Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahya Rizki Nur Reza

NPM : 2021310205
Mata Kuliah: Akuntansi Perbankan Syariah
TUGAS BAB III
1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN)
adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang
mendapat izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah. Definisi ini
menegaskan bahwa sesuatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur
kesesuaian dengan syariah islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS dengan syariah islam secara tersentralisasi
diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga tersebut. Unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan diatur oleh
berbagai instansi yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi.

3. a) Riba

Riba secara bahasa bermakna ziyādah (tambahan), juga berarti tumbuh dan
membesar. Sedangkan menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan
riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba
adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjammeminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam.

b) Judi

Pelarangan maysir atau qimār atau Judi oleh Allah SWT. dikarenakan efek negativ
maysir atau qimār. Ketika melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi
dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang
beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang
dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami
kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan
keseimbangan sehingga diharamkan. Selain itu judi menyebabkan candu dan
membuat malas untuk bekerja.

c) Garar

Menurut para fuqaha, sebab utama terjadinya garar adalah (1) kurangnya
informasi (baik berkaitan dengan sifat, spesifikasi, harga, waktu penyerahan)
tentang objek kontrak pada pihak yang berkontrak, dan (2) objek kontrak tid ak
ada. Akad jual beli yang mengandung unsur-unsur garar dapat menimbulkan
perselisihan, karena barang yang diperjual belikan tidak diketahui dengan baik,
sehingga sangat dimungkinkan terjadi penipuan. Imam an-Nawawi menyatakan,
larangan garar dalam bisnis Islam mempunyai perananan yang begitu hebat dalam
menjamin keadilan, jika kedua belah pihak saling meridhai, kontrak tadi secara
dzatnya tetap termasuk dalam kategori bay’u al-garar yang diharamkan.

5. Contoh di masyarakat yang mungkin terjadi dalam kategori tadlis yaitu barang-
barang yang dibeli melalui pesanan. Biasanya harga yang ditawarkan lebih tinggi
dari harga pasaran dengan alasan kualitas yang lebih baik namun kenyataannya
kualitas dan kuantitas yang tidak sesuai dengan harga yang diajukan bahkan
ketika penjual mempromosikan barang dagangannya, penjual tersebut
menyanggupi produk akan selesai pada waktu yang lebih singkat padahal hal itu
hanya untuk menutupi kemampuan dan manarik hati para pemesan.

7. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Adapun 3
contoh praktik riba di masyrakat: Bank Konvensional, Praktek lintah darat
(rentenir), Jual beli emas pada pedagang eceran yang dinilai harga beli yang jauh
lebih rendah.

9. Maysir merupakan sebuah permainan Dimana satu pihak akan memperoleh


keuntungan sementara pihak lain akan memperoleh kerugian.

Contohnya:
1) Melakukan taruhan terhadap suatu pertandingan dimana akan ada salah satu
pihak yang dirugikan.

2) Praktek SMS berhadiah Dimana hadiah tersebut diperoleh ketika menang


undian.

3) Permainan yang mengharuskan bagi para permainannya menyetor dana tertentu


untuk dapat memperoleh hadiah tapi dengan cara permainan tersebut diacak.

11. Riba fadhl merupakan riba yang timbul karena pertukaran antara barang
ribawi yang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Sedangkan riba
nasi’ah merupakan riba yang timbul karena penangguhan penyerahan atau
penerimaan barang yang dipertukarkan dengan jenis barang lainnya.

13. Ta’alluq adalah dua akad yang saling berkaitan, Dimana berlakunya akad 1
bergantung pada akad 2. Contohnya yaitu penjualan dengan cara ‘inah, yaitu
seorang penjual barang seharga tertentu secara cicilan (misalkan Rp 11.000.000)
kepada orang lain dengan syarat, orang lain tersebut Kembali menjual barang
tersebut secara tunai (misalkan Rp. 10.000.000)

15. Ekonomi gelembung merupakan spekulasi harga terhadap asset-asset barang


mewah dengan nilai fundamental yang lebih rendah namun harga jual yang lebih
tinggi. Hal ini sangat dilarang oleh syariah karena termasuk dalam tadlis dan riba,
Dimana tadlis itu sendiri menspekulasi harga dan tidak diketahui oleh salah satu
pihak. Kemudian termasuk riba yang dilarang oleh syariah karena praktek
ekonomi gelembung mengupayakan keuntungan yang begitu besar jauh melebihi
nilai instrinsiknya.

Anda mungkin juga menyukai