Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH REKRUITMEN GENERASI MILENIAL TERHADAP

KINERJA INDUSTRI TERTENTU


(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mingguan mata kuliah Topik Khusus
Akuntansi)

Dosen Pengampun:
Prof. Dr. Amilin,SE, M.Si, Ak, CA, QIA, BKP, CRMP.

Disusun Oleh :
Annisa Aulia (11150820000005)
Adita Oktapiyah (11150820000022)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 / 1440 H
Pada era modern ini, banyak pihak yang mengklaim dirinya sebagai
generasi millennial tanpa mengetahui makna dari ungkapan tersebut. Sebenarnya,
siapakah yang dimaksud dengan generasi milenial? Apakah kita termasuk generasi
milenial? Apakah generasi milenial adalah generasi yang terbaik atau malah
sebaliknya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul ketika kita mencoba berfikir
mengenai generasi milenial.
Sebelum membahas inti permasalahannya, mari kita kenali dulu penyebab
munculnya berbagai jenis generasi di kehidupan bermasyarakat. Beragam jenis
anggapan mengenai generasi yang ada disekitar kita muncul karena adanya teori
generasi yang diperkenalkan oleh William Strauss dan Neil Howe yang ditulis
dalam bukunya yang diluncurkan pada tahun 1991 dengan judul “Generations: The
History of America’s Future, 1584 to 2069”. Teori ini membagi kategori generasi
berdasarkan rentang waktu tertentu. Terdapat lima kategori yang dikenal dalam
teori ini yaitu generasi Baby boomers, generasi X, generasi Y atau Milenial,
generasi Z hingga generasi Alpha.

SEJARAH TEORI GENERASI STRAUSS-HOWE

William Strauss dan Neil Howe adalah sejarawan yang menelusuri sejarah
Amerika Serikat (AS) secara mendalam. Dalam buku mereka yang
berjudul Generations, Strauss dan Howe menceritakan sejarah AS sebagai
rangkaian biografi generasi dari tahun 1584. Buku inilah yang mendasari teori
mereka mengenai generasi. Kedua sejarawan ini mengembangkan teori mereka
lebih lanjut dalam buku selanjutnya yaitu The Fourth Turning yang berfokus pada
siklus empat tipe generasi dan suasana era di sejarah AS.
Dengan teori yang Strauss dan Howe ciptakan, banyak prediksi anti-
mainstream mereka pada tahun 1991 mengenai generasi Millennial yang lebih
berhasil meramalkan perilaku generasi tersebut dalam tahun-tahun berikutnya.
DEFINISI GENERASI

Generasi tidak punya satu definisi pasti karena sebetulnya tokoh yang
mempelajari generasi tidak hanya dua. Strauss dan Howe mendefinisikan generasi
sebagai agregat dari semua orang yang lahir selama rentang waktu sekitar dua puluh
tahun atau sekitar panjang satu fase dari masa kanak-kanak, dewasa muda, usia
pertengahan dan usia tua. Selain itu terdapat tiga kriteria yang harus dimiliki oleh
sebuah generasi yaitu usia lokasi dalam sejarah, kepercayaan dan perilaku yang
sama, serta keanggotaan periode yang sama. Kriteria pertama maksudnya adalah
generasi yang sama akan mengalami peristiwa sejarah penting dan tren sosial
bersamaan. Hal ini akan menyebabkan sebuah generasi akan berbagi beberapa
kepercayaan dan perilaku yang sama. Kriteria terakhir artinya sebuah generasi akan
mengidentifikasi dirinya sebagai kelompok yang berbeda dibanding generasi
lainnya.

ASUMSI DAN BATASAN TEORI GENERASI STRAUSS-HOWE

Perlu dicatat, seluruh kriteria generasi yang disebutkan sebelumnya adalah


asumsi dasar Strauss dan Howe dalam merumuskan karakter dari tiap generasi.
Asumsi lain dalam teori ini adalah setiap generasi akan cenderung menjadi oposisi
generasi lainnya. Sebagai contoh, setiap generasi akan mencoba untuk memperbaiki
dan mengkompensasi apa yang mereka persepsikan dari generasi usia pertengahan
yang berkuasa pada saat itu. Generational archetype cycle atau siklus pola dasar
generasi yang akan dibahas dalam lanjutan tulisan ini didasari oleh asumsi tersebut.

Tabel 1: Generasi yang Masih Hidup


Generasi Tahun Peristiwa yang terjadi
Kelahiran
G.I Generation 1901-1924 Setelah World War I, G.I. Bill yaitu subsidi
besar yang diberikan pemerintah kepada
veteran yang kembali dari perang dunia
membuat generasi G.I. cukup dimanja
Silent Generation 1925-1942 Menjalani masa kecil yang diwarnai krisis
seperti Great Depression dan World War II,
bahkan kejadian Pearl Harbor dan D-Day,
generasi ini termasuk generasi yang ‘diam’
Boom Generation 1943-1960 Angka kelahiran meningkat drastis karena
kemakmuran saat itu sehingga mereka
disebut Baby Boomers. Hal ini terjadi karena
WW II telah berakhir di mana rakyat AS
mengalami optimisme pascaperang
Generation X 1961-1981 Consciousness Revolution di mana sedang
terjadi pemberontakan seperti Tax Revolt
sehingga kesejahteraan anak bukanlah
prioritas sosial utama. Seks lebih eksplisit,
angka perceraian tinggi.
Millennial 1982-2004 ‘Goals 2000’ dan ‘No Child Left Behind’
Generation adalah peristiwa yang membuat generasi
(Generation Y) Millennial dibesarkan dalam kondisi baik
walaupun mereka hadir pada masa perang
budaya.
Homeland 2005-? Dibesarkan secara overprotective, generasi
Generation ini dijaga dari media yang tidak senonoh dan
(Generation Z) perhatian publik tidak lagi berfokus ke anak
Batasan teori generasi Strauss-Howe terlihat dari cara perumusannya. Studi
yang dilakukan kedua sejarawan tersebut dalam merumuskan generasi sangat
subjektif karena hanya didasari literatur sejarah yang minim sumber primer. Teori
ini bahkan dikritisi oleh banyak pihak yang menganggap teori ini sangat imajinatif
karena kurangnya bukti. Selain itu teori ini juga sangat deterministik dan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor mikro di luar peristiwa sejarah yang sifatnya
makro.
DIAGONAL GENERASI DAN ARCHETHYPE
TURNINGS, SAECULUM DAN SOCIAL MOOD

Tabel 2: Diagonal Generasi


1920 1941 1962 1983
Lansia, Umur Sensitif Visioner Tertutup Sibuk Sensitif
66-87
Usia Paruh Moralistik Pragmatis ‘Berkekua Tidak Moralisti
Baya, Umur tan’ tegas k
44-65
Usia Dewasa Diasingka Heroik Konformis Narsis Diasingk
Muda, Umur n an
22-43
Usia Anak- Dilindungi Ter’cekik’ Dimanja Dikritisi Dilindun
Anak dan gi
Remaja,
Umur 0-21

