyarakat. Di sisi lain, adat merujuk pada Gagasan
kebudayaan mencakup nilai-nilai, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat
yang umum dilakukan di suatu daerah. Dengan demikian, adat istiadat mencakup
perilaku budaya atau aturan yang telah ditetapkan untuk diterapkan dalam suatu daerah,
dengan berbagai konsekuensi yang mengatur perbuatan atau tindakan manusia dalam
kehidupan sosial. Adat istiadat yang hidup dan berkembang dengan tradisi rakyat
merupakan sumber yang sangat mengagumkan bagi hukum adat kita. 3
Perbandingan Antara Adat Dengan Hukum Adat
1. Ter Haar
Suatu adat akan dianggap sebagai hukum adat jika terdapat keputusan dari
kepala adat yang mengakui dan mengesahkan adat tersebut. Namun, jika tidak
ada keputusan yang mengatur adat tersebut, maka adat tersebut tetap dianggap
sebagai tingkah laku atau adat biasa.

3
Umam, “Pengertian Adat Istiadat Menurut Para Ahli hingga Contohnya di
Indonesia”, Gramedia, (2021).

5
2. Van Vollen Hoven
Suatu kebiasaan atau adat akan menjadi hukum adat jika kebiasaan tersebut
memiliki sanksi yang diberlakukan.
3. Van Dijk
Perbedaan antara adat dan hukum adat terletak pada asal dan bentuknya. Hukum
adat berasal dari perangkat masyarakat dan dapat berbentuk tertulis ataupun
tidak tertulis, sedangkan adat berasal dari masyarakat itu sendiri dan umumnya
tidak tertulis.
4. L. Pospisil
Perbedaan antara adat dan hukum adat dapat dilihat dari atribut-atribut
hukumnya, yaitu:
a. Atribut authority (otoritas): Hukum adat melibatkan otoritas dari
penguasa masyarakat dan individu yang memiliki pengaruh dalam
masyarakat.
b. Intention of Universal Application (niat untuk diterapkan secara
universal): Keputusan para kepala adat dalam hukum adat memiliki
sifat jangka panjang dan perlu dipertimbangkan untuk diterapkan pada
peristiwa yang serupa di masa depan.
c. Obligasi (rumusan hak dan kewajiban): Hukum adat melibatkan
rumusan hak-hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang masih
hidup. Jika salah satu pihak seperti nenek moyang telah meninggal
dunia, maka kewajiban-kewajiban yang bersifat keagamaan hanya
dicantumkan dalam keputusan tersebut.
d. Adanya sanksi atau imbalan: Keputusan dalam hukum adat harus
diperkuat dengan sanksi atau imbalan, baik berupa sanksi fisik maupun
sanksi rohani seperti rasa takut, malu, atau benci. Sanksi atau imbalan
ini bertujuan untuk menjaga ketaatan terhadap keputusan yang telah
dibuat oleh pihak yang berwenang.4
Istilah Hukum Adat Menurut Para Ahli
1. Prof. Mr. C. Van Vollenhoven

4
Bewa Ragarino, S.H., M.SI., “PENGANTAR DAN ASAS-ASAS HUKUM ADAT INDONESIA”,
Universitas Padjajaran, 2008, 129 halaman.

6
Beliau adalah orang pertama yang menggunakan hukum adat sebagai ilmu
pengetahuan dan menempatkan hukum adat pada posisi yang setara dengan
hukum lainnya. Beliau mendefinisikan hukum adat sebagai peraturan yang
berlaku bagi orang pribumi dan orang Timur asing, yang memiliki sanksi
(hukum) namun tidak terkodifikasi (adat).
Dari definisinya, dapat disimpulkan bahwa adat adalah hukum yang berlaku
untuk kelompok tertentu, seperti yang tercantum dalam Pasal 163 IS. Namun,
penting untuk diingat bahwa penjelasan Van Vollenhoven tentang Hukum Adat
diberikan pada masa kolonial Belanda yang mungkin kurang relevan jika
diterapkan pada masa sekarang.

1. Prof. Mr. B. Ter Haar Bzm


Ter Haar merupakan guru besar hukum adat yang pertama. Beliau
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian hukum adat yaitu sebagai
keseluruhan aturan yang terdapat dalam keputusan-keputusan para fungsionaris
hukum yang mempunyai kekuasaan serta pengaruh dalam pelaksanaan
berlakunya serta diikuti dengan sepenuh hati.
Dari pengertian yang dijelaskan oleh beliau, dapat dilihat bahwa ia menganggap
bahwa hukum adat itu ada karena terdapat keputusan para ketua adat, baik
keputusan karena adanya suatu pelanggaran ataupun karena persoalan lainnya.
Tetapi pengertian yang dijelaskan oleh beliau ini lebih menekankan jika dilihat
dari sisi hukum, seakan-akan hukum adat tidak akan ada tanpa keputusan para
ketua adat.
Pengertian yang dijelaskan oleh beliau didasari dengan teori “All The Law is
judgemade Law” bahwa semua hukum merupakan keputusan Hakim, kemudian
teori John Chipman Gray yang berpendapat bahwa Hakim harus mengikuti
keputusan Hakim yang kedudukannya lebih tinggi atau yang sederajat dalam
memutus perkara yang sama.
Teori yang dikemukakan oleh beliau ini dikenal dengan teori keputusan. Tetapi
banyak ahli hukum adat yang tidak sependapat dengan teori ini, dapat
dibuktikan dari pendapatnya bahwa “Setiap Hakim yang mengambil keputusan
menurut adat, harus meyakini sedalam mungkin tentang sistem (stelsel), realitas

7
sosial (social welkelijk) dan tuntutan keadilan dan kemanusiaan agar dapat
menjalankan tugasnya dengan benar.
2. Prof. Mr. Dr. R. Soepomo
Soepomo merupakan ahli hukum adat pertama di Indonesia, yang menggantikan
Ter Haar sebagai Guru Besar Hukum Adat pada tahun 1941 di Sekolah Tinggi
Hukum Jakarta).
Pada tanggal 14 Agustus 1952 menyampaikan pendapatnya mengenai Hukum
Adat dalam Konferensi Asia Tenggara yang diadakan di Lashington, dengan
judul “Hukum Adat di masa depat berhubungan dengan pembangunan negara
Indonesia, berisi bahwa : Hukum Adat merupakan hukum kebiasaan yang hanya
sebagian kecil dari hukum islam. Hukum adat melindungi hukum berdasarkan
keputusan hakim yang berisi prinsip-prinsip hukum dalam pengambilan
keputusan permasalahan terkait dengan budaya tradisional. Hukum adat
merupakan hukum yang hidup di masyarakat, karena menggambarkan perasaan
hukum yang sebenarnya terjadi di masyarakat.
Beliau juga menyampaikan pendapatnya melalui tulisan, yaitu “Terdapat
beberapa tulisan mengenai kedudukan hukum adat, yang mendefinisikan hukum
adat sebagai “Hukum yang tidak terkodifikasi di dalam peraturan perundang-
undangan (unstatury law) termasuk aturan hidup yang tidak ditetapkan oleh
pihak yang memiliki kuasa, namun tetap ditaati dan dihormati oleh masyarakat
karena aturan tersebut diyakini memiliki kekuatan hukum.
Lalu beliau juga mengatakan: Untuk menghindari kekeliruan dalam
mengartikan, hukum adat digunakan sebagai sinonim dari hukum yang tidak
tertulis dalam peraturan perundang-undangan (unstatutory law), hukum yang
timbul atas kesepakatan dari badan-badan hukum negara, hukum yang
dihasilkan dari keputusan Hakim (judgemade law) dan hukum yang timbul
karena aturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam kehidupan (customary
law), baik adat ataupun hukum yang tidak tertulis.
3. Dr. Soekanto
Beliau memberikan penjelasan hukum adat pada dasarnya merupakan hukum
kebiasaan, tetapi bukan hanya kebiasaan semata melainkan kebiasaan yang
mempunyai akibat hukum (sanksi). Sehingga hukum adat merupakan

8
keseluruhan adat yang tidak tertulis dan hidup di masyarakat, yaitu berupa
kesusilaan dan kebiasaan yang mempunyai akibat hukum atau sanksi.
Seperti yang terdapat dalam bukunya tentang Hukum Adat Indonesia, beliau
menyatakan bahwa : “Hukum Adat merupakan suatu kompleks adat yang
sebagian besar tidak terkodifikasi (on geco dificeerd), memiliki sifat memaksa
(dwang), serta memiliki sanksi sehingga mempunyai akibat hukum
(rechtsgevolg).
Sehingga jika dilihat dari penjelasan beliau, maka hukum dapat diartikan sebagai
hukum kebiasaan yang mempunyai akibat hukum atau sanksi dan tidak tertulis
serta memiliki sifat yang memaksa.
4. Prof. Mr. M.M Djojodigoeno
Beliau menyampaikan pendapatnya mengenai definisi Hukum Adat sebagai
berikut: "Hukum Adat merupakan hukum yang tidak bersumber pada peraturan".
Menurutnya, hukum tidaklah bersifat kaku dan statis seperti ikatan aturan yang
tetap, tetapi justru memberikan solusi yang tepat dan sesuai dalam berbagai
permasalahan yang berbeda dalam hal dan kewajiban. Hukum Adat dianggap
sebagai hukum yang hidup, dapat berkembang, dan bervariasi.
Dapat disimpulkan bahwa menurut beliau, hukum adat tidak memiliki sifat kaku
dan formal seperti hukum pada umumnya. Sebaliknya, hukum adat merupakan
aturan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara
yang tepat, serta dianggap hidup dan berkembang dalam masyarakat. 5

5. Mr. J.HP.Bellefroid
Beliau memberikan pengertiannya tentang hukum adat bahwa: “Hukum adat
merupakan aturan hidup, meskipun tidak dibuat oleh penguasa tetap akan
dihormati dan ditaati oleh masyarakat serta meyakini aturan tersebut sebagai
hukum yang berlaku”.
Jadi meskipun hukum adat tersebut tidak disahkan kedalam peraturan
perundang-undangan oleh yang berwenang, masyarakat tetap akan tata dan
meyakini aturan tersebut.
6. Van Dijk
5
Aprilianti, S.H., M.H., dan Kasmawati, S.H., M.H., “HUKUM ADAT DI INDONESIA”, PUSAKA
MEDIA, (Oktober 2022), 168 Halaman.

9
Van Dijk memiliki pandangan bahwa hukum adat dan hukum kebiasaan
memiliki perbedaan. Menurutnya, istilah adat mengacu pada kebiasaan yang
mencakup semua aturan tentang tingkah laku yang dijalankan, termasuk aturan
hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Namun, menurutnya, adat
tidak memiliki konsekuensi hukum, sedangkan hukum adat memiliki akibat
hukum (sanksi).
Selain itu, Van Dijk juga berpendapat bahwa hukum kebiasaan adalah suatu
kompleks peraturan hukum yang tercipta dari kebiasaan yang telah berlangsung
dalam masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Kebiasaan tersebut
menghasilkan aturan-aturan yang dapat diterima dan diinginkan oleh
masyarakat.
Dengan demikian, hukum kebiasaan terbentuk dari peraturan yang muncul
karena adanya kebiasaan yang telah berlangsung dalam masyarakat untuk waktu
yang cukup lama, sehingga aturan-aturan tersebut tercipta.
7. Prof. Mr. Dr. Hazairin
Berbeda dengan ahli Hukum Adat lainnya, beliau lebih tertarik untuk
menjelaskan Hukum Adat dari sudut pandang Hukum Islam. Menurut beliau,
semua bidang hukum memiliki kaitan dengan kesusilaan, oleh karena itu, dalam
sistem hukum yang baik, tidak ada ruang bagi hal-hal yang bertentangan atau
tidak sesuai dengan kesusilaan.
Hukum Adat dianggap sebagai sumber kesusilaan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, kaidah-kaidah adat merupakan kaidah-kaidah kesusilaan yang telah
diterima oleh masyarakat. Meskipun terdapat perbedaan dalam sifat dan bentuk
antara kaidah kesusilaan dan kaidah hukum, segala bentuk perbuatan yang
dilarang atau diperintahkan dalam hukum juga merupakan bentuk yang dilarang
atau dibolehkan menurut kaidah kesusilaan. Dengan demikian, pada dasarnya,
hukum tersebut merujuk pada kesusilaan. 6
8. Sukardi

6
“Kedudukan Hukum Adat”, https://lms.syam-
ok.unm.ac.id/pluginfile.php/361736/mod_resource/content/1/kedudukan%20HK.ADAT
%20BEBERAPA%20PENGERTIAN.docx diakses pada tanggal 1 Januari 2024.

