Terlarang
dalam Islam
Kelompok 6:
1. Fatma Rinjani_006
2. Aulia Alfi_007
3. Mutiara Tyas_015 est. 1987
4. Ni`amatul Munafi`ah_020
5. Arimbi Rahma_023
6. Maifa Nurul_031
Pendahuluan
Dalam bidang muamalat, hukum transaksi asalnya
adalah “semua boleh kecuali ada yang
melarangnya”. Artinya semua transaksi dibolehkan
kecuali ada ayat Al Qur’an atau Sunnah yang
melarangnya.Sedangkan dalam ibadah, hukum
asalnya adalah “ semuanya haram kecuali ada dalil
yang menyuruhnya”.
a. Kuantitas
Pedagang yang mengurangi takaran/timbangan barang yang dijualnya.
b. Kualitas
Penjual yang menyembunyikan cacat barang yang ditawarkannya.
c. Harga
Seorang tukang becak yang menaikkan tarif becak 10 kali lipat dari tarif normalnya kepada
turis karena ketidak tahuhannya terhadap harga pasaran.
d. Waktu Penyerahan
Seorang konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek dalam waktu 2 bulan untuk
memenangkan tender, padahal konsultan tersebut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan dalam
waktu tersebut.
B. Haram selain zatnya
(Haram li ghairihi)
Gharar adalah situasi di mana terjadi infomasi yang tidak lengkap karena adanya
uncertainty to both parties (ketidak pastian antara kedua belah pihak yang
bertransaksi). Gharar terjadi bila terjadi perubahan dari yang bersifat pasti (certain)
menjadi tidak pasti (uncertain). Gharar dapat terjadi dalam 4 hal”
-Kuantitas: Jual beli Ijon
-Kualitas: Menjual anak sapi dalam kandungan
-Harga: ada dua harga dalam satu kontrak
-Waktu Penyerahan: Menjual barang yang sedang dicari/hilangBila terjadi salah satu
atau lebih dari faktor-faktor di atas di ubah dari certain menjadi uncertain, maka
terjadi gharar.
d. Riba
2. Riba Nasi’ah Riba ini disebut juga dengan riba duyun yaitu riba yang timbul akibat hutang-piutang yang
tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko (al ghummu bi ghurmi) dan hasil usaha muncul
bersama biaya ( al kharaj bi dhaman). Transaksi seperti ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung
beban, hanya karena berjalan waktu.
Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan
jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau
tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian .
Contoh Kasus:
Dalam perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga
deposito, tabungan dan lain-lain. Bank sebagai kreditur yang memberikan pinjaman mensyaratkan bunga yang besarnya
tetapan dan ditentukan terlebih dahulu diawal transaksi (fixed and predetermined rate). Padahal nasabah yang mendapatkan
jaminan itu tidak mendapatkan keuntungan fixed and predetermined juga. Sesuatu yang bersifat uncertain dipaksakan
menjadi certain.
d. Riba
3. Riba Jahiliah
-Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam
tidak mampu mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan.
-Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah :”kullu qardin jarra manfa’ah fahuwa
riba” (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba)
-Dari segi penundaan waktu, riba jahiliyah digolongkan riba nasi’ah, dari segi kesamaan objek
yang dipertukarkan tergolong riba fadl.
-Tafsir Qurtuby menjelaskan:
“Pada zaman jahilyah para kreditur, apabila hutang telah jatuh tempo, akan berkata kepada para
debitur:”Lunaskan hutang anda sekarang, atau anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka pihak
debitur harus menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur menunggu waktu
pembayaran kewajiban tersebut sesuia dengan ketentuan baru”. (Tafsir qurtubi 2/1157)
-Dalam perbankan konvensional, riba jahilyah ini dipraktekkan dalam transaksi kartu kredit
yang tidak dibayar penuh tagihannya. .v
C. Tidak Sah
C. Tidak Sah
Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan/atau
tidak lengkap akadnya, bila terjadi salah satu atau lebih
dari faktor-faktor berikut:
-Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
-Terjadi Ta’alluq
-Terjadi “two in one”
Rukun dan Syarat
• Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessary condition).
Pada umumnya, rukun dalam mu’amalah iqtishadiyyah ada tiga:
-Pelaku
-Objek
-Ijjab Qabul
• Aqad menjadi batal bila terdapat:
-Kesalahan dan kekeliruan objek
-Paksaan (ikrah)
-Penipuan
• Bila rukun di atas terpenuhi, maka transaksi yang dilakukan sah. Namun bila rukun
tidak terpenuhi (baik satu atau lebih), maka transaksi menjadi batal
Rukun dan Syarat