Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Mikro Yolanda

NIM: 2008204017

Kelas: Ekonomi Syariah 5A

Resume Materi Ke-11 PEGADAIAN SYARIAH

A. PENGERTIAN DAN STATUS HUKUM


Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai
jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya menyandera sejumlah harta yang
diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan.
B. KETENTUAN HUKUM GADAI SYARIAH
Dasar hukum Pegadaian Syariah adalah menggunakan akad rahn. Dalam fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dijelaskan bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan
beberapa ketentuan, yaitu:
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai
semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Prinsipnya, Marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali atas izin Rahin dengan tidak mengurangi nilai Marhun
serta pemanfaatannya hanya sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun
dapat dilakukan juga oleh Murtahin. Adapun biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap
menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun
 Apabila sudah jatuh tempo, Murtahin harus memberikan peringatan kepada Rahin
untuk segera melunasi utangnya.
 Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual
paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
 Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan
penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
 Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban
Rahin.
C. PERKEMBANGAN PEGADAIAN
Pegadaian merilis Laporan Keuangan Semester I tahun 2022. Tercatat Laba Bersih Perusahaan
dari Rp 1,30 triliun pada semester I/2021 menjadi Rp 1,77 triliun pada semester I/2022
meningkat 36,15%.
Laba tersebut disokong oleh Pendapatan Usaha Perusahaan mengalami kenaikan sebesar secara
Year on Year (YoY) dari Rp 10,44 triliun per 30 Juni 2021 menjadi Rp 10,86 triliun per 30 Juni
2022. Sementara aset Pegadaian secara Year on Year (YoY) tercatat sebesar Rp 67,8 triliun naik
menjadi Rp 68,4 triliun.
D. TUJUAN DAN MANFAAT PEGADAIAN
 Pegadaian bertujuan sebagai berikut:
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pembiayaan/ pinjaman atas dasar hukum gadai.
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring pengaman sosial
karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/ pembiayaan
berbasis bunga.
4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
 Adapun manfaat pegadaian, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi nasabah
Tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam waktu yang
lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/ kredit perbankan. Di samping itu, nasabah
juga mendapat manfaat penaksiran nilai barang bergerak secara professional. Mendapatkan
fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi perusahaan pegadaian
a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana
b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh
jasa tertentu. Bank syariah yang mengeluarkan produk gadai syariah mendapat
keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan
emas;
c. Pelaksanaan misi pegadaian sebagai BUMN yang bergerak di bidang pembiayaan berupa
pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur yang
relatif sederhana;
d. Berdasarkan PP No. 10 tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk:
 Dana pembangunan semesta (55 %);
 Cadangan umum (20%);
 Cadangan tujuan (5%);
 Dana sosial (20%).
E. KEGIATAN USAHA
Apabila di tinjau dari ketentuan yang telah diuraikan diatas bahwa pengaturan dan Ketentuan
ketentuan tentang gadai syariah (rahn) sudah sangat jelas, untuk mengatur masyarakat, dalam
pelaksanaannya juga dimasyarakat gadai syariah telah mengikuti ketentuan tersebut. Banyak
masyarakat yan mengadaikan barangnya berupa emas yang untuk digunakan sebagai modal
usaha dalam berinvestasi. Berikut beberapa bisnis syariah yang dijalankan oleh PT Pegadaian
(persero):
1. Pegadaian Rahn, pemberian pinjaman dengan perikatan Gadai yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah. Alur dan proses layanan yang diberikan sama dengan Pegadaian KCA,
namun nasabah tidak dikenakan sewa modal, melainkan dikenakan ujrah yang dihitung dari
taksiran barang jaminan yang diserahkan. Besaran ujrah yang dihitung dari taksiran barang
jaminanyang diserahkan. Besaran tarif ujrah maksimal adalah 0,71% (dari taksiran barang
jaminan) per 10 hari dengan jangka waktu maksimum 4 (empat) bulan, tetapi dapat
diperpanjang dengan cara mengangsur ataupun mengulang gadai, serta dapat dilunasi
sewaktu-waktu dengan perhitungan ujrah secara proporsional selama masa pinjaman.
2. Pegadaian Arrum (Ar Rahn untuk Usaha Mikro/Kecil), Layanan pembiayaan dengan skim
syariah, baik yang diperuntukkan bagi pengusaha mikro dan kecil guna pengembangan
usaha dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor, maupun bagi masyarakat yang
belum/tidak mempunyai usaha dengan jaminan emas. Pengembalian pembiayaan dilakukan
secara angsuran dengan jangka waktu mulai dari 12 bulan hingga 36 bulan yang dapat
dilunasi sewaktu- Waktu.
3. Pegadaian Amanah, Pemberian pinjaman atau kredit untuk kepemilikan kendaraan
bermotor kepada para karyawan tetap pada suatu instansi atau perusahaan tertentu atau
bagi para pengusaha mikro kecil. Dasar pemberian pinjaman dengan menghitung repayment
capacity yang ditentukan atas dasar besarnya penghasilan/gaji bagi karyawan tetap atau
berdasar kelayakan usaha bagi pengusaha mikro kecil. Pola perikatan jaminan dilakukan
dengan akad rahn yang mekanismenya mirip dengan Fidusia.
F. BARANG JAMINAN
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK), berikut daftar barang yang dapat dijadikan
penjamin atau digadaikan.
1. Logam Mulia
Contohnya yaitu emas, berlian, permata, intan.
2. Kendaraan
Kendaraan menjadi salah satu barang yang dapat digadaikan karena memiliki nilai jual beli.
Untuk menjadikan kendaraan sebagai jaminan atau digadaikan, Anda dapat menyertakan
surat-surat kendaraan seperti STNK (Surat Tanda Nomer Kendaraan), BPKB ( Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor), dan juga faktur pembelian.
3. Sertifikat
Barang yang memiliki nilai jual beli selanjutnya yang dapat digadaikan yaitu dokumen
berharga. Contohnya sertufikat tanah, yang mana nilai pinjaman yang akan diperoleh
nantinya dihitung dari nilai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan seberapa strategis posisi
rumah tersebut.
4. Peralatan Elektronik
Peralatan eletronik dapat juga digadaikan contohnya televisi, kulkas, kamera,laptop serta
barang elektronik berharga lainnya. Nantinya nilai gadai yang ada ditentukan dari kondisi
barang tersebut. Semakin baik serta keluaran terbaru, maka nilainya akan semakin bagus.
5. Saham
6. Mesin
Mesin tertentu dapat dijadikan jaminan untuk digadaikan. Seperti halnya traktor, generator,
pompa air, dan masih banyak lagi.
7. Tekstil
Permadani, Kain, Sprei dengan nilai jual yang tinggi.
8. Aksesoris
Di luaran sana terdapat aksesoris dengan nilai jual yang tinggi. Aksesoris dalam kategori ini
dapat ikut digadaikan. Antara lain yaitu tas, sepatu, jam tangan, dompet, dan lain-lain.
G. SUMBER PENDANAAN
Sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus memiliki sumber dana terlebih
dahulu, setelah terhimpun kemudian dana tersebut harus disalurkan ke aktiva produktif agar
memberikan keuntungan. Sumber dana pegadaian berasal dari modal sendiri yaitu modal awal
penyertaan dari pemerintah dan laba ditahan. Pinjaman jangka pendek, berasal dari perbankan
dan pihak lainnya. Penerbitan obligasi, instrumen surat utang, diterbitkan dengan tujuan
menghimpun dana dari masyarakat kemudian memproleh imbalan berupa bunga. Penggunaan
dana ini dilakukan untuk hal seperti uang kas, jasa pembiayaan, operasional perusahaan,
pembelian aktiva tetap, investasi

REFERENSI

https://www.bfi.co.id/id/blog/apa-itu-gadai-pengertian-dasar-hukum-jenis-dan-ketentuan-lainnya

Khoirunnazilah, K., Nurwanti, N., & Larasati, A. (2022). PERKEMBANGAN KONSEP RAHN DALAM
PEGADAIAN. AKSY: Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, 4(1), 33-48.

Anda mungkin juga menyukai