Anda di halaman 1dari 19

KEPASTIAN HUKUM DALAM PERJANJIAN PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN

MURABAHAH TERHADAP LEMBAGA PEMBIAYAAN ATAS TINDAKAN


WANPRESTASI NASABAH STUDI PUTUSAN NOMOR
1/PDT.G-ES/2019/PA.KDS.

Dosen Pembimbing :

Dr. Agusmidah, SH., M.Hum

Dr. Fajar Khaify Rizky, SH,. M.Hum

Dr. Mulhadi SH., M.Hum

DISUSUN OLEH :

Ananda Sesio Putra 190200544


Yohana Lumbantobing 200200338
Yohanna Risdayanti Purba 200200339
Zahra Audy Hazwani 200200341
Yosua Samosir 200200342
Yosua Adifriend Laia 200200344

Mata Kuliah : Filsafat Hukum


GRUP :H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MEI 2023
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembiayaan dalam arti sempit didefinisikan sebagai pendanaaan yang dilakukan


oleh lembaga pembiayaan seperti bank Syariah kepada nasabah, sedangkan pembiayaan
secara luas berarti financing (pembelanjaan) yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan
orang lain.1 Pembiayaan sendiri merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.2
Murabahah adalah istilah dalam fikih islam tentang suatu bentuk jual beli tertentu yang
mana ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan.3Murabahah diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank
dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas sesuatu barang yang dibutuhkan
oleh nasabah. Objeknya bisa berupa barang modal seperti mesin-mesin industri maupun
barang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sepeda motor. 4
Pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan oleh bank Syariah
untuk transaksi jual beli barang sebesar harga pokok ditambah margin/keuntungan
berdasarkan kesepakatan dengan nasabah yang harus membayar sesuai dengan akad. 5
Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang membutuhkan dana untuk
pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya proses produksi dan
penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta biaya-biaya
lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan lamanya perputaran modal
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UUP AMP YKPN: 2005), hlm. 304.
2
(Antonio, 2001)Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hlm. 160.
3
Ascarya, Op. cit., hlm. 81.
4
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannnya di Indonesia (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 103.
5
Buhranudin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: UII PRESS, 2008), hlm. 290.
kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku, terjualnya hasil produksi, dan
sampai dengan diterimanya hasil penjuaan dalam bentuk tunai.6
Landasan hukum pada transaksi murabahah berasak dari Q.S. Al-Baqarah (2):275,
yang berbunyi, “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Kemudian
pada Q.S. An-Nisa (4):29 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah menyia-
nyiakan harta sesamamu kecuali untuk jual beli. Dan janganlah kamu membunuh dirimu
sendiri, sesungguhnya Allah akan menyayangimu.”
Dalam pembiayaan murabahah terdapat ketentuan-ketentuan yang sudah diatur
menurut Hukum Ekonomi Syariah (KHES), seperti sebagai berikut:
a. Penjual harus membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati spesifikasinya dan penjual harus membeli barang yang
diperlukan pembeli atas nama penjual sendiri, dan pembelian ini harus bebas
riba. Untuk itu, penjual harus memberi tahu secara jujur tentang harga pokok
barang kepada pembeli termasuk biaya yang diperlukan (Pasal 116 (1,2 dan 3)
KHES);
b. Pembeli harus membayar harga yang telah disepakati dalam murabahah pada
waktu yang telah disepakati. Sementara, pihak penjual dalam murabahah dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli untuk mencegah
penyalahgunaan akad (Pasal 117 dan 118 KHES);
c. Jika penjual hendak mewakilkan kepada pembeli untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip sudah menjadi milik penjual (Pasal 119 KHES).
d. Jika penjual menerima permintaan pembeli akan suatu barang atau asset,
penjual harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesan tersebut dan pembeli
harus menyempurnakan jual beli yang sah dengan penjual (Pasal 120 KHES);
e. Penjual boleh meminta pembeli untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan dalam jual beli murabahah, jika

6
Gita Danu Prata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 106.
pembeli menolak untuk membeli barang, tersebut, biaya riil penjual harus
dibayar dari uang muka tersebut (Pasal 121 dan 122 KHES);
f. Jika nilai uang muka dari pembeli kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh penjual, penjual dapat menuntut pembeli untuk mengganti sisa
kerugiannya (Pasal 123 KHES);
g. Sistem pembayaran dalam akad murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
cicilan dalam kurun waktu yang disepakati. Apabila dalam hal pembeli
mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat
diberikan keringanan dalam bentuk onversi membuat akad baru dalam
penyelesaian kewajiban (Pasal 124 (1,2, dan 3) KHES)7
Dalam pemberian pembiayaan resiko kredit kerugian atau resiko terjadi akibat dari
kegagalan debitur yang tidak dapat diperkirakan atau karena debitur tidak mampu
memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati atau
penurunan kualitas kredit pada nasabah.8 “The size of lines for settlementrisk must
be based on the quality of the counterparty”, jadi kualitas nasabah menentukan
seberapa besar tingkat resiko yang dihadapi.9
Dalam menentukan langkah yang harus diambil dalam menghadapi pembiayaan
bermasalah, perlu diteliiti sebab-sebab terjadinya. Apabila kemacetan disebabkan oleh
faktor eksternal seperti bencana alam maka bank tidak lagi membutuhkan analisis lanjut.
Penelitian diperukan terhadap faktor internal, yaitu yang terjadi karena sebab-sebab
manajerial. Bank dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dapat menempuh dengan
cara sebagai berikut:
a. Penyerahan pengurusan kredit macet kepada PUPN dengan UU No.
49/Prp/Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara.
b. Proses gugatan perdata sejalan dengan klausula yang biasa tercantum dalam
setiap perjanjian kredit antara bank dan nasabahnya.
c. Penyelesaian melalui badan arbitrase (Perwasitan).
7
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010) hlm. 171.
8
Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil Menengah (Yogyakarta: UPP AMP YPKPN 2003), hlm. 74.
9
Heinz Riehl, Managing Risk In The Foreign Exchange Money And Derivative Markets,(United States of
America: The McGraw-Hill, 1999), hlm. 178.
d. Penagihan oleh penagih utang (Debt Collector) swasta.10
Perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sangatlah
pesat dari tahun ke tahun, perkembangan UMKM yang signifikan baik dari jumlah unit,
penyediaan lapangan kerja maupun jumlah output yang dihasilkan11, kabupaten kudus
merupakan salah satu kabupaten yang turut berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi,
yang memiliki sebuah badan hukum berebentuk PT atau Perseroan Terbatas yaitu PT.
BPRS yaitu badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi Syariah dan atau Perbankan
Syariah yang salah satu kegiatan uasahanya adalah menyalurkan dana kepada masyarakat ,
diantaranya dalam bentuk produk perjanjian atau akad pembiayan Murabanah.
PT BPRS Kabupaten Kudus akan memberikan kemudahan pelayanan terutama bagi
pengusaha atau pedagang golongan lemah, sehingga mampu meningkatkan produktivitas
dan pendapatan, dalam meyalurkan dana kepada masyarakat. Produk pembiayaan yang ada
di PT BPRS terdiri dari penghimpunan dan penyaluran dana dari nasabah maupun kepada
nasabah, kegiatan penyaluran dana pembiayaan yang sering dilakukan di PT BPRS adalah
pembiayaan murabahah, beberapa alasan pembiayaan murabahah menjadi idola atau yang
paling dominan di PT BPRS karena mudah di implementasikan dan dipahami, serta margin
dapat di prediksi dan tidak berubah-ubah.
Seperti yang sudah diuraikan diatas, Permasalahan yang sering muncul dari
penyaluran pembiayaan adalah adanya kasus penunggakan pengembalian pembiayaan yang
dapat mengganggu likuiditas dan profitabilitas lembaga keuangan. Salah satunya seperti
dalam kasus PT BPR Syariah Suka Dana Mulia dengan nasabah dimana para nasabah
melakukan wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati. Hal ini merupakan
akibat dari adanya unsur kesengajaan manusianya untuk melanggar kebijakan dan prosedur
yang telah ditetapkan.
Pengembalian pembiayaan adalah pengembalian angsuran pokok
pembiayaan12Pengembalian pembiayaan juga digunakan sebagai alat ukur keberhasilan

10
Usman S.H Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003), hlm. 296.
11
Rahmawati, Soenarto, Bisnis Usaha Kecil Menengah; Akuntansi, Kewirausahaan dan Manajemen
Pemasaran (Yogyakarta: Ekuilibria,2016), 77-78
12
M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), 186
pembiayaan13dan merupakan salah satu bentuk perilaku yang berkaitan dengan faktor
ekonomi14.
Pengembalian pembiayaan juga merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan
keberlangsungannya oleh pihak perbankan, hal ini mengingat semakin baiknya
pengembalian pembiayaan dalam suatu kegiatan operasional perbankan maka kegiatan
perbankan dapat dikatakan sehat, dan pengembalian pembiayaan yang baik akan
meningkatkan kinerja dan profitabilitas bank. Apabila terjadi permasalahan yaitu
penunggakan pengembalian akan merugikan pihak bank, modal bank menjadi beku dan
menurun serta berkurangnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasil pemberian
pembiayaan. Sehingga perlu diketahui fakror-faktor yang mempengaruhi pengembalian
pembiayaan agar tidak terjadi adaya penunggakan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT BPRS terdapat permasalahan
yaitu adanya penunggakan pengembalian kepada PT BPRS yang telah merugikan pihak PT
tersebut. Dimana para nasabah yang menunggak masih baru membayar cicilan atau
angsuran pokok sebanyak 1 kali. Dimana dalam perjalanannya para nasabah telah
menunggak lama sebanyak 13 kali angsuran. Pihak PT BPRS telah mencoba mengatasi
permasalahan ini dengan melayangkan Surat peringatan sebanyak 3 kali kepada pihak
nasabah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agar dapat
mengembalikan pembiayaan dengan lancar yaitu jumlah pembiayaan, menurut Fatturahman
adalah jumlah realisasi yang diberikan bank kepada penerima pembiayaan, berapa jumlah
yang diberikan tergantung pada kebutuhan dan kelayakan dari usaha yang akan dibiayai.
Faktor kedua yaitu pengalaman usaha. Pengalaman usaha adalah pengelolaan
pengelolaaan perusahaan calon debitur, apakah calon debitur telah berpengalaman dalam
usaha dibidangnya, dan telah melakukan pendelegasian terhadap kewenangannya kepada
bawahan, yang perlu dilakukan oleh bank agar bank tidak salah dalam menyalurkan
dananya sehingga dapat terbayar kembali sesuai jangka waktu yang ditentukan 15Faktor
yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan yaitu omset usaha. Omset usaha adalah
13
Amalia Rahmawati, “Kinerja Keuangan Dan Tingkat Pengembalian Saham: Studi Pada Perusahaan Asuransi
Di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 1 (April 2017), 2
14
Sa’adah Yuliana, “Pengaruh Faktor Ekonomi, Modal Sosial, dan Religiusitas Terhadap Pengembalian
Pembiayaan Murabahah,” Jurnal Ekonomi Pembangunan, 1 (2015), 1
15
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana,2011), 121.
pendapatan yang diperoleh nasabah dalam menjalankan usaha, omset usaha yang tinggi
akan memacu seseorang lebih giat untuk mengembangkan usahanya sehingga berpengaruh
terhadap pengembalian pembiayaan dengan lancar. Semakin tinggi omset usaha yang
diperoleh maka pengembaliaan pembiayaan akan semakin baik atau lancar 16
Berdasarkan permasalahan yang mendasari penelitian ini karena ditemukan
permasalahan dari penyaluran pembiayaan yaitu adanya kasus penunggakan pengembalian
pembiayaan. Dari permasalahan yang terjadi oleh karena itu bank harus mengatasi resiko
pembiayaan sehingga dapat menghilangkan kasus penunggakan agar kinerja, profitabilitas,
dan likuiditas bank semakin baik.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tahapan Perjanjian Pengembalian Pembiayaan Murabahah Oleh PT.
BPRS Suka Dana Mulia.
2. Bagaimana Kepastian Hukum Perjanjian Pengembalian Pembiayaan Murabahah
Oleh PT. BPRS Suka Dana Mulia dalam putusan Nomor 1/Pdt.G-ES/2019/PA.Kds.

