Anda di halaman 1dari 12

BANK LEMBAGA KEUANGAN DAN

LAINNYA
KELOMPOK 3
PERKEMBANGAN PEGADAIAN
KONVENSIONAL DAN SYARIAH
Disusun Oleh :
Kamila Siyfa Nabila (2021100027)
Silfiya Rizqi (2021100028)
M. Isbal (2021100034)
Ahmad Zikrullah Al Asy'ari (2021100032)
A. Pengertian Pegadaian Konvensional
Pegadaian konvensional adalah tempat untuk menjaminkan barang-barang agar bisa memperoleh uang
dan nantinya bisa di tebus kembali setelah jangka waktu terlewati. Sedangkan pegadaian syariah
memiliki pengertian tempat untuk bisa menjamin barang yang dimiliki sesuai dengan prinsip syariat
isla. Perbedaan Pegadaian syariah dan konvensional adalah pada akad yang digunakan. Pegadaian
syariah adalah produk pinjaman berbasis gadai (rahn) dan pembiayaan.
Dalam Pegadaian syariah, akad utama yang digunakan pada produk Pegadaian Syariah adalah akad
rahn dan mun'ah. MUI sendiri sudah mengatur akad Pegadaian syariah dalam fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002.Sesuai namanya, produk-produk Pegadaian Syariah
diklaim bebas dari unsur bunga berbunga alias riba yang memang dilarang dalam Islam.Perbedaan
Pegadaian syariah dan konvensional adalah terletak pada penerapan bunga pinjaman. Di mana produk
Pegadaian Syariah menggunakan akad mu'nah dan rahn.
Berikut ini beberapa produk Pegadaian syariah sebagaimana dikutip dari laman resmi Pegadaian:
1. Amanah
Amanah sendiri merupakan produk Pegadaian Syariah adalah berupa cicilan kendaraan. Plafon pinjaman
yang ditawarkan yakni minimal Rp 5 juta dan paling besar Rp 45 juta dengan jangka waktu pinjaman 12-60
bulan. Dalam Amanah, nasabah dikenakan biaya administrasi atau (mu'nah akad) sebesar Rp 200 ribu untuk
mobil dan Rp 70 ribu untuk motor. Di Pegadaian Syariah adalah tidak menerapkan bunga, namun ada biaya
pemeliharaan barang (mu'nah). Biaya mu'nah untuk Amanah itu adalah 0,9 persen x harga kendaraan.
2. Rahn
Rahn adalah produk Pegadaian Syariah berbentuk pembiayaan gadai emas, di mana emas seperti perhiasan
maupun emas batangan bisa dijadikan agunannya. Pinjaman (marhun bih) mulai dari Rp 50 ribu sampai
dengan Rp 1 miliar ke atas dengan jangka waktu pinjaman 4 bulan dan bisa diperpanjang. Untuk Rahn cara
pembayarannya sesuai dengan kemampuan nasabah (rahin), boleh melunasi sekaligus, mencicil, atau
melakukan perpanjangan rahn dengan membayar biaya pemeliharaan (mu'nah)-nya saja. Tidak ada bunga
pinjaman, namun nasabah dikenakan biaya mun'ah sebesar Rp 2 ribu sampai Rp 120 ribu.
3. Arum BPKB
Sesuai namanya, Arrum BPKB Pegadaian Syariah adalah pembiayaan syariah untuk pengembangan UMKM
dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor. Pembiayaan berjangka waktu fleksibel mulai dari 12, 18, 24,
dan 36 bulan di mana nasabah harus menjadikan BPKB sebagai barang agunan untuk pinjaman dengan
plafon Rp 1 juta sampai Rp 400 juta. Untuk biaya mun'ah ditetapkan sebesar 1 persen dari pinjaman,
pinjaman Rp 100 juta ke atas tidak dikenakan mu'nah akad.
4. Arrum Emas
Arrum emas adalah produk Pegadaian Syariah berupa pinjaman dana tunai dengan jaminan perhiasan
(emas dan berlian). Biaya admin Rp 70 ribu dan biaya munah 0,95 persen per bulan dari nilai taksiran
barang jaminan, dengan plafon sebesar 95 persen dari taksiran.
5. Arrum Haji
Pegadaian Syariah Pembiayaan Porsi Haji adalah pembiayaan untuk mendapatkan porsi nomor antrean
ibadah haji secara syariah. Jaminan yang digunakan adalah emas. Biaya administrasi pinjaman ini
yakni sebesar Rp 270 ribu dengan pinjaman minimal Rp 1,9 juta dan maksimal Rp 25 juta dalam
jangka waktu 1-5 tahun. Selain biaya adminsitrasi, nasabah akan dikenakan biaya tambahan yang akan
dipergunakan untuk biaya pemeliharaan barang jaminan yang dititipkan.
6. Rahn Hasan
Rahn Hasan merupakan rahn dengan tarif mu'nah pemeliharaan sebesar 0 persen, berjangka waktu
(tenor) 60 hari, dan berlaku untuk besaran marhun bih (uang pinjaman) golongan A. Barang jaminan
yang bisa dipakai adalah emas, kendaraan, dan perhiasan. Maksimal marhun bih Rp 500 ribu.
7. Rahn Flexi
Rahn Fleksi adalah produk Pegadaian Syariah dengan pemberian pinjaman dengan jaminan barang
bergerak sesuai syariah seperti emas batangan dan perhiasan, elektronik, serta kendaraan. Tak
menggunakan bunga, tapi Pegadaian akan mengenakan mu'nah yakni sebesar 0,1 persen dari nilai taksiran
barang per hari dengan jangka waktu 5 hari sampai 60 hari.
8. Rahn Bisnis
Rahn Bisnis adalah produk Pegadaian syariah untuk memberikan pinjaman dana tunai kepada pemilik
usaha dengan jaminan emas (batangan atau perhiasan). Pinjaman mulai dari Rp 100 juta sampai lebih dari
Rp 1 miliar dalam jangka waktu 4 bulan. Mu'nah mulai dari 0,38-0,55 persen per 10 hari serta dikenakan
pula mu'nah akad sebesar Rp 100 ribu.
B. Sejarah Pegadaian Syariah
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu
hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk
mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai
landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa
operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai
dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis
anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu
konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang
menangani kegiatan usaha syariah.
Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia
Berdirinya pegadaian syariah, berawal pada tahun 1998 ketika beberapa General Manager melakukan
studi banding ke Malaysia. Setelah melakukan studi banding, mulai dilakukan penggodokan rencana
pendirian pegadaian syariah. Tapi ketika itu ada sedikit masalah internal sehingga hasil studi banding itu
pun hanya ditumpuk. (Umam 2011)Tahun 2002 mulai diterapkan sistem pegadaiaan syariah dan pada
tahun 2003 pegadaian syariah resmi dioperasikan dan pegadaian cabang Dewi Sartika menjadi kantor
cabang pegadaian pertama yang menerapkan sistem pegadaian syariah.Prospek pegadaian syariah di masa
depan sangat luar biasa. Respon masyarakat terhadap pegadaian syariah ternyata jauh lebih baik dari yang
diperkirakan.
Menurut survei BMI, dari target operasional tahun 2003 sebesar 1,55 milyar rupiah pegadaian
syariah cabang Dewi Sartika mampu mencapai target 5 milyar rupiah. Pegadaian syariah tidak
menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian
syariah tetap memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu
memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang,
bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar
sejumlah dari yang dipinjamkan.Program Syariah Perum Pegadaian mendapat sambutan positif dari
masyarakat. Dari target omzet tahun 2006 sebesar Rp 323 miliar, hingga September 2006 ini sudah
tercapai Rp 420 miliar dan pada akhir tahun 2006 ini diprediksi omzet bisa mencapai Rp 450
miliar. Bahkan Perum Pegadaian Pusat menurut rencana akan menerbitkan produk baru, gadai saham
di Bursa Efek Jakarta (BEJ), paling lambat Maret 2007. Manajemen Pegadaian melihat adanya
prospek pasar yang cukup bagus saat ini untuk gadai saham.Bisnis pegadaian syariah tahun 2007 ini
cukup cerah, karena minta masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian ini cukup besar. Itu terbukti
penyaluran kredit tahun 2006 melampaui target.
C. Landasan Hukum
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan hukum pegadaian Syariah juga
mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun
landasan yang dipakai adalah Quran Surat (Al Baqarah : 283) Yang artinya : Jika kamu dalam
perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
D. Rukun dan Syarat Gadai Syariah
Rukun Pegadaian Syariah
Dalam menjalankan suatu pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun
gadai tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Yang Menggadaikan (Ar-Rahin)
Adalah orang yang sudah dewasa, berakal, dapat dipercaya, dan mempunyai barang yang akan
digadaikan.
2. Yang menerima gadai (Al-Murtahin)
Adalah orang, bank, atau suatu lembaga tertentu yang mendapat kepercayaan dari Ar-Rahin untuk
memperoleh modal dengan menggunakan jaminan suatu barang (gadai).
3. Barang yang digadaikan (Al-Marhun/rahn)
Adalah barang yang dipakai rahin untuk dipakai sebagai jaminan dalam memperoleh utang.
4. Utang (Al-Marhun Bih)
Adalah sejumlah dana yang diberikan oleh murtahin kepada rahin atas dasar besarnya
tafsiran marhun.
5. Sighat, ijab, dan qabul
Adalah kesepakatan yang dilakukan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.
Syarat sah gadai :
1. Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat :
kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang
yang sah melakukan jual beli sah melakukangadai.
2. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat
tertentu.
3. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan
kepada pemiliknya,memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bias
dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat
diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah.
4. Barang (marhun) dengan syarat harus bias diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai,
marhun harus bias dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki
oleh rahn setidaknya harus seizingpemiliknya. Ketentuan Gadai Menurut Fatwa DSN-MUI
No.25/DSN-MUI/III/2002.
a. Murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang gadaian) sampai
semua utang rahin dilunasi.
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
c. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasaranya menjadi kewajiban rahin, namun
dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap
menjadi kewajiban rahin.
d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlahpinjaman.
e. Penjualan marhun:
1. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
utangnya.
2. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun dijual.

Anda mungkin juga menyukai