PENDAHULUAN
yaitu mengatur hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan
khaliqnya.
membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global.
Karenanya guna menjawab pertanyan yang timbul, maka peran hukum Islam dalam
elastisitas dan fleksibilitasnya guna memberikan hasil dan manfaat yang baik, serta
dapat memberikan kemaslahatan bagi umat Islam khususnya dan bagi manusia pada
umumnya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat
Islam.1
1
Muhammad dan Sholikhul Hadi, Pegadaian Syariah : Suatu Alternatif Konstuksi Sistem
Pegadaian Nasional , Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h. 2.
supaya tolong-menolong, yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu harus
menolong yang tidak mampu. Sikap saling membantu ini bisa berupa pemberian
tanpa pengembalian, seperti: zakat, infaq, shadaqah, ataupun berupa pinjaman yang
jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu, ia boleh meminta barang dari debitur
sebagai jaminan utangnya. Sehingga bila debitur tidak mampu melunasi utangnya
setelah jatuh tempo, maka barang jaminan boleh dijual oleh kreditur. Konsep ini
yang mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang
berutang mengadaikan barang jaminan atas utangnya itu 2. Dalam pegadaian syariah
terdapat dua akad yaitu akad rahn dan akad ijarah. Akad rahn dilakukan pihak
pegadaian untuk menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
Sedangkan akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik
sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.3
2
M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2006, h. 87.
3
http://fitryainy.blogspot.co.id/2013/07/pegadaian-syariah.html. 28 April 2016
Dari pengertian akad tersebut maka mekanisme operasional Gadai Syariah
dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang
bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah
disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah
perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi
Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati
oleh kedua belah pihak. Barang gadai harus memiliki nilai ekonomis sehingga pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya.4
hutang/pinjaman (marhun bih) dalam bentuk rahn itu dibolehkan, dengan ketentuan
bahwa murtahin, dalam hal ini pegadaian, mempunyai hak menahan marhun sampai
semua marhun bih dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin
(pemilik barang), yang pada prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin (pihak
pegadaian), kecuali dengan seizin Rahin, tanpa mengurangi nilainya, dan sekedar
perawatan marhun adalah kewajiban Rahin, yang tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah marhun bih. Apabila marhun bih telah jatuh tempo, maka murtahin
memperingatkan Rahin untuk segera melunasi marhun bih, jika tidak dapat melunasi
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta: Gema Insani
Press, 2001, h. 128.
marhun bih, maka marhun dijual paksa melalui lelang sesuai syariah dan hasilnya
digunakan untuk melunasi marhun bih, biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun
yang belum dibayar, serta biaya pelelangan. Kelebihan hasil pelelangan menjadi
milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban Rahin5. Pegadaian Syariah akan
memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan
berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman.
Jika jaminan tersebut berupa BPKB atau sejenisnya (landasan) maka pinjaman
yang diterima 70% dari harga taksiran, namun bila barang jaminan berupa benda
yang berwujud (seperti: laptop, computer, emas dan sejenisnya) maka pinjaman yang
Biaya perawatan dan sewa tempat di pegadaian dalam sistem gadai syariah
biasa di sebut dengan biaya ijarah, biaya ini biasanya di hitung per 10 hari. Untuk
biaya administrasi dan ijarah tidak boleh di tentukan berdasarkan jumlah pinjaman
jumlah pinjaman itu sendiri tergantung dari nilai jaminan yang diberikan, semakin
besar nilai barang maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang diperoleh
nasabah.8
5
Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
6
http://adnantandzil.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-pegadaian.html, 28 April 2016
7
Wawancara dengan saudara Hendra ( Teller Pegadaian Syariah), 28 April 2016
8
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, h.
