Anda di halaman 1dari 9

Volume.1 N0.

16 Desember 2023

MEMBANGUN PEMAHAMAN MENDALAM TENTANG SEWA MENYEWA


(IJARAH) DALAM PEBANKAN SYARIAH Aisya Safura1, Rayyan Firdaus.,
SE.,M.Si.,Ak2
Program Studi Akuntansi, Universitas Malikussaleh, Jl.Kampus Unimal Bukit Indah, Blang Pulo,
Kec.Muara Satu, Kabupaten Aceh Utara, Aceh 24355.
Aisya safura, (210420157)
aisya.210420147@mhs.unimal.ac.id @rayyan.unimal.ac.id

ABSTRAK
Ijarah adalah suatu bentuk perjanjian yang melibatkan pemanfaatan suatu barang atau jasa,
yang diakui, diinginkan, dan diterima penggunaannya, dengan imbalan yang telah ditetapkan
dengan jelas. Dalam konteks ini, al-ijarah mengacu pada tindakan menyerahkan atau
memberikan manfaat Bagi orang yang membutuhkan, lembaga keuangan syariah menyediakan
layanan pinjaman dan pembiayaan Ijarah menyoroti kelebihannya diban dingkan dengan opsi
keuangan Islam lainnya Lembaga keuangan syariah, yang tunduk pada prinsip-prinsip syariah
Islam, menawarkan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai alternatif, sesuai
dengan PSAK No. 2. 107. Artikel ini membahas karakteristik bank syariah, dasar hukumnya,
dan jenis-jenis Ijarah berdasarkan aturan akuntansi. Pembahasan juga difokuskan pada
pembatalan transaksi Ijarah berdasarkan hukum Islam dengan mengacu pada ketentuan
akuntansi PSAK No. 107. Melalui metode penelitian kualitatif berdasarkan studi literatur,
artikel ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pembiayaan
Ijarah berdasarkan hukum Syariah. Meningkatkan operasional perbankan yang sesuai dengan
standar akuntansi.
Kata Kunci : Ijarah, Perbankan Syariah, PSAK 107

PENDAHULUAN
Manusia memerlukan kebutuhan pokok di dalam kehiduoan sehari-harinya, sekunder,
dan tersier yang harus dipenuhi. Masyarakat mungkin mungkin memiliki kekurangan dalam
finansial untuk mememenuhi keperluan hidupnya. Oleh karena itu, sejak perkembangan
perekonomian di masyarakat, timbullah jasa untuk pinjaman yang disediakan oleh lembaga
perbankan. Salah satu aspek lembaga keuangan yang di atur di dalam syariah islam, yaitu
klausul Muammalah sebagai bagian dari pengaturan hubungan anatara para manusia.
Pengaturan lembaga perbankan dalam Syariah Islam didasarkan pada kaidah Ushul Fiqh,
sebagaimana "mā lā yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib" adalah sesuatu yang harus ada
agar melengkapi yang wajib maka wajib dilaksanakan. Mencari nafkah (melakukan kegiatan
ekonomi) adalah sebuah kewajiban. Suatu kegiatan ekonomi tidak dapat berjalan dengan

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

optimal apabila tidak ada keterlibatan perbankan. Karena hal itu, adanya lembaga perbankan
menjadi suatu kewajiban.1

Ada dua kelompok orang dalam kehidupan ini. Yaitu, mereka yang memiliki sumber
dana berlebih dan mereka yang kekurangan dana. Karena hal itu, bank dan lembaga non-bank
muncul sebagai lembaga yang menjadi mediasi antara dua kelompok tersebut, sehingga terjadi
kesetaraan dalam pemenuhan kebutuhan hidup setiap orang. Indonesia memiliki berbagai bank
dan lembaga keuangan non bank, baik dalam lembaga syariah maupun konvesional, yang
memberikann layanan jasa pembiayaan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup manusia.2

Perbankan syariah mulai muncul di Indonesia pada dekade tahun 1990-an. Lebih
tepatnya, ia muncul sesudah Undang-Undang Bank Nasional No. 7 tahun 1990-an, yang
mengacu pada bisnis perbankan yang beroperasi dengan sistem bagi hasil, yang mendasari
perbedaan antara lembaga keuanga konvesional dengan syariah adalah lembaga keuangan
konvesional menerapkan sistem bunga yang melibatkan unsur riba, di sisi lain lembaga
keuangan Syariah menerapkan sistem bagi hasil. Kekuatan hukum ini diperkuat dengan
pengesahan UU No. 10 tahun 1998 sebagai revisi atas UU No. 7 tahun 1992. Prinsip syariah
adalah prinsip yang diterapkan oleh bank syariah dalam menjalan kegiatan usahanya dan
terdapat dua jenis bank syariah yaitu Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (UU No. 21) (Tentang Transaksi Perbankan Syariah, 2008).3

Sebagai hamba Allah SWT, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengikuti perintah-
Nya, terutama dalam hal bersedekah. Bagi orang yang membutuhkan uang, lembaga keuangan
Islam menyediakan layanan pinjaman dan pembiayaan Ijarah menonjolkan kelebihannya
dibandingkan dengan opsi keuangan Islam lainnya. Poin pentingnya adalah pengusaha tidak
perlu menyediakan dana sendiri untuk memulai bisnis dan dapat meminjamkan aset mereka ke
lembaga keuangan syariah. Keuntungan ini berarti bahwa pengusaha tidak perlu menyediakan
agunan, dengan demikian keunggulan pembiayaan ijarah menjadi lebih menarik dibandingkan
dengan jenis pembiayan lainnya seperti musharakah dan mudharabah.4

Tujuan tulisan ini dibuat oleh penulis adalah sebagai bentuk penjabaran yang lebih mendalam
mengenai pembiayaan ijarah pada perbankan syariah. Dengan demikian, diharapkan tulisan ini
mampu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ijarah dalam perbankan syariah sebagai
bentuk akad sewa menyewa yang menguntungkan.

Metode Penelitian
Penulis dalam penyusunan karya ini memanfaatkan metode penelitian kualitatif, yang
mengggunakan studi literatur sebagai landasan. Informasi literatur diperoleh melalui telaah
beberapa jurnal, artikel, dan tulisan lainnya yang sesuai dengan topik yang dibahas oleh

1
Rosita Tehuayo, Fakultas Syariah, and Islam Iain, ‘Tahkim’.
2
Analisis Pembiayaan, Ijarah Pada, and Perbankan Syariah, ‘Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan
Syariah’, 106–16.
3
Syariah Bandung, ‘No Title’, 1.1 (2017), 19–33.
4
Pembiayaan, Pada, and Syariah.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

penulis. Sumber-sumber literatur tersebut menjadi dasar untuk mendukung argumen dan
menyusun pemahaman yang komprehensif terhadap materi yang dikemukakan dalam karya
ini.
Pembahasan
Ijarah adalah suatu akad yang pada prinsipnya dibuat dengan tujuan untuk tolong
menolong. Seiring perkembangan ekonomi, akad ini sudah menjadi bagian dari transaksi yang
tujuannya mencari keutungan atau menghindari kerugian secara finansial. Perubahan ini
menjadi sah apabila akad ijarah yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah disetujui oleh syara’. Ijarah merupakan wujud atau bentuk perjanjian yang melibatkan
pemanfaatan suatu barang atau jasa, yang diakui, diinginkan, dan diterima penggunaannya,
dengan imbalan yang telah ditetapkan dengan jelas. Dalam konteks ini, al-ijarah mengacu pada
tindakan memberikan manfaat dari suatu aset atau benda kepada pihak yang terkait dengan
imbalan bayaran/upah yang sudah disepakati. Oleh karena itu, ijarah atau yang disebut dengan
sewa dapat dijelaskann sebagai suatu komitmen (perjanjian ) perpindahan hak guna atau
manfaat atas suatu barang atau jasa untuk jangka waktu yang ditentukan dengan pembayaran
upah sewa (ujrah),tanpa adanya pengalihan kepemilikan atas barang itu sendiri.5
Dalam hal hukum, agar suatu perjanjian sewa menyewa dianggap sah, kita perlu
memastikan bahwa perjanjian tersebut memenuhi syarat-syarat tertentu. Yang paling penting,
kedua belah pihak harus bisa memahami dan bertindak sesuai hukum, artinya mereka sudah
bisa menggunakan akal/pikiran secara bijaksana(berakal) dan telah dewasa (baligh). Rukun
ijarah melibatkan keberadaan kedua belah pihak selaku subjek hukum (mu’jir dan musta’jir),
tersedia barang yang disewakan, dan wajib ada ijab qabul dari kedua belah pihak.
Perjanjian sewa-menyewa(Ijarah) diakui sah secara hukum, apabila memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:
a. Mu’jir (pemberi sewa) dan musta’jir(pennyewa) harus sudah mencapai usia yang
memadai lebih kurang 7 tahun serta berakal sehat.
b. Mu’jir(pemberi sewa) harus memiliki kepemilikan yang sah terhadap barang yang
disewakan, atau memiliki wali atau penerima wasiat (washiy) untuk menjadi wali.
c. Setiap pihak harus rihdo (rela) melakukan akad tanpa adanya unsur paksaan. Paksaan
dapat membuat akad menjadi batal.
d. Objek yang disewakan jelas, dan objek benar-benar dimiliki oleh penyewa.
e. Barang yang disewakan harus tepat guna atau sesuai dengan tujuannya (memiliki
manfaat yang jelas).
f. Pihak mu’jir harus dapat menyerahkan barang yang disewakan.
g. Kegunaan barang yang disepakati harus sesuai dengan ketentuan agama
h. Keterangan yang jelas/transparan mengenai jangka waktu penyewaan.6

5
Saprida Saprida, Zuul Fitriani Umari, and Zuul Fitriana Umari, ‘Sosialisasi Ijarah Dalam Hukum Islam’, AKM:
Aksi Kepada Masyarakat, 3.2 (2023) <https://doi.org/10.36908/akm.v3i2.647>.
6
Nadhira Wahyu Adityarani and Lanang Sakti, ‘Tinjauan Hukum Penerapan Akad Ijarah Dan Inovasi Dari Akad
Ijarah Dalam Perkembangan Ekonomi Syariah Di Indonesia’, September, 2020.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

Berdasarkan(PSAK) No. 107 yang menjelaskan Akad Ijarah dan menggantikan PSAK No.
59 (Akuntansi Perbankan Syariah, revisi pada tahun 2003), standar ini memberikan kerangka
kerja untuk transaksi dalam skema ijarah dan IMBT (ijarah muthahiya bittamlik) serta
menetapkan ketentuan pengakuan dan pengukuran yang sesuai PSAK 107 mencakup beberapa
aspek, seperti pengakuan dan pengukuran objek (aset) ijarah, pendapatan dari ijarah dan IMBT,
piutang pendapatan ijarah dan ijarah muthahiya bittamlik, biaya maintenance (perbaikan),
pengalihan hak milik objek, dan penyusutan nilai objek sewa.
Jenis Ijarah berdasarkan PSAK 107 dibagi menjadi :
a) Ijarah adalah bentuk sewa menyewa di mana aset yang disewa tidak melibatkan
pengalihan kepemilikan serta tangggungjawab terkait dengan aset Proses ini dapat
dilakukan dengan atau tanpa kesepakatan (akad) untuk menyerahkan kepemilikan dari
pemilik kepada penyewa pada waktu tertentu.
b) Ijarah mutahiya bittamlik merupakan bentuk Ijarah yang melibatkan janji untuk
mengalihkan kepemilikan objek yang disewakan pada saat tertentu. Dalam konteks ini,
kepemilikan objek yang disewakan dapat berpindah dari pemberi sewa kepada penyewa
Ketika seluruh pembayaran sewa atas objek Ijarah telah dipenuhi dan objek Ijarah
dikembalikan. Proses pengalihan kepemilikan akan diatur dengan akad terpisah dari
akad Ijarah sebelumnya..
c) Jual dan Ijarah merupakan proses menjual properti yang diijarah kepada pihak lain dan
kemudian mengijarahkan kembali properti yang telah terjual. Tujuan dari tindakan ini
bisa jadi karena pemilik aset membutuhkan dana tetapi masih menginginkan aset
tersebut. Transaksi penjualan dan Ijarah harus dilakukan secara terpisah dan mandiri
sehingga harga jual harus wajar dan keuntungan atau kerugian harus diakui pada saat
terjadi transaksi. Namun, karena penjual tetap menjadi penyewa, keuntungan dan
kerugian ini tidak mempengaruhi beban sewa.
d) Ijarah-lanjut adalah dimana perusahaan (penyewa) menyewalebih lanjut kepada pihak
lain terhadap aset yang sebelumnya disewa dari pemilik. Dalam hal ini, Perusahaan
menerapkan prinsip akuntansi pemilik dan penyewa. Ketika perusahaan menyewakan
kembali, perusahaan mencatat beban sewa yang ditangguhkan untuk sewa jangka
panjang dan sebagai beban sewa untuk sewa jangka pendek. Perusahaan menerapkan
prinsip akuntansi penyewa untuk transaksi dengan pemilik sedangkan dengan penyewa
lebih lanjut Perusahaan menerapkan prinsip akuntansi pemmilik.7
Bank Syariah
Setyorini (2003) mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang tujuan utamanya
adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
dengan cara memberikan pembiayaan dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat.

7
Jurnal Akuntansi and D A N Keuangan, ‘ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN IJARAH
BERDASARKAN PSAK NOMOR 107 PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG LHOKSEUMAWE’,
5.2009 (2017), 71–88.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

Pada umumnya, masyarakat telah memiliki pengetahuan yang baik tentang fasilitasdan
fungsi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selain memberikan pinjaman dan
fasilitas kredit, bank juga memberikan fasilitas untuk menyimpan investasi dan dana di bank.
Verra (2012) menyatakan lembaga keuangan syariah (bank syariah) menerapkan
konsep yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional, seperti perbedaan produk yang
ditawarkan. Produk-produk seperti fasilitas kredit berbunga (riba), yang merupakan bisnis inti
dan sumber pendapatan terbesar bagi bank-bank konvensional, telah secara efektif dilarang
oleh bank-bank Syariah. Meskipun secara umum memiliki kesamaan dalam hal sistem dan
penarikan dana, terdapat perbedaan dalam aspek hukum, struktur organisasi, sumber
pendanaan perusahaan, dll.

Muhammad (2005) menyatakan bank Syariah, adalah lembaga keuangan yang tidak
menggunakan sistem bunga dalam operasinya. Bahkan bank syariah mengembangkan
operasional dan produknya berdasarkan ketentuan dalam Al-Quran dan Hadis. Sederhananya,
bank syariah adalah lembaga keuangan memfokuskan pemberian kredit dan layanan keuangan
lainnya, yang beroperasi dalam system pembayaran dan peredaran uang dengan menjalankan
prinsip-prinsip Syariah Islam.
Dasar Hukum Bank Syariah
Peraturan perbankan tahun 1983 memberikan landasan yang kukuh bagi perbankan
syariah di Indonesia. Karena sejak saat itu, kebebasan dalam menetapkan suku bunga bahkan
pembebasan bunga, telah dijamin. Posisi bank-bank Syariah menjadi lebih jelas dengan adanya
UU Perbankan No.1 pada tahun 1992. Hal ini memberikan kebebasan bagi bank untuk
menetapkan imbalan bagi nasabahnya. Peraturan Presiden No. 72 tahun 1992 mewajibkan
bank-bank bagi hasil untuk mematuhi prinsip-prinsip Syariah Undang-Undang No.10 tahun
1998 memberikan kesempatan bagi pendirian bank syariah dan transformasi ke sistem Syariah
serta mengubah beberapa ketentuan penting. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tahun
1999 memastikan bahwa bank-bank beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Kerangka
hukum ini mendukung pengembangan produk dan operasional bank Syariah di Indonesia.
Karakteristik Bank Syariah
Pengoperasian bank syariah adalah dengan penerapan prinsip-prinsip syariah dengan ciri-ciri
yang dijelaskan oleh Wiyono (2005:75). Ciri-ciri tersebut antara lain:
a. Pelarangan segala bentuk riba.
b. Tidak mengunakan konsep penilaian waktu melalui uang.
c. Melihat uang sebagai alat tukar bukan barang dagangan.
d. Tidak boleh melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.
e. Tidak boleh menggunakan dua harga untuk satu produk.
f. Satu kontrak tidak diperbolehkan melakukan dua transaksi.8

8
Akuntansi and Keuangan.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

Suatu transaksi dianggap mematuhi prinsip syariah jika memenuhi kriteria yang dijelaskan oleh
Wiyono (2005:75), yaitu
a. Transaksi tidak melibatkan kegiatan penipuan seperti riba.
b. Tidak melakukan pembayaran kepada diri sendiri atau pihak lain.
c. Pelarangan penipuan.
d. Tidak boleh mengandung zat-zat terlarang.
e. Tidak boleh mengandung unsur perjudian.
f. Produk keuangan syariah
Ascarya (2011:112) mengungkapkan bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok antara lain:
1. Produk keuangan (financial products):
a. Wadiah ( titipan)
b. Qardh (pinjaman)
c. mudharabah (bagi hasil)
d. Deposito, Obligasi, Ijarah (sewa)
2. Instrumen Keuangan:
a. Mudarabah dan Musyarakah (pola distribusi keuangan)
b. Murabahah, Salam, Isthisna (jual beli)
c. Ijarah (sewa)
d. Qardh (pinjaman)
3. Produk jasa perbankan:
a. Wadiah(pola titipan)
b. Mudarabah (bagi hasil)
c. Wakalah, Kafalah, Hawala, Rahn, Ujir, Shaf
4. Produk Aksi Sosial: produk aksi sosial direpresentasikan dalam bentuk program pinjaman
(qardh) yang diberikan untuk dana talangan dan kontribusi pada UMKM ( usaha mikro kecil
menengah) melalui Ijarah.9
Pembatalan Ijarah
Transaksi ijarah dianggap batal dan berakhir jika (Sri Nurhayati dan Wasilah (2009):
1. Barang yang disewakan mengalami cacat baru di tangan penyewa, atau barang tersebut
menunjukkan cacat lama.
2. Ketika terjadi kerusakan pada barang sewa karena runtuhnya rumah atau matinya
hewan.
3. Jika barang yang disewakan rusak.

9
Akuntansi and Keuangan.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

4. Manfaat yang telah ditransaksi telah terpenuhi.


5. Transaksi Ijarah dapat dibatalkan secara sepihak, oleh penyewa karena suatu alasan
yang dapat dibenarkan .
6. Berakhirnya masa waktu yang telah disepakti dalam akad Ijarah.
7. Salah satu pihak dalam akad Ijarah meninggal dunia.
8. Ada halangan (uzur) dari satu pihak, contohnya barang yang disewa disita oleh negara
karena terlilit hutang.10

KESIMPULAN
Pembiayaan Ijarah dalam konteks perbankan syariah memberikan kontribusi pada
pemahaman publik tentang sewa yang sejalan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam dengan
meninjau prinsip-prinsip yang relevan, metode penelitian, dan kerangka kerja akuntansi. Ijarah
telah berevolusi tidak hanya berfungsi sebagai perjanjian saling membantu tetapi juga untuk
memasukkan aspek penting dari keuntungan dan kerugian dalam dinamika ekonomi. Oleh
karena itu, untuk memastikan kepatuhan dan kemajuan dalam perbankan Syariah, penting
untuk mengembangkan lebih lanjut pemahaman prinsip-prinsip Syariah dalam berbagai
transaksi, terutama pinjaman dan pembiayaan. Saran untuk pengembangan lebih lanjut
termasuk memperkuat edukasi publik tentang prinsip-prinsip Syariah dan penelitian lebih
lanjut untuk mengeksplorasi kemungkinan dan tantangan penerapan Ijarah di lembaga
keuangan Syariah.

10
Akuntansi and Keuangan.

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

DAFTAR PUSTAKA
Adityarani, Nadhira Wahyu, and Lanang Sakti, ‘Tinjauan Hukum Penerapan Akad Ijarah Dan
Inovasi Dari Akad Ijarah Dalam Perkembangan Ekonomi Syariah Di Indonesia’,
September, 2020
Akuntansi, Jurnal, and D A N Keuangan, ‘ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI
PEMBIAYAAN IJARAH BERDASARKAN PSAK NOMOR 107 PADA PT BANK
RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG LHOKSEUMAWE’, 5.2009 (2017), 71–
88
Bandung, Syariah, ‘No Title’, 1.1 (2017), 19–33
Pembiayaan, Analisis, Ijarah Pada, and Perbankan Syariah, ‘Analisis Pembiayaan Ijarah Pada
Perbankan Syariah’, 106–16
Saprida, Saprida, Zuul Fitriani Umari, and Zuul Fitriana Umari, ‘Sosialisasi Ijarah Dalam
Hukum Islam’, AKM: Aksi Kepada Masyarakat, 3.2 (2023)
<https://doi.org/10.36908/akm.v3i2.647>
Tehuayo, Rosita, Fakultas Syariah, and Islam Iain, ‘Tahkim’

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)
Volume.1 N0.16 Desember 2023

PSAK 107 Tentang Akad Ijarah


(Aisya Safura, Rayyan Firdaus)

Anda mungkin juga menyukai