Anda di halaman 1dari 1

Advertisement — scroll ke bawah untuk melanjutkan

Tambah
follower Anda
di TikTok
Beriklanlah di TikTok dan
raih keuntungan
sebanyak-banyaknya

TikTok for Business

Buka

Home Finansial Personal Finance

Istilah-Istilah Keuangan
Syariah yang Perlu Anda
Ketahui
BISNIS.COM,16 Apr 2021, 11:16 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani

Karyawan melanyani nasabahyang melakukan transaksi di


PT Bank Syariah Indonesia KC Jakarta Barat, Kebon Jeruk,
Jakarta, Senin (1/2 - 2021). Bisnis

Bisnis.com
Bisnis.com, JAKARTA - Semakin
banyaknya masyarakat yang belajar
tentang Islam membuat banyak diantara
mereka yang beralih dari perbankan
konvensional ke syariah.

Bukan cuma masyarakat, pemerintah juga


mulai sadar besarnya potensi keuangan
syariah. Indonesia sebagai negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia,
memiliki potensi untuk menjadi yang
terdepan dalam industri keuangan syariah
di dunia.

Pada 1 Februari 2021 menjadi penanda


sejarah terbentuknya Bank Syariah Mandiri,
BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi satu
entitas yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk
(BSI). Penggabungan ini akan menyatukan
kelebihan dari ketiga bank syariah
sehingga menghadirkan layanan yang lebih
lengkap, jangkauan lebih luas, serta
memiliki kapasitas permodalan yang lebih
baik.

BACA JUGA
Baznas dan Bank Syariah Indonesia
Sinergi Garap Potensi Zakat Rp300
Triliun

Namun, apa sebenarnya prinsip syariah


dalam Islam?
Dilansir dari Bank Indonesia, syariah secara
harfiah berarti jalan Allah seperti yang
ditunjukkan dalam Al Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW. Istilah ini dipakai
untuk yang berhubungan dengan hukum
Islam.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, prinsip syariah bisa diartikan


aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.

Kegiatan tersebut antara lain pembiayaan


berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual-beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina). Hal itu berdasarkan UU
No.10 tahun 1998 tentang Perubahan UU
No.7 tahun 1992 tentang Perbankan.

BI menuliskan bank syariah sebagai bank


yang menggunakan sistem dan operasi
perbankan berdasarkan prinsip syariah
islam, yaitu mengikuti tata cara berusaha
dan perjanjian berusaha yang dituntun
oleh Al Quran dan Hadis, dan mengikuti
tata cara berusaha dan perjanjian
berusaha yang tidak dilarang oleh Al Quran
dan Hadis (islamic banking).

Anda tertarik beralih ke perbankan syariah?


Berikut istilah-istilah dalam keuangan
syariah yang perlu Anda ketahui dilansir
dari Bank Syariah Indonesia (BSI):

1. Akad
Pertalian ijab dan qabul dalam suatu
perjanjian yang sesuai dengan prinsip
syariah.

2. Bai’ al Dayn
Akad penyediaan pembiayaan untuk jual-
beli barang dengan menerbitkan surat
utang dagang atau surat berharga lain
berdasarkan harga yang telah disepakati
terlebih dahulu. Pembiayaan ini bersifat
jangka pendek (kurang dari satu tahun)
dan hanya mencakup surat-surat berharga
yang memiliki nilai rating investasi yang
baik.

4. Hiwalah
Akad pemindahan piutang nasabah (muhil)
kepada bank (muhal ‘alaih) dari nasabah
lain (muhal). Muhil meminta muhal ‘alaih
untuk membayarkan terlebih dahulu
piutang yang timbul dari jual-beli. Pada
saat piutang tersebut jatuh tempo muhal
akan membayar kepada muhal ‘alaih. Muhal
‘alaih memperoleh imbalan sebagai jasa
pemindahan.

5. Ijarah
Akad sewa menyewa barang antara bank
(muaajir) dengan penyewa (mustajir).
Setelah masa sewa berakhir barang
sewaan dikembalikan kepada muaajir.

6. Ijarah wa iqtina
Akad sewa menyewa barang antara bank
(muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang
diikuti janji bahwa pada saat yang
ditentukan kepemilikan barang sewaan
akan berpindah kepada mustajir.

7. Istishna'
Akad jual-beli (Mashnu’) antara pemesan
(Mustashni’)dengan penerima pesanan
(Shani). Spesifikasi dan harga barang
pesanan disepakati di awal akad dengan
pembayaran dilakukan secara bertahap
sesuai kesepakatan. Apabila bank
bertindak sebagai Shani kemudian
menunjuk pihak lain untuk membuat
barang (Mashnu’) maka hal ini disebut
Istishna Paralel.

8. Kafalah
Akad pemberian jaminan (Makful alaih)
yang diberikan satu pihak kepada pihak lain
dimana pemberi jaminan (Kafiil)
bertanggung- jawab atas pembayaran
kembali suatu hutang yang menjadi hak
penerima jaminan (Makful).

9. Mudharabah
Akad antara pihak pemilik modal (shahibul
maal) dengan pengelola (mudharib) untuk
memperoleh pendapatan atau
keuntungan. Pendapatan atau keuntungan
tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disepakati diawal akad.

10. Mudharabah Mutlaqah


Mudharib diberikan kekuasaan penuh
untuk mengelola modal. Mudharib tidak
dibatasi baik mengenai tempat, tujuan
maupun jenis usahanya.

