BAB I - PENDAHULUAN
Penggunaan akad ijarah pada penyaluran pembiayaan PT. Bank Aceh UUS hanya
sebatas sewa-menyewa dan sewa beli, dengan memperoleh ujrah (fee) atas manfaat
barang/jasa yang disewakannya. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan
dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.
Dengan mengacu pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan lebih tentang masalah tersebut dalam makalh yang berjudul :
Pembiayaan Ijarah Multijasa pada PT. Bank Aceh Unit Usaha Syariah.
BAB I - PENDAHULUAN
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dideskripsikan diatas maka penulis perlu
melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan yang terarah dan jelas,
agar tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan makalah ini. Serta pokok
permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas dalam menguraikan masalah tersebut dalam penulisan makalah ini.
1. Bagaimana mekanisme Pembiayaan Ijarah Multijasa?
2. Bagaimana Akad Ijarah yang digunakan dalam aplikasi Pembiayaan Multijasa?
1.3. Tujuan Penulisan
Dari uraian permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penulis :
3. Untuk menganalisa mekanisme Pembiayaan Ijarah Multijasa pada PT. Bank Aceh
Unit Usaha Syariah.
4. Untuk
mengkaji serta mengusulkan dalam rangka pengembangan produk
pembiayaan ijarah pada PT. Bank Aceh Unit Usaha Syariah.
5. Untuk memnuhi syarat Pelatihan Calon Pemimpin Muda (PCPM) Angkatan Ke-VIII
Tahun 2015, PT. Bank Aceh dan LPPI.
BAB I - PENDAHULUAN
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun dari penulisan makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca serta
bagi penulis guna menambah ilmu pengetahuan dan waasan dalam hal
mengidentifikasi masalah dan menyusun alternatif solusi dalam menyelesaikan
permasalahan.
multijasa,
Artinya :
Penyeru-penyeru itu berkata : kami kehilangan piala raja, dan barang siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta,
dan aku menjamin terhadapnya.
Ayat ini menjelaskan tentang Ujrah dari jualah (sayembara), ketika seseorang dapat
melakukan sesuatu yang bisa melakukan sesuatu yang diinginkan, maka ia dapat
mendapatkan imbalan sebagai pengganti jasa tersebut.
Sedangkan pembiayaan Ijarah multijasa tidak diperbolehkan dalam hal kemaksiatan
atau yang diluar syariat islam, ini ditegaskan dalam Surat Al-Maidah ayat 2 :
Artinya :
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu
kepada allah, sesungguhnya allah amat berat siksa-Nya.
Artinya :
Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.
Sesuai dengan hadis di atas, bahwa rasulullah SAW membolehkan umatnya untuk
menolong satu sama lain dengan melakukan perjanjian atau mengikat akad, asalkan
tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan
yang ada dalam fatwa kafalah.
Artinya :
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.(AlBaqarah : 233)
10
Artinya :
Berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan sebelum kering
keringat mereka. (HR. Ibnu Majah dari Abdillah bin Umar).
2.2.3. Ketentuan Objek Ijarah
Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa. Manfaat yang menjadi
objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan di
kemudian hari. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah itu tidak jelas, maka
akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan jenis
manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat di tangan penyewa.
11
Keterangan :
1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek
ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenaibarang objek
ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan
ijarah ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
12
13
14
15
Rp. 240,000,000.00
Rp. 48,000,000.00
Rp. 288,000,000.00
12 bulan (= 360 hari)
16
Penyaluran Dana :
Pembiayaan ijarah sewa menyewa dan ijarah muntahiyah bit tamlik sewa beli.
19
20
21
NAMA KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Final SOP
8.
Pembayaran jasa
9.
MINGGU-1
MINGGU-2
MINGGU3
MINGGU4
10.
22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan didukung dengan teori-teori yang
dijadikan landasan dalam memahami permasalahan-permasalahan, maka kesimpulan
yang penulis buat adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan akan manfaat
atas suatu jasa. Dalam prakteknya, produk Pembiayaan Ijarah Multijasa
menggunakan dua akad yaitu akad ijarah dan wakalah, artinya PT. Bank Aceh Unit
Usaha Syariah memberikan jasa dalam memenuhi kebutuhan para Mitra dan
memberikan kuasa kepada Mitra (nasabah) untuk membayar kepada pihak ketiga.
Sehingga antara pihak bank dan pihak ketiga tidak terjadi transaksi apapun. Dalam
proses membayar, Mitra dapat menyicil dengan cara harian, mingguan atau bulanan
yang sesuai dengan kemampuan Mitra. Dari produk ini bank berhak mendapatkan
imbalan dari Mitra (nasabah) atas jasa yang diberikan dengan kesepakatan diawal
dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan prosentase karena pembiayaan ini
bukan ditujukan untuk pembiayaan produktif, melainkan pembiayaan konsumsi.
2. Pedoman mengenai pembiayaan multijasa yang dibuat oleh Dewan Syariah Nasional
tertuang pada fatwa No. 44/DSN-MUI/VII/2004 yang menjelaskan bahwa akad yang
dapat digunakan adalah akad ijarah atau kafalah. Dalam aplikasinya, akad ijarah yang
diikuti dengan akad wakalah tidak tepat karena objek pada akad ijarah di sini adalah
sewa jasa namun pada aplikasinya yang dipakai adalah uang seperti yang sudah
dijelaskan di atas. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan fikih muamalah dan juga
fatwa DSN tentang pembiayaan ijarah.
23
BAB IV PENUTUP
4.2. Saran
Setelah
yaitu:
1. Pada pembiayaan multijasa akad yang sebaiknya digunakan adalah akad qardh,
yaitu transaksi pinjaman murni berupa uang tunai atau alat tukar lainnya dari
pemilik dana (dalam hal ini LKS) dan peminjam hanya berkewajiban
mengembalikan pokok utangnya saja pada waktu tertentu dimasa datang. Pemberi
pinjaman juga dibolehkan untuk membebani biaya jasa pengadaan pinjaman
namun biaya ini bukan merupakan keuntungan bagi LKS melainkan hanya sebagai
biaya aktual yang dikeluarkan seperti biaya sewa gedung, biaya gaji karyawan dan
peralatan kantor dan biaya ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah
pinjaman. Besarnya biaya tersebut tidak lebih dari 2,5 persen.
2. PT. Bank Aceh UUS lebih meningkatkan dana sosial agar Mitra yang tidak mampu
sekalipun dapat mengajukan pembiayaan yang sama namun tidak dipungut
imbalan apapun. Sehingga tidak hanya nasabah yang mampu saja yang dapat
menikmati produk ini. Hal ini dapat menciptakan keadilan bagi setiap lapisan
masyarakat.
3. PT. Bank Aceh UUS lebih memperluas jaringannya ke lembaga-lembaga seperti
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga lain sehingga dalam
memenuhi kebutuhan Mitra (nasabah) atas suatu jasa dapat menggunakan akad
kafalah yaitu penanggung (dalam hal ini PT. Bank Aceh UUS) memenuhi kewajiban
pihak kedua (nasabah) kepada pihak ketiga.
24
BAB IV PENUTUP
4. Dewan Syariah Nasional lebih meningkatkan perhatian kepada lembaga keuangan
syariah selain bank. Dalam membuat pedoman harus juga melihat kemampuan
semua LKS. Hal ini agar semua LKS baik bank maupun non bank dapat mengikuti
pedoman tersebut tanpa merasa terbebani.
5. Dewan Syariah Nasional mempertimbangkan lagi akad ijarah dalam fatwa
pembiayaan multijasa karena hal ini tidak sesuai dengan fikih muamalat.
6. Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
harus
lebih
mensosialisasikan
atau
memperkenalkan pada semua pihak, baik LKS maupun masyarakat luas agar tidak
ada pihak yang dibohongi akibat ketidaktahuan mereka.
25
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press, 2009.
Anshori, Abdul Ghafur, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan,Pustaka Pelajar : 2008.
Anwar, Syamsul, Hukum perjanjian syariah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT Raja Grafindo Husada, 2007.
Ath-Thyyar, Abdullah bin Muhammad,dkk, Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam Pandangan 4
Madzhab Yogyakarta : Maktabah Al-Hanif, 2009.
Djuwaini dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang
Pembiayaan Multijasa.
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia NO.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Kafalah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang
Hawalah bil ujrah.
26