Diusulkan Oleh :
BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI syariah Tbk, PT Bank
Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara
resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari
2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari, Presiden
Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI.
Dalam pegadaian syariah, Produk gadai syariah memiliki dua akad yaitu akad
rahn dan ijarah. Akad rahn dilakukan pihak pegadaian untuk menahan barang
bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. Sedangkan akad ijarah yaitu akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Dengan adanya
produk pembiayaan rahn (gadai emas) Ini mempermudah masyarakat dalam
pembiayaan syariah, khususnya dikalangan menengah kebawah untuk mendapatkan
pinjaman uang demi kebutuhan hidup, modal kerja maupun usaha. Sehingga, dalam
pembiayaan rahn gadai emas tidak adanya bunga atas besarnya pinjaman yang
diberikan.
Dasar hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prisip syariah
berpegang pada Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002
tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap
menginduk pada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
Transaksi ijarah juga diatur dalam Fatwa DSN No. 09 tahun 2000. Menurut Fatwa
DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang pembiayaan
ijarah, yang dimaksudkan dengan ijarah adalah pemindahan hak pakai atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (Sari & Martadinata, 2021).
Standar perbankan tentang ijarah mengacu pada PSAK 107 tentang Perbankan
Ijarah yang mulai berlaku secara efektif per 01 Januari 2008. PSAK 107
menggantikan PSAK 59 yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi ijarah. Cakupan di dalam PSAK 107 meliputi: pengakuan
dan pengukuran objek ijarah pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah
dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hak milik objek sewa,
terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen. Disamping itu, standar PSAK
107 ini dapat pula diterapkan pada entitas lain yang melakukan transaksi ijarah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana implementasi akad ijarah pada transaksi gadai surat BPKB Mobil pada
Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan?
2. Bagaimana kesesuaian implementasi PSAK No. 107 yang diterapkan pada Bank
Syariah Indonesia KCP Pamekasan?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitiannya yaitu :
1. Untuk mengetahui implementasi akad ijarah pada transaksi gadai surat BPKB
Mobil pada Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan.
2. Untuk mengetahui Bagaimana kesesuaian implementasi PSAK No. 107 yang
diterapkan pada Bank Syariah Indonesia KCP Pamekasan.
D. Landasan Teori
Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan pembayaran biaya
sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Singkat kata Ijarah
berarti menyewa suatu tanpa maksud memilikinya. proses maupun Imbalan dari
transaksi Ijarah ini berdasarkan hasil kesepakatan kedua belah pihak. Tujuan dari
penyewaan barang atau aset tersebut haruslah jelas dan telah diketahui sebelumnya.
Akad Ijarah berfokus kepada manfaat barang dan tidak boleh dilakukan atas suatu
benda.
ijarah adalah kontrak sewa dimana suatu bank atau lembaga keuangan
menyewakan peralatan, bangunan, barang-barang dan sebagainya kepada salah satu
nasabah dengan membebankan biaya sewa yang telah ditetapkan sebelumnya secara
pasti (fixed charge). Transaksi dengan akad Ijarah diatur dalam Fatwa MUI tentang
Pembiayaan Ijarah Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000. Oleh sebab itu, pembiayaan
dengan akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam. Akad ijārah yaitu akad pemindahan
hak guna atas barang/jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang
telah melakukan akad.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pegadaian Syariah
hanya melayani satu jenis akad, yaitu ijarah (jasa penyewaan tempat untuk penitipan
barang).
2. Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan sistem menjamin utang dengan barang yang
dimiliki yang mana memungkinkan untuk dapat dibayar dengan uang atau hasil
penjualannya. Pegadaian syariah bisa pula diartikan sebagai jaminan atas sejumlah
pinjaman yang diberikan. Tentunya barang penjamin harus mempunyai nilai
ekonomis dan pihak penjamin mendapat jaminan bisa mengambil seluruh ataupun
sebagian piutangnya kembali (Sasli, 2010:5).
Pegadaian Syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang
pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap
memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang (Ijarah) seperti yang
sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut dihitung dari nilai barang
bukan jumlah pinjaman.
Berdasarkan PSAK 107 (2021) mengatur Perbankan untuk akad ijarah yang
saat ini banyak digunakan dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lain. Ruang lingkup PSAK 107 (2021) mencakup akad
ijarah yang digunakan di sektor keuangan dan riil berbasis syariah. Pegadaian syariah
dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada prinsip syariah. Pada dasarnya,
produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga
dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan
sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh
imbalan atau jasa dan/atau bagi hasil.
E. Jenis dan Pendekatan Penelitian
F. Lokasi Penelitian
G. Subjek Penelitian
Kaniman, Desi. (2015). Analisis Pelaksanaan Gadai Syari’ah Dengan Objek Tanah
Produktif di BPRS Amanah Rabbaniyah Banjaran Menurut Imam Syafi’i. Prosidding
Perbankan Dan Keuangan Syariah. Volume 1, No. 2.