Anda di halaman 1dari 5

PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH TENTANG PRAKTIK

HUTANG PIUTANG SEMBAKO TANPA AKAD DI DESA PAMOROH

KECAMATAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

LAILATUL JANNAH

NIM. 20382042027

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

i
A. Judul Penelitian

Perspektif Hukum Ekonomi Syariah Tentang Hutang Piutang Sembako

Tanpa Akad di Desa Pamoroh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan.

B. Konteks Penelitian

Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki

ketergantungan kepada orang lain, tidak ada yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain. Dalam kehidupan sehari – hari sebagian orang pasti memiliki permasalahan

yang berbeda di berbagai aspek. Seperti halnya dalam aspek ekonomi. Dalam

permasalahan aspek ekonomi ini manusia sering kali terjadi dalam berbagai wilayah.

Untuk hal itu maka dipetakan menjadi 2 kandidat yaitu ada yang kaya dan ada yang

miskin1. Dalam aspek ilmu pengetahuan ada yang pakar dan ada yang awam (tidak tau

perkembangan zaman). Dan sebagainya.

Pada umumnya, manusia setiap harinya selalu berhadapan dengan sagala macam

masalah dimana masalah tersebut menyangkut kebutuhan pokok manusia dalam segi

aspek ekonomi. Dalam menghadapi masalah yang seperti ini. Manusia pada umumnya

ingin memenuhi semua kebutuhannya walaupun dengan menggunakan transaksi hutang

piutang. Dalam transaksi hutang piutang ini pasti ada dua pihak yang melakukan akad.

Satu pihak pemberi barang yang akan dihutang dan satu pihak yang lain menerima

barang tersebut. Akad tersebut berisi waktu kapan si penerima barang ini akan

mengembalikan barang yang nominalnya sama dengan barang yang diterima dari pihak

lawan tersebut.

Ekonomi islam bukan hanya menyangkut dengan praktik kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh sekelompok orang atau individu saja melainkan juga merupakan

perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaraan islam. Dalam islam

memberi hutang hukumnya sunnah tapi ada juga yang merupakan wajib seperti halnya
1
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pres,2013), 85

2
ketika ada orang lain yang sangat membutuhkan bantuan atau kebutuhan mendesak

dihadapa kita maka wajib hukumnya kita menolong mereka tersebut walaupun dengan

cara memberi pinjaman (hutang).

Dalam agama islam, hutang piutang merupakan bagian yang mengatur tentang

hubungan manusia dengan manusia lain. Manusia merupakan makhuk sosial yang saling

membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan

manfaat untuk diri senriri maupun orang lain. Salah satu praktik yang merupakan hasil

interaksi sesama manusia yakni terjadinya sistem hutang piutang antar manusia yang

dalam hal ini mereka mampu mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan.

Hutang piutang kerap terjadi di wilayah Indonesia khususnya di pulau Madura

di Kota Pamekasan itu sendiri. Masyarakat di wilayah tersebut banyak sekali yang

melakukan hutang piutang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, seperti untuk

membeli sembako dan kebutuhan pokok lainnya. Maka dari itu kerap sekali terjadi

transaksi hutang piutang dalam kehidupan manusia. Seseorang dengan orang lain

ataupun seseorang dengan perusahaan.

Hutang piutang dalam istilah bahasa Arab adalah al – dain (jamak dari al –

dayun) dan al - qordh. Secara etimologi, Qard berarti golongan. Harta yang diberikan

kepada Muqtarid (orang yang berhutang , sebab merupakan potongan dari harta muqrid

(orang yang memberi hutang). 2 Hutang piutang dapat dilakukan dengan transaksi jual-

beli maupun sewa-menyewa barang yang dilakukan dengan pembayaran yang tidak

kontan atau tunai tetapi dengan cara membayar secara bertahap. Transaksi seperti ini

dalam fiqh dinamakan madayah atau tadayun. Definisi hutang piutang biasanya adalah

2
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah ( Jakarta : Kencana Prenadamedia, 2013 ), 336

3
memberikan suatu uang kepada orang lain dengan perjanjian (akad) pihak lain akan

membayarnya dengan jumlah yang sama. 3

Dalam ketentuan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata terdapat pada Pasal

1754 dengan ketentuan yang berbunyi “Pinjam-Meminjam adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu

barang – barang habis seperti pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakang ini

akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.4

Dalam praktiknya, walaupun sudah diatur sedemikian rupa oleh Al – Quran

maupun Undang – Undang, masih banyak orang yang melakukan perilaku menyimpang

khususnya dalam perihal hutang piutang yang tak lain hanya ingin mendapatkan

keuntungan untuk dirinya sendiri. Dalam perilaku tersebut tidak dapat dijadikan contoh

agar masyarakat bisa menyesuaikan peraturan Al – Quran dan Undang – Undang.

Sebagai contoh praktik utang piutang yang terjadi di desa Pamoroh Kecamatan

Kadur Kabupaten Pamekasan, yang dimana hutang piutang berawal dari pemberian

barang sembako di setiap rumah seperti mamalemon, bawang putih 1kg dan lain – lain.

Pemberian barang tersebut tanpa ada izin dari pemilik rumah tetapi pihak pemberi

tersebut langsung menyerahkan barang dengan berucap bayarnya 1 bulan setelah

penerimaan barang. Lalu semisal harga mamalemon di toko atau pasar terdekat hanya

Rp. 5.000.00.- maka pihak pemberi barang memberikan harga 2 kali lipat dari harga

pasaran barang tersbut.5

Dalam penjabaran diatas,dapat menjadi factor penyebab kerugian konsumen

selaku pembeli atau pelaku hutang piutang dan bisa juga merugikan dalam segi

3
Rachmad Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 151
4
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1996).136
5
Abu Sura ‘I Hadi, Bunga Bank Dalam Islam (Surabaya: Al – ikhlas, 1993), 129.

4
perekonomian masyarakat yang diberi produk tersebut. Hal tersebut juga merupakan

suatu kegiatan transaksi yang tidak menggunakan akad dalam hutang piutang kedua

belah pihak tersebut serta dapat pula ditinjau dalam peberian harga dua kali lipat tersebut

bias memperngaruhi segi Hukum Ekonomi Syariah, sehingga perlu adanya upaya untuk

diteliti.

Maka hal tersebutlah yang menjadi sumber penulis untuk mengkaji serta

meneliti lebih lanjut perihal pelaksanaan praktik hutang piutang sembako dimana

pembahasannya tersebut akan diuraikan pada proposal skripsi penulis dengan judul

“Perspektif Hukum Ekonomi Syariah Tentang Praktik Hutang Piutang Sembako

Tanpa Akad Di Desa Pamoroh Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan”.

C. Fokus Penelitian

1. Bagaimana praktik hutang piutang sembako di Desa Pamoroh Kec. Kadur Kab.

Pamekasan ?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap praktik hutang piutang

sembako tersebut?

Anda mungkin juga menyukai