Anda di halaman 1dari 17

Kegiatan Bank Menghimpun Dana

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

TIA MARDIANA INDAH 0503181067


RANI SEPTI AL FAZRI 0503182090
SITI FATIMA 0503182157
ALFINA LORENZA 0503182162
INDAH LESTARI RITONGA 0503182165
RAMAYANI 0503182180
MAULANA AZMI 0503182227
Kegiatan Utama Menghimpun Simpanan Nasabah

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Bank adalah
badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Simpanan tersebut ada yang berbentuk Deposito,
Giro, tabungan, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
1. Tabungan Wadi’ah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,


yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan
kehendak pemiliknya. Dalam tabungan wadiah, bank dengan nasabah tidak boleh
mensyaratkan pembagian hasil keuntungan atas pemanfaatan harta tersebut.
Namun bank diperbolehkan memberikan bonus (fee) kepada pemilik harta titipan
(nasabah) selama tidak disyaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus
(fee) merupakan kebijakan bank yang bersifat sukarela.
2. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah.
Mudharabah sendiri mempunyai dua bentuk, yakni
mudharabah mutalaqah dan mudharabah
muqayyadah, perbedaan yang mendasar diantara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya
persyaratan yang diberikan pemilik harta kepada
pihak bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal
ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak
sebagai shahibul mal (pemilik dana).


3. Simpanan Giro

Giro menurut Undang-Undang Perbankkan Nomor 10


Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.
Secara umum, yang dimaksud dengan giro adalah cek,
bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro
syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional
telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro
yang benar secara syariah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
4. Simpanan Deposito

Berdasarkan undang-undang No. 10 Tahun 1998


tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan
deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan.
Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai
mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah
bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana)
Kegiatan Usaha di Bidang Surat Berharga
Dengan mengkaji materi undang-undang dan peraturan yang mendasari instrumen Surat Berharga Syariah
Negara(SBSN), maka setidaknya dapat ditemukan keragaman bentuk SBSN melalui berbagai macam sudut
pandang, yaitu sebagai berikut:

1. Kewenangan menerbitkan
Dalam hal ini SBSN dapat diterbitkan langsung oleh pemerintah atau melalui perusahaan penerbit SBSN yang
dilakukan untuk kepentingan Negara. Dalam hal penerbitan SBSN oleh perusahaan Penerbit SBSN
dilakukanhanya dalam hal struktur SBSN memerlukan adanya Special Purpose Vehicle (SPV )
2. Sertifikat yang diterbitkan
Pasal 2 angka 1 UU SBSN menyebutkan bahwa SBSN dapat diwujudkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat.
SBSN dengan warkat adalah yang kepemilikannya berupa sertifikat, baik atas nama maupun atas unjuk. Sertifikat atas
nama adalah sertifikat yang nama pemiliknya tercantum, sedangkan sertifikat atas unjuk adalah sertifikat yang tidak
mencantumkan nama pemilik, sehingga setiap orang yang menguasainya adalah pemilik sah.

Adapun SBSN tanpa warkat (scripless) adalah yang kepemilikannya dicatat secara elektronik (book-entry
system).Dalam hal ini, bukti kepemilikan yang autentik dan sah adalah pencatatan kepemilikan secara elektronis.
Metode pencatatan secara elektronis dimaksudkan agar pengadministrasian data kepemilikan (registry) dan
penyelesaian transaksi perdagangan SBSN di pasar sekunder dapat diselenggarakan secara efisien, cepat, aman,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Tempat perdagangan
Dilihat dari segi tempatnya, SBSN dapat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di pasar sekunder.Pasar sekunder
sendiri menurut Pasal 1 angka 14 UU SBSN adalah kegiatan perdagangan SBSN yang telah dijual di pasar perdana,
baik di dalam maupun di luar negeri.
SBSN yang diperdagangkan menurut penjelasan Pasal 2 ayat 2 UU tentang SBSN adalah SBSN yang diperjualbelikan
di pasar sekunder baik di dalam maupun di luar negeri. Perdagangan dapat dilakukan melalui bursa dan atau di luar
bursa yang biasa disebut over the counter (OTC) Pasal 2 ayat 2 UU No. 19/2008 tentang SBSN
Sedangkan SBSN yang tidak dapat diperdagangkan, menurut penjelasan pasal yang sama, terdiri dari dua, yaitu:
a. SBSN yang diterbitkan secara khusus untuk pemodal institusi tertentu, baik domestik maupun asing, yang berminat
untuk memiliki SBSN sesuai kebutuhan spesifik dari portofolio investasinya;
b. SBSN yang karena sifat akad penerbitannya tidak dapat diperdagangkan.
4. Akad yang digunakan Pasal 3 undang-undang ini menyebutkan beberapa bentuk akad yang
dapat digunakan dalam penerbitan SBSN, yaitu sebagai berikut:

a. SBSN Ijarah, yaitu yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah. Di mana salah satu pihak dapat bertindak sendiri atau melalui
wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang
disepakati tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. SBSN ini dibedakan menjadi ijarah al-muntahiya bittamlik (sale and lease back)dan
ijarah headlease and sublease Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli menyewakan aset tersebut
kepada penjual. Lihat fatwa MUI no. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back

b. SBSN mudharabah, adalah sukuk yang merepresentasikan suatuproyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad
mudharabah, dengan menunjuksalah satu partner atau pihaklainsebagai mudharib (pengelola usaha) dalam melakukan
pengelolaan usaha tersebut.
c. SBSN Musyarakah, adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mmeproleh dana untuk menjalankan proyekbaru,
mengembagkan proyek yang sudah berjalan, atau untukmembiayai kegiatan bisnis yang dilakukan berdasarkan akad
musyarakah, sehingga pemegang sukuk
menjadi pemilik proyek atau aset kegiatan usaha tersebut, sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Sukuk
musyarakah tersebut dapat dikelola dengan akad musyarakah (partisipai), mudharabah atau agen investasi (wakalah)

d. SBSN Istishna’, adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana yang akan digunakan untuk
memproduksi suatubarang, sehingga barang yang akan diproduksi tersebut menjadi milik sukuk.