10
Dalam bukunya Sistem Hukum Indonesia Sukardi juga menjelaskan bahwa
hukum adat adalah keseluruhan kaidah dan norma, baik yang dibuat secara
tertulis maupun tidak tertulis yang berasal dari kebiasaan masyarakat Indonesia
atau adat istiadat yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku kehidupan
masyarakat, dan terdapat sanksi yang akan diberikan kepada pihak yang
melanggar.
9. Moehamad Koesnoe
Mohammad Koesnoe memberikan pendapat mengenai awal mula adanya hukum
adat di Indonesia. Belum diketahui secara pasti, namun hukum adat dianggap
hukum tertua di Indonesia jika dibandingkan dengan hukum lainnya, seperti
hukum Barat dan juga hukum Islam. Karena hukum adat merupakan hukum
yang pertama kali dikenal dan hidup di masyarakat secara turun-temurun melalui
norma-norma yang berlaku di masyarakat yang kemudian dijalani dan dipatuhi
oleh masyarakat.
10. Koentjaraningrat
Koentjaraningrat memberikan penjelasan tentang perbedaan antara adat istiadat,
norma, dan hukum. Adat istiadat adalah sebuah sistem nilai budaya, pandangan
hidup, dan ideologi yang berfungsi sebagai pedoman hidup masyarakat. Nilai-
nilai budaya ini sulit untuk dijelaskan secara rasional dan realistis karena mereka
berada dalam ranah emosional manusia. Individu tumbuh dengan nilai-nilai
budaya ini sejak kecil, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam dirinya.
Norma di sisi lain adalah aturan tingkah laku yang khusus, terperinci, jelas, dan
tegas. Norma memiliki kekuasaan untuk mengatur tingkah laku individu, dan
pelanggaran terhadap norma dapat memiliki konsekuensi hukum (sanksi). Oleh
karena itu, Ter Haar membedakan antara adat dan hukum adat, dengan sanksi
mencerminkan bahwa hukum adat dilihat dari keputusan-keputusan para
fungsionaris hukum. 7
11. F.D Holleman
F.D. Holleman memiliki pandangan yang sejalan dengan Van Vollenhoven
dalam mendefinisikan hukum adat. Menurutnya, hukum adat dapat diartikan

7
Dr. Marhaeni Ria Siombo, S.H., M.SI., “Asas-Asas Hukum Adat”, Perpustakaan UT,
(2014), 39 Halaman.

11
sebagai kumpulan norma-norma yang hidup dan ditegakkan dengan sanksi,
bahkan jika diperlukan, oleh badan-badan yang berwenang agar masyarakat
mematuhi dan mentaatinya. Keberadaan keputusan ahli hukum tidak menjadi
masalah dalam konteks hukum adat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah sebuah konsep
kebudayaan yang melibatkan norma, nilai-nilai budaya, dan aturan-aturan yang
saling terkait, membentuk suatu sistem yang memiliki sanksi yang nyata dan
kuat.
12. Prof. Soeripto
Beliau menyampaikan pandangannya mengenai definisi hukum adat sebagai
kumpulan semua aturan adat dan perilaku yang memiliki sifat hukum dalam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Hukum ini tidak tertulis namun
dianggap layak dan mengikat oleh masyarakat. Hukum adat dianggap bersifat
hukum karena didasarkan pada keadilan dan kesadaran bahwa peraturan tersebut
harus dijaga oleh badan hukum dan masyarakat melalui tindakan yang tegas dan
sanksi.
13. Hardjito Notopuro
Pendapat beliau mengenai hukum adat yaitu sebagai bentuk hukum yang tidak
diatur secara tertulis. Ini adalah hukum kebiasaan yang memiliki karakteristik
khusus dalam memberikan panduan bagi kehidupan masyarakat dalam mencapai
keadilan dan kesejahteraan yang didasarkan pada prinsip kekeluargaan.
14. Suroyo Wignjodipuro
Beliau memiliki pengertian tentang hukum adat adalah sekumpulan norma-
norma kompleks yang terbentuk berdasarkan rasa keadilan masyarakat dan terus
mengalami perkembangan. Hukum adat mencakup aturan mengenai perilaku
manusia dalam kehidupan masyarakat, dan sebagian besar tidak tertulis. Namun,
hukum adat memiliki konsekuensi hukum yang melibatkan sanksi. 8
Dari pendapat-pendapat yang disampaikan oleh para ahli, terdapat
banyak sekali pandangan yang berbeda-beda mengenai definisi hukum adat.
Namun, dapat disimpulkan secara garis besar pengertian hukum adat yaitu

8
Bewa Ragarino, S.H., M.SI., “PENGANTAR DAN ASAS-ASAS HUKUM ADAT
INDONESIA”, Universitas Padjajaran, 2008, 129 halaman.

12
hukum yang mengatur tingkah laku manusia, berupa kebiasaan yang bersumber
dari norma-norma dan kesusilaan yang hidup di masyarakat. Hukum adat juga
biasanya tidak tertulis, meskipun demikian tetap dipatuhi dan dijalani oleh
masyarakat, karena terdapat sanksi jika melanggarnya.

B. Pembidangan hukum adat


1) Terminologi dan Pengertian Hukum Adat
Hukum adat, atau ius proprium9 , adalah sistem hukum yang didasarkan
pada adat istiadat dan tradisi yang berlaku pada masyarakat tertentu. Merupakan
suatu bentuk hukum yang tidak tertulis dan tidak mempunyai prosedur hukum
formal. Sebaliknya, hal ini didasarkan pada norma-norma yang telah
berkembang seiring berjalannya waktu dalam komunitas tersebut. Misalnya,
hukum adat dapat mengatur hal-hal seperti warisan, kepemilikan tanah, serta
norma dan harapan sosial.
Hukum adat mempunyai peranan penting di berbagai belahan dunia,
terutama di negara-negara berkembang. Ketika negara-negara ini beralih dari
praktik tradisional ke sistem hukum yang lebih formal, hukum adat mungkin
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur dan penerapan sistem
hukum baru. Hukum adat merupakan suatu sistem hukum yang tidak tertulis dan
didasarkan pada adat istiadat dan tradisi yang telah ditetapkan pada suatu
masyarakat tertentu. Merupakan suatu cara hidup yang diwariskan secara turun-
temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan, tabiat, dan bahkan
maklumat yang memberikan pedoman perilaku serta norma-norma dalam suatu
masyarakat. Artinya hukum adat tidak diakui secara formal oleh pemerintah dan
tidak ditegakkan oleh otoritas pusat
Di banyak belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang,
masyarakat sangat bergantung pada hukum adat untuk mengatur kehidupan
sehari-hari mereka. Hukum adat memainkan peran penting dalam hal-hal seperti
warisan, kepemilikan tanah, dan perselisihan antara individu dan masyarakat.

9
Ius commune” and “Ius proprium” relationship | Free essay example. (2022,
March 20). StudyCorgi. https://studycorgi.com/ius-commune-and-ius-proprium-
relationship/

13
Hal ini dianggap sebagai bagian penting dari identitas dan budaya komunitas,
dan membantu menjaga ketertiban dan harmoni sosial.
Meskipun hukum adat menawarkan banyak manfaat, hukum adat juga
mempunyai sejumlah keterbatasan. Misalnya, hal ini mungkin tidak didasarkan
pada kriteria objektif, dan mungkin tidak konsisten antara satu komunitas
dengan komunitas lainnya. Selain itu, sulitnya menegakkan hukum adat dalam
sistem hukum formal, sehingga dapat menimbulkan inkonsistensi dan konflik
dalam penerapan hukum tersebut. Meskipun demikian, hukum adat tetap
menjadi aspek penting dalam kehidupan banyak orang, dan memainkan peran
penting dalam membentuk masyarakat dan budaya di seluruh dunia.
1. Hukum Adat di Indonesia
Hukum adat dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting
dalam sistem hukum di Indonesia. Faktanya, hukum adat memainkan peran
penting dalam sistem hukum di banyak daerah di Indonesia. Indonesia adalah
negara yang beragam dengan lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 700 bahasa
dan kelompok etnis, masing-masing memiliki adat dan tradisinya sendiri. Oleh
karena itu, setiap daerah di Indonesia mempunyai hukum adatnya masing-
masing yang berbeda-beda sesuai dengan adat dan tradisi daerah tersebut10.
Salah satu contoh hukum adat yang paling menonjol di Indonesia adalah
Awig-Awig di Bali (Junia, 2023)11. Hukum Bali didasarkan pada adat istiadat
dan tradisi masyarakat Bali dan diakui sebagai bentuk hukum utama di Bali.
Meskipun hukum adat sangatlah penting di banyak wilayah di Indonesia,
pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menggantikan hukum adat dengan
sistem hukum yang lebih formal. Proses ini sedang berjalan dan diharapkan
dapat menghasilkan sistem hukum yang lebih konsisten dan adil serta dapat
diakses oleh seluruh warga negara Indonesia. Namun, hukum adat masih
menjadi bagian penting dari sistem hukum di banyak wilayah di Indonesia, dan

10
andu. (2022, November 27). Contoh Hukum Adat dan Sanksinya yang Ada di
Indonesia. Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/contoh-hukum-adat/
11
Junia, I. L. R. (2023). Mengenal Hukum Adat Awig-Awig di Dalam Desa
Adat Bali. Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains, 2(09).
https://doi.org/10.58812/jhhws.v2i09.636

14
memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan dan budaya masyarakat
setempat.
2. Komparasi Antara Adat dengan Hukum Adat
Adat istiadat dan hukum adat seringkali digunakan secara bergantian,
namun keduanya bukanlah hal yang sama. Meskipun adat istiadat mengacu pada
tradisi dan praktik suatu komunitas, hukum adat adalah sistem hukum formal
yang didasarkan pada tradisi dan praktik tersebut.
Adat istiadat adalah praktik dan tradisi yang diwarisi suatu masyarakat
dari nenek moyangnya dan diwariskan dari generasi ke generasi12 . Adat istiadat
ini tidak tertulis dan mungkin berbeda antara satu komunitas dengan komunitas
lainnya. Hal ini dapat bersifat keagamaan, budaya, atau sosial, dan mungkin
terkait dengan berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti perkawinan,
warisan, dan kepemilikan tanah.
Hukum adat, di sisi lain, adalah sistem hukum dan praktik formal yang
didasarkan pada adat istiadat masyarakat tertentu. Hukum hukum adat
didasarkan pada praktik dan kepercayaan tradisional masyarakat tersebut, dan
hukum tersebut dapat ditegakkan oleh sistem hukum formal, seperti pengadilan
atau badan legislatif. Berbeda dengan adat istiadat, hukum adat biasanya tertulis
dan tunduk pada prosedur hukum yang diformalkan.
Dalam beberapa kasus, hukum adat dapat diakui sebagai bagian formal
dari sistem hukum suatu negara, sementara dalam kasus lain, hukum adat
mungkin ada berdampingan dengan sistem hukum formal dan ditegakkan
melalui cara-cara informal. Baik adat istiadat maupun hukum adat sama-sama
penting dalam membentuk budaya dan identitas masyarakat, dan keduanya
memainkan peranan penting dalam sistem hukum di banyak belahan dunia.
3. Paradigma Hukum Adat di Indonesia
a. Corak Komunal
Di Indonesia, pola komunal mengacu pada adat istiadat dan praktik
tradisional yang mengatur perilaku individu dan kelompok dalam suatu

12
Umam. (2023, June 26). Pengertian adat istiadat menurut para ahli, macam
hingga contohnya. Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
adat

15
komunitas. Pola-pola ini sering kali didasarkan pada tradisi dan kepercayaan
kuno, dan diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Masyarakat di Indonesia biasanya mempunyai adat istiadat dan aturan
unik mereka sendiri, yang mungkin spesifik untuk wilayah atau budaya tertentu.
Adat istiadat dan peraturan ini seringkali mempengaruhi cara anggota
masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari, dan mungkin mengatur masalah-
masalah seperti perkawinan, warisan, dan hak milik.
Misalnya, suatu komunitas mungkin mempunyai seperangkat adat
istiadat yang mengatur cara pewarisan properti dari satu generasi ke generasi
lainnya, atau aturan seputar pernikahan dan perceraian. Adat-istiadat ini
mungkin didasarkan pada keyakinan agama atau budaya, dan sering kali
dipandang penting untuk menjaga kohesi komunitas dan melestarikan identitas
budaya.
Secara keseluruhan, pola komunal merupakan aspek penting dalam
masyarakat dan budaya Indonesia, serta berperan penting dalam membentuk
perilaku dan keyakinan individu dalam suatu komunitas. Mereka merupakan
sumber penting keberlangsungan sosial dan budaya serta memberikan rasa
identitas dan rasa memiliki pada anggota suatu komunitas.

b. Corak Demokrasi
Di Indonesia, pola Demokrasi merinci pada sistem politik dan sosial
negara yang didasarkan pada prinsip demokrasi. Indonesia adalah negara
republik demokratis, artinya dipimpin oleh pemerintahan yang dipilih secara
demokratis dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Sistem demokrasi Indonesia didasarkan pada prinsip kedaulatan rakyat
dan pemisahan kekuasaan. Kedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan tertinggi
dalam suatu negara berada di tangan rakyat, yang memilih wakil-wakilnya
melalui pemilihan umum yang bebas dan adil. Pemisahan kekuasaan berarti
bahwa berbagai cabang pemerintahan, seperti legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
bertanggung jawab satu sama lain dan bekerja sama untuk menjamin
kesejahteraan rakyat.

