Anda di halaman 1dari 14

Transaksi Terlarang dalam

Islam
Hukum Asal
• Transaksi ekonomi atau bermuamalah dalam Islam memiliki hukum
asal boleh.
‫األصل في المعامالت االباحة‬

• Adapun hukum asal ibadah dalam islam adalah haram


‫األصل في العبادات التحريم‬
Sebab Terlarang
• Haram zatnya (haram li dzatihi)
• Haram selain zatnya (haram li ghairihi)
• Tidak sah akadnya
Haram Li Dzatihi
• Haram jenis ini diartikan apa yang dituntut untuk ditinggalkan dengan
tuntutan yang tegas, karena substansinya. Misalnya Bangkai, babi, dan
minuman keras.
• Sehingga bagaimanapun jenis transaksinya, apabila yang barang yang
ditransaksikan dihukumi haram li dzatihi, maka dengan sendirinya
transaksi tersebut menjadi haram.
Haram Li Ghairihi
• Melanggar Prinsip An Tardhi Minkum
 Tadlis
Setiap transaksi harus berasaskan suka sama suka atau kerelaan.
Kerelaan dibangun berdasarkan informasi yang lengkap.
Tadlis terjadi pada empat aspek:
 Kuantitas
 Kualitas
 Harga
 Waktu Penyerahan
Haram Li Ghairihi
• Melanggar Prinsip La Tazlimu Wa La Tuzlamu
Pada dasarnya tujuan transaksi untuk membawa manfaat pada pihak-
pihak yang terlibat. Namun apabila transaksi tersebut mengakibatkan
kedua belah pihak saling menganiaya, maka tujuan dari transaksi tidak
terwujud.
 Rekayasa Pasar (Ikhtikar & Bai’ Najsy)
 Gharar
 Riba
Ikhtikar
• Bentuk rekayasa pasar dalam supply
• Ikhtikar terjadi atas beberapa indikator:
 Mengupayakan adanya kelangkaan barang, baik dengan cara
menimbun atau entry barrier
 Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding sebelum terjadi
kelangkaan
 Mengambil keuntungan yang lebih tinggi setelah terjadinya poin 1
dan 2.
Bai’ Najsy
• Bentuk rekayasa pasar dalam Demand
• Bai’ Najsy terjadi atas beberapa indikator:
 Mengupayakan permintaan tinggi, baik dengan cara membuat
transaksi palsu atau permintaan palsu
 Harga yang lebih tinggi dibanding sebelum terjadi rekayasa
permintaan
 Mengambil keuntungan yang lebih tinggi setelah terjadinya poin 1
dan 2.
Gharar
• Situasi dimana terjadinya ketidakpastian diantara kedua belah pihak
yang bertransaksi.
• Gharar terjadi apabila yang seharusnya bersifat pasti, namun berubah
menjadi tidak pasti.
• Ketidakpastian pada empat aspek:
 Kuantitas
 Kualitas
 Harga
 Waktu
Riba
• Secara Bahasa berarti tambahan (az-ziyadah), berkembang (an-
numuw), membesar (al-’uluw), dan meningkat (al-irtifa’).
• Secara istilah berarti tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak
yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu.
• Jenis Riba
 Pertukaran
 Riba Fadl (Perbedaan kadar, kuantitas, kualitas)
 Riba Nasiah (Penangguhan penyerahan)
 Utang-Piutang
 Riba Qard (Pertambahan yang dipersyaratkan diawal)
 Riba Jahiliyah (Pertambahan karena tidak mampu bayar)
Tidak sah akad
• Transaksi dapat dikatakan tidak sah akad dan/atau tidak lengkap
akadnya apabila terjadi salah satu atau lebih atas faktor-faktor berikut
ini:
 Rukun dan syarat tidak terpenuhi
 Terjadi Ta’alluq
 Terjadi two in one
Rukun dan Syarat Akad
• Rukun Akad
 Pelaku
 Objek
 Ijab-Qabul
• Syarat Akad
Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun akad:
 Pelaku harus mukallaf
 Objek harus jelas
 Ijab-Qobul tanpa paksaan
Ta’alluq
• Secara Bahasa yaitu menggantung, meletakkan, menegakkan, tidak
menetapkan/memutuskan sesuatu
• Keterkaitan antara satu akad dengan akad lainnya.
• Ta’alluq terjadi pada saat satu akad terjadi apabila didahului oleh akad
lainnya.
Two in one
• Terjadinya dua akad atau lebih dalam satu transaksi.
• Penyatuan beberapa akad dalam satu transaksi ini menyebabkan
terjadinya gharar, baik gharar pada akad yang digunakan maupun
implikasi hukum.
• Indikator terjadinya two in one adalah
 Objek sama
 Pelaku sama
 Jangka waktu sama

Anda mungkin juga menyukai