249
Dalam prakteknya di Pegadaian Syariah penerapan biaya ijarah antara dua
nasabah yang menggadaikan satu jenis barang yang sama, harga taksiran sama,
kondisi barang sama, nasabah pertama (A) mendapat pinjaman sesuai harga taksiran
barang yang di gadaikan, sedangkan nasabah yang kedua (B) meminjam di bawah
nasabah pertama (A) dan nasabah kedua (B) secara berbeda, untuk nasabah kedua (B)
di beri potongan ijarah sedangkan untuk nasabah pertama (A) tidak diberikan
potongan biaya ijarah. Padahal biaya ijarah di Pegadaian Syariah itu sendiri bukan
terletak dari berapa besar pinjaman yang diperoleh nasabah, tetapi dilihat dari
Dalam contoh diatas terlihat jelas bahwa biaya ijarah yang diterapkan oleh
Pegadaian terhadap nasabah tidak sama, biaya Ijarah tersebut tergantung pada
besarnya pinjaman yang diberikan oleh Pegadaian, padahal gadai syariah memungut
biaya ijarah (biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang) bukan dari besarnya
jumlah pinjaman tetapi dari nilai barang jaminan yang digadaikan, 9 jadi menurut
fatwa DSN NO: 25 tahun 2002 dapat diartikan berapapun pinjaman yang dipinjam
nasabah maka besarnya biaya ijarah tetap sama. Dalam hal ini berarti nasabah yang
meminjam Rp. 100.000, Rp. 200.000, atau Rp. 300.000 dikenakan biaya ijarah yang
sama.
Fenomena inilah yang menarik untuk dikaji, maka penulis tertarik untuk
B. Pokok Permasalahan
2. Bagaimana cara menghitung biaya ijarah serta Faktor apa saja yang
mempengaruhi perbedaan?
9
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 25/DSN-MUI/III/2002.
3. Apakah biaya ijarah di Pegadaian Syariah Bengkulu sudah sesuai dengan
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan dari
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
disebutkan seputar tentang akad yang ada di Perum Pegadaian Syariah, disini
unsur yang wajib ada untuk terlaksananya akad rahn . Dan dalam hal ini
peneliatian ini adalah pertama secara teori hukum Islam yang tertera dalam
Fatwa DSN-MUI NO: 26/DSNMUI/ III/2002 tentang rahn emas yaitu: rahn
barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang
Semarang menggunakan dua akad yaitu akad Qardh dalam rangka rahn
artinya akad pemberian pinjaman dari Bank kepada Nasabah yang disertai
dengan pnyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan yang telah
diserahkan oleh nasabah. dimana akad ini digunakan sebagai akad dalam
berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya pemeliharaan dan
Keduanya. Dari penelitian ini juga yang dapat ditelaah secara kritis yaitu
sewa modal (SM) objek gadai terbatas untuk barang bergerak saja, serta
syariah merujuk pada sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, al-hadits, dan
pendapat para ulama, lebih menekankan pada perinsip ta’awun semata, objek
yang berlaku pada semua barang baik bergerak maupun tidak bergerak serta
F. Metode Penelitian
Metodologi secara harfiah berarti ilmu tentang cara. 10 Dalam pengertian yang
lebih luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta prosedur.
yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Prosedur
sistematis ini tidak lain adalah langkah-langkah metode ilmiah. Jadi pengertian dari
metodologi penelitian itu dapat diartikan sebagai pengkajian atau pemahaman tentang
cara berfikir dan cara melaksanakan hasil berfikir menurut langkah-langkah ilmiah. 11
Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Syariah Bengkulu.
10
Sukarman Syarnubi, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Curup: LP2 Stain
Curup,2011), h. 11
11
Sukarman Syarnubi, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif…, h. 12
12
Hadari, Nawawi, Penelitian Terapan. (Yogyakarta: UGM Press, 2005). h. 24
2. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang penulis gunakan yaitu
sumber data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama13. Sumber data primer yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara langsung
data tambahan yang dapat memperkuat data pokok baik yang berupa manusia
atau benda (majalah, buku, Koran dll) 14. Dalam penelitian ini yang menjadi
a. Wawancara
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, Bandung: Alfabeta, 2008,
h. 225.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B…, h. 225.
sebagai instrumen untuk memperoleh data secara langsung dengan
b. Dokumentasi
yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada sangkut pautnya dengan
c. Observasi Lapangan
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, dengan cara
gejala yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam hal ini penyusun
kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu
data yang ada, selanjutnya dengan analisis seperti ini akan diketahui apakah
nasabah.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab Ini Membahas Tentang: Pengertian Tentang Gadai Dan Ijarah,
landasan hukum rahn dan ijarah serta Rukun dan Syarat-Syarat Perjanjian
BENGKULU
Pada Bab Ini Berisi Tentang: Akad Rahn Dan Ijarah Di Perum Pegadaian
SYARIAH BENGKULU
Pada Bab Ini Berisi Tentang: Analisis Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian
BAB V : PENUTUP
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2005.
2008.