16
Sistem demokrasi di Indonesia juga memungkinkan adanya kebebasan
sipil dan kebebasan pribadi, termasuk kebebasan berekspresi dan hak berkumpul
dan berserikat. Hal ini memastikan bahwa individu dan kelompok mempunyai
hak untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi dan suara mereka didengar.
Secara keseluruhan, pola demokrasi merupakan aspek mendasar dari
masyarakat Indonesia, dan tertuang dalam konstitusi dan undang-undang negara.
Hal ini memberikan kerangka kerja untuk memastikan supremasi hukum, dan
memastikan bahwa hak dan kebebasan semua individu dan kelompok
dilindungi.

c. Corak Konkrit dan Kontan


Dalam hukum adat, pola konkrit mengacu pada benda fisik atau harta
benda nyata yang tunduk pada adat. Hal ini dapat mencakup tanah, bangunan,
tanaman, ternak, atau benda berwujud lainnya yang digunakan atau dimiliki
dalam suatu komunitas. Hukum adat sering kali menetapkan aturan seputar
kepemilikan, penggunaan, dan penguasaan barang-barang tersebut, dan
menentukan bagaimana barang-barang tersebut diturunkan dari satu generasi ke
generasi lainnya.
Contoh umum pola konkrit dalam hukum adat adalah kepemilikan tanah.
Di banyak komunitas, tanah dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi
lainnya, dan peraturan seputar pengalihan kepemilikan ini diatur oleh hukum
adat. Kepemilikan dan penggunaan tanah mungkin ditentukan oleh peraturan
seputar warisan atau pembagian properti, dan dapat mempunyai implikasi yang
signifikan terhadap cara anggota masyarakat berinteraksi dan menggunakan
tanah tersebut.
Dalam beberapa kasus, masyarakat mungkin juga mempunyai adat
istiadat dan peraturan seputar penggunaan sumber daya bersama, seperti daerah
penangkapan ikan atau daerah perburuan. Adat istiadat ini dapat didasarkan pada
kepercayaan dan praktik tradisional, dan dapat menetapkan aturan mengenai
bagaimana sumber daya tersebut digunakan, dibagikan, dan dikelola.
Secara keseluruhan, pola konkrit merupakan aspek kunci dari hukum
adat, dan memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan interaksi

17
anggota suatu komunitas. Hal ini memberikan kerangka kerja untuk memahami
dan menyelesaikan perselisihan seputar kepemilikan, penggunaan, dan
penguasaan benda-benda berwujud, dan merupakan sumber penting stabilitas
sosial dan ekonomi.
Dalam hukum adat Indonesia, asas “Kontan” penting dalam menjaga
keseimbangan interaksi sosial. Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa serah
terima dan penerimaan harus terjadi secara bersamaan untuk menjamin
pertukaran yang adil dan merata. Praktik ini diyakini dapat membantu menjaga
keharmonisan antar individu dan komunitas, serta membantu memastikan bahwa
hak dan kewajiban semua pihak didefinisikan dengan jelas dan dihormati.

d. Corak Relegiues-Magis
Dalam hukum adat Indonesia, pola religious-magis mengacu pada
prinsip dan adat istiadat yang didasarkan pada keyakinan dan praktik agama. Di
Indonesia yang merupakan negara multiagama, pola-pola religious-magis
mempunyai dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan
masyarakat, termasuk adat istiadat, tradisi, dan praktik yang berkaitan dengan
perkawinan, warisan, dan kepemilikan harta benda.
Salah satu contoh pola religious-magis di Indonesia adalah konsep
pesantren yang merupakan bentuk pendidikan agama tradisional dalam Islam.
Pesantren adalah sekolah atau pusat pelatihan tempat generasi muda Muslim
mempelajari pelajaran Alquran, hukum Islam, dan praktik keagamaan lainnya.
Lembaga-lembaga ini berperan penting dalam mempromosikan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam di masyarakat, dan merupakan bagian integral dari kehidupan
sosial Indonesia.
Pola religious-magis juga dapat mempengaruhi adat istiadat yang
berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, dan kematian, serta mempunyai
dampak yang signifikan terhadap tradisi dan praktik budaya. Misalnya,
keyakinan agama atau adat istiadat tertentu mungkin menentukan jenis makanan
yang disajikan pada acara atau metode penguburan.
Secara keseluruhan, pola religious-magis merupakan aspek penting
dalam masyarakat Indonesia, dan memainkan peran penting dalam membentuk

18
interaksi sosial serta keyakinan budaya dan adat istiadat. Hal ini mencerminkan
keragaman keyakinan dan praktik yang hidup berdampingan dalam masyarakat
Indonesia, dan memberikan kerangka kerja untuk meningkatkan toleransi,
pemahaman, dan penghormatan terhadap adat dan tradisi agama yang berbeda.

4. Sumber Hukum Adat

Sumber Hukum Adat


Kebiasaan atau Tradisi Rakyat
Kebudayaan Tradisional Rakyat
Ugeran/Kaidah dari Kebudayaan Indonesia Asli
Pepatah Adat
Yurisprudensi Adat
Dokumen-Dokumen yang Memuat ketentuan-ketentuan hukum
yang hidup
Kitab yang dikeluarkan oleh para Raja
Doktrin tentang Hukum Adat
Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat yang tumbuh dan
berlaku dalam masyarakat

Tabel 4.1 Sumber-Sumber Hukum adat (Sumber : Humas, 2022)13

5. Pembidangan Hukum Adat


Bidang hukum adat, merujuk pada kajian dan praktik sistem budaya dan
hukum tradisional yang ada di berbagai belahan dunia. Sistem ini didasarkan
pada adat istiadat dan tradisi komunitas tertentu dan seringkali diwariskan dari
generasi ke generasi. Hukum adat merupakan mekanisme penting untuk
menyelesaikan perselisihan dan menjaga perdamaian dalam komunitas tertentu,
dan hukum adat dapat berdampak besar pada cara masyarakat hidup dan
13
Humas, T. (n.d.). Pengertian Hukum Adat, Ciri, Dimensi, Asas, Sumber, dan
Pembidangan Hukum Adat – Universitas Islam An Nur Lampung. https://an-
nur.ac.id/pengertian-hukum-adat-ciri-dimensi-asas-sumber-dan-pembidangan-hukum-
adat/

19
memandang dunia mereka14. Namun, bidang studi ini sering diabaikan dalam
bidang hukum yang lebih luas, dan masih relatif sedikit penelitian yang
dilakukan mengenai hukum adat dan dampaknya terhadap masyarakat. Salah
satu alasan utama kurangnya pemahaman terhadap hal ini adalah karena hukum
adat seringkali sulit dipelajari dan dipahami, karena hukum adat didasarkan pada
sistem budaya dan sosial yang kompleks dan seringkali terkait dengan
keyakinan dan ritual agama. Terlebih lagi, hukum adat sering kali beroperasi di
luar sistem hukum formal, sehingga menyulitkan akses dan kajiannya.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, bidang hukum adat merupakan
bidang studi yang penting bagi mereka yang tertarik mempelajari budaya dan
sistem hukum, dan bidang ini berpotensi memberikan wawasan berharga
mengenai cara masyarakat hidup dan berinteraksi satu sama lain. Berikut
merupakan pembidangan hukum adat menurut Van Vollen Hoven:

1. Bentuk-Bentuk Masyarakat Hukum Adat


Menurut ahli hukum dan sarjana hukum Cornelis van Vollenhoven 15
, bidang hukum adat dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk utama
masyarakat hukum adat: (1) masyarakat adat, (2) masyarakat
minoritas, dan (3) masyarakat daerah.

 Masyarakat Adat : Komunitas adat adalah komunitas yang


sistem hukumnya didasarkan pada praktik dan
kepercayaan tradisional yang kuno dan mengakar
kuat.Komunitas-komunitas ini sering kali memiliki
hubungan yang kuat dengan tanah tersebut dan telah

14
Mita Oktavia, Mochammad Farhan, Muhamad Adi Darmawan, Naufal
Ramadhan Mubarak, Najwa Alawiyah, Nurulloh Misbahul Ma’ruf, & Ende Hasbi
Nassaruddin. (2023). HARMONI ANTARA HUKUM ISLAM DAN TRADISI
LOKAL: STUDI TENTANG PENYELARASAN HUKUM ADAT DALAM
KONTEKS MASYARAKAT MUSLIM DI KAMPUNG ADAT NAGA
TASIKMALAYA. Causa: Jurnal Hukum Dan Kewarganegaraan, 1(9), 71–80.
https://doi.org/10.3783/causa.v1i9.1334
15
Wikipedia contributors. (2023, January 12). Cornelis van Vollenhoven.
Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Cornelis_van_Vollenhoven

20
mengembangkan tradisi budaya dan hukum yang unik
yang mencerminkan pandangan dunia dan cara hidup
mereka yang unik16. Contoh komunitas adat termasuk
suku asli Amerika di Amerika Serikat, Māori di Selandia
Baru, atau Saami di Skandinavia.
 Komunitas Minoritas : Komunitas minoritas adalah
komunitas yang sistem hukumnya didasarkan pada tradisi
budaya dan hukum dari etnis atau agama minoritas
tertentu dalam sistem hukum yang lebih besar dan
dominan17. Komunitas-komunitas ini seringkali memiliki
identitas budaya yang berbeda dan mungkin berisiko
mengalami asimilasi atau asimilasi budaya dengan budaya
dominan. Contoh komunitas minoritas adalah komunitas
Asiria di Irak, komunitas Kurdi di Turki, atau komunitas
Yahudi di Israel.
 Komunitas Daerah : Masyarakat daerah adalah
masyarakat yang sistem hukumnya didasarkan pada adat
istiadat dan tradisi suatu wilayah atau wilayah geografis
tertentu. Komunitas-komunitas ini seringkali memiliki
identitas budaya dan tradisi hukum yang unik yang
mencerminkan sejarah dan geografi regional mereka.
Contoh komunitas regional mencakup komunitas Arab di
Afrika Utara, komunitas Afrika Amerika di Amerika
Serikat, atau komunitas Inuit di Arktik Kanada.
Di masing-masing komunitas ini, hukum adat memainkan peran penting
dalam membentuk identitas budaya dan hukum mereka, karena hukum ini
melestarikan tradisi sejarah dan budaya penting yang merupakan bagian integral
dari cara hidup mereka. Selain itu, hukum adat juga menyediakan sarana untuk

16
Sistem Hukum Adat Pengertian, Karakteristik dan Contoh. (2023, June 24).
Pascasarjana UMSU. https://pascasarjana.umsu.ac.id/contoh-sistem-hukum-adat/
17
Hadirman, H. (2022). Problematika Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Lembaga Pendidikan Islam di Tengah Komunitas Minoritas Muslim (Studi di MIN 1
Minahasa). Al-Madrasah, 6(2), 304. https://doi.org/10.35931/am.v6i2.966

21
menjaga ketertiban sosial dan menyelesaikan perselisihan dalam masyarakat,
sehingga dapat membantu menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki.
2. Tentang Pribadi
Menurut ahli hukum dan sarjana hukum Cornelis van Vollenhoven,
bidang hukum adat tidak hanya menyangkut sistem dan lembaga hukum yang
mengatur masyarakat, tetapi juga tentang masyarakat dan kepribadian yang
membentuknya. Dalam pandangannya, kajian hukum adat melampaui aspek
formal sistem hukum dan berupaya memahami orang-orang yang membentuk
komunitas dan bagaimana mereka berinteraksi dengan sistem hukum.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum adat berkaitan
dengan pemahaman tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial
yang membentuk cara masyarakat menjalani hidup dan berinteraksi satu sama
lain. Ia menyoroti pentingnya memahami konteks budaya, sejarah, dan sosial di
mana hukum adat beroperasi, dan peran yang dimainkan individu dalam
menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi ini.
Selain itu, Van Vollenhoven menekankan pentingnya memahami
identitas budaya dan sosial individu dan komunitas dalam suatu masyarakat.
Dalam pandangannya, kajian hukum adat tidak boleh dibatasi pada analisis
struktur dan institusi hukum saja, melainkan fokus pada kepribadian manusia
yang memberi makna dan kehidupan pada sistem tersebut. Pada akhirnya, Van
Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum adat bukan hanya tentang
pemahaman sistem hukum, namun juga tentang pemahaman masyarakat dan
kepribadian yang membentuk sistem tersebut. Dengan mempertimbangkan
dimensi kemanusiaan dalam hukum adat, kita dapat memperoleh pemahaman
yang merinci dan komprehensif mengenai sistem hukum ini serta perannya
dalam menjaga ketertiban sosial dan meningkatkan kohesi sosial.
3. Pemerintah dan Peradilan
Ahli hukum dan sarjana hukum Cornelis van Vollenhoven berpendapat
bahwa bidang hukum adat tidak hanya terbatas pada studi tentang sistem dan
institusi hukum, tetapi juga memainkan peran penting dalam pemerintahan dan
peradilan di berbagai negara. Secara khusus, ia berpendapat bahwa hukum adat

22
merupakan bagian penting dari sistem hukum di banyak negara dan seringkali
diintegrasikan ke dalam kerangka hukum formal.
Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa di banyak negara, hukum adat
berfungsi sebagai pelengkap sistem hukum formal, memberikan seperangkat
prinsip dan aturan hukum yang diakui dan diterapkan oleh pemerintah dan
lembaga peradilan. Di beberapa negara, hukum adat secara eksplisit diakui
dalam konstitusi sebagai sumber hukum, sementara di negara lain, hukum adat
berlaku secara informal.
Selain itu, Van Vollenhoven berpendapat bahwa hukum adat mempunyai
peran penting dalam penyelesaian sengketa, khususnya dalam kasus-kasus di
mana tidak ada kerangka hukum formal untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam kasus-kasus seperti ini, hukum adat memberikan cara untuk
menyelesaikan perselisihan dengan cara yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak, dan hukum adat sering kali dipandang sebagai bentuk penyelesaian
perselisihan yang lebih sah dan efektif dibandingkan dengan alternatif lain.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven menekankan pentingnya hukum
adat dalam pemerintahan dan peradilan, khususnya di negara-negara yang
menjadikan hukum adat sebagai bagian integral dari sistem hukum. Dengan
mengakui dan menerapkan hukum adat, suatu negara dapat memastikan bahwa
sistem hukumnya bersifat inklusif, responsif, dan mencerminkan keragaman
latar belakang budaya, sosial, dan sejarah masyarakatnya.
4. Hukum Keluarga
Profesor Cornelis van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat memainkan peran penting dalam hukum keluarga, khususnya di negara-
negara di mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat seperti itu, hukum adat sering kali
mengatur antara lain perkawinan, perceraian, warisan, hak orang tua.
Menurut Van Vollenhoven, kajian hukum adat dalam hukum keluarga
melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial budaya di mana hukum tersebut
beroperasi. Ia berpendapat bahwa undang-undang tersebut dibentuk oleh norma,
nilai, dan nilai tumpuan, serta mencerminkan tradisi dan nilai-nilai komunitas
tertentu.

23
Misalnya saja, di banyak komunitas, perkawinan bukan sekedar ikatan
hukum antara dua individu, namun merupakan institusi sosial kompleks yang
melibatkan ikatan keluarga, status sosial, dan norma budaya. Demikian pula
perceraian tidak serta merta dipandang sebagai suatu prosedur hukum,
melainkan sebagai proses sosial yang melibatkan pertimbangan sosial dan
budaya.
Lebih jauh lagi, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa kajian hukum
adat dalam hukum keluarga tidak sebatas analisis peraturan perundang-
undangan, namun juga mencakup eksplorasi konteks budaya dan sosial politik di
mana undang-undang tersebut beroperasi. Dengan mempertimbangkan konteks
di mana undang-undang ini berlaku, pemahaman yang lebih mendalam dan
komprehensif mengenai aspek sosial dan budaya perkawinan, perceraian, hak
orang tua, dan warisan dapat diperoleh.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum keluarga, khususnya dalam masyarakat
di mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari
kehidupan masyarakat. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam
mempelajari hukum keluarga, pemahaman yang lebih mendalam mengenai
dimensi hukum dan budaya dari undang-undang tersebut serta perannya dalam
membentuk kehidupan masyarakat dapat diperoleh.
5. Hukum Perkawinan
Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam hukum perkawinan di banyak negara, khususnya di masyarakat di
mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, perkawinan bukan sekedar
institusi hukum, namun merupakan institusi sosial kompleks yang
mencerminkan tradisi, nilai-nilai, dan kepercayaan komunitas tertentu.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa kajian hukum adat dalam hukum
perkawinan melibatkan eksplorasi konteks budaya dan sosial di mana hukum
tersebut beroperasi. Ia menyoroti fakta bahwa pernikahan seringkali diatur oleh
nilai moral, norma adat, dan dogma,, dan bahwa norma-norma ini dapat sangat
bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya.

24
Misalnya, di banyak masyarakat, pernikahan merupakan kewajiban
sosial yang diharapkan terjadi pada usia tertentu atau dalam rentang usia
tertentu. Di masyarakat lain, pernikahan dipandang sebagai cara untuk menjamin
stabilitas sosial dan ekonomi, atau sebagai cara untuk menyelesaikan
perselisihan keluarga. Demikian pula, adat istiadat yang berkaitan dengan
pemilihan, pertunangan, dan proses pernikahan dapat sangat bervariasi antar
komunitas dan dapat mempunyai implikasi budaya dan sosial yang signifikan.
Selain itu, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan dan
pengaturan hukum perkawinan seringkali dibentuk oleh pertimbangan budaya
dan sosial. Misalnya, usia sah untuk menikah bisa berbeda-beda antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya, dan pengakuan hukum atas perkawinan
poligini, misalnya, bisa sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Secara
lebih luas, pengakuan dan pengaturan perkawinan dapat mencerminkan nilai-
nilai sosial, tradisi, dan kepercayaan masyarakat.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum perkawinan, khususnya dalam
masyarakat di mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting
dari kehidupan masyarakat. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam
mempelajari undang-undang perkawinan, kita dapat memperoleh pemahaman
yang tertafsir secara rinci mengenai dimensi hukum dan budaya dari undang-
undang tersebut serta perannya dalam membentuk kehidupan masyarakat.
6. Hukum Waris
Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam hukum waris di banyak negara, khususnya di masyarakat yang
nilai-nilai budaya dan tradisionalnya sangat terikat dengan hak milik. Dalam
masyarakat ini, distribusi harta benda setelah kematian seseorang diatur oleh
norma-norma dan nilai-nilai budaya, yang bisa sangat bervariasi dari satu
komunitas ke komunitas lainnya.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa kajian hukum adat dalam hukum
waris melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial di mana hukum tersebut
beroperasi. Ia menyoroti fakta bahwa peraturan yang mengatur pembagian harta
benda setelah kematian sering kali dibentuk oleh kepentingan budaya dan sosial,

25
seperti menjaga keutuhan keluarga, menjamin stabilitas ekonomi keluarga, atau
mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat.
Misalnya, di banyak masyarakat, distribusi properti didasarkan pada
sistem atau hierarki sosial tertentu. Dalam beberapa kasus, properti diwariskan
kepada putra tertua, sementara dalam kasus lain, properti diwariskan kepada
putra bungsu. Dalam kasus lain, properti didistribusikan berdasarkan jenis
kelamin, dimana anak laki-laki menerima lebih banyak properti dibandingkan
anak perempuan. Demikian pula, peraturan yang mengatur pembagian harta
benda dapat ditentukan oleh tingkat hubungan antara penerima dan orang yang
meninggal, atau berdasarkan status penerima dalam keluarga.
Secara lebih luas, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan
hukum dan pengaturan hukum waris seringkali dibentuk oleh pertimbangan
budaya dan sosial. Misalnya, usia sah atas warisan dapat majemuk atau berbeda
dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, dan pengakuan hukum atas harta
warisan dapat benar-benar majemuk dari negara-negara lain Demikian pula,
aturan yang mengatur pembagian properti dapat dibentuk oleh pertimbangan
budaya dan sosial, seperti menjaga keutuhan keluarga atau menjamin stabilitas
ekonomi keluarga.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum waris, khususnya dalam masyarakat di
mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari sistem
hukum. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam mempelajari hukum
waris, pemahaman yang lebih mendalam mengenai dimensi hukum dan budaya
dari undang-undang tersebut serta perannya dalam membentuk kehidupan
masyarakat dapat diperoleh.
7. Hukum Tanah
Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam hukum pertanahan di banyak negara, khususnya di masyarakat
yang nilai-nilai budaya dan tradisionalnya sangat terkait dengan kepemilikan
dan pengelolaan tanah. Dalam masyarakat seperti ini, hukum yang mengatur
kepemilikan dan pengelolaan tanah sering kali dibentuk oleh nilai moral, dan

26
norma adat, yang bisa sangat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas
lainnya.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa kajian hukum adat dalam hukum
pertanahan melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial di mana hukum
tersebut berlaku. Ia menyoroti fakta bahwa kepemilikan dan pengelolaan tanah
seringkali didasarkan pada sistem atau hierarki sosial tertentu yang
mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat. Dalam beberapa kasus,
misalnya, tanah dimiliki oleh satu keluarga, sedangkan dalam kasus lain, tanah
dimiliki oleh sekelompok keluarga atau desa. Dalam kasus lain, tanah dimiliki
dan dikelola secara kolektif oleh suatu komunitas.
Demikian pula, peraturan yang mengatur pembagian tanah dapat
ditentukan oleh tingkat hubungan antara penerima dan orang yang meninggal,
atau berdasarkan status penerima dalam keluarga. Misalnya, di beberapa
masyarakat, tanah diwarisi oleh anak laki-laki tertua, sementara di masyarakat
lain, tanah diwarisi oleh anak bungsu. Dalam kasus lain, tanah didistribusikan
berdasarkan jenis kelamin, dimana anak laki-laki menerima lebih banyak tanah
dibandingkan anak perempuan.
Secara lebih luas, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan
hukum dan peraturan undang-undang pertanahan sering kali dibentuk oleh
pertimbangan budaya dan sosial. Misalnya saja, usia sah atas warisan dapat
berbeda-beda, dan pengakuan hukum atas tanah warisan dapat benar-benar
majemuk dari negara-negara lain Demikian pula, peraturan yang mengatur
pembagian tanah dapat dibentuk oleh pertimbangan budaya dan sosial, seperti
menjaga keutuhan keluarga atau menjamin stabilitas ekonomi keluarga.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum pertanahan, khususnya dalam
masyarakat di mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting
dari sistem hukum. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam
mempelajari hukum pertanahan, kita bisa memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam mengenai dimensi hukum dan budaya dari undang-undang tersebut
serta perannya dalam membentuk kehidupan masyarakat.

27
8. Hukum Hutang Piutang
Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam hukum piutang di banyak negara, khususnya di masyarakat di
mana nilai-nilai budaya dan tradisional sangat terkait dengan transaksi komersial
dan praktik pengampunan utang. Dalam masyarakat seperti ini, undang-undang
yang mengatur mengenai piutang dan pengampunan utang sering kali dibentuk
oleh norma-norma budaya, nilai-nilai, dan keyakinan, yang bisa sangat
bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya.
Van Vollenhoven berpendapat bahwa kajian hukum adat dalam hukum
piutang melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial di mana hukum
tersebut beroperasi. Ia menyoroti fakta bahwa konsep pengampunan piutang dan
pengampunan utang seringkali didasarkan pada sistem atau hierarki sosial
tertentu yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat.
Misalnya, di beberapa masyarakat, pengampunan utang dan piutang
diatur oleh serangkaian norma sosial tertentu yang dirancang untuk menjaga
keharmonisan dan keamanan sosial. Dalam masyarakat seperti itu, misalnya,
individu diharapkan untuk mengampuni hutang demi menjaga hubungan baik
dalam masyarakat. Di masyarakat lain, pengampunan piutang dan hutang diatur
oleh serangkaian norma hukum dan sosial tertentu yang dirancang untuk
menjaga keharmonisan sosial dan stabilitas ekonomi.
Selain itu, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan hukum
dan peraturan undang-undang tentang piutang dan pengampunan utang sering
kali dibentuk oleh pertimbangan budaya dan sosial. Misalnya, usia hukum
pengampunan utang dapat bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dan pengakuan hukum atas pengampunan utang dapat benar-benar majemuk dari
negara-negara lain Demikian pula, aturan yang mengatur pengampunan utang
dapat dibentuk oleh pertimbangan budaya dan sosial, seperti menjaga keutuhan
keluarga atau menjamin stabilitas ekonomi keluarga.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum piutang, khususnya dalam masyarakat di
mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari sistem
hukum. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam mempelajari hukum

28
piutang, pemahaman yang lebih mendalam mengenai dimensi hukum dan
budaya dari undang-undang tersebut serta perannya dalam membentuk
kehidupan masyarakat dapat diperoleh.
9. Hukum Delik
Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam hukum pelanggaran di banyak negara, khususnya di masyarakat
di mana nilai-nilai budaya dan tradisional sangat terkait dengan konsep
kehormatan dan reputasi. Dalam masyarakat seperti ini, undang-undang yang
mengatur pelanggaran dan hukuman seringkali dibentuk oleh kepercayaan
terhadap nilai budaya yang ada, yang bisa sangat bervariasi dari satu komunitas
ke komunitas lainnya.
Van Vollenhoven menyoroti bahwa, di banyak masyarakat, pelanggaran
sering kali berkaitan dengan pertanyaan tentang reputasi, kehormatan, dan rasa
hormat. Misalnya, di beberapa masyarakat, pelanggaran dipandang sebagai
pelanggaran terhadap norma dan nilai sosial yang mengatur hubungan antara
individu dan komunitas. Dalam masyarakat seperti itu, hukuman atas suatu
pelanggaran sering kali dipandang sebagai cara untuk memulihkan ketertiban
sosial dan menjaga integritas keluarga atau komunitas.
Selain itu, Van Vollenhoven berpendapat bahwa kajian hukum adat
dalam hukum delik melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial di mana
undang-undang tersebut beroperasi. Ia menyoroti fakta bahwa konsep delik
seringkali didasarkan pada sistem atau hierarki sosial tertentu yang
mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat.
Misalnya, di beberapa masyarakat, pelanggaran dipandang sebagai
serangan terhadap kehormatan pribadi atau reputasi korban. Dalam masyarakat
seperti itu, hukuman atas suatu pelanggaran sering kali didasarkan pada konsep
balas dendam atau retribusi. Di masyarakat lain, pelanggaran dipandang sebagai
pelanggaran terhadap norma dan nilai sosial yang mengatur hubungan antara
individu dan komunitas.
Selain itu, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan hukum
dan pengaturan hukum pelanggaran sering kali dibentuk oleh pertimbangan
budaya dan sosial. Misalnya saja, usia legal untuk bertanggung jawab dapat

29
beragam-macam dan pengakuan hukum atas pelanggaran dapat benar-benar
majemuk dari negara-negara lain. Demikian pula, aturan yang mengatur
hukuman atas pelanggaran dapat dibentuk oleh pertimbangan budaya dan sosial,
seperti menjaga keutuhan keluarga atau komunitas.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi hukum pelanggaran, khususnya dalam
masyarakat di mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting
dari sistem hukum. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam
mempelajari hukum pelanggaran, pemahaman yang lebih mendalam mengenai
dimensi hukum dan budaya dari undang-undang tersebut dan perannya dalam
membentuk kehidupan masyarakat dapat diperoleh.

10. Sistem Sanksi


Menurut Van Vollenhoven, bidang hukum adat memainkan peran
penting dalam sistem sanksi, khususnya di masyarakat yang nilai-nilai budaya
dan tradisionalnya sangat terikat dengan konsep retribusi. Dalam masyarakat
seperti ini, sanksi yang digunakan untuk menghukum kejahatan atau
pelanggaran seringkali dibentuk oleh norma-norma dan nilai-nilai budaya, yang
bisa sangat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya.
Van Vollenhoven menyoroti bahwa, di banyak masyarakat, sanksi
dipandang sebagai cara memulihkan ketertiban sosial dan menjaga integritas
keluarga atau komunitas. Misalnya, di beberapa masyarakat, hukuman atas suatu
kejahatan atau pelanggaran dipandang sebagai cara untuk memulihkan
kehormatan atau reputasi korban dan keluarga. Dalam masyarakat seperti ini,
sanksi sering kali didasarkan pada konsep restitusi dan restorasi, dengan tujuan
memperbaiki kerusakan yang terjadi pada korban dan masyarakat.
Selain itu, Van Vollenhoven berpendapat bahwa studi hukum adat dalam
sistem sanksi melibatkan eksplorasi konteks hukum dan sosial di mana hukum
tersebut berlaku. Ia menyoroti fakta bahwa konsep sanksi seringkali didasarkan
pada sistem atau hierarki sosial tertentu yang mencerminkan nilai-nilai budaya
dan sosial masyarakat.

30
Misalnya, di beberapa masyarakat, sanksi dipandang sebagai cara untuk
memulihkan kehormatan atau reputasi korban dan keluarganya. Dalam
masyarakat seperti ini, sanksi sering kali didasarkan pada konsep restitusi dan
restorasi, dengan tujuan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada korban dan
masyarakat.
Selain itu, Van Vollenhoven menyoroti fakta bahwa pengakuan hukum
dan pengaturan sistem sanksi sering kali dibentuk oleh pertimbangan budaya
dan sosial. Misalnya, status hukum korban dan pelaku dapat beragam dari
masyarakat yang berbeda dan pengakuan hukum atas kejahatan atau pelanggaran
dapat benar-benar majemuk dari negara-negara lain Demikian pula aturan yang
mengatur jenis sanksi yang digunakan dapat dibentuk oleh pertimbangan budaya
dan sosial, seperti menjaga keutuhan keluarga atau komunitas.
Secara keseluruhan, Van Vollenhoven berpendapat bahwa bidang hukum
adat sangat penting dalam studi sistem sanksi, khususnya dalam masyarakat di
mana nilai-nilai budaya dan tradisional merupakan bagian penting dari sistem
hukum. Dengan mengambil pendekatan sosio-hukum dalam mempelajari sistem
sanksi, pemahaman yang lebih mendalam mengenai dimensi hukum dan budaya
dari undang-undang tersebut serta perannya dalam membentuk kehidupan
masyarakat dapat diperoleh.

C. Sumber hukum adat


1.Definisi sumber hukum adat
Secara singkat pengertian dari sumber hukum merupakan segala sesuatu
yang dapat menciptakan negara hukum. Maksudnya disini yaitu, aturan – aturan,
tingkah laku masyarakat, pola perilaku, dan juga norma – norma yang berlaku
dalam masyarakat hal itu yang membuat negara tersebut di anggap sebagai
negara hukum. Perlu kita ketahui bahwa dari sumber hukum inilah yang
membuat aturan aturan yang bersifat wajib dan mengikat bagi seluruh
masyarakat18 . Tetapi pengertian sumber hukum adat sendiri adalah suatu aturan
yang berasal dari norma – norma yang berlaku di dalam masyarakat,norma

18
Rahman arief,Pengantar hukum Indonesia,cetakan pertama (Sleman:
Deepublish:2019),hal.36.

31
norma tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat tersebut,adat istiadat,dan juga
berasal dari kepercayaan masyarakat sekitar.Namun ada juga pengertian sumber
hukum adat menurut para ahli, ada 2 (dua) pengertian menurut para ahli yaitu;

1. Welbron19, adalah sumber hukum adat merupakan keyakinan


tentang keadilan yang hidup dalam masyarakat adat tertentu. Bisa
dibilang bahwa pengertian dari welborn merupakan konsep dari
pancasila yang ada di indonesia

2. Kenbron, yaitu sumber hukum adat dapat di ketahui atau di


temukan, dengan kata lain bahwa asas – asas sumber hukum adat
berasal dari kebiasaan – kebiasaan yang ada dalam masyarakat
sehingga dapat di temukan dengan mudah oleh kita.
Pada dasarnya pengertian dari kedua ahli tersebut sama tetapi pada
pengertian dari kenbron merupakan penjabaran yang berasal dari pengertian dari
welborn bahwasanya hukum adat ber asalkan dari norma atau kebiasaan –
kebiasaan yang berasal dari masyarakat tersebut. Kebiasaan – kebiasaan yang di
maksul oleh kenborn tersebut merupakan sebagai berikut;

1. Adat istiadat atau kebiasaan yang berasal dari tradisi – tradisi suatu
masyarakat adat tertentu.
2. udaya tradisional suatu masyarakat, yang dimaksud di sini
merupakan hal – hal yang dilakukan oleh masyarakat tertentu seperti
upacara adat dan sebagainya.
3. Kebudayaan Indonesia asli.
4. Rasa keadilan yang muncul dalam masyarakat, rasa keadilan ini
biasanya muncul karna suatu masyarakat tidak puas akan kebijakan
yang ada dalam suatu wilayah tersebut.
5. Pepatah adat, pepatah adat merupakan perkataan perkataan yang
bersal dari orang orang pada zaman dahulu yang dimana hingga saat
ini masih ada beberapa orang yang mengikutinya.

19

32
6. Yurisprudensi adat
7. Dokumen – dokumen yang hidup pada waktu itu yang masih di
gunakan hingga saat ini.
8. Kitab – kitab yang di keluarkan oleh orang orang yang terpandang
pada zaman dahulu, seperti salah satu contohnya yaitu kitab fiqih
yang masih di gunakan hingga saat ini oleh para umat mislim.
9. Doktrin hukum adat oleh para orang – orang yang berpengaruh.
10. Hasil dari penelitian dan juga nilai – nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Dengan demikian hukum adat dapat di temukan baik dalam adat kebiasaan
maupun dalam tulisan – tulisan yang masih berkaitan dengan hukum adat
tersebut.
Sebenarnya sumber hukum adat masih banyak lagi tetapi nanti akan kita
bahas baersama beserta dengan contoh hukum adat yang berlaku di masyarakat
Indonesia. Hukum adat merupakan suatu hukum yang berlaku pada masyarakat
tertentu, hal seperti biasanya kita temui di daerah tertentu yang memiliki adat
istiadat tertentu. Selain itu sumber hukum adat juga bisa berasal dari norma –
norma yang berlaku dalam masyarakat, hal ini dapat kita ketahui pada berbagi
macam akta yang timbul dalam masyarakat bahwa yang mempengaruhi hukum
adat itu muncul karna adanya beberapa norma – norma yang berlaku di
masyarakat yang mengakibatkan hukum adat tersebut berlaku dalam
masyarakat. Sebagai salah satu contohnya yaitu ketika norma keagamaan itu
berlaku dalam suatu masyarakat maka akan timbulnya hukum adat tersebut dia
suatu kelompok masyarakat tersebut. Hal ini tidak bisa di hindari oleh kita karna
mau tidak mau norma merupakan hal yang melekat pada diri kita.
Selain itu hukum adat juga bisa bersumber dari kepercayaan yang
tersebar luas di masyarakat, setiap diri dari seseorang pasti memiliki
kepercayaan atau keyakinan hal ini yang membuat hukum adat itu dapat
terbentuk. Keyakinan tersebut muncul berasal sejak kita kecil maupun bisa dari
kita menginjak remaja, hal ini di karenakan adanya ajaran – ajaran yang di
sampaikan oleh orang tua maupun oleh orang orang yang memiliki pengaruh
besar dalam suatu daerah tersebut karna mau tidak mau kita akan mengikuti atau

33
mempercayai setiap ucapan – ucapan yang di berikan hal ini bisa di sebut
dengan doktrin.
Sumber hukum adat yang ada di Indonesia sangat lah beragam di karna
kan Indonesia memiliki berbagai macam pulau dan juga suku yang beragam.
Dari suku dan juga pulau yang beragam membuat sumber hukum yang ada di
Indonesia sangatlah banyak selain itu hal itu juga yang membuat masyarakat
Indonesia tidak bisa lepas dari hukum adat yang ada. Selain itu timbulnya
hukum adat sangat lah berkaitan. Mari kita bahas apa saja yang membuat hukum
adat tersebut muncul dalam masyarakat dan bagaimana hal tersebut bisa saling
berkaitan.

2.Proses terbentuknya hukum adat


Hukum adat pada dasarnya tidaklah tertulis, oleh karna menurut para ahli
bahwa hukum adat berasal dari kebiasaan – kebiasaan yang ada dalam
masyarakat tertentu. Jika di lihat pada dasarnya hukum adat sangatlah menarik
karena hukum adat ini memiliki cangkupan yang luas, hukum adat ini memiliki
keunikan karena adat istiadat memiliki perubahan pada setiap zamannya
sehingga mengalami perkembangan dari masa ke masa, dan juga adat istiadat ini
berirama.
Adat istiadat berirama di sini memiliki ati bahwa hukum adat ini saling
teratur. Jika di selidiki lebih teliti lagi bahwa adat istidat ini memiliki aturan –
aturan yang mengikat antara satu dengan yang lainnya yang bersumber dari
kebiasaan – kebiasaan yang ada dalam dalam suatu masyarakat adat, yang
dimana aturan tersebut bersanksi atau aturan – aturan tersebut jika dilanggar atau
tidak sesuai dengan norma -norma yang berlaku maka akan mendapatkan
konsekueinsinya, dan bagi mereka yang melanggar akan di tuntut dan
mendapatkan hukuman yang sesuai dengan hukum adat yang berlaku di daerah
tersebut.
Maka dari pada itu hukum adat tidak di bukukan karena hukuman yang
di berikan sangatlah tidak menentu karna hukum yang di berikan berasal dari
para petinggi suku yang ada di daerah tersebut. Proses terjadinya hukum adat

34
menurut Prof. Koentjaraningrat proses terjadinya hukum adat di indonesia
berasal dari keprcayaan kepada hal -hal magis seperti;

1. Keyakinan kepada makhluk – makhluk halus, roh, dan juga hantu


hatu yang mendiami seluruh alam semesta.
2. Keyakinan kepada kekuatan sakti yang mendiami seluruh alam
semesta terutama pada peristiwa – peristiwa hebat yang terjadi.
3. Dugaan terhadap kekuatan sakti tersebut bahwa berfungsi untuk
melakukan hal hal ghaib atau bisa dibilang melakukan hal santet.
4. Dugaan bahwa kelebihan kekuatan sakti pada alam yang membuat
alam menjadi kritis, yang mengakibatkan berbagai hal ghib, yang
menimbulkan larangan -larangn dalam suatu masyarakat.

Hal ini yang mengakibatkan timbulnya hukum adat yang ada di masyarakat,
namun hukum adat yang ada di Indonsia juga berasal dari harapan harapan
masyarakat adat.

a).Adat istiadat
Adat istiadat adalah kepercayaan – kepercayaan, nilai – nilai,pola
perilaku, norma norma yang mengatur tindakan yang di wariskan secara turun
temurun. Dalam pengertian ini dapat kita pahami yang di maksud dalam
kepercayan merupakan sesuatu yang di anut oleh sekelompok orang, selain itu
nilai – nilai yang di maksud adalah aturan aturan yang berlaku dalam satu adat
tersebut, dan juga norma norma yang ada dalam adat iitu sendiri. Adat istiadat
yang ada di Indonesia sangatlah beragam seperti yang sudah di jelaskan pada
pembahasan di atas bahwasanya suku dan ras yang ada di Indonesia sangatlah
beragam tentu saja dari setiap suku yang ada di Indonesia memiliki adat istiadat
yang berbeda – beda.
Hal di atas yang membuat hukum adat yang ada di Indonesia sangatlah
beragam. Hukum adat biasanya seing kita temui di daerah – daerah pelosok
pedesaan namun di daerah daerah yang sudah tergolong juga masih ada yang
menggunakan hukum adat salah satu contohnya yaitu aceh yang menggunakan

35
aturan yang berasal dari hukum adat. Namaun meskipun begitu acah juga
menggunakan aturan – aturan yang di terapkan oleh undang – undang yang
berlaku di Indonesia. Tidak hanya di aceh saja yang menerapkan hukum adat
melainkan masyarakat Jawa dan juga Bali20 dan masih banyak lagi yang
menerapkan hukum adat di daerahnya masing masing. Masyarakat – masyarakat
di daerah itu seperti tidak bisa di pisahkan dari adat istiadat mereka yang berasal
dari nenek moyang mereka.
Hal ini membuat pemerintah membuat undang – undang yang mengatur
keberlakuannya hukum adat tersebut yang tercantum dalam pasal 18B UUD
1945 dalam ayat (2) menjelaskan bahwa “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan – kesatuan masyarakat hukum adat serta hak – hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di atur dalam undang – undang”21 .
Sudah cukup jelas bahwasanya pemerintah tidak melarang hukum yang berlaku
di masyarakat atau yang biasaya kita kenal dengan nama Living law karna
hukum adat juga termasuk dalam aturan – aturan yang sudah ada cukup lama
sebelum aturan aturan konstitusi itu ada. Sumber hukum adat yang ada di
Indonesia berdasarkan adat istiadat yang berasal dari suatu daerah – daerah yang
ada di Indonesia.

b). Norma – Norma


Menurut Soerjono soekanto22 norma merupakan aturan yang bertujuan
untuk hubungan yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat dapat berjalan

20
Dalam masyarakat jawa masih menerapkan hukum adat menghitung kalender,
yang di pergunakan untuk menghitung acara pernikahan,pindah rumah dan juga untuk
menentukan tanggal hajatan besar yang akan di adakan, hal itu bertujuan bukan karna
mempercai hal mistis saja melainkan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Selain
itu masyarakat bali menggunakan hukum adat, awig -awig di desa pakraman. Hukum
adat ini sudah tercantum dalam perda provinsi no.3 tahun 2003.hal ini dipergunkan
untuk;mangaksama(minta maaf), dedosaan(denda uang),kerampang(penyitaan harta
benda),kasepekang,kaselong,upacara prayascita.

21
Putusan no.11/PUU-VI/2008
22
Soerjono soekanto merupakan lektor kepala sosiologi dan hukum adat di
fakultas hukum Universitas Indonesia

36
dengan sesuai yang di inginkan atau di harapkan, dari pendapat Soerjono
soekanto dapat di pahami dari pengertian di atas bahwasanya norma yang ada di
masyarakat bertujuan untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang tentram,
harmonis, dan juga mencapai harapan kita untuk mencapai lingkungan
masyarakat yang damai dan tidak terjadi konflik. Dan juga pengertian diatas
sangat saling berkaitan dengan hukum adat hal itu di sebabkan karna norma –
norma yang berlaku di masyarakat membentuk suatu aturan – aturan yang
bertujuan untuk mencapai keinginan dan juga harapan dari setiap masyarakat.
Dan ada 4 (empat) norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya,berikut
norma norma yang berlaku di masyarakat:

1. Norma kesopanan, adalah norma yang bersumber dari masyarakat


yang dimana norma ini mengatur tentang tata krama,etika,dan
kesopanan dalam masyarakat.
2. Norma agama, adalah kaidah atau aturan yang bersumber dari agama
atau tuhan. Norma ini juga harus di patuhi oleh masyarakat sesuai
dengan perintahnya, larangannya, dan ajarannya.
3. Norma kesusilaan, adalah peraturan hidup yang berkenaan dari dalam
kalbu atau yang berasal dari dalam hati. Dan,
4. Norma hukum, adalah peraturan – peraturan yang di buat oleh negara
melalui lembaga – lembaga yang ada dalam negara tersebut. Norma
ini bersifat memaksa dan juga mengikat dalam suatu masyarakat jika
norma ini di langgar akan dikenakan saksi.

Sumber – sumber hukum dat berasal dari norma – norma yang ada di atas dari
norma kesopanan hingga norma hukum. Salah satu contohnya yaitu aceh yang
memakai sumber hukum adat yang berasal dari norma agama, hukum yang
berlaku disana sesuai dengan yang di ajarkan oleh agama islam karna mayoritas
masyarakat aceh beragama islam, sehingga aceh di juluki dengan serambi
mekkah karna sanksi dan juga aturan yang disana mengambil dari ajaran –
ajaran yang ada dalam islam.

37
Sumber hukum adat yang berasal dari norma sangatlah mudah kita temui
karna sering kita gunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Norma – norma
dalam masyarakat tidak bisa kita hindari karna hal tersebut sudah melekat dalam
kehidupan keseharian kita.

c). Kepercayaan atau keyakinan


Secara singkat pengertian kepercayaan atau keyakinan adalah sesuatu
aturan, pemahaman, perilaku yang di anut oleh setiap individu atupun
kelompok. Dalam pengertian ini aturan bermaksud bahwa kepercayaan
membentuk suatu aturan – aturan yang di mana aturan ini bersifat mengikat
dalam diri sendiri dan dalam suatu kelompok masyarakat, pemahaman juga
bermaksud kepada ucapan – ucapan yang berasal dari orang lain yang kita
terima dan di jadikan dasar dan kita ikuti, sedangkan perilaku mengacu pada
perbuatan yang di lakukan diri sendiri ataupun kelompok masyarakat yang
berdasarkan ajaran – ajaran yang di anutnya.
Perlu kita ketahui dari pengertian diatas bahwa kepercayaan atau
keyakinan menimbulkan aturan – aturan yang di buat oleh diri sendiri ataupun
sekelompok masyarakat. Aturan – aturan yang muncul tersebut yang
menyebabkan hukum adat tersebut terbentuk karna aturan yang kita ketahui
tentunya bersifat mengikat kepada kehidupan kita dalam bermasyarakat 23 .
Kepercayaan sangat lah berhubungan dengan poin – poin sebelumnya karna
kepercayaan berasal dari norma dan juga adat istiadat yang kita pelajari dari
orang tua secara turun temurun. Di Indonesia masih sangat kental
kebudayaannya karna hal tersebut di lakukan secara turun temurun, namun hal
tersebut berkurang semenjak era globalisasi yang mengakibatkan kebiasaan –
kebiasaan adat yang ada tergantikan dengan kebiasaan modern.
Namun semua itu tergantung kepada keyakinan atau kepercayaan pada
diri masing – masing, buktinya masih banyak yang memakai hukum ada di
negara kita. Sumbeer hukum adat yang muncul karna kepercayaan, misalnya:

23 23
Aturan sangatlah mengikat karna aturan berasal dari norma hukum,hal ini di perkuat oleh
karakteristik aturan itu sendiri yang bersifat sangat mengikat pada suatu masyarakat.dapat kita temui di
buku pengantar hukum Indonesia yang di karang oleh, Prof.Dr.Mochtar, buku 1,hal.1

38
1. Keyakinan terhadap ajaran suatu agama, hal ini yang sangat sering
terjadi di Indonesia di karna kan negara kita mayoritas beragama.
2. Kayakinan terhadap hal – hal mistis, biasanya terjadi pada suku suku
pedalaman pada suatu wilayah yang dimana wilayah tersebut belum
tercampur ajaran modern seperti: kalimantan, papua, dll
3. Keyakinan terhadap doktrin yang di berikan oleh seseorang yang
berpengaruh dalam suatu wilayah, salah satu contohnya yaitu kepala
suku, dan juga petinggi agama.

Keyakinan dia atas merupakan salah satu dari bentuk keyakinan yang dapat
menimbulkan hukum adat tersebut terbentuk.
Pada dasarnya hukum adat lebih mudah terbentuk dari keyakinan diri
setiap orang dan masyarakat karna keyakinan merupakan bentuk dari suatu yang
di anut pada dalam diri kita sendiri sehingga adat istiadat dan juga ajaran –
ajaran yang sudah di ajarkan tetap berlanjut hingga kita tua nanti, hal tersebut
yang membuat hukum adat itu tercipta. Yang dapat kita simpulkan bahwa
hukum adat juga bersumber dari keyakinan atau kepercayaan – kepercayaan
suatu individu atau suatu kelompok. Dan kepercayaan itu sendiri lebih cepat
terjadi akibat adanya doktrin – doktrin dari seseorang, karna di saat kita
mendapatkan pembelajaran ataupun opini dari seseorang yang sesuai dengan
tujuan kita maka kita akan berpegang teguh oleh pendapat yang di berikan oleh
orang orang yang memberikan opinya kepada kita.

3.Bentuk – bentuk sumber hukum adat


Sumber hukum adat pun memiliki beberapa bentuk – bentuk dalam
keberlangsungannya, sumber hukum adat terbagi menjadi 3 yaitu;
1. Sumber pengenal
Sumber pengenal hukum adat adalah apa yang benar – benar terlaksana
di dalam pergaulan hukum yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan, baik
perilaku yang di lakukan dengan cara berulang kali ataupun perilaku yang di
lakukan dengan cara tidak berulang. Dalam bentuk ini sumber hukum adat dapat

39
timbul dalam bentuk perilaku masyarakat yang berjalan atau terlaksana pada
suatu wilayah , yang dimana perilaku tersebut di lakukan dengan cara berulang –
ulang maupun tidak.
Sumber pengenal hukum adat ini merupakan dasar dari terbentuknya
suatu hukum adat yang ada dalam masyarakat. Karna sumber pengenal ini
berasal dari norma – norma yang terlaksana dalam suatu masyrakat, bahwa yang
kita ketahui norma – norma yang ada dalam masyarakat merupakan suatu
perilaku yang di lakukan oleh suatu kelompok ataupun individu yang tanpa di
sandari menciptakan suatu peraturan yang dimana peraturan tersebut mau tidak
mau harus di patuhi oleh setiap masyarakat yang berada dalam lingkungan
tersebut.
2. Sumber isi
Sumber isi hukum adat adalah kesadaran dari dalam masyarakat tersebut,
jadi dalam bentuk ini sumber hukum adat berasal dari kesadaran – kesadaran
masyarakat akan tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat, misalnya pada
suatu wilayah tersebut dianjurkan untuk melakukan upacara adat terlebih dahulu
sebelum kita berdiam diri di wilayah tersebut.
Hal tersebut harus kita ikuti karna hal itu merupakan aturan yang berlaku
dalam suatu wilayah tersebut. Tidak hanya itu saja masih banyak lagi daerah
tertentu yang dimana ketika kita berkunjung pada daerah tersebut harus
mematuhi aturan – aturan yang berlaku disana, dan dalam masyarakat tersebut
jika melanggar tradisi yang berjalan di suatu daerah tersebut akan merasakan
dampaknya seperti saksi, kutukan, kesialan, dan hal hal lainnya. Sehingga
masyarakat tersebut akan takut jika mereka melanggar hukum adat tersebut.
Kesadaran – kesadaran tersebut yang membuat hukum adat yang ada di
Indonesia itu tetap berjalan hingga sekarang, namun tidak semua masyarakat
Indonesia itu sadar akan aturan – aturan yang berlaku dala masyarakat tersebut .
mereka menggagap bahwa hukum adat yang berlaku dalam suatu daerah itu
adalah suatu takhayul24 , padahal hal tersebut merupakan aturan yang berlaku
dalam suatu wilayah tersebut yang mau tidak mau harus di ikuti oleh kita

24
Takhayul merupakan sesuatu yang di yakini oleh seseorang namun hal
tersebut belum tentu terbukti benar atau tidaknya.

40
sebagai orang baru yang berkunjung pada tempat tersebut untuk menghormati
masyarakat yang ada di tempat tersebut.
Tidak hanya orang yang bukan berasal dari daerah itu saja yang
melanggar hukum adat yang berlaku di daerah tertentu namun orang yang
berasal dari daerah tersebut juga bisa melanggar hukum adat yang berlaku di
daerahnya. Hal itu terjadi karna adanya akulturasi yang terjadi pada suatu daerah
yang mengakibatkan hilangnya rasa kesadaran pada masyarakat di daerah
tersebut, adanya percampuran budaya yang berasal dari adanya globalisai
sehingga kesadaran masyarakat pun menurun.
3. Sumber pengikat
Sumber pengikat hukum adat adalah rasa malu yang muncul karna
berfungsinya norma – norma yang ada dalam masyarakat adat yang
bersangkutan. Kekuatan mengikat hukum adat merupakan bersumber dari
kesadaran – kesadaran hukum pada anggota masyarakat adat tersebut. Pada
dasarnya kesadaran tersebut bersumber dari masyarakat yang ada di daerah
tersebut sehingga timbul rasa malu ketika kita melanggar aturan yang berlaku
pada daerah yang menganut hukum Adat tersebut.
Kesadaran ini yang membuat hukum adat di suatu daerah itu mengikat
pada semua masyarakat yang ada di daerah tersebut dan maupun yang bukan
berasal dari daerah tersebut. Bentuk ini merupakan sesuatu yang pada dasarnya
sangat mengikat bagi masyarakat yang ada di daerah itu karena jika kita
melanggar hukum adat yang berlaku di daerah tersebut maka akan mendapatkan
sanksi sosial maupun sanksi – sanksi lain yang berlaku disana, misalnya Aceh ,
Aceh menggunakan hukum Islam pada daerah nya karena di aceh mayoritas
masyarakat nya merupakan beragama Islam sehingga hukum yang berlaku
disana menggunakan hukum adat mereka menggunakan hukum – hukum yang
berlaku pada ajaran Islam, karena itu hingga saat ini Aceh di juluki sebagai
serambi mekah.
Selain di aceh di madura pun juga ada hukum adat yang berlaku disana
karna di madura sangat menjunjung tinggi tata krama seperti halnya cara
menghormati para ulama yang ada disana, masyarakat disana sangat menjunjung
tinggi martabat seorang ulama, disaat mereka berpapasan di jalan dengan

41
seorang petinggi agama mereka akan turun dari kendaraannya dan menuntun
kendaraannya hingga melewati sang petinggi agama tersebut, hal ini dapat kita
pahami bahwasanya masyarakat madura memiliki kesadaraan akan menghormati
sesorang yang memiliki ilmu yang lebih tinggi dari padanya.
Dapat kita simpulkan bahwa kebiasaan – kebiasaan ini yang
menyebabkan hukum adat ini bersifat mengikat pada suatu masyarakat, sehingga
tanpa sadar kita telah melakukan hukum adat yang ada karna adanya rasa malu
dan takut pada sanksi sosial yang berlaku di masyarakat.
Dapat kita pahami bahwa hukum adat ini tidak lain berasal dari perilaku
suatu masyarakat adat yang kemudian di lakukan secara ber ulang – ulang oleh
sekelompok ataupun individu dari masyarakat tersebut. Yang di jadikan
landasan bagi keberlangsungan hidup mereka.

D. Corak hukum adat


Corak hukum adat berdasarkan pendapat Koesno dalam Dimyati ialah semua wujud
ringkasan adat yang hanya rangkaian kata merupakan istilah saja dan pekerjaan praktisilah
untuk dapat leluasa mengetahui berbagai makna tafsiran yang tersembunyi untuk diartikan.
Kumpulan masyarakat secara menyeluruh senantiasa menjadi yang utama. Maksudnya didalam
hukum adat aktivitas semua manusia senantiasa dipandang sebagai suatu kelompok, menjadi
suatu satuan yang komplet. Mengutamakan bekerja dengan prinsip pokok juga merupakan dari
hukum adat. Organisasi badan hukum adat dikelola sesuai dengan kebutuhan waktu, tempat, dan
situasi, dan semuanya dipertimbangkan beralaskan etika-etika dasar keharmonisan, kesopanan,
dan keharmonisan dalam hidup berdampingan. Penegak hukum adat mengangkat tinggi adat
istiadat . 25 Corak hukum adat barat dengan corak hukum adat Indonesia sangat berbeda. Corak
hukum adat barat yang menjurus pada individualistis dan liberal berbanding terbalik dengan
corak hukum adat Indonesia. Karena memiliki corak khusus menurut Prof. Hilman Hadikusuma
yaitu :
1. Corak Komunal dapat ditemukan ketika penduduk desa melakukan kegiatan gotong
royong dan kerja bhakti. Mereka memiliki kebiasaan hidup bersama, dan terdapat
tingkat solidaritas dan saling mendukung yang tinggi. Hal tersebut memaksa
masyarakat untuk selalu mengutamakan keperluan orang banyak daripada keperluan
dirinya sendiri. Kehidupan masyarakat ini selalu berlangsung dalam bentuk kelompok

25
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum Studi tentang Perkembangan Pemikiran
Hukum Di Indonesia,1945-1990 (Surakarta: Muhammadyah University,2004)

42
sebagai satu kesatuan. Individu tidak mungkin bisa mengandalkan dirinya sendiri,
mareka merupakan khalayak sosial, mereka senantiasa hidup bersama-sama. Komunal
dalam konteks masyarakat ini yaitu:
 Individu yang berada dalam lingkup masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
segala tindakannya.
 Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sepadan.
 Mengutamakan urusan kepentingan bersama.
 gotong royong.
 Santun dan ramah.

Seperti yang tampak dalam pasal 33 ayat 1 UUD tahun 1945 yang menjelaskan bahwa
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Corak Religio Magis ialah bahwa masyarakat membenarkan keberadaan hal gaib yang
perlu untuk dilindungi dan di perintah untuk memberi keamanan, kedamaian,
kebahagiaan. Selain itu, dalam segala aktivitasnya selalu dilakukan ritual keagamaan
dan mereka memiliki kepercayaan akan adanya makhluk halus dan hantu di alam
semesta. Religio Magis adalah pemikiran tentang batin yang memiliki hubungan dengan
dunia luar dan tak kasat mata, serta dengan roh dan roh nenek moyang. Energi
supranatural adalah bagian dari alam semesta dan dijaga keseimbangannya melalui
ritual. Masyarakat dipengaruhi oleh keyakinan agama terhadap kekuatan supernatural
yang mengisi dan membawa keseimbangan ke seluruh alam semesta. Bagi mereka
memulai aktivitas harus wajib selalu diiringi dengan ritual keagamaan untuk mencapai
keberuntungan dan kesuksesan. Mereka berpemikiran mengagumi nenek moyang dan
makluk lainnya. Penduduk percaya tentang kekuatan supranatural ialah kekuatan yang
dapat meramaikan dan menyebarkan keseimbangan ke setiap ruang lingkup melalui
ritual, pantangan, dan upacara. Untuk itu, dalam semua aktivitas selalu dimulai dengan
ritual dengan sesuai urutan yang sudah dipercayai benar sejak zaman nenek moyangnya
dulu. Dalam hal ini masyarakat sangat ketara menghormati leluhur yang dimana dalam
ritual adat selalu ada persembahan yang diperuntukkan kepada arwah nenek moyang.
Mereka ini senantiasa meyakinni seluruh tindakan wajib berdampingan dengan upacara
keagamaan agar terhindar dari keapesan. Contoh: Masyarakat banyak bangunan di Bali
di tiap-tiap jalan/lahan untuk dipergunakan sebagai tempat ritual dalam rangka
menghindari keapesan. Contoh lainnya adalah tiap-tiap ada peristiwa kelahiran,
khitanan, pernikahan, kematian, dan lain sebagainya kerap kali oleh masyarakat adat
untuk diadakannya ritual agar dapat keberkahan. Dibawah ini merupakan contoh tradisi
atau ritual dari adat Bali.

43
3. Corak Konkrit dan Visual yang terlihat dalam lingkup masyarakat hukum adat yang
kerap kali terstruktur dalam melakukan suatu tindakan. Biasanya dalam realitas
kehidupan sehari-hari perbuatan yang dilakukan akan selalu sama dengan kata kata
yang diucapkan. Konkrit berarti sesuatu yang transparan, nyata dan tidak ada yang
ditutup-tutupi lalu visual artinya terlihat, tampak, nan terbuka. Oleh karena itu sifat
hubungan adat jelas dan nyata, tidak ambigu, disaksikan dengan jelas oleh orang lain.
Contoh: Seorang pembeli di pasar menyerahkan uang kepada sang penjual yang sudah
disepakati dari awal. Jelas-jelas hal tersebut dilakukan dengan transparan dan
disaksikan orang lain. 26

4. Tradisional sudah diturunkan dengan cara berpindah-pindah pengajarannya oleh


pendahulu atau nenek moyang pada anak cucunya dari zaman dulu dan diteladani,
dilestarikan serta diikuti hingga saat ini. Secara lazim tradisional ialah sebagai suatu
daya upaya menjalani hidup sesuai yang didasarkan pada pengarahan yang ada pada
masa lalu. Menurut para ahli, kata “tradisional” memiliki arti sebagai berikut:
 Pertama, dalam bukunya terbitan tahun 2000, Muhammad Abed al-Jabiri
menuturkan bahwa “tradisional” dapat dimaksudkan sebagai segala sesuatu
yang diwarisi/diturunkan dari orang tuanya kepada anaknya. Seperti harta
benda dan status sosial.
 Yang kedua menurut karya Zainun tahun 2015, tradisional dapat disebut
sebagai seorang atau segerombolan manusia yang mempunyai hubungan erat
dengan tradisi, mereka mengangkat dan menghormati secara tinggi ajaran
nenek moyang, dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadatnya.
 Lalu yang ketiga menurut R. Redfield, 2017 tradisional atau tradisi dibedakan
menjadi dua kategori. Salah satunya
adalah tradisi besar, yang berarti
tradisi yang bermula dari cara
berpikirnya sendiri dan bersumber
dirinya sendiri. Sedang yang satunya

26
Henry Arianto, Sifat dan Sistem Hukum Adat (Universitas Esa Unggul, 2013) hlm. 7.

44
tradisi minor dapat diartikan sebagai budaya etik yang berakar pada sebagian
besar masyarakat yang tak pernah berfikir mendalam tentang budaya etik yang
dimilikinya. Artinya, masyarakat yang menganut tradisi ini tidak akan pernah
mengetahui seperti apa adat istiadat masyarakat tersebut dulu. Salah satu ciri
yang merusak tradisi adalah kurangnya perhatian terhadap budayanya.
 Selanjutnya dan yang terakhir dalam makalah akademis yang diterbitkan pada
tahun 2010, Cannadin berpendapat bahwa tradisi memiliki makna organisasi
baru yang dibentuk dengan memanfaatkan yang lama, yang mengungkapkan
dirinya sebagai ciptaan luar biasa yang menentang waktu. Terakhir, menurut
Cannadine, tradisi sebagai kata dasar tradisi dapat dipahami sebagai suatu
benda yang mempunyai sifat material yang secara nyata mewakili dan
mengingatkan manusia akan kehidupan masa lalunya. Hal ini membuat
masyarakat percaya akan adanya berbagai jenis benda yang dapat melindungi
mereka dari bencana.27

Masyarakat tradisional adalah satu yang sebagian besar dicirikan oleh prasangka atau
kepercayaan yang sudah ketinggalan zaman atau mudah toleran terhadap perkembangan baru.
masyarakat tradisional memiliki sikap kurang kritis sebagaimana menuntut sikap rasional
(Dannerius 152).1988: Sinaga, Rentelu, Pollis dan Shcaw, as 53) kehidupan dari masyarakat
tradisional tak dipengaruhi oleh perubahan sosial lingkungan dari luar yang tidak sesuai dengan
norma ajaran nenek moyang terdahulu. Karakteristik yang membedakan masyarakat tradisional
dari masyarakat modern menurut Dannerius adalah :
a) Sebuah perspektif tentang nilai kebiasaan yang telah sejak dulu diterapkan dalam pola
pikirnya
b) Aktifitas ekonominya banyak mengandalkan alam sebagai sektornya, seperti
perkebunan dan perikanan.
c) Akses pendidikannya tidak semaju di kota.
d) Kehidupannya banyak mengandalkan hasil alam di sekitarnya.
e) Rasa kekeluargaan dan solidaritasnya sangat tinggi.
f) Hubungan antar masyarakatnya didasarkan pada kekeluargaan dan keakraban
g) Kondisi padatnya penduduk masih tergolong rendah dibanding di kota.
h) Ketua yang memimpin lingkup tersebut ditentukan oleh faktor keturunan dan baik
buruknya watak orang tersebut.

Selo Soemarjan juga berpendapat tentang karakteristik seperti ini:

27
Aris, Pengertian Tradisional Beserta Contoh Penggunaanya (Gramedia,2021)

45
a) Kekerabatan dan rasa setiakawan yang tinggi sangat mencerminkan masyarakat
tradisional. Bagi mereka apabila ada hal buruk/kesusahan terjadi pertama kali yang
menolong pasti tetangga.
b) Memiliki hukum/sanksi adat yang dapat dipergunakan dalam mendisiplinkan para
pelakunya. Sanksi ini kerap kali membuat para pelakunya malu dan setres, karena
sanksi hukum adat ini langsung berpengaruh pada mental si pelaku karena adanya
sanksi sosial yang dianggap lebih ampuh mendisiplinkan masyarakat dibanding sanksi
hukum oleh pemerintah.
c) Masyarakat hukum adat sangat menjunjung tinggi budaya malu. Malu dalam hal ini
adalah suatu sikap takut akan berbuat yang kurang baik, mereka memikirkan apa yang
akan mereka tuai di masa mendatang. Seperti contohnya malu ketika memakai pakaian
yang tidak menutup karena akan dianggap tak senonoh dalam lingkungan
desa/tradisional.
d) Para penduduknya pada umumnya masuk dalam lingkup berkerabat dan seragam antar
penduduk.
e) Karakteristik para Masyarakat ini juga adalah kerap kali mempunyai rasa setiakawan,
berkerabat, akrab,harmonis, dan kekeluargaan yang sangat tinggi dibandingkan
Masyarakat yang ada di kota yang biasanya lebih individualis.28

5. Dapat Berubah dan Menyesuaikan, Berarti hukum adat ini sewaktu-waktu akan dapat
berubah sesuai zaman,tempat, dan kondisi. Seperti contohnya seorang gadis desa yang
menempuh ilmu di kota, menemukan ilmu atau sesuatu yang tidak dapat ditemukan di
desa. Dengan itu setelah ia kembali ke desa ia dapat membagi ilmu yang didapat dan
merealisasikan serta menyesuaikan dengan kehidupan Masyarakat hukum adat. Contoh
lainnya adalah dengan kemajuan teknologi sekarang ini, yang dulunya pembelian
dilakukan dengan serah terima uang sekarang mencoba menyesuaikan zaman. Dengan
banyaknya penipuan maka zaman sekarang dibuatlah bukti tertulis atas transaksi yang
seseorang lakukan. Artinya hukum adat dapat menyesuaikan sesuai dengan perubahan
zaman dan teknologi dan yang berarti hukum adat memiliki sifat yang dinamis/ tidak
dinamis.

6. Tidak Dikodifikasi, Artinya hukum adat istiadat tradeisional dalam segala aspek
sebagian besar tidak tertulis/tidak dicatat secara resmi layaknya undang-undang yang

28
Lumbung Pustaka UNY, Kajian Teori Tinjauan Tentang Masyarakat (Universitas
Negeri Yogyakarta) hlm. 15

46
dalam bentuk salinan dokumen yang sistematis. Namun dalam penggunaanya hukum
adat meskipun tidak tertulis, ia tetap menjadi pedoman hidup masyarakat adat yang
berisi perintah dan larangan mutlak. Karena hukum adat sendiri adalah warisan nenek
moyang berupa norma yang sampai saat ini masih dilaksanakan isinya. Biasanya norma
diwaris atau disebarluaskan lewat lisan karena hukum adat sendiri tidak dicatat dan
dibukukan. Oleh sebab itu hukum adat dapat berubah sesuai keadaan dan zaman sesuai
kebutuhan para masyarakatnya. 29

7. Bercorak Musyawarah dan Mufakat. Musyawarah ialah kata yang berasal dari Bahasa
Arab “Syawara” yang artinya berunding, rembuk, atau berkomunikasi dan mengajukan
pendapat tertentu. Musyawarah dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan
pendapat berbagai pihak dengan cara mendengar dan memutuskan persoalan dengan
keterangan saksi dan pihak yang bersangkutan. Musyawarah adalah suatu kegiatan
dalam menyelesaikan masalah dengan cara berkumpulnya banyak orang dalam satu
ruangan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang terjadi (mencari jalan keluar)
secara bersama-sama dengan berunding dan mencari Solusi Bersama. 30 Musyawarah
bagi Indonesia adalah suatu aspek yang penting didalam segala aktivitas berbangsa dan
bernegara. Sebab itu para pendiri bangsa Indonesia memasukkan musyawarah dalam
sila Pancasila. Musyawarah banyak digunakan dalam masalah demokrasi. Sedangkan
mufakat sendiri merupakan hasil Keputusan penyelesaian dari persoalan yang sedang
dirundingkan. Dengan kata lain itu Keputusan mutlak yang mau tidak mau harus
dijalani. Musyawarah mufakat ini sudah melekat pada kehidupan banngsa Indonesia,
apabila terjadi suatu permasalahan antar pihak biasanya Masyarakat adat ini tidak
tergopoh-gopoh mendatangi pengadilan. Namun mereka meminta pihak lain seperti
kepala desa atau pejabat desa untuk bisa memunculkan sebuah Solusi yang dibutuhkan.
Dan musyawarah mufakat lah yang menjadi opsi untuk memecahkan masalah tersebut.
Selain dapat menghindari ruangan meja hijau ini,musyawarah dapat merukunkan pihak
yang bermasalah. Mereka bisa saling memaafkan dan mengerti, karena tidak mungkin
musyawarah mufakat akan menguntungkan satu pihak saja/ tidak adil. Musyawarah
akan memberi para pihak penjelasan Solusi-solusi yang bermanfaat bagi keduaya.
Berikut merupakan manfaat dari kita menjalankan musyawarah mufakat :

29
Henry Arianto, Sifat, Corak, dan Sistem Hukum Adat (Universitas Esa Unggul) hlm.
9.
30
Rizka Fauziah, Relevansi Ayat-Ayat Al-Qur`an Tentang Musyawarah (Sekolah
Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur`an Bogor) hlm. 42.

47
 Menciptakan dan memaksa sifat kekeluargaan, kerukunan, perdamaian,
kebersamaan, dan rasa kekeluargaan agar bisa tetap terjaga antara para pihak
yang bersangkutan
 Musyawarah dapat mempersatukan beberapa pendapat dari berbagai pihak yang
berbeda-beda. Sehingga dengan begitu Keputusan adalah milik Bersama bukan
perseorangan, karena setiap Keputusan didasarkan pada persetujuan Bersama
dan dianggap Solusi yang paling tepat.
 Dengan musyawarah kita dapat belajar untuk terbiasa berani untuk
menyampaikan pendapat di muka umum. Ini dapat menjadi nilai plus kita
sebagai salah satu warga yang menjunjung demokrasi.
 Musyawarah dapat menyelesaikan/memecahkan segala masalah dengan cepat
tanpa melibatkan pengadilan di dalamnya. Musyawarah ini dapat dilakukan
Dimana dan kapan saja, jadi musyawarah adalah Solusi yang sangat efektif
untuk memecahkan segala permasalahan yang ada.
 Keputusan dari hasil musyawarah terbilang sangat adil karena melibatkan
beberapa pendapat yang terkadang tidak terpikir oleh satu orang saja. Disini
apabila dirasa kurang dalam keputusannya maka dipastikan akan dirembuk/
dipikirkan lagi solusinya.
 Semua pihak pasti untung dan tidak dirugikan dalam hasil Keputusan
musyawarah ini. Musyawarah sangat efektif untuk memberikan keadilan.
Dengan musyawarah ini memunculkan kesepakatan dari semua pihak sehingga
hasilnya harus dan wajib dijalani,diterima,dilaksanakan oleh semua pihak yang
terlibat dengan tanggung jawab.31

Berikut ini aturan dan sikap yang harus dilaksanakan dalam kegiatan musyawarah untuk
mencapai mufakat, yaitu
 Dalam musyawarah semua pihak yang terlibat harus memiliki etika dalam
berpendapat dengan cara menghormati pendapat orang lain walaupun tidak
sesuai dengan pendapat kita.
 Kita tidak boleh memaksa orang lain untuk menuruti kehendak kita.
 Apabila dalam kegiatan musyawarah, pemimpin musyawarah memberikan
peraturan musyawarah pada awal pelaksanaannya, kita harus
menjalani/mentaatinya.

