Anda di halaman 1dari 8

MINI PROPOSAL

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 107 AKAD IJARAH PADA


TRANSAKSI GADAI SURAT BPKB MOBIL BANK SYARIAH
INDONESIA (BSI) KCP PAMEKASAN

Diusulkan Oleh :

MUSYFIQUR RAHMAN (21383021102)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2023/2024
A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan perbankan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh


faktor ideologi dan ekonomi yang mana hal itu juga berpengaruh bagi perbankan di
Indonesia, faktor kuat yang mendorong munculnya Perbankan syariah hingga
berkembang pesat pada sekarang ini ialah dengan berkembangnya lembaga keuangan
syariah, dan sistem perbankan syariah, sehingga membuat pola pikir perbankan untuk
bersifat jujur, adil dan tidak melanggar ketentuan syariat. Perbankan syariah mulai
berkembang di Indonesia tidak lepas dari munculnya Bank Muamalat Indonesia yang
merupakan/ bank syariah pertama di Indonesia pada tahun 1991 yang secara resmi
beroperasi pada tahun 1992. Berkembangnya instansi keuangan seperti bank, asuransi,
pasar modal, pegadaian dan lainnya menimbulkan besarnya kebutuhan akan
akuntansi, sehingga dapat mendorong pesatnya pertumbuhan bisnis di segala bidang
baik di Indonesia maupun dunia. Lembaga keuangan berbasis syariah yang saat ini
cukup menarik minat dikalangan masyarakat adalah Pegadaian contohnya Pegadaian
Surat BPKB Mobil.

BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI syariah Tbk, PT Bank
Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara
resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari
2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari, Presiden
Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI.
Dalam pegadaian syariah, Produk gadai syariah memiliki dua akad yaitu akad
rahn dan ijarah. Akad rahn dilakukan pihak pegadaian untuk menahan barang
bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. Sedangkan akad ijarah yaitu akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Dengan adanya
produk pembiayaan rahn (gadai emas) Ini mempermudah masyarakat dalam
pembiayaan syariah, khususnya dikalangan menengah kebawah untuk mendapatkan
pinjaman uang demi kebutuhan hidup, modal kerja maupun usaha. Sehingga, dalam
pembiayaan rahn gadai emas tidak adanya bunga atas besarnya pinjaman yang
diberikan.
Dasar hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prisip syariah
berpegang pada Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002
tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap
menginduk pada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
Transaksi ijarah juga diatur dalam Fatwa DSN No. 09 tahun 2000. Menurut Fatwa
DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang pembiayaan
ijarah, yang dimaksudkan dengan ijarah adalah pemindahan hak pakai atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (Sari & Martadinata, 2021).
Standar perbankan tentang ijarah mengacu pada PSAK 107 tentang Perbankan
Ijarah yang mulai berlaku secara efektif per 01 Januari 2008. PSAK 107
menggantikan PSAK 59 yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi ijarah. Cakupan di dalam PSAK 107 meliputi: pengakuan
dan pengukuran objek ijarah pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah
dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hak milik objek sewa,
terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen. Disamping itu, standar PSAK
107 ini dapat pula diterapkan pada entitas lain yang melakukan transaksi ijarah.

Menurut penelitian Desi Kaniman tentang Analisis Pelaksanaan Gadai Syariah


Dengan Objek Tanah Produktif di BPRS Amanah Rabbaniyah Banjaran Menurut
Perspektif imam syafi’i. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan gadai
syariah dengan objek tanah produktif pada PT BPRS Amanah Rabbaniyah Banjaran
disebutkan bahwa selama kontrak gadai berlangsung, pihak BPRS Amanah
Rabbaniyah Banjaran tidak menjual tetapi menguasai pengelolaan tanah/sawah
sebagai objek (barang jaminan) gadai. Dan pelaksanaan akad gadai dengan
pemanfaatan barang gadai yang dilakukan oleh pihak BPRS Amanah Rabbaniyah
setelah kontrak gadai selesai, hal ini bertentangan atau tidak sesuai dengan perspektif
pegadaian menurut imam syafi’i.
Menurut Rahma Amir tentang Gadai Tanah di desa Sidomukti Kecamatan
Bone-bone Perspektif Ekonomi Islam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Akad
gadai tanah yang berlaku di desa Sidomukti Kecamatan Bone-bone pada dasarnya
adalah akad utang-piutang yakni pihak 1 (Rāhin ) adalah orang yang yang
menggadaikan barang kepada pihak 2 (murtahin) dengan meminjam sejumlah uang
(yang jumlahnya tidak harus sama persis dengan nilai barang). Sedangkan hak
pemanfaatan barang gadai adalah milik pihak 2 hingga jatuh tempo pembayaran yang
waktunya ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak dengan batas minimum
tempo pembayaran adalah tiga musim panen. Apabila telah tiba tempo pembayaran,
ternyata pihak 1 belum bisa melunasi hutangnya maka akad gadai akan diperbaharui
lagi sesuai dengan kesepakatan apakah ditambahkan lagi jumlah utangnya atau hanya
hak pakai tanahnya saja yang diperpanjang oleh murtahin. Dalam fiqh muamalah
gadai dikategorikan sebagai akad yang bersifat derma (tabarru’) sebab apa yang
diberikan Rāhin kepada penerima gadai (murtahin) tidak ditukar dengan sesuatu. Apa
yang diberikan murtahin kepada Rāhin adalah utang, bukan penukar atas barang yang
digadaikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti
penelitian dengan judul “ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 107 AKAD
IJARAH PADA TRANSAKSI GADAI SURAT BPKB MOBIL BANK
SYARIAH INDONESIA (BSI) KCP PAMEKASAN”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana implementasi akad ijarah pada transaksi gadai surat BPKB Mobil pada
Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan?
2. Bagaimana kesesuaian implementasi PSAK No. 107 yang diterapkan pada Bank
Syariah Indonesia KCP Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitiannya yaitu :
1. Untuk mengetahui implementasi akad ijarah pada transaksi gadai surat BPKB
Mobil pada Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan.
2. Untuk mengetahui Bagaimana kesesuaian implementasi PSAK No. 107 yang
diterapkan pada Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan.
D. Landasan Teori
Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan pembayaran biaya
sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Singkat kata Ijarah
berarti menyewa suatu tanpa maksud memilikinya. proses maupun Imbalan dari
transaksi Ijarah ini berdasarkan hasil kesepakatan kedua belah pihak. Tujuan dari
penyewaan barang atau aset tersebut haruslah jelas dan telah diketahui sebelumnya.
Akad Ijarah berfokus kepada manfaat barang dan tidak boleh dilakukan atas suatu
benda.
ijarah adalah kontrak sewa dimana suatu bank atau lembaga keuangan
menyewakan peralatan, bangunan, barang-barang dan sebagainya kepada salah satu
nasabah dengan membebankan biaya sewa yang telah ditetapkan sebelumnya secara
pasti (fixed charge). Transaksi dengan akad Ijarah diatur dalam Fatwa MUI tentang
Pembiayaan Ijarah Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000. Oleh sebab itu, pembiayaan
dengan akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam. Akad ijārah yaitu akad pemindahan
hak guna atas barang/jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang
telah melakukan akad.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pegadaian Syariah
hanya melayani satu jenis akad, yaitu ijarah (jasa penyewaan tempat untuk penitipan
barang).