Setiap generasi memiliki kepribadian yang berubah-ubah selama


perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari diagonal generasi. Tabel 2
menggambarkan persepsi dari generasi lain yang hidup pada masa yang sama.
Ternyata apabila tabel tersebut dilihat secara vertikal maupun horizontal, deskripsi
akan sebuah generasi akan membentuk siklus. Diagonal generasi akan
menunjukkan perkembangan tiap tipe generasi.
Dari pola ini akan terbentuk empat pola dasar generasi atau archetypes.
Setiap warna pada Tabel 2 yang diberikan melambangkan tiap archetype. Warna
biru melambangkan Prophet, warna ungu melambangkan Nomad, warna kuning
melambangkan Hero dan warna hijau melambangkan Artist.
Setiap archetype memiliki kesamaan sikap dasar terhadap keluarga, risiko, budaya,
nilai-nilai, keterlibatan dalam negara dan lain-lain. Secara garis besar, sikap dasar
tiap archetype dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3: Archetypes
Hero Artist Prophet Nomad
Generasi Arthurian Humanist Reformatio Reprisal
Elizabethan Parliamentar n Cavalier
Glorious y Puritan Liberty
Republican Enlightenme Awakening Gilded
– nt Transcende Lost
G.I. Compromise ntal Generation X
Millennial Progressive Missionary
Silent Boom
Homelanders
Reputasi Baik Tenang / Bersemang Buruk
semasa Kalem at
kanak-kanak
Remaja Memberday Tidak Menyucika Mengasingkan
(Transisi akan memuaskan n
kanak-kanak
ke dewasa)
Fokus utama Dunia luar Saling Dunia Kebutuhan diri
saat remaja diri ketergantung dalam diri
an
Masa usia Membangun Mengemban Merefleksi Bersaing
dewasa muda gkan
Transisi usia Berenergi Konformis Tidak Fanatik berganti
paruh baya berganti berganti memihak kelelahan
arogan eksperimenta (detached)
l berganti
men-judge
Gaya Collegial ata Pluralis, sulit Adil, ketat Sendiri-sendiri,
kepemimpina u berbagi menentukan pragmatis
n memasuki tanggung
usia lanjut jawab,
mengekspan
si
Reputasi Powerful Sensitif Bijak Tangguh
sebagai lansia
Perlakuan Dihargai Disukai Dihormati Ditelantarkan
sebagai lansia
Bagaimana ia Ketat Overprotecti Rileks Kurang
dibesarkan ve diproteksi
Bagaimana ia Rileks Kurang Ketat Overprotective
membesarkan diproteksi
Reputasi Tidak egois, Menyayangi, Berprinsip, Mengerti
positif rasional, berpikiran kreatif, (Cerdas),
kompeten terbuka, ahli tegas praktis, tanggap
Reputasi Tidak suka Sentimental, Narsis, Kurang
negatif merefleksi, merumitkan, angkuh, berperasaan,
seperti sulit kejam kurang
mesin, menentukan berbudaya,
terlalu amoral
berani
Sumbangan/B Komunitas, Pluralisme, Visi, nilai- Kebebasan, sur
akat kemakmura keahlian, nilai, vival,
n, teknologi proses agama kerhormatan
hukum yang
adil
Prophet lahir setelah sebuah perang besar atau krisis lainnya sewaktu
kehidupan masyarakat diremajakan dan terbentuk konsensus. Prophet menjalani
masa kanak-kanak dalam keadaan dimanja pada masa pascakrisis, tumbuh besar
sebagai crusader yang narsis, moralistik pada usia paruh baya dan menjadi lansia
yang bijak. Mereka dikenal karena visi, nilai-nilai dan keagamaannya.
Nomad lahir saat kebangkitan spiritual, masa di mana ideal sosial dan
agenda spiritual saat pemuda menyerang institusi yang berkuasa. Nomad menjalani
masa kanak-kanak dalam keadaan kurang diproteksi, tumbuh besar dengan keadaan
teralienasi, menjadi pemimpin yang pragmatis pada usia paruh baya dan menjadi
lansia yang tangguh. Mereka dikenal karena kebebasan, survival dan
kehormatannya.
Hero lahir setelah kebangkitan spiritual, masa di mana terdapat
pragmatisme individu, kemandirian, tidak campur tangan, dan chauvinisme
nasional. Hero menjalani masa kanak-kanak dalam keadaan semakin diproteksi,
tumbuh besar sebagai pekerja dalam tim, berenergi dan arogan pada usia paruh baya
dan menjadi lansia yang kuat. Mereka dikenal karena komunitas, kemakmuran dan
teknologi.
Artist lahir saat perang atau krisis besar, di mana institusi menjadi agresif
sehingga tercipta konsensus publik dan pengorbanan pribadi. Artist menjalani
masa kanak-kanak dalam keadaan overpretected, tumbuh besar sebagai pribadi
yang sensitif, menjadi pemimpin yang sulit menentukan, kemudian menjadi lansia
yang berempati.Mereka dikenal kaerna pluralisme, keahlian dan proses hukum
yang adil.

Tabel 4: Mood dari Empat Turnings


Generasi Turning pert Turning ke Turning ketiga Turning kee
memasuk ama (High) dua (Unraveling) mpat (Crisis)
i… (Awakening
)
Contoh American High Consciousn Long Boom Stock
(1946-1963) ess and Culture market
Revolution Wars (1980s- crash
(1960s- 2008?) (1929-WW
1980s) II)
Lansia Nomad Hero Artist Prophet
Paruh Hero Artist Prophet Nomad
baya
Dewasa Artist Prophet Nomad Hero
Anak- Prophet Nomad Hero Artist
anak
Keluarga Kuat Melemah Lemah Menguat
Perawatan Mengendur Kurang Mengetat Overprotect
anak proteksi ive
Gap antar Maksimal Menyempit Minimal Melebar
a peran
tiap jenis
kelamin
Nilai yang Ditetapkan Ditemukan Diperdebatka Dimenangk
ideal n an
Institusi Diperkuat Diserang Terkikis Ditemukan
Budaya Innocent Bergairah Sinis Praktis
Struktur Kompak Pecah Beragam Condong
sosial
Cara Sederhana Dirumitkan Rumit Disederhana
pandang kan
dunia
Prioritas Komunitas maksimal Individualis Individualis Komunitas
spesial me me maksimal berkembang
berkembang
Motivator Rasa malu Hati nurani Rasa bersalah Aib
sosial
Rasa Melakukan apa yang Memperbai Melakukan Memperbai
kebutuhan bekerja ki dunia apa yang ki dunia luar
terbesar dalam diri dirasa benar
Visi masa Cerah Euforia Gelap Genting
depan
Perang Restoratif Kontroversi
Tidak Total
al berkesimpula
n
“Sejarah membentuk generasi dan generasi membentuk sejarah.” Dalam
sejarah Anglo-Amerika lima ratus tahun terakhir, terdapat siklus empat tahap
dari social mood atau era.Pada setiap awal dari era tersebut masyarakat mengubah
bagaimana mereka berpikir tentang dirinya, budaya, negara dan masa depan