3. Metodologi Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode menjadi salah satu hal yang sangat penting
dalam mencapai suatu tujuan dalam penelitian tersebut. Metode penelitian
sebagaimana yang yang disampaikan yaitu cara cara untuk melaksanakan penelitian
(mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan menyusun laporan penelitian)
berdasarkan data dan fakta serta gejala gejala secara ilmiah 17. Penelitian hukum
merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, asas, prinsip hukum
maupun doktrin dalam hukum untuk menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini
sejalan dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Sehingga penelitian hukum
dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, konsep baru sebagai preskripsi

16
Ibid., 116-117
17
Kholid Narbukoi dan Abu Achmadi, Metode Penelitian; memberi bekal Teoritis pada Mahasiswa tentang
Metode Penelitian serta Di harapkan dapat pelaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2008), Cet. 9, 2.
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi terhadap permasalahan hukum 18.
Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum
normatif (normative law research). Penelitian hukum normatif (normatif law
research), merupakan penelitian hukum yang mengkaji hukum yang
dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan
menjadi acuan prilaku setiap orang. 19 Karena penelitian ini menggunakan studi
kasus normatif berupa produk produk hukum seperti yurisprudensi, hukum
positif, asas asas, dan/atau doktrin hukum. Adapun produk hukum yang kami
gunakan sebagai bahan penelitian serta literatur dalam penelitian ini yaitu
putusan nomor 1/Pdt.G-ES/2019/PA.Kds, serta KUHPerdata.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian dengan kualitatif bersifat deskriptif dan bertujuan menjelaskan suatu
isu atau fenomena dengan mengumpulkan data data dengan sedalam dalamnya.
Metode penelitian ini bersifat penelitian hukum normatif dengan menggunakan
beberapa pendekatan, Antara lain :
a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), merupakan
pendekatan dengan menelaah peraturan perundang undangan dan
regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang diteliti. Peraturan
perundang undangan yang ditelaah untuk penelitian ini yaitu Kitab
undang-undang hukum perdata.
b. Pendekatan Konseptual (conceptual Approach),merupakan pendekatan
yang menggunakan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang
18
Muhaimin, Metode penelitian hukum,(Nusa Tenggara Barat: Mataram University Press,2020), hal 15
19
Ibid, hal 29
berkembang dalam ilmu hukum dan yang berhubungan dengan isu
hukum yang sedang di teliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
ada beberapa pandangan ahli yang digunakan dalam membahas tentang
sengketa ekonomi syariah.20
3. Sumber Data
Dalam sebuah penelitian terdapat sumber data yaitu sumber untuk mendapatkan
data data yang akan digunakan untuk melengkapi penelitian. Bahan hukum
terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan
perundang-undangan, risalah resmi, putusan pengadilan dan dokumen resmi
Negara, bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas; buku
hukum, jurnal hukum yang berisi prinsip-prinsip dasar (asas hukum), pandangan
para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum, ensiklopedia
hukum, bahan hukum non-hukum yaitu bahan penelitian yang terdiri atas buku
teks bukan hukum, yang terkait dengan penelitian seperti buku politik, buku
ekonomi, data sensus, laporan tahunan perusahaan, kamus bahasa, ensiklopedia
umum. Bahan non hukum menjadi penting karena mendukung dalam proses
analisis terhadap bahan hukum.