Pegadaian dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Pegadaian
Pengertian gadai menurut Muhammad (2003:16) adalah suatu hak yang
diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang
mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada
saat jatuh tempo.
Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan non-bank yang kegiatan
utamanya menyediakan dana (pembiayaan) bagi masyarakat luas, untuk tujuan
konsumsi, produksi, maupun berbagai tujuan lainnya. Perum Pegadaian termasuk
dalam kategori lembaga keuangan karena transaksi pembiayaan yang diberikan oleh
Pegadaian mirip dengan pinjaman kredit melalui bank, namun diatur secara terpisah
atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam meminjam
biasa (Susilo, 2000:175).

2. Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan sistem menjamin utang dengan barang yang
dimiliki yang mana memungkinkan untuk dapat dibayar dengan uang atau hasil
penjualannya. Pegadaian syariah bisa pula diartikan sebagai jaminan atas sejumlah
pinjaman yang diberikan. Tentunya barang penjamin harus mempunyai nilai
ekonomis dan pihak penjamin mendapat jaminan bisa mengambil seluruh ataupun
sebagian piutangnya kembali (Sasli, 2010:5).
Pegadaian Syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang
pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap
memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang (Ijarah) seperti yang
sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut dihitung dari nilai barang
bukan jumlah pinjaman.
Berdasarkan PSAK 107 (2021) mengatur Perbankan untuk akad ijarah yang
saat ini banyak digunakan dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lain. Ruang lingkup PSAK 107 (2021) mencakup akad
ijarah yang digunakan di sektor keuangan dan riil berbasis syariah. Pegadaian syariah
dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada prinsip syariah. Pada dasarnya,
produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga
dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan
sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh
imbalan atau jasa dan/atau bagi hasil.
E. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial,
hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.

Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan


deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Indonesia dengan cara mengambil


informasi di PT Bank Syariah Indonesia KCP Kabupaten Pamekasan yang terletak
dijalan KH.Agus Salim No.3A, Rw. 07, Barurambat Kota, Kec. Pamekasan,
Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur 69317

G. Subjek Penelitian

Subjek penelitian memberikan keterangan atau informasi terkait tentang judul


penelitian ini yaitu Bank Syariah Indonesia KCP Kabupaten Pamekasan, karena
dari pihak yang berwenang tersebut data-data yang didapatkan akan menjadi lebih
jelas kebenarannya. Hal ini dilakukan agar bisa mengetahui tentang bagimana
mekanisme produk gadai surat pada Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan.
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian adalah sumber informasi penting
yang dirasa dapat memberikan informasi terkait rumusan masalah dalam
penelitian ini. Subjek penelitian juga dimaknai sebagai benda atau individu yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian dan untuk menentukan apa yang dipilih menjadi subjek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Mayangsari, Risfiana. (2019). Inovasi Produk Rahn Menggunakan Akad Ijarah Di


Pegadaian Syariah. Tahkim : Jurnal Hukum dan Syariah Volume 15, No. 2.

Kaniman, Desi. (2015). Analisis Pelaksanaan Gadai Syari’ah Dengan Objek Tanah
Produktif di BPRS Amanah Rabbaniyah Banjaran Menurut Imam Syafi’i. Prosidding
Perbankan Dan Keuangan Syariah. Volume 1, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai