TRANSAKSI YANG
DILARANG DALAM
ISLAM
PENDAHULUAN
1. Tadlis
2. Taghrir (Gharar) 1.Tidak terpenuhi
1.Babi
3. Ikhtikar rukun & syarat
2.Khamr
4. Bai’ najasy 2.Terjadi Ta’aluq
3.Bangkai
5. Riba 3.Terjadi “2 in 1”
4.Darah
6. Maysir
7. Risywah
3
A. HARAM ZAT-NYA
Transaksi ini dilarang karena objek (barang
dan/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang.
Seperti minuman keras, bangkai, daging babi, darah
dsb. Jadi transansksi jual beli minuman keras adalah
haram, walaupun akad jual beli-nya sah.
B. HARAM SELAIN ZAT-NYA
1. Melanggar Prinsip An Taradhim minkum
• Tadlis (Unknown to one party)
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak. Kerelaan ini dibangun atas
dasar mempunyai informasi yang sama (complete information).
Sehingga tidak ada antara pihak yang tidak mengetahui informasi
dipihak lain. Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut
tadlis. Tadlis terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam:
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Harga, dan
4. Waktu Penyerahan
1. TADLIS
1.Kuantitas
Pedagang yang mengurangi takaran/timbangan barang yang dijualnya.
2.Kualitas
Penjual yang menyembunyikan cacat barang yang ditawarkannya.
3.Harga
Seorang tukang becak yang menaikkan tarif becak 10 kali lipat dari tarif
normalnya kepada turis karena ketidak tahuhannya terhadap harga
pasaran.
4.Waktu Penyerahan
Seorang konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek
dalam waktu 2 bulan untuk memenangkan tender, padahal konsultan
tersebut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu
tersebut.
B. HARAM SELAIN ZAT-NYA
Contoh: Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli
valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot)
2. Riba Nasi’ah
1. Riba ini disebut juga dengan riba duyun yaitu riba yang timbul akibat hutang-
piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko ( al
ghummu bi ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya ( al kharaj bi
dhaman). Transaksi seperti ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung
beban, hanya karena berjalan waktu.
2. Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi
yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
3. Imam Sarkhzi mengatakan:
الربا هو الفضل الخالي عن العوض المشروط في البيع •
• “Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut).
4. Dalam perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam pembayaran
bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan dan lain-lain. Bank
sebagai kreditur yang memberikan pinjaman mensyaratkan bunga yang
besarnya tetapn dan ditentukan terlebih dahulu diawal transaksi (fixed and
predetermined rate). Padahal nasabah yang mendapatkan jaminan itu tidak
mendapatkan keuntungan fixed and predetermined juga. Sesuatu yang bersifat
uncertain dipaksakan menjadi certain.
3. Riba Jahiliyah
1. Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman
pada waktu yang telah ditetapkan.
2. Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah : ”kullu
qardin jarra manfa’ah fahuwa riba” (setiap pinjaman yang mengambil
manfaat adalah riba)
3. Dari segi penundaan waktu, riba jahiliyah digolongkan riba nasi’ah,
dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadl.
4. Tafsir Qurtuby menjelaskan:
1. “Pada zaman jahilyah para kreditur, apabila hutang telah jatuh tempo,
akan berkata kepada para debitur:”Lunaskan hutang anda sekarang, atau
anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka pihak debitur
harus menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur
menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut sesuia dengan ketentuan
baru”. (Tafsir qurtubi 2/1157)
5. Dalam perbankan konvensional, riba jahilyah ini dipraktekkan dalam
transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya.
6. MAYSIR (PERJUDIAN)
• Permainan yang menempatkan salah satu pihak harus
menanggung beban pihak lain akibat permainan tersebut.
• Suatu permainan atau pertandingan harus menghindari
kondisi yang menempatkan salah satu atau beberapa
pemain harus menanggung beban pemain yang lain.
• Contoh : pertandingan sepak bola, dana partisipasi dari
dana para peserta tidak boleh dialokasikan untuk
pembelian hadiah atau bonus para juara.
7. RISYWAH
• Risywah adalah perbuatan yang memberi sesuatu
kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang
bukan haknya atau disebut juga suap menyuap. Suatu
perbuatan akan dapat dikatakan sebagai risywah jika
dilakukan kedua belah pihak secara suka rela.
• Jika hanya salah satu pihak yang meminta suap dan
pihak yang lain tidak rela atau dalam keadaan terpaksa
atau hanya untuk memperoleh haknya, hal tersebut tidak
termasuk kategori risywah, melaikan pemerasan.
C. TIDAK SAH
• Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan/atau tidak
lengkap akadnya, bila terjadi salah satu atau lebih dari
faktor-faktor berikut:
• Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
• Terjadi Ta’alluq
• Terjadi “two in one”
RUKUN DAN SYARAT
• Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu
transaksi (necessary condition). Pada umumnya, rukun
dalam mu’amalah iqtishadiyyah ada tiga:
1. Pelaku
2. Objek
3. Ijab-Qabul
• Aqad menjadi batal bila terdapat:
1. Kesalahan dan kekeliruan objek
2. Paksaan (ikrah)
3. Penipuan
• Bila rukun di atas terpenuhi, maka transaksi yang
dilakukan sah. Namun bila rukun tidak terpenuhi (baik
satu atau lebih), maka transaksi menjadi batal
RUKUN DAN SYARAT
• Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi
rukun (sufficient condition). Contohnya adalah bahwa
pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum
(mukallaf).
• Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi,
maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi
tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut mazhab
Hanafi.
• Syarat tidak boleh:
• Menghalalkan yang haram
• Menharamkan yang halal
• Menggugurkan hukum
• Bertentangan dengan rukun; atau
• Mencegah berlakunya hukum
TA’ALLUQ
• Ta’alluq terjadi bila kita dihadapakan pada dua akad
yang saling dikaitkan, dimana berlakunya akad 1
tergantung dengan akad ke 2.