Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQIH

G A D A I

D
I
S
U
S
U
N
KELOMPOK II:
 DWIRA SELVA NST
 SITI KHADIJAH
 MEISINTA
 WULAN AGUSTINA
 NAZLA AULIA

SMP IT INSAN CENDEKIA,MEDAN THN


2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirohim
Assalamu’allaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah,yang menciptakan seluruh alam
semesta.shalawat dan salam kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW,dan semoga kita selalu dirahmati dan
mendapatkan syafaatnya(allah swt) amin yarabbal allamin.
Makalah ini berisi tentang “gadai” yang terkait dengan fiqih
gadai syariah.Tujuan membuat makalah ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui dan meninjau hukum gadai
secara syariah ,dalam mikro ekonomi dengan melalui
beberapa cara seperti,berdiskusi dan sebagainya.Terima
kasih tak lupa di ucapkan untuk kerja sama dan kekompakan
teman sekelompok sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Dan sudah pasti makalah ini tidak terlepas dari kekurangan
yang tentunya masih dinanti kritik serta sarannya dari
berbagah pihak untuk penyempurnaannya.
Wassalamu allaikum wr.wb

Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................................4

2
Pengertian Gadai.............................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................................ 6
MACAM MACAM GADAI...........................................................................................................................6
SYARAT SYARAT GADAI (Syariah”) (Pegadaian).....................................................................................7
RUKUN GADAI DALAM ISLAM................................................................................................................7
SKEMA ATAU ALUR GADAI MENURUT SYARIAT ISLAM..................................................................8
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MENGENAI PEGADAIAN......................................................8
Hukum Gadai dalam Islam..............................................................................................................................9
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan..............................................................................................................10
Daftar Pustaka...................................................................................................................................................12

3
BAB II
Pengertian Gadai

Dalam bahasa arab ,gadai adalah ar-rhan.Rhan secara


etimologis berarti subut (tetap) dan dawam (terus-menerus).Adapun
definisi rhan secara terminology adalah menjaga harta benda
sebagai jaminan hutang agar hutang itu dilunasi atau dibayarkan
harganya jika tidak dapat mengembalikannya atau jika dia
berhalangan.

Inti dari gadai dalam islam adalah saling tolong-menolong


untuk meringankan beban seseorang.Adapun dalil tentang gadai di
Alquran QS.Al-Baqarah(2) ayat 283 yang digunakan sebagai dasar
dalam membangun konsep gadai.

Menurut Imam Ahmad, Ishak, Al-laits dan Al-hasan, jika


barang gadaian berupa kendaraan, yang dapat dipergunakan atau
binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka penerima gadai
dapat mengambil manfaat dari kedua benda tersebut desesuaikan
dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan selama kendaraan
atau binatang itu ada padanya. Jika dia dibiaya oleh pemiliknya,
maka pemilik uang tetap tidak boleh menggunakan barang gadai
tersebut.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya ”binatang tunggangan


boleh ditunggangi karena pembiayaannya apabila digadaikan,
binatang boleh diambil susunya untuk diminum karena
pembiayaannya ,bila digadaikan ,bagi orang yang meminumnya
wajib memberikan biaya.
Jadi, pengambilan manfaat pada barang-barang gadai tersebut
di tekankan pada biaya atau tenga untuk pemeliharaannya.

4
Sehingga bagi yang memegang barang-barang gadai punya
kewajiban tambahan . kewajibannya yaitu memelihara hewan yang
dijadikan jaminan tersebut, diantaranya yaitu, memberi makan,
minum, tempat yang layak dan membersihkannya bila barang yang
digadaikan itu adalah hewan,  dan harus membelikan bensin jika
barang yang di jadikan jaminan adalah kendaraaan.

Dapat disimpulkan bahwa gadai itu adalah haram jika


bertujuan untuk mengambil keuntungan, seperti mengambil bunga
setiap bulan, tapi jika barang tersebut adalah hewan atau kendaraan,
maka digunakan untuk mencari keuntungan hanya untuk biaya
pemeliharaannya saja.