e. SBSN berdasarkan akad-akad lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
f. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dua atau lebih dari akad sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai e
Undang-undang No. 19 tentang SBSN berikut Peraturan-peraturan yang mengatur SBSN, dalam hal ini kurang jelas
memberikan gambaran terkaitmekanisme akad yang disebutkan di atas.Mekanisme yang penulis maksud dalam hal ini
adalah terkait dengan bentuk akad antara obligor, Perusahaan Penerbit SBSN dan investor.Misalnya dalam penerbitan
SBSN dengan akad ijarah al-muntahiya bittamlik (sale and lease back), dalam hal ini tidakdijelaskan untuk pihak
manakah akad ini diberlakukan, apakah antara
pemerintah sebagai obligor dengan Perusahaan Penerbit SBSN atau antara Perusahaan penerbit SBSN dengan
investor.
Kegiatan Usaha di Bidang Pembiayaan
Kegiatan pembiayaan syariah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) No. 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan
Syariah, meliputi :
1. Pembiayaan Jual Beli
2. Pembiayaan Investasi
3. Pembiayaan Jasa
Contoh Kasus Penghimpunan Dana
Dikuip : https://kabar24.bisnis.com/read/20210607/16/1402510/ini-awal-mula-kasus-korupsi-
rp142-miliar-di-bank-syariah-mandiri-sidoarjo

Kejaksaan Agung (Kejagung) beberkan posisi perkara tindak pidana korupsi pemberian fasilitas
pembiayaan dari PT Bank Syariah Mandiri cabang Sidoarjo kepada PT Hasta Mulya Putra yang
diduga merugikan negara sebesar Rp14,2 miliar.
Kepala Pusat Penerangan Hukum pada Kejagung, Leonard Eben Ezer Simanjuntak
mengemukakan bahwa kasus korupsi tersebut berawal pada tahun 2013 di mana PT Hasta
Mulya Putra lewat Direktur Utamanya bernama Ernawan Rachman Oktavianto telah
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari PT Bank Syariah Mandiri cabang Sidoarjo sebesar
Rp14,250 miliar.
Uang tersebut, kata Leonard, akan digunakan oleh PT Hasta Mulya Putra untuk membiayai
usaha dan modal kerja pengerjaan proyek pembangunan ruko dan perumahan di Kota Madya
Madiun.
"Fasilitas pembiayaan itu dicairkan ke dalam tiga tahap yaitu tahap pertama 23
Agustus 2013 Rp7,5 miliar, tahap kedua 3 September 2013 sebesar Rp2 miliar dan
tahap ketiga pada 3 Oktober 2013 yaitu sebesar Rp4,750 miliar," tutur Leonard,
Senin (7/6) malam.
Kendati demikian, menurut Leonard, pemberian fasilitas pembiayaan itu dilakukan
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menggunakan sembilan bilyet
deposito milik Warga Negara Asing (WNA) Malaysia atas nama Lim Chin Hon senilai
Rp15 miliar sebagai jaminan atau agunannya.
"Penggunaan deposito sebagai jaminan dilakukan tanpa sepengetahuan dan
persetujuan Lim Chin Hon selaku pemiliknya," katanya.
Leonard menjelaskan penggunaan sembilan bilyet deposito tersebut bisa dilakukan karena adanya peran dari
Warga Negara Asing (WNA) Singapura atas nama James Kwek yang jadi perantara antara tersangka Ernawan
Rachman Oktavianto dengan Kepala Cabang PT Bank Syariah Mandiri cabang Sidoarjo atas nama Prima Zulid
Rosa (PZR) dan Sales Asisten PT Bank Syariah Mandiri cabang Sidoarjo Firman Ari Rustaman (FAR).
"Mereka menjanjikan akan memberikan bunga atau bagi hasil yang besar kepada Lim Chin Hon. Atas
permintaan James Kwek deposito tidak diikat gadai oleh PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Sidoarjo,"
ujarnya.
Selanjutnya, tersangka Prima Zulid Rosa (PZR) dan Firman Ari Rustaman (FAR) meminta tersangka Ernawan
Rachman Oktavianto untuk menyerahkan 20 sertifikat SHGB RUKO atas nama PT. Hasta Mulya Putra di Pusat
Grosir Madiun Jl. Seruni Timur Kota Madya Madiun Jawa Timur sebagai jaminan pendamping.
"Tersangka ERO tidak dapat menjelaskan rincian penggunaan masing-masing tahap pencairan fasilitas
pembiayaan yang diterimanya, karena PT. Hasta Mulya Putra tidak pernah membuat pembukuan, meskipun
dalam akad pembiayaan PT. Hasta Mulya Putra berkewajiban mengelola dan menyelenggarakan pembukuan
atas pembiayaan secara jujur dan benar dalam pembukuan tersendiri“, tuturnya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai