Pembahasan
2
pasar modal. Selanjutnya modal ventura berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 juga dikeluarkan
dari bidang usaha lembaga pembiayaan dan dilakukan secara terpisah dengan
badan hukum tersendiri dengan pertimbangan agar bisnis modal ventura dapat
lebih berkembang dan berkonsentrasi pada penyaluran pembiayaan untuk
membantu usaha kecil menengah.
Dalam perkembagan selanjutnya, landasan hukum perusahaan pembiayaan
makin kuat dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448/KMK-017/2000
yang diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 172/KMK.06/2002.
Belakangan diterbitkan pula Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.
3
yang berimbang dengan cara yang adil dan merata.
5. Jujur
Jujur dalam menyampaikan informasi yang ada sesuai dengan kondisi dan
apa adanya.
6. Cakap
Setiap pihak yang bertransaksi wajib memiliki kecakapan dan kewenangan
untuk melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku
4
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dengan demikian,
sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi
dengan harga berdasarkan nilai sisa. Sedangkan yang dimaksud dengan sewa guna
usaha (leasing) syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan Prinsip Syariah. Perkembangan usaha
leasing selanjutnya sangat mengesankan karena sampai dengan saat ini, leasing di
Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan perusahaan-perusahaan
khususnya di bidang ekonomi. Sebagai buktinya, terlihat dari tahun ke tahun
perusahaun leasing terus bertambah pesat.
Usaha leasing syariah dilakukan berdasarkan akad ijarah dan akad al-ijarah
al-muntahiyah bi al-tamlik. Akad ijarah adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
(mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan
barang itu sendiri. Sedangkan Ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik adalah akad
penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi
pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa
sewa. Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang
berkepentingan, yaitu:
a. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang dan dapat equity dari
beberapa perusahaan. Lessor disebut juga investors, equity, holders,
owner, participants atau trusters. Lessor merupakan perusahaan yang
5
menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang
modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali
biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal
dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease,
lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
b. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan
mendapatkan pembiayaan berupa barang atau perlatan dengan cara
pembayaran angsuran atau berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki
hak opsi untuk membeli barang tersebut berdasarkan nilai sisa. Dalam
operating lease, lease dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee
terhadap kerusakan.
c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier
langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor
sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam
operating lease, Supplier menjual barangnya langsung kepada lessor
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu
secara tunai atau berkala
d. Bank terlibat secara tidak langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak
bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor
terutama dalam mekanisme leverage lease dimana sumber dana
pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak Supplier juga
kemungkinan menerima kredit dari bank untuk memperoleh barang yang
nantinya dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor. Untuk
leasing syariah bank yang menyediakan dana, wajib melalui bank dengan
prinsip syariah juga.
6
e. Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap
perjanjian antara lessor dengan lessee. Dimana dalam hal lessee dikenakan
biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan
menanggung risiko dari barang yang dileasingkan sebesar sesuai dengan
perjanjian. Untuk usaha leasing syariah, objek yang diasuransikan wajib
diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan prinsip syariah juga.
7
b. Penagihan piutang perusahaan klien
c. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan
Beberapa istilah dalam transaksi anjak piutang yang dapat di temui secara umum
adalah
a. Factor, yaitu perusahaan anjak piutang (factoring company). Yaitu badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan, serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
b. Client (penjual piutang/supplier), yaitu perusahaan yang menjual dan/atau
mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi
perdagangan kepada perusahaan anjak piutang atau perusahaan yang
mendapatkan fasilitas anjak piutang dari perusahaan anjak piutang, baik
financing maupun nonfinancing.
c. Piutang adalah kewajiban pembayaran customer kepada client atas barang
yang telah dibeli dan/atau jasa yang telah diberikan oleh client kepada
customer.
d. Customer (nasabah) adalah perusahaan atau pihak ketiga yang membeli
barang dan/atau jasa dari client yang pembayarannya secara kredit atau
dapat dikatakan pula perusahaan yang mempunyai kewajiban kepada klien
e. Kontrak adalah perjanjian anjak piutang yang dilakukan oleh dan antara
faktor dengan klien.
f. Nilai pembiayaan adalah besarnya nilai pembiayaan yang di lakukan oleh
factor atas tagihan yang ditawarkan oleh klien.
g. Retention adalah bagian dana dari anjak piutang yang ditahan oleh factor
untuk menutup kemungkinan terjadinya penyesuaian jumlah piutang
sebelum jatuh tempo atau dapat pula dikatakan bagian dana dari tagihan
yang ditawarkan oleh klien kepada factor. Retention akan dikembalikan
kepada klien setelah tagihan kepada customer sudah diterima efektif oleh
factor.
h. Recourse adalah hak factor untuk menerima pembayaran dari klien apabila
8
piutang yang dialihkan tidak dapat dibayar oleh nasabah pada saat piutang
jatuh tempo.
9
Konsumsi dalam ekonomi Islam dapat didefinisikan dengan mengonsumsi
sesuatu yang baik, halal, dan bermanfaat bagi manusia, pemanfaatan segala
anugerah Allah SWT di muka bumi, atau sebagai sebuah kebajikan, karena
kenikmatan yang diciptakan Allah untuk manusia adalah wujud ketaatan kepada-
Nya. Namun, terminologi ini tidak berarti seorang konsumen dapat mengonsumsi
segala barang yang dikehendaki, tanpa memerhatikan kualitas dan kemurniannya
atau mengonsumsi sebanyak-banyaknya tanpa memerhatikan hak-hak orang lain
yang ada di dalamnya. Karenanya, dalam konsumsi, prinsip dasar yang harus
dijadikan sebagai acuan adalah kebenaran, kesucian, kesederhanaan,
kemaslahatan, dan akhlak. Preferensi konsumen dalam Islam dibangun
berdasarkan kebutuhan akan kemaslahatan, baik maslahat yang diterima di dunia
maupun di akhirat. Mashlahat adalah setiap keadaan yang membawa manusia
kepada derajat yang lebih tinggi sebagai makhluk yang sempurna. Mashlahat
dunia dapat berbentuk fisik, biologis, psikis, dan material. Sedangkan maslahat
akhirat berupa pahala yang akan diberikan di akhirat sebagai akibat perbuatan
mengikuti ajaran Islam.
Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, konsumen tidak di arahkan
untuk memaksimisasi utilitas yang didasarkan pada rasionalitas sempit sesuai
dengan anggaran yang dimilikinya, akan tetapi sarat dengan nilai-nilai
kerohanian yang secara tidak langsung mengarahkan konsumen agar tidak
konsumtif dan menjaga kemashlahatan baik individual maupun komunal. Itulah
sebabnya, apabila seorang muslim memegang uang, maka penggunaan uang
dalam Islam diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban terlebih dahulu, seperti
untuk infak (nafkah) keluarga, zakat, dan nazar yang jatuh tempo. Setelah itu
uang dapat digunakan untuk kegiatan sunah seperti untuk sedekah, infak, wakaf,
wasiat, dan lain sebagainya. Kemudian untuk kegiatan mubah seperti diikutkan
pada kegiatan produksi, perdagangan, kerja sama, dan berbagai kegiatan ekonomi
lainnya, barulah kemudian boleh untuk kegiatan makruh seperti pemenuhan
kebutuhan tersier, dan seterusnya.
10
4. Usaha Kartu Kredit Syariah
Salah satu kegiatan sistem pembayaran yang saat ini telah berkembang
pesat adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) atau disebut
pula dengan kartu kredit. Kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan APMK
dalam memenuhi kegiatan ekonomi menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan kartu
sebagai pembayaran, tingkat keamanan teknologi, baik keamanan kartu maupun
keamanan sistem yang digunakan untuk memproses transaksi alat pembayaran
dengan menggunakan kartu, perlu ditingkatkan agar penggunaan kartu sebagai
alat pembayaran dapat senantiasa berjalan dengan aman dan lancar. Dengan kata
lain, akan lebih mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan, tetapi tidak perlu
menyediakan uang tunai dalam waktu segera.
Secara bahasa, kartu kredit terdiri dari dua kata, kartu atau "card" dan
kredit atau"credit". Credit adalah kepercayaan atau pinjaman secara angsuran. Jadi
Kartu Kredit adalah sebuah kartu yang digunakan atas dasar kepercayaan untuk
melakukan pembayaran tidak tunai atau pinjaman yang penggantiannya secara
angsuran. Pada dasarnya, kartu kredit adalah kartu yang diterbitkan oleh Bank
atau perusahaan tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sebagai
transaksi atau jasa atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan di samping
untuk melakukan penarikan uang tunai. Alat ini disebut Kartu Kredit karena
dengan kartu itu seseorang dapat melakukan transaksi tanpa harus membayar saat
itu juga dengan uang tunai atau cek, tetapi hanya cukup dengan memperlihatkan
kartu kredit itu saja dan menandatangani bukti pembelian sedangkan
pembayarannya dilaksanakan melalui pihak yang menerbitkan kartu kredit setelah
ada penagihan dari pedagang. Dengan demikian ada pembayaran yang ditunda
dan terhadap penundaan itu yang telah dibuat.
Kartu kredit dalam perkembangannya juga telah diakomodasi oleh
keuangan syariah khususnya dalam Fatwa DSN-MUI No. 42/DSN-MUI/V/2004
tentang syariah charge card dan No. 54/DSN MUI/X/2006 tentang syariah Card.
Menurut Fatwa DSN MUI No. 54 yang dimaksud dengan Syariah Card adalah
kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan hukum (berdasarkan
11
sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah.
Kartu kredit sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga
keuangan dalam pengertian sebagai suatu badan usaha. Perusahaan yang
menerbitkan kartu kredit inilah yang dimaksudkan sebagai salah satu lembaga
keuangan bukan bank. Meskipun perusahaan kartu kredit termasuk dalam
lembaga keuangan bukan bank, penyelenggara atau pemilik dari perusahaan kartu
kredit ini bisa saja suatu lembaga keuangan berupa bank. Pengertian kartu plastik
sendiri masih sangat luas. Kartu plastik dapat berupa kartu kredit, kartu debit,
kartu penarikan uang tunai melalui Anjungan Tunai Mandiri (Authomated Teller
Machine-ATM), dan charge card. Perusahaan yang menerbitkan berbagai bentuk
kartu kredit ini dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan
bukan bank, karena kartu kredit tersebut pada dasarnya dapat digunakan sebagai
alat untuk kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada
masyarakat.
Pada umumnya anggapan masyarakat Indonesia bahwa setiap kartu yang
disebut di atas dikeluarkan oleh sebuah perusahaan adalah kartu kredit, sehingga
bagi orang yang belum mengerti akan beranggapan bahwa kartu itu dapat
digunakan untuk transaksi dengan system kredit. Padahal kenyataannya kartu
yang diterbitkan oleh perusahaan atau bank tidak semua dapat memenuhi unsur
kredit, sehingga dalam penggunaannya juga berbeda. Kartu yang tidak
mempunyai unsur-unsur kredit itu disebut "Charge Card" atau "kartu
pembayaran", yang saat ini banyak diterbitkan oleh berbagai bank. Fungsi kartu
pembayaran sama dengan kartu kredit yaitu sebagai alat pembayaran sementara
pengganti uang tunai atau cek dapat dibayar kemudian.
Perbedaan kartu ini terletak pada saat pembayaran setelah ada tagihan dari
bank atau perusahaan. Kalau orang berbelanja dengan kartu kredit, maka semua
pembayaran atas semua transaksi yang pernah dilakukan oleh card holder dapat
dicicil dan sisanya dikenakan bunga, sedangkan orang yang menggunakan kartu
pembayaran dilakukan secara kontan kepada pihak yang mengeluarkan kartu
pembayaran sebanyak jumlah tagihan, tidak dicicil dan tidak dikenakan bunga.
12
Akad yang digunakan dalam penggunaan kartu tersebut adalah akad
kafalah, qaradh, dan ijarah. Adapun pihak-pihak yang terkait dengan penerbitan
dan penggunaan kartu kredit, yaitu:
5. Modal Ventura
Modal Ventura atau venture capital adalah sesuatu yang mengandung
resiko atau sebagai usaha atau modal yang diinvestasikan pada suatu usaha yang
mengandung resiko. Modal Ventura sering disebut juga risk capital. Dikatakan
mengadung resiko karena dalam investasi yang dimaksud tidak menekankan
aspek jaminan melainkan pada prospek dan kelayakan dari usaha yang dibiayai.
Perusahaan modal ventura dalam melakukan pembiayaan tidak hanya
menginvestasikan modalnya saja, tetapi juga sekaligus ikut terlibat dalam
manajemen perusahaan yang dibantunya.
Sedangkan modal ventura syariah adalah bisnis pembiayaan dalam bentuk
pnenyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dengan berlandaskan prinsip-prinsip
syariah. Praktik modal ventura yang dilakukan berdasarkan akad syariah dan
13
bergerak di usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah diakui.
Kegiatan modal venturasecara umum bertujuan memberikan kontribusi
dalam pengembangan bisnis. Perusahaan kecil yang mempunyai prospek bagus
tetapi tidak mempunyai cukup modal dan tidak memiliki akses ke perbankan
dapat berkembang dengan memperoleh dukungan modal dari modal ventura.
Karakteristik pembiayaan modal ventura antara lain merupakan penyertaan
modal, merupakan pembiayaan yang bersifat resiko tinggi, merupakan investasi
dengan perspektif jangka panjang, bersifat investasi aktif, bersifat sementara.
Keuntungan yang diharapkan adalah terutama capital gain disamping deviden,
tingkat keuntungan yang tinggi. Karakteristik perusahaan modal ventura syariah
ditambah dengan adanya Dewan Pengurus Syariah, aktivitas usaha harus sesuai
dengan prinsip syariah.
Berdasarkan pasal 1 angka 11 Keppres Nomor 61 tahun 1988 tentang
Lembaga Pembiayaan bahwa Perusahaan Modal Ventura (venture capital
company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan Pasangan Usaha (investee
company) untuk jangka waktu tertentu. Sehinga dapat diidentifikasi lima unsur
dalam perusahaan modal ventura, yaitu:
a. Adanya badan usaha
b. Bidang usaha, yaitu kegiatan di bidang pembiayaan
c. Bentuk kegiatan, yaitu penyertaan modal
d. Perusahaan pasangan usaha
e. Jangka waktu tertentu
14
hukum tersendiri, akan tetapi pada tahun 2007 telah lahir landasan operasional
lembaga pembiayaan syariah berupa Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-03/Bl/2007 Tentang Kegiatan
Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Berdasarkan peraturan
tersebut, bidang usaha yang bisa dilakukan lembaga pembiayaan syariah terdiri
dari: 1). Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan akad ijarah; 2). Anjak
Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah; 3). Pembiayaan
konsumen yang dilakukan berdasarkan akad Murabahah, salam, atau istishna’; 4).
Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah; 5). Kegiatan
pembiayaan lainnya yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.
Harus diakui bahwa struktur sistem keuangan di Indonesia hingga saat ini
masih didominasi oleh perbankan, perlahan geliat pasar keuangan di bidang pasar
modal secara perlahan juga ikut meningkat. Belakangan perusahaan pembiayaan
juga ikut meningkat seiring dengan meningkatnya pasar keuangan. Menurut data
DSN MUI pada tahun 2008 terdapat 11 perusahaan pembiayaan syariah di
Indonesia, yaitu PT Federal Internasional Finance, PT Semesta Citra Dana, PT
Mandala Multifinance, Tbk., PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk., PT Amanah
Finance, PT Fortuna Multi Finance, PT Trust Finance Indonesia, Tbk., PT
Capitalinc Finance, PT Al- Ijarah Indonesia Finance, PT Trimamas Finance, PT
Nusa Surya Ciptadana.
Hingga Agustus 2008 telah ada 13 perusahaan yang telah melakukan
kegiatan pembiayaan syariah, yaitu PT. Federal International Finance, PT.
Semesta Citra Dana, PT. Mandala Multifinance Tbk, PT. Wahana
OttomitraMultiartha Tbk, PT. Amanah Finance, PT. Fortuna Multi Finance, PT.
Trust Finance Indonesia Tbk, PT. Capital Finance, PT. Al-Ijarah Indonesia
Finance, PT. Trihamas Finance, PT. Nusa Surya Ciptadana, PT. Woka
International, dan PT. Astra Multifinance.
15
legalitas. Akad yang dilakukan di lembaga pembiayaan syariah memiliki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan lembaga pembiayaan
syariah, maka lembaga pembiayaan syariah dapat merujuk kepada Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) dimana penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan hukum Islam.
Kedua, dari sisi struktur organisasi, lembaga pembiayaan syariah dapat
memiliki struktur yang sama dengan lembaga pembiayaan konvensional, namun
unsur yang membedakannya adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
yang bertugas mengawasi operasional lembaga pembiayaan syariah dan produk
produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Keberadaan dewan ini
merupakan suatu keniscayaan.
Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai. Bisnis dan
usaha yang dijalankan oleh para peminjam tidak terlepas dari hukum Islam.
Kehalalan usaha merupakan prasyarat penting agar suatu bidang usaha boleh
dibiayai oleh lembaga pembiayaan syariah. Karena itulah, secara tidak langsung
lembaga pembiayaan syariah
tidaklah semata-mata merupakan institusi ekonomi namun juga institusi yang
menjaga moral masyarakat.
Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan
(corporate culture). Dalam hal etika, sifat amanah dan shiddiq harus melandasi
setiap pribadi karyawan, sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan
Islam. Dalam hal reward and punishment yang berlaku dalam perusahaan
diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
16