5
BAB II
MACAM MACAM GADAI

1.Rhan‘iqar/rasmi(rhan takmini/rhan tasjily)


Merupakan bentuk gadai,dimana barang yang digadaikan hanya
kepemilikannya,namun barangnya sendiri masih tetap dikuasai dan
dipergunakannya oleh pemberi gadai.
2.Rhan Hiyazi
Bentuk rhan hiyazi inilah yang sangat mirip dengan konsep gadai
baik dalam hukum positif.Jadi berbeda dengan rhan iqar yang
hanya menyerahkan hak kepemilikan atas barang,maka pada rhan
hiyazi tersebut,barangnyapun dikuasai oleh kreditur.
Jadi prinsip rhan adalah:
#.Kepemilikan atas barang yang digadaikan tidak beralih
selama masa gadai
#.Kepemilikan baru beralih pada saat terjadinya wanprestasi
pengembalian dana yang diterima oleh pemilik barang .pada saat
itu,penerima gadai berhak menjual barang yang digadaikan
berdasarkan kuasa yang sebelumnya pernah diberikan oleh pemilik
barang’
#.Penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang yang
digadaikan ,kecuali atas izin dari pemilik barang.Dalam hal
demikian,maka penerima gadai berkewajiban menanggung biaya
penitipan /penyimpanan dan biaya pemeliharaan atas barang yang
digadaikan tersebut.
Contohnya: ibu pak.budi masuk rumah sakit, tapi ia tidak punya
uang untuk membayar rumah sakit, akhirnya ia meminjam uang
sebesar 5 juta kepada pegadaian dengan jaminan sepeda motornya
yang seharga 10 juta selama 3 bulan. Tapi tiap bulan ia harus
membayar bunganya sebesar 50rb rupiah. Pada saat jatuh tempo

6
pak budi masih belum bisa melunasi hutangnya, akhinya sepedanya
di jual oleh pemberi hutang seharga 7 juta.
SYARAT SYARAT GADAI (Syariah”) (Pegadaian)

Dalam pelaksanaannya, mayoritas ulama memandang terdapat


empat rukun rahn, yaitu:
*Barang yang digadaikan (marhun)
*Utang (marhun bihi)
*Ijab qabul (shighat)
*Dua pihak yang bertransaksi yaitu, pemberi gadai (rahin) dan
penerima gadai (murtahin)

RUKUN GADAI DALAM ISLAM

1) Shigat, yaitu lafadz ijab dan qabul pada saat


akad. Shigat (lafal), menurut ulama Hanafiyyah, Apabila akad
itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan
masa yang akan datang, maka syaratnya batal, sedangkan
akadnya sah.
2) Orang yang berakad (ar-rahin dan al-murtahin) harus
cakap dalam bertindak hukum, menurut jumhur ulama orang
dianggap cakap bertindak hukum adalah orang yang sudah
baligh dan berakal.
3) Barang yang digadaikan (al-murhun), barang jaminan
merupakan barang yang memiliki nilai ekonomis secara
hukum syara’ artinya barang itu dapat diperjual-belikan, dan
merupakan barang yang halal dan milik sah orang yang
berutang.
4) Utang (al-marhunbih), merupakan hak wajib yang harus
dikembalikan kepada orang tempat berutang; utang itu dapat
dilunasi dengan barang jaminan sesuai dengan kesepakatan.

7
SKEMA ATAU ALUR GADAI MENURUT SYARIAT ISLAM

1.      Nasabah memberikan barang yang akan digadaikan kepada


Pegadaian Syariah sebagai jaminan.
2.      Pegadaian Syariah memberikan uang kepada nasabah sesuai
dengan pertimbangan dari nilai barang yang digunakan sebagai
jaminan.
3.      Pada saat jatuh tempo nasabah menebus barang yang
digadaikan dengan memberikan uang yang dipinjamnya kepada
Pegadaian Syariah.
4.      Pegadaian Syariah memberikan barang jaminan kepada
nasabah.

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MENGENAI


PEGADAIAN

 Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang RAHN (Gadai


yang sesuai dengan syariat Islam)
 Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang RAHN EMAS
 Fatwa DSN No. 68/DSN-MUI/III2008 tentang RAHN
TASJILY (Merupakan bentuk gadai, dimana barang yang
digadaikan hanya dipindahkan kepemilikannya, namun
barangnya sendiri masih tetap dikuasai dan dipergunakan oleh
pemberi gadai)

8
Hukum Gadai dalam Islam
Gadai dalam Islam hukumnya jaiz atau boleh. Hal ini tercantum dalam
Alquran, hadis, qiyas, dan ijma.

Hukum dalam Alquran adalah sebagai berikut:

"Dan jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara


tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang)1. Akan tetapi, jika sebagian kamu memercayai sebagian
yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya; dan
janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia
adalah orang yang berdosa kalbunya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (al-Baqarah: 283).

Hukum dalam hadis adalah sebagai berikut:

Nabi Shalallahu alaihi wasallam membeli makanan dari seorang


Yahudi dengan tempo, lalu beliau menjadikan baju besinya sebagai
gadainya. (Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan qiyas, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Mudzakkiratul


Fiqh mengatakan demikian, Karena gadai adalah kebutuhan, baik
penggadai (murtahin) maupun pegadai (rahin), qiyas dan pandangan
yang benar memungkinkan ada gadai.

Berdasarkan ijma, Ibnu Qudamah dalam al-Mughni menyebutkan


secara umum, kaum muslimin bersepakat bahwa gadai diperbolehkan
dalam kehidupan sehari-hari jika diperlukan.

Hukum tentang bergadai dalam Islam juga ditentukan berdasarkan


kondisinya, apakah sedang mukim (tetap) atau keadaan safar (dalam
perjalanan). Meskipun ayat yang disitir memiliki konteks tentang gadai
dalam keadaan safar, tidak berarti bahwa mereka yang mukim tidak
diperbolehkan.

9
Pada keadaan safar, justru sulit bagi seseorang untuk menemukan
saksi atau penulis. Jadi, gadai lebih mungkin untuk dilakukan. Lebih
mudah pula untuk memberikan sesuatu sebagai barang gadaian.

Hukum bergadai lain yang bisa dipahami dari Tafsir as-Sa di


menyebutkan bahwa tujuan gadai adalah menjamin kepercayaan.
Apabila pihak pemberi pinjaman merasa percaya terhadap pengutang
serta suka melakukan transaksi tanpa barang jaminan, hal ini juga sah-
sah saja. Namun, di sisi lain pengutang juga harus menunaikan
tanggung jawabnya untuk membayar utang tersebut meskipun tanpa
barang gadai.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

Sebelum melakukan gadai yang berkonsep syariah, Anda harus


mengetahui syaratnya terlebih dahulu. Syarat pertama adalah bahwa
kedua pihak yang melakukan transaksi gadai harus sudah merdeka,
berakal, baligh, dan rasyid. Rasyid artinya bisa membelanjakan harta
secara benar. Ini berarti, budak tidak diperbolehkan ikut melakukan
gadai. Orang yang hilang akal dan anak kecil pun tidak boleh bergadai.

Selanjutnya, pergadaian juga bisa dilakukan dengan orang kafir (tidak


harus dengan seorang Muslim). Nabi Shalallahu alaihi wasallam pun
melakukan pergadaian dengan Abu Syahm, seorang Yahudi. Sahabat
Muhammad bin Maslamah juga menyatakan keinginan bergadai
dengan Kab bin al-Asyraf, seorang Yahudi, dalam al-Bukhari no.
251Q.

Terkait barang yang digadaikan, syarat-syarat yang harus diperhatikan


adalah telah diketahui barang, ukuran, sifat, dan jenisnya. Syarat kedua
adalah barang tersebut harus merupakan milik pegadai atau milik
orang lain yang diizinkan untuk digadaikan olehnya. Syarat ketiga
adalah dapat diperjualbelikan, seperti hewan, besi, baju, dan
sebagainya.

Apabila rahn atau barang yang digadaikan harus dikeringkan atau


dijemur supaya tidak cepat rusak, biaya pengeringan ditanggung oleh
pegadai. Jika barang tersebut dikhawatirkan rusak, sebaiknya dijual
dan hasilnya untuk mengganti rahn sebelumnya.

Terkait qabdh atau pengambilalihan barang


gadai, murtahin melakukannya dengan cara memindahkannya
dari rahin (penggadai). Jika tidak bisa dipindahkan, misalnya rumah
10
atau tanah, penggadai menyerahkan kepada murtahin serta tidak
menghalangi saat murtahin mengambilnya.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hukum Islam, Pegadaian


Syariah juga memiliki layanan Gadai Syariah. Ini adalah solusi
bagi rahin atau penggadai yang membutuhkan dana cepat. Proses yang
harus dilakukan tidak sulit, bahkan hanya sekitar 15 menit. Selain itu,
barang jaminan seperti perhiasan, kendaraan bermotor, atau elektronik
tetap tersimpan dengan aman.

Keunggulan lain dari Gadai Syariah adalah jangka waktu pinjaman


hingga 4 bulan. Penggadai dapat sewaktu-waktu melakukan pelunasan
sesuai perhitungan dalam masa pinjaman. Jumlah pinjaman yang
tersedia adalah antara Rp50.000 hingga Rp200 juta.

11
Daftar Pustaka

Devita, I. (n.d.). Macam Macam Gadai.

DR, K. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Pegadaian, S. (n.d.). Hukum Bergadai Dalam Islam.

Syariah”, B. L. (n.d.).

12

Anda mungkin juga menyukai