11. Mudharabah Muqayyadah


Shahibul Maal menetapkan syarat tertentu
yang harus dipatuhi mudharib baik
mengenai tempat, tujuan maupun jenis
usaha. Dalam skim ini mudharib tidak
diperkenankan untuk mencampurkan
dengan modal atau dana lain. Pembiayaan
Mudharabah Muqayyadah antara lain
digunakan untuk investasi khusus dan
Reksadana.

12. Murabahah
Akad jual-beli antara bank dengan
nasabah. Bank membeli barang yang
diperlukan nasabah dan menjual kepada
nasabah yang bersangkutan sebesar harga
pokok ditambah dengan keuntungan yang
disepakati.

13. Musyarakah
Akad kerjasama usaha patungan antara
dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu jenis usaha yang halal
dan produktif. Pendapatan atau
keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati.

 
Aturan dasar atau aturan pokok yang
berdasarkan hukum Islam, khususnya
aturan muamalat yang mengatur
hubungan antara bank dengan pihak lain
dalam rangka penghimpunan dan
penyaluran dana serta kegiatan perbankan
syariah lainnya.

15. Prinsip Operasional Syariah


Lainnya
Prinsip operasional lain yang lazim
dilakukan oleh bank syariah dalam kegiatan
usaha sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta
mendapat persetujuan Bank Indonesia dan
Dewan Syariah Nasional.

16. Qardh
Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada
pihak tertentu (Muqtaridh) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama
sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta
jaminan atas pinjaman kepada Muqtaridh.
Pengembalian pinjaman dapat dilakukan
secara angsuran ataupun sekaligus.

17. Qardh-ul Hasan


Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada
pihak tertentu (Muqtaridh) untuk tujuan
sosial yang wajib dikembalikan dengan
jumlah yang sama sesuai pinjaman.

18. Rahn
Akad penyerahan barang/harta (Marhun)
dari nasabah (Rahin) kepada Bank
(Murtahin) sebagai jaminan sebagian atau
seluruh hutang.

19. Salam
Akad jual-beli barang pesanan (Muslam
fiih) antara pembeli (Muslam) dengan
penjual (Muslam ilaih). Spesifikasi dan
harga barang pesanan disepakati diawal
akad dan pembayaran dilakukan dimuka
secara penuh. Apabila bank bertindak
sebagai Muslam kemudian memesan
kepada pihak lain untuk menyediakan
barang (Muslam fiih) maka hal ini disebut
Salam Paralel.

20. Sharf
Akad jual-beli suatu valuta dengan valuta
lainnya.

21. Ujrah
Imbalan yang diberikan atau yang
dimintakan atas suatu pekerjaan yang
dilakukan.

22. Unit Usaha Syariah


Unit kerja di kantor pusat Bank yang
bertugas mengawasi dan mengatur
seluruh kegiatan Kantor Cabang Syariah.

24. Wadi’ah
Akad penitipan barang/uang antara pihak
yang mempunyai barang/uang dengan
pihak yang diberi kepercayaan dengan
tujuan untuk menjaga keselamatan,
keamanan, serta keutuhan barang/uang.
Berdasarkan jenisnya, Wadi’ah terdiri dari
Wadi’ah Yad Amanah dan Wadi’ah Yad
Dhamanah.

25. Wadi’ah Yad Amanah


Akad penitipan barang/uang dimana pihak
penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang yang dititipkan
dan tidak bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan
yang bukan diakibatkan perbuatan atau
kelalaian penerima titipan.

26. Wadi’ah Yad Dhamanah


Akad penitipan barang/uang dimana pihak
penerima titipan dengan atau tanpa izin
pemilik barang/uang dapat memanfaatkan
barang/uang titipan dan harus
bertanggung jawab terhadap kehilangan
atau kerusakan barang/uang titipan.

27. Wakalah
Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa
(Muwakkil) kepada penerima kuasa (Wakil)
untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil)
atas nama pemberi kuasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google


News

Simak berita lainnya seputar topik di


bawah ini:

syariah bank syariah

Editor: Feni Freycinetia Fitriani

ADVERTISEMENT

Terkini

Kilang Pertamina Lagi-


lagi Terbakar, Ahok:
Arahan ke Direksi Sudah
Jelas
Energi & Tambang
38 detik yang lalu

Adu Kinerja Pasar


Obligasi vs Saham pada
Kuartal I/2023
Obligasi & Reksadana
27 menit yang lalu

Laba Soechi Lines (SOCI)


Tembus Rp100 Miliar,
Tumbuh Dua Digit
Korporasi 27 menit yang lalu

Tips Mudik Aman,


Perhatikan Perlengkapan
yang Perlu Dibawa
Info Travel 39 menit yang lalu

Pemerintah Buka Posko


THR 2023, Pekerja Dapat
Konsultasi dan Buat
Pengaduan
Jasa & Niaga 48 menit yang lalu

BIG Media BIG Services

Bisnis.com Epaper Bisnis Indonesia

BisnisIndonesia.id Konten Interaktif

BisnisMuda.id Konten Premium

HypeAbis.id Bisnis Plus

Context.id Bisnis TV

DataIndonesia.id BroadCast

Solopos.com

HarianJogja.com

Tentang Kami Info Iklan Kebijakan Privasi

Kode Etik Kontak Kami Karir

© 2023 - Bisnis Indonesia. - 241

Anda mungkin juga menyukai