JENIS-JENIS GENERASI
Ada 5 generasi yang lahir setelah perang dunia kedua dan berhubungan dengan
masa kini menurut teori generasi, yaitu:
1. Baby Boomer (lahir tahun 1946 – 1964)
Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara,
akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan.
Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai
orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.
2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)
Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC
(personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan data nya
pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari
masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane Deverson, sebagian
dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti tidak hormat pada orang tua,
mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja.
3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)
Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan
generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus
1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email,
SMS, instan messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter. Mereka juga
suka main game online.
4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)
Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka
memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan
semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing
dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang
dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya.
Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)
Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y.
Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar,
rata-rata memiliki
orang tua yang kaya dengan sedikit. Melihat dari banyaknya pimpinan baik itu
negara maupun perusahaan, generasi X masih mendominasi. Sementara itu generasi
Y masih menggeliat, mencari kemapanan dalam bidang pekerjaan maupun pribadi,
tidak dipungkiri beberapa sudah menjadi pimpinan sebuah perusahaan sejak usia
muda. Generasi Z yang merupakan keturunan dari generasi X dan Y, sekarang ini
merupakan anak-anak muda yanag rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di
antaranya sudah mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar terutama dari
bidang seni.

CIRI-CIRI GENERASI

Berikut ini adalah ciri-ciri dari generasi X, Y, dan Z :


1. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)
a. Mampu beradaptasi
b. Mampu menerima perubahan dengan baik dan disebut sebagai generasi yang
tangguh
c. Memiliki karakter mandiri dan loyal (setia)
d. Sangat mengutamakan citra, ketenaran, dan uang
e. Tipe pekerja keras
f. Kekurangannya selalu menghitung kontribusi yang telah diberikan
perusahaan terhadap hasil kerjanya
2. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)
a. Karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana ia
dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya
b. Pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya
c. Pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh
dengan perkembangan teknologi
d. Lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka
terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di
sekelilingnya
e. Memiliki perhatian yang lebih terhadap ‘wealth’ atau kekayaan

3. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)


a. Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi
informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk
kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan
mudah.
b. Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya
lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter atau SMS. Melalui media ini
mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara
spontan.
c. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan
lingkungan
d. Terbiasa dengan berbagai aktifitas dalam satu waktu yang bersamaan.
Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara
bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat,
tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
e. Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris
dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak
menghargai proses.

Generasi X, Y, dan Z masing-masing mempunyai sifat positif dan negatif.


Dengan memahami perbedaan mereka, diharapkan para pendidik atau para
pemimpin perusahaan dapat mengerti individu-individu dari tiga generasi ini sesuai
dengan ciri khasnya. Tentunya tantangan generasi Z lebih besar daripada generasi
Bagi perusahaan, generasi Y dan Z mengharapkan pimpinan yang jujur.
Semakin pimpinan jujur, maka akan semakin dihormati. Jejaring sosial dapat
dimanfaatkan bagi para pimpinan untuk berbagi kegiatan sehari-hari bersama para
karyawannya. Perusahaan sebisa mungkin menciptakan budaya kerja yang unggul
dimana karyawan memiliki teman yang terlibat dalam pekerjaannya dan mendapat
tunjangan.
Pada Februari 2017 diprediksi bahwa karyawan Milenial akan tumbuh
hanya 1 digit dan ini terbukti dari laporan BPS yang diterbitkan Desember 2017.
Dalam publikasi BPS ini, per Februari 2017, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
tumbuh 1,6% menjadi 190,6 juta dengan angkatan kerja 131,5 juta yang bertumbuh
3% dibandingkan dengan Februari 2016. Artinya persentase penduduk berusia di
atas 15 tahun naik 1% menjadi 69% dan menjadi pertanda positif perekonomian
Indonesia.
Seperti halnya sebelumnya, dilakukan ekstrapolasi proporsional usia agar
mendapatkan rentang usia lebih presisi untuk setiap grup karyawan sesuai definisi
bakunya, dengan karyawan Milenial pada 2017 berusia 22 tahun - 35 tahun, Gen-
X berusia 36 tahun-52 tahun, dan Baby Boomers berusia 53 tahun atau lebih tua
sehingga didapatkan jumlah karyawan tersegmentasi generasi dalam tabel di bawah
ini:

Generas 2010 2014 2015 2016 2017


i
Millenni 28.293.971 37.963.743 39.506.993 39.514.538 40.954.6
al 33
Gen-X 46.365.919 48.305.153 48.642.839 48.006.542 47.807.6
19
Baby 32.745.683 27.733.982 27.569.847 25.793.928 25.050.7
Boomer 35

Terlihat dari data ini, jumlah karyawan milenial di Indonesia pada 2017
tumbuh 4% menjadi 40,9 juta setelah mengalami kelandaian dari tahun sebelumnya
2016. Pada tahun lalu, diprediksikan banyak kaum milenial yang masih
menyelesaikan studinya sehingga karyawan milenial tidak terlihat bertumbuh pada
2016. Pada 2017 saatnya mereka memasuki lapangan pekerjaan dan mulai
menyodok angkatan karyawan Gen-X dan Baby Boomer. Bahkan, karyawan Baby
Boomer berkurang 3% dibandingkan dengan sebelumnya pada 2016.
Untuk dapat mengetahui pola jangka menengah pergerakan para karyawan
milenial ini, ditarik data dari 2010, dan terlihat dalam 7 tahun ke belakang angka
pertumbuhan yang luar biasa dari karyawan milenial di Indonesia ini yang
mencapai 45%. Adapun, di lain pihak karyawan Baby Boomer berkurang hingga
23%. Yang menarik adalah dari sisi proporsi antar generasi. Terlihat bahwa
walaupun karyawan Milenial bertumbuh 4% tetapi proporsi hanya naik 1% menjadi
36% pada 2017 (dari yang sebelumnya 35% pada 2016) dengan mengambil hanya
1% porsi saja dari karyawan Baby Boomer.
Karyawan Baby Boomer mengalami penurunan signifikan pada 2016
menjadi 25,8 juta dari 27,6 juta atau sekitar 1,8 juta. Namun pada 2017, karyawan
Baby Boomer hanya turun 800.000 menjadi 25 juta. Padahal, jika Karyawan Baby
Boomer menurun dengan laju yang sama seperti pada 2016, proporsi Baby Boomer
bisa turun lebih dalam 2%. Adanya tren Karyawan Baby Boomer mulai masuk
dunia wirausaha setelah usia pensiun. Indikasi ini terlihat di data BPS yang
memberikan angka pertumbuhan wirausaha 7,1% dibandingkan dengan
pertumbuhan jumlah karyawan yang hanya 2,4% dari 2016 ke 2017.
Dengan keunikan di Indonesia dengan generasi Baby Boomer masih cukup
lama bertahan bekerja (diduga dengan wirausaha), maka laju proporsi karyawan
milenial diprediksikan akan bertumbuh 1% setiap tahunnya seperti halnya laju dari
2014 hingga 2017. Artinya, dalam 5 tahun lagi, karyawan Milenial sudah akan
menguasai lapangan pekerjaan di Indonesia sejak 2023.
Pada tahun ini hingga 2023, karyawan Gen-X masih akan mendominasi
lapangan pekerjaan karena masih dalam usia produktif dengan usia tertua 53, akan
masih berusia 58 tahun pada 2023. Namun perbedaan jumlah dengan karyawan
Milenial makin mendekat dan untuk pertama kalinya pada 2018 ini lapangan
pekerjaan di Indonesia akan menerima adik dari generasi Milenial, yaitu Generasi
Z yang akan berusia 22 tahun, lulus kuliah, dan mulai bekerja. Artinya, dalam satu
kantor akan terdapat empat generasi sekaligus yakni Gen Z, Milenial, Gen-X, dan
Baby Boomer.
Memiliki pola kerja Gen Z yang mendekati Milenial, apabila jumlah
karyawan Gen Z dimasukkan dalam satu grup dengan Milenial, maka laju jumlah
karyawan anak-anak muda ini akan lebih kencang menyodok generasi di atasnya.
Tidak ada waktu lain bagi para manajer Gen-X dan Baby Boomer untuk belajar
bagaimana menggali potensi karyawan-karyawan muda, penuh energi, dan sangat
dekat dengan teknologi ini sebagai keuntungan kompetitif perusahaan.
STUDI KASUS

1. STUDI KASUS 1: Sea Grup Ltd (Shopee Indonesia) – Industri Start-


Up

SEBANYAK 90% KARYAWAN SHOPEE MERUPAKAN GENERASI


MILENIAL
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Shopee, perusahaan e-commerce di kawasan
Asia Tenggara dan Taiwan telah mempekerjakan sekitar 1.600 karyawan. Kurang
dari tiga tahun sejak kehadirannya di Indonesia, mayoritas karyawan Shopee
berusia di bawah 30 tahun.
Jenie Simon, Head of Human Resource Shopee Indonesia menyatakan bahwa di
Shopee umur karyawan bukan menjadi faktor yang membatasi perkembangan
karyawan.
Faktanya, dari total karyawan Shopee, lebih dari 90% berusia dibawah 30 tahun.
Bahkan, 60% di top management level juga termasuk dalam generasi milenial.
"Sebagai perusahaan yang bergerak di industri yang dinamis, karyawan milenial
kami telah terbukti membantu Shopee dalam beradaptasi dan tumbuh dengan cepat,
bahkan dalam menghadapi persaingan yang ketat," ujar Jenie, Rabu (18/7).
Generasi Milenial atau generasi Y adalah generasi yang lahir dari tahun 1980-an
hingga 2000. Salah satu perbedaan antara generasi milenial dengan generasi lainnya
adalah mereka tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, konektivitas,
dan informasi massa sehari-hari.
Sebagai generasi awal yang tumbuh di masyarakat digital, generasi milenial juga
merupakan pendorong utama industri e-commerce. Terbukti generasi milenial lebih
mengutamakan kenyamanan dan memilih akses mudah untuk review produk dan
perbandingan harga di setiap platform e-commerce.
Menariknya, tren ini tercermin juga pada penjual Shopee yang menunjukkan bahwa
70% dari semua penjual yang bergabung dengan komunitas Kampus Shopee berada
di bawah usia 30 tahun dan termasuk generasi milenial.
"Kami terus berusaha meningkatkan platform kami untuk memastikan bahwa
pengguna memiliki informasi yang mereka butuhkan dalam proses jual beli online,
termasuk ketika melihat peringkat penjualan dan review produk yang ditampilkan
di toko penjual," tambah Monica Vionna, Marketing Manager Shopee Indonesia.
Untuk mendapatkan kinerja terbaik dari karyawan milenialnya, Shopee Indonesia
memberi tiga keuntungan bagi karyawan Milenialnya, yaitu dari aspek fisik seperti
asuransi kesehatan termasuk untuk kesehatan mata, gigi, hingga subsidi biaya
melahirkan, Gym corporate rate khusus untuk mitra gym Shopee, dan program
olahraga ShopeeFit yang diadakan secara rutin.
Kemudian aspek finansial yaitu gratis makan siang, makan malam, hingga subsidi
transportasi setiap harinya bagi karyawan. Terakhir, aspek Psikologis melalui
program CSR Shopee Care, program training Shopee Academy yang dilakukan
secara berkala, program Management Trainee Global Leaders Program, dan
lingkungan kerja yang kondusif.
Reporter: Jane Aprilyani
Editor: Yoyok
Sc: https://lifestyle.kontan.co.id/news/sebanyak-90-karyawan-shopee-merupakan-
generasi-milenial
Pembahasan:

Dilansir dalam Wikipedia, Shopee merupakan sebuah perusahaan e-


commerce yang berada di bawah naungan Garena (berubah nama menjadi SEA
Group), perusahaan internet di Asia Tenggara. Menjalankan bisnis C2C mobile
marketplace, Shopee resmi diperkenalkan di Singapura pada tahun 2015 yang
diikuti dengan negara Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan
Indonesia.
Pihak shopee menyatakan bahwa 90% karyawannya merupakan para
milenial pun juga 60% dari top manajernya juga berasal dari kalangan milenial.
Padahal banyak pihak yang berpendapat bahwa karyawan dari kalangan milenial
bersifat seperti kutu loncat yang susah dipahami gelagat dan tindak tanduknya.
Bahkan riset pun menyatakan hanya 25% dari milenial yang memiliki totalitas dan
loyal pada pekerjaannya. Riset tersebut dilakukan oleh Dale Carnegie Indonesia
yang dilakukan kepada 1.200 karyawan millennial dan nonmilennial. Survei
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterlibatan pegawai atau
employee engangement generasi millennial Keterlibatan secara emosional dan
intelektual sendiri penting dimiliki pekerja demi memberi performa terbaik pada
perusahaan.
Hasil dari studi yang dilakukan di enam kota besar di Indonesia itu pun
cukup mengejutkan. Terungkap hanya satu dari empat millennial yang bekerja
secara total atau benar-benar melibatkan diri pada karier mereka.
Lantas apa yang membuat shopee memberanikan diri memiliki hampir
semua pegawai milenial? Tentu karena generasi milenial telah menjadi saksi akan
perubahan dunia dari analog menjadi digital. Generasi milenial adalah penduduk
digital pertama, dan kesukaan mereka akan teknologi membentuk cara mereka
mengkonsumsi dan memahani sesuatu. Mereka terbiasa mendapat akses instan
untuk perbandingan harga, informasi produk, dan review. Akses instan terhadap
informasi adalah standar mereka. Karena shopee merupakan marketplace yang
berbasis digital, maka akan cocok dengan setiap karakteristik milenials. Selain itu
akan mudah dalam melakukan penyesuaian dan memahami perilaku konsumen
yang mana pangsa pasar terbesar shopee juga berasal dari generasi ini yang
cenderung konsumtif dan menyukai hal-hal yang instan.
Perusahaan yang ingin angkatan kerja millennial-nya lebih betah dan
terlibat pun disarankan untuk mengubah budaya perusahaan. Yakni dengan
menyediakan pelatihan karyawan, membentuk kepercayaan pada jajaran eksekutif,
menguatkan hubungan karyawan dan manajer, hingga penyusunan proses dan
prosedurnya yang mendukung. Dengan masuknya milenial sebagai angkatan kerja,
perusahaan harus mau dan mampu membangun budaya baru untuk membuat
mereka merasa terlibat dan homie. Pihak shopee menyatakan selama karyawan
menunjukkan performa yang baik dan kemampuan dalam memimpin, Shopee akan
memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dan membuat
perubahan nyata dalam mendorong bisnis perusahaan ke depannya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri yang dinamis, karyawan
millennials kami telah terbukti membantu Shopee dalam beradaptasi dan tumbuh
dengan cepat. Bahkan, dalam menghadapi persaingan yang ketat. Sebagai generasi
awal yang tumbuh di masyarakat digital, generasi millennials juga merupakan
pendorong utama dalam industri e-commerce. Terbukti generasi milenial lebih
mengutamakan kenyamanan dan memilih akses mudah ke ulasan produk dan
perbandingan harga di setiap platform e-commerce. Menariknya, tren ini tercermin
juga pada penjual Shopee yang menunjukkan bahwa 70% dari semua penjual yang
bergabung dengan komunitas Kampus Shopee berada di bawah usia 30 tahun dan
termasuk generasi millennials.
“Sebagai generasi itu sendiri, tim Shopee memahami pentingnya melayani
kebutuhan pengguna yang melek dengan teknologi. Kami terus berusaha
meningkatkan platform kami untuk memastikan bahwa pengguna memiliki
informasi yang mereka butuhkan dalam proses jual beli online, termasuk ketika
melihat peringkat penjualan dan review produk yang ditampilkan di toko penjual.
Kami sangat terbuka dengan ide-ide baru,” tambah Monica Vionna, Marketing
Manager Shopee Indonesia.
Shopee juga memiliki beberapa strategi dalam mempertahankan dan
meningkatkan kinerja karyawan milenialnya. Shopee Indonesia berupaya
membangun kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan dalam bekerja.
Shopee Indonesia fokus dalam tiga aspek penting. Pertama, fisik. Asuransi
kesehatan termasuk untuk kesehatan mata, gigi, hingga subsidi biaya melahirkan,
Gym corporate rate khusus untuk mitra gym Shopee, dan program olahraga
ShopeeFit yang diadakan secara rutin. Kedua, finansial. Ini terdiri dari gratis makan
siang, makan malam, hingga subsidi transportasi setiap harinya bagi karyawan.
Ketiga, psikologis. Ini diejawantahkan melalui program CSR Shopee Care,
program training Shopee Academy yang dilakukan secara berkala, program
Management Trainee Global Leaders Program, dan lingkungan kerja yang
kondusif. Ketika mempekerjakan generasi millennials, perusahaan harus mencoba
memahami generasi millennials yang berbeda ini karena kebutuhan mereka sudah
berbeda. Dan, lingkungan kerja yang kondusif bukan sekedar kantor keren namun
yang terpenting adalah hubungan antarkaryawan plus atasan agar mereka bisa lebih
produktif.

Apabila melihat laporan keuangan kuartal kedua tahun 2018, Sea Group Ltd
mengalami kerugian yang cukup tinggi hampir 50%. Tetapi, apabila menilik
performa kinerja 3 anak perusahaannya yaitu Shopee, Garena dan AirPays. Capaian
buruk Sea Ltd ini memang berbanding terbalik dari kinerja tiga produk unggulan
mereka, tak ada satupun yang berkinerja buruk. Garena punya pengguna aktif yang
meningkat dari 50,4 juta pengguna di kuartal IV-2016 menjadi 87,8 juta pengguna
di kuartal IV-2017.
Shopee mengalami pertumbuhan yang tak kalah positif. Pada kuartal IV-
2016, ada 28,6 juta pesanan melalui aplikasi Shopee. Angkanya meningkat menjadi
98,3 juta pesanan pada kuartal IV tahun lalu. AirPay, layanan serupa Go-Pay, pada
kuartal IV-2016 meraih transaksi layanan US$250,2 juta. Di kuartal IV-2017 nilai
transaksinya meningkat menjadi US$1,02 miliar atau naik 300 persen.
Garena menjadi yang paling tinggi menyumbang pendapatan buat Sea Ltd
selama kuartal IV-2017, dengan konstribusi US$142 juta, Shopee menyumbang
konstribusi US$9,3 juta dan Airpay US$4,1 juta. Secara total, Sea Ltd memperoleh
pendapatan US$165 juta atau naik 72,8 persen dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Sebagai perusahaan, kinerja keuangan rugi atau laba juga tergantung
beban usaha atau kewajiban yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan.
2. STUDI KASUS 2: Ruang Guru – Industri Kreatif

RUANGGURU BERI PELATIHAN BAGI KARYAWAN MILLENIAL


PERTAMINA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Rabu 14/3/2018, 17.20 WIB
PT Pertamina (Persero) menggaet PT Ruang Raya Indonesia,
pemilik platform ruangguru.com untuk memberi pelatihan online bagi
karyawannya. Pertamina menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama
yang bekerja sama dengan start up pendidikan.
"Demografi pekerja di Pertamina hampir 60% generasi millenial, jadi cara
belajarnya harus disesuaikan," ujar Direktur Sumber Daya Manusia (SDM)
Pertamina Nicke Widyawati dalam Learning Innovation Summit 2018 di Mall Kota
Kasablanka, Jakarta, Rabu (14/3).
Melalui kolaborasi ini, Pertamina bakal memakai platform baru milik Ruangguru
yakni Ruangkerja. Platform tersebut menyajikan pelatihan dan pengembangan diri
pekerja secara online berisi konten yang disesuaikan dengan kurikulum di masing-
masing perusahaan. Platform ini juga memungkinkan interaksi antara pekerja
dengan ahli yang disiapkan perusahaan.
Nicke menilai metode pelatihan secara online akan lebih efektif ketimbang
konvensional. "Pengalaman sebelumnya, kurang dari 50% (dari konten pelatihan)
yang bisa implementasi. Dengan sistem mobile, kami harap bisa mempercepat
seluruh pembelajaran di Pertamina," ujar dia.
Ia juga optimistis metode pelatihan secara online akan lebih menghemat anggaran.
Sebab, selama ini Pertamina memang rutin melakukan pelatihan kepada pegawai
baru atau fresh graduate.
Hal senada diungkapkan Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO)
Ruangguru Adamas Belva Syah Devara. Menurutnya, platform ini menawarkan
empat fitur yang komprehensif, yakni video materi oleh ahli; latihan soal kuis untuk
menguji pemahaman; rangkuman dari video pengajaran; dan, akses referensi
tambahan melalui direct link.
Di akhir program, juga akan ada ujian, guna mengetahui efektivitas dari pelatihan
tersebut. "Sebelum video ada pre test dulu. Ada ujian juga, untuk mengetahui
apakah benar sudah capai standar minimum atau belum. Jadi bisa kelihatan mana
orang yang nonton (video) dan yang tidak," kata dia.
Sementara Chief Operating Officer (CPO) Ruangguru Iman Usman menambahkan,
instansinya membuka peluang kerja sama dengan perusahaan lainnya. Bukan hanya
untuk pelatihan dan pengembangan karyawan, kata dia, platformRuangguru juga
bisa dimanfaatkan untuk program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate
Social Responsibility/CSR) ataupun promosi produk.
Ia tengah menjajaki peluang kerja sama dengan beberapa perusahaan di bidang
perbankan dan asuransi. Menurutnya, selama ini perusahaan asuransi mengeluarkan
anggaran besar untuk melatih agennya. “Dulu mereka training satu-satu. Pakai
teknologi itu justru efisiensi," ujarnya.
Reporter: Desy Setyowati
Sc: https://katadata.co.id/berita/2018/03/14/ruangguru-beri-pelatihan-bagi-
karyawan-millenial-pertamina
Pembahasan:
Tak bisa dipungkiri, sebelumnya memang generasi millenial di Indonesia
hanya tau menyoal menghamburkan uang saja demi memenuhi tren gaya hidup
yang semakin tinggi, seperti sering belanja barang yang diinginkan walau tidak
digunakan, belanja barang mahal, hangout bareng teman dan sebagainya.
Namun, bagi sebagian generasi millenial sudah mulai mengurangi bahkan
meninggalkan kegiatan tersebut dan beralih ke kegiatan yang positif untuk masa
depan. Mereka sadar atas apa yang dilakukan sebelumnya hanya membuat
hidupnya buruk, bahkan bisa dibilang sulit mencapai sukses.
Bisa dilihat, kian kemari banyak startup bermunculan di Indonesia. Nah,
itulah yang sekarang ini dilakukan para generasi millenial, yaitu berlomba-lomba
mencapai kesuksesan dengan merintis perusahaan di berbagai bidang yang
dikuasainya, seperti fintech, media dan sebagainya. Berikut ini beberapa startup di
Indonesia yang didirikan oleh para milenials.

Men's e-Commerce khusus fashion pria Yasa Paramita


Republic Singgih, 23 tahun

Reblood Aplikasi donor darah Leonika Sari Njoto,


25 tahun

Crowde Platform untuk permodalan Yohanes


petani Sugihtononugroho,
25 tahun dan
Muhammad Risyad
Ganis, 25 tahun

Taralite Situs pinjaman untuk merchant Abraham Viktor, 25


online tanpa agunan tahun

Puyo Hidangan dessert berupa puding Adrian, 26 tahun dan


Desserts dengan beraneka rasa Eugenie Patricia
Agus, 24 tahun

PayAccess Platform pembayaran Rorian Pratyaksa, 26


secara mobile untuk tahun
transaksi online atau offline

Kitabisa.com Situs donasi dan penggalangan Muhammad Alfatih


dana Timur, 27 tahun

Ruang Guru Layanan dan konten pendidikan Muhammad Iman


berbasis teknologi Usman, 27 tahun

Burgreens Restoran yang menyediakan Helga Angelina


menu sehat dengan Tjahjadi, 27 tahun
menggunakan bahan organik
local
Sale Stock e-Commerce fashion Stanislaus
Mahesworo
Christandito
Tandelilin, 27 tahun

Karta.id Usaha yang bergerak di bidang Jeff Hendrata, 27


jasa periklanan di pengendara tahun dan Andrew
motor Tanner Setiawan, 23
tahun

Qlapa e-Commerce khusus produk Benny Fajarai, 27


handmade dan kerajinan tangan tahun

WeCare.id Situs pengumpulan dana khusus Mesty Ariotedjo, 28


pasien-pasien di daerah terpencil tahun

Fabelio e-Commerce khus penjualan Marshall Utoyo 28


furniture tahun dan Khrishnan
Menon, 28 tahun

AugMI Biomedical Fransiska


Hadiwidjana, 28
tahun

e-Fishery Sistem khusus peternak ikan Gibran Chuzaefah


pemberian makan secara Amsi El Farizy, 29
otomatis, mendeteksi nafsu tahun
makan ikan, dan mencatat serta
melaporkan performa pemberian
makan.

Modalku Fintech khusus pinjaman modal Reynold Wijaya, 29


UKM tahun dan Iwan
Kurniawan 28 tahun
Banyaknya pesaing, tentulah bukan menjadi hal yang mudah dihadapi bagi
setiap startup. Hal ini terlihat sangat jelas, melakukan berbagai macam strategi serta
tips jitu agar startup terus berjalan dan semakin berkembang.