31
Firman syah, Musyawarah Mufakat Cara Santun Selesaikan Berbagai Persoalan
(Sekretariat Daerah Kabupaten Dompu, 2022)

48
 Harus mau menerima Keputusan berdasarkan suara terbanyak dan
menjalankannya sesuai dengan rasa Ikhlas, lapang dada dan tanggung jawab.
 Dalam kegiatan musyawarah ini kita dituntut untuk harus bisa menahan diri
dengan tidak menggunakan emosi dalam semua rangkaian kegiatan
musyawarah yang sedang berlangsung. 32

8. Bercorak Terbuka dan Sederhana. Maksud dari terbuka dalam corak hukum adat ini
ialah hukum adat mampu, terbuka, dan dapat dengan mudah menerima komponen-
komponen dari luar namun tidak menyalahi aturan dan pandangan hukum adat itu
sendiri. Berbeda dengan anggapan mayoritas umum yang kebanyakan mengatakan
hukum adat bersifat kaku, padahal hukum adat sendiri itu dapat dengan mudah
menerima dan memperbolehkan unsur baru yang masuk sepanjang tidak menyalahi
dengan nilai fundamental dan norma-norma yang berada didalam hukum adat itu
sendiri. Hukum adat bersifat tak terikat/tertulis pada berkas dokumen yang kaku dan
reseptif yang mudah dimengerti Masyarakat awam dan dianggap dengan masuknya
unsur-unsur baru itu memiliki maksud baik bagi kebutuhan Masyarakat dalam
kehidupan sehari-harinya. Hukum adat yang terbuka ini berarti memberikan ruang
untuk menyesuaikan perkembangan zaman dengan tetap memperdulikan nilai-nilai
dalam Masyarakat dan tidak bertentangan. 33 Sederhana berarti hukum adat tidak ribet,
mudah diatur, santai, bersahaja, dan juga bersifat lokal. Karena pada dasarnya sendiri
hukum adat sendiri ialah hukum yang diwariskan turun-temurun dan sebagian besar
tidak tertulis namun tetap dihormati dan dijalani oleh para Masyarakat adat karena
mereka percaya itu merupakan pedoman dari nenek moyang yang dianggap baik bagi
kehidupan mereka. Hukum adat tidak ribet karena dalam penegakannya mudah
dipahami oleh masyarakat awam sekalipun karena tidak dibukukan layaknya hukum
pemerintahan. Hukum adat hanya menggarisbawahi dan mengajarkan norma-norma
baik yang dapat mengatur Masyarakat adat. Sederhana dalam hal ini juga selain mudah
dimengerti juga tidak memungut banyak biaya dan pelaksanaannya berdasar pada rasa
saling percaya yang tinggi. Hukum adat tercipta dari pemikiran, tingkah laku, dan
kebiasaan yang dianut oleh nenek moyang lalu diajarkan,diturunkan,dan diwariskan
pada anak cucunya yang hingga sampai saat ini tetap dilaksanakan dan dipertimbangkan

32
Masnur, Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
Belajar PKN Siswa Tentang Musyawarah Kelas II Di SD (STKIP Muhammadiyah
Enrekang) hlm. 3.
33
Ahmad Tahali, Hukum Adat Di Nusantara Indonesia (Universitas Al Khairaat
Palu,2018) hlm. 9.

49
keberadaannya karena menghormati hal tersebut dan percaya kalau menurut tetuahnya
baik. 34

9. Bercorak Kontan (Tunai). Berarti dalam hukum adat “kontan” ialah semua kegiatan
dilandasi segala sesuatu yang konkret. Seperti dalam hal yang dicakup yaitu pemenuhan
prestasi. Kontan ialah istilah yang mengacu pada kedekatan kinerja suatu layanan atau
tindakan. Hukum adat Indonesia yang memuat diisinya dijelaskan bahwa peralihan hak
juga kewajiban harus terjadi dengan bebarengan agar bisa menjaga keseimbangan
kehidupan masyarakat. Semisal, ketika seorang membeli sesuatu dari seorang penjual,
pembeli menyerahkan panjr kepada penjual bahwa tanda pembelian akan segera
dilakukan. Dengan demikian masalah ini memperlihatkan bahwa kedua belah pihak
terlibat dalam pelaksanaan transaksi yang ada. Jadi tunai sangat penting untuk menjaga
keseimbangan sosial. Jadi, pelaksanaan pelayanan dan tindakan harus segera atau
simultan agar tak menyebabkan masalah baru yaitu ketimpangan antar anggota
masyarakat. Dalam hukum adat kontan ialah kegiatan transaksi yang dilakukan secara
cepat melalui pertukaran barang atau uang tanpa memerlukan bukti bahwa telah terjadi
kegiatan jual beli (struk atau nota pembelian ). Kontan dalam hukum adat ini memiliki
makna bahwa pembayaran atau transaksi dapat dilakukan dengan cepat hanya dengan
menjalankan norma-norma adat yang berlaku yang ada dalam masyarakat tersebut dan
tidak selalu terikat pada sistem transaksi modern. Kontan dalam hukum adat ini
dilandasi atau didasari tradisi, kesepakatan, kepercayaan yang tinggi, dan juga adat
istiadat yang berjalan dilingkungan Masyarakat tersebut. Hukum adat Indonesia juga
mengatur bahwa sistem peralihan atau pemindahan serah terima hak, kewajiban, status,
serta jabatan juga wajib bersamaan kurun waktunya dalam proses tersebut. Hal ini
dilakukan agar tetap terjaganya keseimbangan serta keadilan yang setara dimata
masyarakat tanpa timbul adanya sikap tertutup dan tidak adil. Corak kontan juga
memiliki sinonim atau kata lain kesertamertaan, langsung, serentak, dan spontan. 35

Menurut bapak Van Vollenhoven terdapat beberapa lingkup hukum yang masing-
masingnya memunyai ciri-ciri tersendiri. Untuk itu apabila hukum adat ingin dijadikan
landasan pembentukan hukum nasional, hal ini perlu beberapa aspek yang harus ditelaah

34
Desi Apriani, Urgensi Hukum Adat Dalam Pembaharuan Hukum Pidana di
Indonesia (Jurnal Ilmu Hukum 2015) hlm. 7.
35
Marhaeni Ria Siombo, Hukum Adat Dalam Perkembangannya (Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya, 2020) hlm. 13

50
dan harus memiliki beberapa ketentuan yang wajib dipatuhi untuk kedepannya bagi
masyarakat. Ketentuan-ketentuan tersebut ialah:
1. Isi atau segala jenis peraturan yang diatur dalam hukum adat sama sekali tak
diperbolehkan berseberangan dengan keperluan masyarakat & negara juga
berseberangan dengan konstitusi / undang-undang yang berjalan saat ini yang
berlandaskan atas persatuan bangsa Indonesia.
2. Hukum adat yang dibentuk atau akan dibentuk secara tegas tidak diperbolehkan isinya
berseberangan dengan semua nilai fundamental yang ada didalam Pancasila. Dan juga
dapat diketahui bersama Pancasila merupakan dasar negara yang telah disusun secara
matang oleh para penggagas negara, dimana dasar ini mengandung asas pedoman hidup
dalam berbangsa dan bernegara yang baik.
3. Dan juga hukum adat sangat dilarang isinya berlawanan dengan peraturan / hukum
termaktub semisal Undang-Undang. Hal ini tentu memiliki alasan yang jelas yaitu
apabila hukum adat bertentangan dengan Undang-Undang akan menyebabkan banyak
konflik/ masalah yang muncul karena timbulnya perbedaan. Undang-Undang sendiri
sebenarnya telah mengatur semua hal dengan komplit.
4. Hukum adat juga perlu lepas dari watak kebangsawanan (feudalism) yang kita ketahui
merupakan sifat dari sebuah sistem sosial politik yang memberi kekuasaan atau
kewenangan hanya pada para bangsawan dan para keturunanya terus menerus. Hal ini
sangat tidak sinkron dengan nilai norma dan tidak sinkron dengan hukum modern.
Hukum adat juga tidak boleh memiliki sifat kapitalism dan eksploitasi manusia kepada
manusia lain.
5. Dan yang terakhir hukum adat sangat keras dilarang untuk menyimpang dalam hal
agama. Karena sejak dahulu agama dijadikan sebagai pedoman moral dan etika dimana
apabila ada pertentangan dengan hukum adat dan nilai-nilai agama akan menimbulkan
pertentangan dan ketegangan yang dapat menyebabkan perpecahan antar bangsa dan
negara. 36

36
Sri Sudaryatmi, Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era
Globalisasi (Universitas Diponegoro,2012) hlm. 574.

51
DAFTAR PUSTAKA

ISTILAH HUKUM ADAT

Andrew. (2021). Pengertian Hukum Adat Menurut Para Ahli dan


Perkembangannya di Indonesia. Gramedia, 1.

Aprilianti, S. M. (2022). HUKUM ADAT DI INDONESIA. Bandar Lampung:


PUSAKA MEDIA.

Bewa Ragawino, S. M. (2008). PENGANTAR DAN ASAS-ASAS HUKUM


ADAT DI INDONESIA. Universitas Padjajaran, 129.

Dr. Lim Siti Masyitoh, M. d. (2014). Pengantar dan Dasar Yuridis Berlakunya
Hukum Adat. Perpustakaan UT.

Dr. Marhaeni Ria Siombo, S. M. (2014). Asas-Asas Hukum Adat. Perpustakaan


UT, 39.

Universitas Negeri Makassar. (n.d.). KEDUDUKAN HUKUM ADAT DI


INDONESIA. Retrieved Januari Selasa, 2024, from Kedudukan Hukum Adat dan
Beberapa Pengertian: https://lms.syam-
ok.unm.ac.id/pluginfile.php/361736/mod_resource/content/1/kedudukan%20HK.ADAT
%20BEBERAPA%20PENGERTIAN.docx

Pembidangan hukum adat

“Ius commune” and “Ius proprium” relationship | Free essay example. (2022,
March 20). StudyCorgi. https://studycorgi.com/ius-commune-and-ius-proprium-
relationship/

Pandu. (2022, November 27). Contoh Hukum Adat dan Sanksinya yang Ada di
Indonesia. Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/contoh-hukum-adat/

52
Junia, I. L. R. (2023). Mengenal Hukum Adat Awig-Awig di Dalam Desa Adat
Bali. Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains, 2(09).
https://doi.org/10.58812/jhhws.v2i09.636

Umam. (2023, June 26). Pengertian adat istiadat menurut para ahli, macam
hingga contohnya. Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
adat/

Arafat, Y. Y. (2018, January 1). CORAK HUKUM ADAT. Yuda Yasrah Arafat
– Academia.edu. https://www.academia.edu/38931665/CORAK_HUKUM_ADAT

Humas, T. (n.d.). Pengertian Hukum Adat, Ciri, Dimensi, Asas, Sumber, dan
Pembidangan Hukum Adat – Universitas Islam An Nur Lampung. https://an-
nur.ac.id/pengertian-hukum-adat-ciri-dimensi-asas-sumber-dan-pembidangan-hukum-
adat/

Mita Oktavia, Mochammad Farhan, Muhamad Adi Darmawan, Naufal


Ramadhan Mubarak, Najwa Alawiyah, Nurulloh Misbahul Ma’ruf, & Ende Hasbi
Nassaruddin. (2023). HARMONI ANTARA HUKUM ISLAM DAN TRADISI
LOKAL: STUDI TENTANG PENYELARASAN HUKUM ADAT DALAM
KONTEKS MASYARAKAT MUSLIM DI KAMPUNG ADAT NAGA
TASIKMALAYA. Causa: Jurnal Hukum Dan Kewarganegaraan, 1(9), 71–80.
https://doi.org/10.3783/causa.v1i9.1334

Wikipedia contributors. (2023, January 12). Cornelis van Vollenhoven.


Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Cornelis_van_Vollenhoven

Sistem Hukum Adat Pengertian, Karakteristik dan Contoh. (2023, June 24).
Pascasarjana UMSU. https://pascasarjana.umsu.ac.id/contoh-sistem-hukum-adat/

53
Hadirman, H. (2022). Problematika Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Lembaga Pendidikan Islam di Tengah Komunitas Minoritas Muslim (Studi di MIN 1
Minahasa). Al-Madrasah, 6(2), 304. https://doi.org/10.35931/am.v6i2.966

Sumber hukum adat


Rahman arief,Pengantar hukum Indonesia,cetakan pertama (Sleman:
Deepublish:2019),hal.36

Abubakar,L (2013). Revitalisasi hukum adat sebaagai sumber hukum dalam


membagun sumber hukum indonesia. Vol 2.hal 5

Abdurrahman, S.H.., 1984, hukum adat menurut perundang-undangan republik


Indonesia, Jakarta, Cendana Pres

Van Dijk, R, Prof,Dr, 1982, pengantar hukum adat Indonesia, Bandung,Sumur


Bandung

Koesno, Moh, Prof,Dr,S.H., 1992, hukum adat sebagai suatu model hukum bag.
I , Bandung, Mandar Maju
.
Muhammad, Bushar, Prof,S.H.,1986, asas-asas hukum adat suatu pengantar,
Jakarta, Pradnya Paramita

Corak hukum adat


Khudzaifah Dimyati, 2004, Teorisasi Hukum Studi tentang Perkembangan
Pemikiran Hukum Di Indonesia,1945-1990 (Surakarta: Muhammadyah University)

Ahmad Tahali, 2018, Hukum Adat Di Nusantara Indonesia (Universitas Al


Khairaat Palu)

Marhaeni Ria Siombo, 2020, Hukum Adat Dalam Perkembangannya


(Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)

54
Sri Sudaryatmi, 2012, Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum
Nasional di Era Globalisasi (Universitas Diponegoro)

55

Anda mungkin juga menyukai