PEMBAHASAN
1. Tahapan Perjanjian Pengembalian Pembiayaan Murabahah Oleh PT. BPRS
Suka Dana Mulia.
Bank syariah sebagai salah satu penyedia usaha yaitu pembiayaan (financing), Dalam UU
Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa, pembiayaan berdasarkan prinsip syari‟ah yaitu
penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan dengan persetujuan antara
bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan imbalan atau bagi hasil. UU No. 21 Tahun

20
Muhaimin, Metode penelitian hukum,(Nusa Tenggara Barat: Mataram University Press,2020), hal 56-57
2008 tentang Perbankan Syariah, dalam pasal 4 menguraikan bahwa pengalokasian dana (tagihan)
yang dibersamakan dengan itu yang disebut dengan pembiayaan, dan dapat berupa:21

a. Pembiayaan dapat diartikan sebagai kegiatan bagi hasil yang berbentuk


akad mudharabah/musyarakah.
b. Bentuk ijarah atau IMBT (ijarah muntahiya bittamlik) yang disebut
dengan sewa beli, keduanya ini merupakan transaksi sewa menyewa.
c. Bentuk piutang murabahah, salam dan istishna yang masuk kategori
transaksi jual beli.
d. Piutang qardh sebagai bentuk transaksi pinjam meminjam.
e. Ijarah multijasa sebagai bentuk transaksi sewa-menyewa jasa..

Sesuai dengan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, kegiatan yang
menjadi aktivitas utama BPRS Saka Dana Mulia adalah Menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka dan tabungan,
menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan menempatkan dana dalam
bentuk tabungan pada bank lain.22 Oleh sebab itu sebagai salah satu badan usaha yang
bergerak di bidang Ekonomi Syariah dan/atau Perbankan Syariah, maka salah satu
kegiatan usaha PT. BPR Syariah adalah menyalurkan dana kepada masyarakat, yang
diantaranya dalam bentuk produk perjanjian atau akad pembiayaan Murabahah.
Murabahah adalah akad jual beli suatu barang, dimana penjual menyebutkan harga jual
yang terdiri atas harga pokok dan tingkat keuntungan tertentu atas barang dimana harga
jual tersebut disetujui oleh pembeli. Menurut Adiwarman Karim, ”Murabahah adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual (pihak bank) dan pembeli.23

Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional no: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang


21
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pasal 4
22
Diambil dari profile company BPRS Saka Dana Mulia Kudus
23
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syari’ah (Jakarta: Djambatan, 2003), 76.
pembiayaan mudharabah (qiradh) terdapat rukun dan syarat pembiayaan dalam
murabahah, yaitu :

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak


(akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana
kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.


b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,
baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari


modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi
(nisbah) dari keun-tungan
c. sesuai kesepakatan.
d. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan
e. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal


yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitasitu.24

Berdasarkan Akad Pembiayaan Murabahah No. 150-01- 00838/XI/2017 yang dibuat


oleh PT. BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kabupaten Kudus yang diperjanjikan di dalam
perjanjian tersebut terdapat beberapa tahapan penyaluran pembiayaan Murabahah :

1. Calon penerima pembiayaan murabahah telah memenuhi persyaratan


sebagaimana diatur dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional no: 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah (qiradh).
2. Sebelumnya calon pihak penerima pembiayaan murabahah menjaminkan
sebidang Tanah Perumahan berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 1103
seluas 143 M2 terletak di Desa Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah tercatat atas nama Istiqomah,
yang telah diikat dengan Akta Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan oleh Ariska Dewi, SH, M.Kn selaku Notaris-PPAT di Kudus
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dengan
akad ini.

Setelah memberikan sebidang tanah tersebut sebagai jaminan murabahah,

24
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariat Nasional, (no 07/DSN-MUI/VI/2000) hlm. 4
kemudian Bank PT. BPR Syariah memberikan pembiayaan Murabahah kepada
nasabah sejumlah Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) untuk pembelian 1
buah Kios ukuran 2 x 2,5 M, 4 burung Murai Batu, 4 burung Love Bird, 3 Cucak
Rowo, 2 Kepodang.
3. Bank dan Nasabah telah sepakat Akad pembiayaan Murabahah tersebut di
atas dengan harga jual Bank sebesar Rp 61.600.000,- (enam puluh satu
juta enam ratus ribu rupiah) yang ditetapkan berdasarkan harga beli Bank
sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) ditambah keuntungan
Bank sebesar Rp 21.600.000,- (dua puluh satu juta enam ratus ribu
rupiah).
4. Pembiayaan Murabahah tersebut diberikan untuk jangka waktu 36 (tiga
puluh enam) bulan, terhitung sejak tanggal Surat Perjanjian tersebut
ditandatangani kedua belah pihak, yaitu tanggal 28 November 2017 dan
berakhir pada tanggal 28 November 2020.
5. Sistem pembayaran dengan cara mengangsur pada setiap bulannya
maksimal setiap tanggal 28 pada setiap bulannya sebesar Rp. 1.711.200,-
(satu juta tujuh ratus sebelas ribu dua ratus rupiah).

Didalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional no: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang


pembiayaan mudharabah (qiradh) juga mengatur mengenai beberapa Ketentuan
Hukum Pembiayaan :

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa


depan yang belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya
akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2. Kepastian Hukum Perjanjian Pengembalian Pembiayaan Murabahah Oleh PT.
BPRS Suka Dana Mulia dalam putusan Nomor 1/Pdt.G-ES/2019/PA.Kds.
Kepastian hukum merupakan salah satu tujuan hukum, hal ini merujuk kepada
penegakan serta eksistensi hukum sebagai alat yang mengendalikan masyrakat dan
pemerintah. Hukum tanpa kepastian merupakan kegagalan yang menghilangkan makna dan
keberadaan hukum, sehingga kepastian hukum merupakan unsur penting yang tak boleh di
lupakan untuk mencapai keadilan. Kekuatan kongkrit yang dilahirkan hukum merupakan
bentuk sejati dari kepastian hukum, kekuatan ini kemudian mengikat dan menciptakan
perlindungan kepada para pencari keadilan, sehingga keadialan yang diharapkan setiap
orang dapat diwujudkan.25
Gustav Radbruch mengemukakan bahwa kepastian hukum didasarkan pada hukum
positif atau hukum yang hidup, berlaku, dan berkembang di masyarakat. Dalam
penerapannya Gustav Radbruch mengemukakan 4 hal mendasar yang menjelaskan makna
dari kepastian Hukum
Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah
perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya
didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara
yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, di samping mudah
dilaksanakan. Keempat, hukum positif tidak boleh mudah diubah.26

Gustav Radbruch menekankan kepastian hukum kepada kenyataan yang merupakan


fakta sehingga tidak terjadi multitafsir yang berlebih.
Kepastian hukum juga erat hubungannya dengan konsep pemahaman oleh kaum
positivisme yang dikemukakan oleh Auguste Comte yang kemudian merambah hingga ke
disiplin ilmu hukum. Pandangan ini menyatakan bahwa hukum merupakan sesuatu yang

25
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung, 1993, hlm. 2.
26
Wikipedia, “Gustav Radbruch”, https://en.wikipedia.org/wiki/Gustav_Radbruch, diakses pada 22/05/2023
pukul 16.01.
peraturan yang telah diundangkan dan tertulis, sehingga berlaku umum yang dimaknai
sebagai ius constitum, yaitu hukum yang ada dan berlaku.27
Dalam putusan Nomor 1/Pdt.G-ES/2019/PA.Kds dapat dilihat unsur kepastian hukum
yang diterapkan hakim dalam menimbang dan memutuskan perkara tersebut. Hal ini dapat
ditemukan pada beberapa poin pada bagian tentang hukum yang mendasarkan berbagai
pertimbangan kepada hukum positif di indonesia yaitu UU, Putusan MK, SEMA, dan
KUHperdata.
1. Hakim berwenang mengadili perkara tersebut didasarkan Pasal 49 huruf (i) UU
nomor 3 tahun 2006, Peradilan Agama berwenang memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam
dalam bidang Ekonomi Syari’ah yang meliputi, bank syari’ah, lembaga
keuangan mikro syari’ah, asuransi syari’ah, reasuransi syari’ah, reksadana
syari’ah, obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah,
sekuritas syari’ah, pembiayaan syari’ah, pegadaian syari’ah, dana pensiun
lembaga keuangan syari’ah dan bisnis syari’ah;
2. Pilihan hukum ( kompetensi absoulute) pada perkara ini di bebankan pada
peradilan Agama berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang nomor 3 tahun
2006 pada alinea ke dua (2), tidak ada lagi pilihan hukum untuk diadili oleh
pengadilan lain selain peradilan Agama. Semua kegiatan perjanjian yang
berdasarkan prinsip syari’ah menjadi kewenangan absolut Pengadilan Agama,
sebagaimana juga diperkuat oleh Putusan Mahkamah Konstitusi nomor
93/PUU-X/2012 tanggal 29 Agustus 2013.
3. Pilihan hukum (kompetensi relatif) pada perkara ini di laksanakan pada PA
Kudus berdasarkan Pasal 4 SEMA nomor 2 tahun 2015.
4. Hakim mempertimbangkan semua fata berdasarkan fakta fakta persidangan
yang ditemukan, baik dari informasi saksi maupun bukti bukti pendukung
lainnya yang relevan secara yuridis.

27
Julyano dan Sulistiawan, ”PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM MELALUI
KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME HUKUM.” , Vol 1, Jurnal Crepido, hal 17.
5. Berdasarkan pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakat fakta persidangan
dan pengakuan tergugat maka hakim menyatakan tergugat telahh memenuhi
unsur unsur wanprestasi berdasarkan pasal 1238 KUHPerdata.
6. Pada pertimbangan selanjut hakim mendasarkan nya pada pemahaman agama
yaitu pada surat al-Baqarah ayat 283 dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam. Hal ini masih tetap sejalan dengan konsep kepastian hukum yang
ada di Indonesia dimana mengakui hukum islam sebagai sumber hukum yang
berlaku di Indonesia.
7. Dalam pembebanan biaya biaya perkara didasarkan pada Pasal 181 HIR dimana
biaya perkara dibebankan kepada para Tergugat.
KESIMPULAN
Murabahah adalah akad jual beli suatu barang, dimana penjual menyebutkan harga
jual yang terdiri atas harga pokok dan tingkat keuntungan tertentu atas barang dimana harga
jual tersebut disetujui oleh pembeli. Terdapat beberapa tahapan penyaluran pembiayaan
Murabahah berdasarkan Akad Pembiayaan Murabahah No. 150-01- 00838/XI/2017 yang
dibuat oleh PT. BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kabupaten Kudus :
1. Calon penerima pembiayaan murabahah telah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional no: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan
mudharabah (qiradh).
2. Sebelumnya calon pihak penerima pembiayaan murabahah menjaminkan sebidang Tanah
Perumahan berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor 1103 seluas 143 M2 terletak di Desa
Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah tercatat atas
nama Istiqomah, yang telah diikat dengan Akta Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan oleh Ariska Dewi, SH, M.Kn selaku Notaris-PPAT di Kudus yang merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dengan akad ini.
Setelah memberikan sebidang tanah tersebut sebagai jaminan murabahah, kemudian Bank
PT. BPR Syariah memberikan pembiayaan Murabahah kepada nasabah sejumlah Rp.
40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) untuk pembelian 1 buah Kios ukuran 2 x 2,5 M, 4
burung Murai Batu, 4 burung Love Bird, 3 Cucak Rowo, 2 Kepodang.
3. Bank dan Nasabah telah sepakat Akad pembiayaan Murabahah tersebut di atas dengan
harga jual Bank sebesar Rp 61.600.000,- (enam puluh satu juta enam ratus ribu rupiah)
yang ditetapkan berdasarkan harga beli Bank sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta
rupiah) ditambah keuntungan Bank sebesar Rp 21.600.000,- (dua puluh satu juta enam
ratus ribu rupiah).
4. Pembiayaan Murabahah tersebut diberikan untuk jangka waktu 36 (tiga puluh enam)
bulan, terhitung sejak tanggal Surat Perjanjian tersebut ditandatangani kedua belah pihak,
yaitu tanggal 28 November 2017 dan berakhir pada tanggal 28 November 2020.
5. Sistem pembayaran dengan cara mengangsur pada setiap bulannya maksimal setiap
tanggal 28 pada setiap bulannya sebesar Rp. 1.711.200,- (satu juta tujuh ratus sebelas ribu
dua ratus rupiah).
Kepastian hukum merupakan salah satu tujuan hukum, hal ini merujuk kepada
penegakan serta eksistensi hukum sebagai alat yang mengendalikan masyrakat dan
pemerintah. Hukum tanpa kepastian merupakan kegagalan yang menghilangkan makna dan
keberadaan hukum, sehingga kepastian hukum merupakan unsur penting yang tak boleh di
lupakan untuk mencapai keadilan. Kekuatan kongkrit yang dilahirkan hukum merupakan
bentuk sejati dari kepastian hukum, kekuatan ini kemudian mengikat dan menciptakan
perlindungan kepada para pencari keadilan, sehingga keadialan yang diharapkan setiap
orang dapat diwujudkan.
Gustav Radbruch menekankan kepastian hukum kepada kenyataan yang merupakan
fakta sehingga tidak terjadi multitafsir yang berlebih.Kepastian hukum juga erat
hubungannya dengan konsep pemahaman oleh kaum positivisme yang dikemukakan oleh
Auguste Comte yang kemudian merambah hingga ke disiplin ilmu hukum. Pandangan ini
menyatakan bahwa hukum merupakan sesuatu yang peraturan yang telah diundangkan dan
tertulis, sehingga berlaku umum yang dimaknai sebagai ius constitum, yaitu hukum yang
ada dan berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmadi, K. N. (2018). Metode Penelitian; Memberi bekal Teoritis pada Mahasiswa
tentang Metode Penelitian serta Di harapkan dapat pelaksanakan penelitian
dengan langkah-langkah yang benar. Jakarta: Bumi Aksara.

Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Ismail. (2011). Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi . Jakarta: Kencana.

Mertokusumo, S. (1993). Bab-bab tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya bakti.

Muhaimin. (2022). Metode penelitian hukum. Nusa Tenggara Barat: Mataram University
Press.

Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Mujahidin, A. (2010). Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah


di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pranata, G. D. (2013). Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Selemba empat.

Rachamdi, U. S. (2003). Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Rahmawati. (2016). Soenarto, Bisnis Usaha Kecil Menengah; Akuntansi, Kewirausahaan


dan Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Ekuilibria.

rahmawati, A. (2017). Kinerja Keuangan Dan Tingkat Pengembalian Saham: Studi Pada
Perusahaan Asuransi Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 2.

Rahmawati, M. R. (2018). Manajemen Resiko Perbankan Syariah . bandung: CV.Pustaka


Setia.

Riehl, H. (1999). Managing Risk in The Foreign Evchange Money And Derivative AMrkets.
USA: The McGraw-Hill.

Suhardjono. (2003). Manajemen Perkreditan Usaha Kecil Menengah. Yogyakarta: UPP


AMP YPKPN.

JURNAL

Sulistiawan, J. d. (2018). PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM


MELALUI KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME HUKUM. Crepido, 17.
Susanto, B. (2008). Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII PRESS.

Umam, K. (2016). PErbankan Syariah, Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di


Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yuliana, S. (2015). Pengaruh Faktor Ekonomi, Modal Sosial, dan Religiusitas Terhadap
Pengembalian Pembiayaan Murabahah. Jurnal ekonomi Pembangunan, 1.

WEB
Wikipedia, “Gustav Radbruch”, https://en.wikipedia.org/wiki/Gustav_Radbruch, diakses
pada 22/05/2023 pukul 16.01.

Anda mungkin juga menyukai