Startup berstatus unicorn Indonesia masih didominasi oleh penyelenggara e-


commerce atau jasa pembayaran, serta transportasi online. Tapi mungkinkah pelaku
usaha digital dari sektor lain bisa meraih valuasi lebih dari US$ 1
miliar? Ruangguru sedang mencobanya.
Ruangguru merupakan startup di bidang pendidikan yang dibangun oleh
Belva Devara dan Iman Usman pada 2014. Tujuan mereka awalnya adalah untuk
mempertemukan guru les dan siswa yang membutuhkan bimbingan belajar. Kini
keanggotaan Ruangguru telah mencakup 6 juta pelajar dan sekitar 150 ribu guru.
“Masyarakat di Indonesia peduli pendidikan, (di tingkat pendidikan atas) mereka
mau masuk universitas terbaik,” Chief Executive Officer (CEO) PT Ruang Raya
Indonesia yang juga pendiri Ruangguru, Belva Devara di Jakarta, Kamis (28/12).
Ruangguru mempekerjakan sekitar 300 karyawan dan tutor dari generasi
milenial yang rentang usianya dari 25 hingga 28 tahun. Mereka berkolaborasi untuk
membuat video pembelajaran (e-learning) dan jasa konsultasi pendidikan lainnya.
Bimbingan belajar atau les, yang biasanya dilakukan dengan tatap muka
secara langsung, kini bisa dilakukan fleksibel melalui teknologi. Tren ini merambah
berbagai sektor lain, tak hanya di ranah pendidikan. Anak muda, menjadi
pelopornya.
Laporan survei yang dirilis Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada 2016, menyebutkan bahwa sekitar 15,96 juta pekerja
bergelut dalam industri kreatif. Kurang lebih setara dengan 14 dari 100 pekerja di
Indonesia.
Namun pekerja usia 25-59 tahun mendominasi sektor ekonomi kreatif,
mencapai 75,47 persen pada 2015. Trennya pada 2010-2015 cenderung fluktuatif.
Sempat menurun pada 2012, tetapi meningkat hingga 2014, menjadi 75,78 persen.
Kaum milenial, masih berada di urutan kedua terbanyak dari komposisi
pekerja di industri kreatif. Industri berbasis teknologi, diharapkan jadi ajang mereka
untuk berkembang. Dibanding generasi sebelumnya, mereka lebih fasih dan
nyaman dengan teknologi.
Belva optimistis bidang pendidikan digital punya peluang besar untuk
berkembang di Indonesia. Catatannya, seperlima demografi penduduk Indonesia
merupakan pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan (Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Artinya, sekitar 52 juta dari 260 juta penduduk merupakan target pasar Ruangguru.
Bermula dengan mempertemukan siswa dan guru les, kini Ruangguru
memiliki fitur ruangbelajar untuk bimbingan belajar secara online dengan video
dan animasi, latihan soal, pembahasan, serta rangkuman modul les.
Kemudian, ruangles jadi penyedia guru les privat, ruanglesonline untuk
bimbingan belajar secara digital, ruanguji untuk ujian percobaan online,
dan digitalbootcampsebagai grup belajar untuk siswa se-Indonesia.
Berbagai fasilitas belajar itu tidak gratis. Untuk
mengakses ruangbelajar misalnya, siswa dikenakan tarif Rp 50 ribu per bulan yang
dapat dibayarkan melalui transfer bank. Sementara, tarif ruangles ditentukan oleh
masing-masing guru dengan sistem marketplace. “Kami mendapatkan komisi
sekitar 20-30%, tapi yang mengatur harganya gurunya sendiri,” ujar Belva.
Ruangguru pun menggandeng pemerintah daerah untuk mengembangkan
usahanya. Kerja sama dilakukan, misalnya untuk menggelar tryout digital secara
serentak di sekolah-sekolah. Kini Ruangguru telah bermitra dengan 326 pemerintah
kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia.
“Meski masih terhalang biaya dan kecepatan internet di daerah, tapi jauh
lebih murah, efektif, dan menyenangkan dibandingkan belajar lewat bimbingan
belajar,” kata Belva.
Sementara, metode promosi paling berhasil, menurutnya terjadi dari mulut
ke mulut. “Anak-anak kalau sudah menemukan aplikasi yang disukai pasti
memberitahu ke temannya, tiba-tiba saja satu kelas menggunakan Ruangguru,”
ujarnya.
Ruangguru pun menduduki peringkat pertama untuk aplikasi pendidikan
dalam jumlah pengunduhan di App Store Apple dan Play Store Android. Capaian
itu membuat perusahaan modal ventura East Venture mendanai Ruangguru.
Kucuran uang juga diberikan dari Venturra Capital milik Lippo Group.
Menurut Belva, jumlahnya mencapai jutaan dolar AS. Setelah meraih pendanaan
series B dan bakal mencari modal baru series C pada 2019.
Berkaca dari kesuksesan perusahaan pendidikan digital di Tiongkok yang
berhasil meraih gelar unicorn dalam rentang waktu 3 -5 tahun, Belva optimistis
Ruangguru bakal menyandang gelar tersebut dalam 2-3 tahun lagi. “Doakan saja,
yang penting kita punya potensi pasar yang sangat besar,” ujar Belva.
Kinerja Ruangguru pun sampai telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi bahkan sempat mengundang Belva untu mengikuti rapat kabinet terbatas
mengenai pendidikan vokasi di Istana Bogor pada 16 November 2017 lalu. Belva
hadir bersama Nadiem Makarim, yang merupakan CEO Go-Jek, yang sudah
menggenggam status unicorn.
Keduanya dimintai pendapat soal perkembangan dunia digital yang begitu
cepat dan bagaimana sistem pendidikan yang diperlukan untuk menghadapinya.
“Kami sangat senang, karena bisa mempunyai dampak sosial yang baik juga,” tutur
Belva.
Jokowi rupanya terkesan dengan pertemuan itu. Sebulan setelahnya, dalam
kuliah umum pada Dies Natalies Universitas Gadjah Mada ke-68 pada 19 Desember
2017 lalu, Jokowi membanggakan anak muda yang menjadi sosiopreneur dan
memecahkan masalah sosial melalui cara-cara kewirausahaan.

3. Kasus 1: PT Bank Central Asia (BCA) Tbk

TAHUN 2018, BCA SIAP MEREKRUT 1.100 KARYAWAN


BARU
by Eva Martha Rahayu - September 8, 2017

Tahun 2018, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan merekrut 1.100 orang
karyawan baru. Jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan tahun – tahun
sebelumnya sekitar 2.000 karyawan baru yang diterima bekerja tiap tahun di bank
swasta milik Grup Djarum itu.
Managing Director BCA, Lianawaty Suwono, mengatakan, saat ini jumlah
karyawan BCA total 24.125 orang di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 39% karyawan adalah golongan Gen Y. Sisanya dari kalangan Gen X dan
Baby Boomers.
Menariknya, kendati dari sisi generasi, karyawan BCA beragam, namun
mereka tetap nyaman bekerja. Ini dibuktikan dengan tingkat turn over karyawan
yang hanya 2,4%. “Boleh dibilang hampir 80% karyawan BCA itu bekerja sampai
masa pensiun,” jelas Lianawaty.
Betahnya karyawan BCA bekerja dikarenakan manajemen mampu
membuat karyawan loyal. Mengapa? Daya tarik BCA itu lingkungan kerja yang
friendly environment, continous improvement yang tinggi, dan benefit lain,” ujar
Hendra Tanumihardja, Executive Vice President Human Capital Management
Divison BCA. Dari sisi gaji misalnya, di atas rata-rata industri perbankan.
Apalagi BCA peduli dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Buktinya, untuk program pengembangan SDM dialokasikan anggaran tahun 2018
sebesar Rp550 miliar. Jumlah dana pendidikan itu naik Rp100 miliar dibandingkan
tahun sebelumnya Rp450 miliar.
Tahun 2016, BCA telah menggelar in class training yang diikuti oleh 63.460
karyawan dalam 2.774 kelas selama 387.775 hari pelatihan.
Kemajuan teknologi diimplementasikan untuk mendukung kegiatan
pengembangan SDM di BCA. Kegiatan pelatihan karyawan akan terus ditingkatkan
dalam Mobile Learning BCA, Video Learning dan platform pembelajaran digital
lainnya yang menggunakan sarana games, video atau Youtube.
Menurut Lianawaty, karena saat ini Generasi Millenial banyak bekerja di
BCA, pihaknya juga mengakomodir gaya hidup mereka. Generasi Milenial
umumnya pengguna teknologi tinggi, dan cenderung modah bosan, sehingga
direspons BCA dengan menerapkan sistem pelatihan yang beragam sesuai
kebutuhan dan di mana saja.
Bahkan, BCA juga menerapkan fleksibilitas sistem kerja. Seperti misalnya
waktu kerja yang fleksibel untuk waktu masuk kantor, dan ke depannya juga akan
dikembangkan sistem fleksibel work place.
Ya, dalam beberapa tahun terakhir, proses regenerasi dan suksesi
kepemimpinan menjadi prioritas BCA untuk memastikan kesinambungan
organisasi secara solid. BCA pun berkomitmen menjadi perusahaan pilihan
(employee of choice) para pencari kerja di Indonesia.
Ke depan, BCA akan terus menyempurnakan program-program
pengembangan SDM sejalan dengan perkembangan lingkungan usaha dan
kebutuhan perusahaan. Program Employee Value Proposition (EVP) yang
mencakup perbaikan berkelanjutan serta lingkungan kerja yang ramah akan terus
diterapkan di seluruh jenjang organisasi sebagai faktor pembeda BCA dengan
perusahaan-perusahaan lain.

Pembahasan kasus
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) (IDX: BBCA) adalah bank swasta
terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957dengan nama Bank
Central Asia NV dan pernah menjadi bagian penting dari Salim Group. Sekarang
bank ini dimiliki oleh salah satu grup perusahaan rokok terbesar di dunia, Djarum.
Karir BCA kurang lebih 61 tahun di Indonesia sudah mengalami berbagai
perubahaan dari era krisis moneter sampai saat ini yang sering di sebut sebagai
revolusi industri 4.0 dimana munculnya superkomputer, robot pintar, kendaraan
tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang
memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.
Revolusi industri 4.0 selalu dikaitkan dengan generasi milenial. Dalam buku
Grown Up Digital yang ditulis oleh Don Tapscott, generasi manusia dibagi dalam
beberapa kelompok. Pertama adalah Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan
sebelumnya), selanjutnya The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964) The Baby
Bust (lahir antara 1965 – 1976), Generasi X The Echo of the Baby Boom (lahir
antara 1977 – 1997), Generasi Net (lahir antara 1998 hingga kini) Generasi Alpha
(lahir pada 2010 dan seterusnya).
Berdasarkan pengelompokan di atas, generasi milenial merupakan bagian
dari generasi net yang lahir pada 90-an sampai 2000-an atau di era millenium. Jadi
bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini
berusia dikisaran 15 – 34 tahun. Generasi tersebut punya karakteristik yang jauh
berbeda dengan generasi pendahulunya. Salah satu pemicunya adalah pesatnya
perkembangan teknologi informasi. Generasi ini juga identik dengan budaya
konsumtif.
Dua poin terakhir itulah yang kini dipandang sebagai sebuah potensi besar
dalam industri perbankan. Maka tak heran bila bank-bank (utamanya bank besar)
berlomba-lomba berinvestasi dan membuat produk yang ditujukan bagi generasi
ini. Caranya bermacam-macam dan pintu masuknya bisa dari mana saja sesuai
behaviour generasi ini.
Salah satunya bank swasta terbersar yaitu Bank BCA, mereka tahu generasi
milenial bersifat konsumtif, generasi ini juga amat getol berinovasi. Untuk itu
mereka menyusun program yang dapat mewadahi itu. Seperti apa yang dikatakan
oleh Sekretaris Perusahaan BCA bahwa BCA selama ini telah memberikan
perhatian dalam bentuk pemberian pelatihan dan pembekalan bagi para
wirausahawan muda yang ingin mengembangkan diri termasuk dalam bidang
teknologi informasi.
Tidak hanya pangsa pasar saja yang difokuskan oleh bank BCA, tetapi
internal perusahan yaitu para karyawan ataupun calon karyawan bank BCA.
Dimana tahun 2018 ini, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan merekrut 1.100
orang karyawan baru, yang dimana banyak generasi Z yang akan turut mengikuti
perekrutan tersebut. Saat ini jumlah karyawan BCA total 24.125 orang di seluruh
Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 39% karyawan adalah golongan Gen Y.
Sisanya dari kalangan Gen X dan Baby Boomers.
Dilihat dari berbagai macam golongan generasi karyawan BCA, mereka
tetap nyaman bekerja. Ini dibuktikan dengan tingkat turn over karyawan yang hanya
2,4%. Yakni hampir 80% karyawan BCA bekerja sampai masa pensiun. Betahnya
karyawan BCA bekerja dikarenakan manajemen mampu membuat karyawan loyal.
Karena BCA sendiri mempunyai tujuan untuk memberdayakan SDM perusahaan
yang salah satunya adalah friendly environment, continous improvement yang
tinggi, dan benefit lain.
Generasi Millenial banyak bekerja di BCA, maka dari itu pihak BCA juga
mengakomodir gaya hidup mereka. Generasi Milenial umumnya pengguna
teknologi tinggi, dan cenderung mudah bosan, sehingga direspons BCA dengan
menerapkan sistem pelatihan yang beragam sesuai kebutuhan dan di mana saja.
Untuk program pengembangan SDM, Bank BCA mengalokasikan anggaran
tahun 2018 sebesar Rp550 miliar. Jumlah dana pendidikan itu naik Rp100 miliar
dibandingkan tahun sebelumnya Rp450 miliar. Pahun 2016, BCA juga telah
menggelar in class training yang diikuti oleh 63.460 karyawan dalam 2.774 kelas
selama 387.775 hari pelatihan.
Mengikuti Kemajuan teknologi diimplementasikan untuk mendukung
kegiatan pengembangan SDM di BCA. Kegiatan pelatihan karyawan akan terus
ditingkatkan dalam Mobile Learning BCA, Video Learning dan platform
pembelajaran digital lainnya yang menggunakan sarana games, video atau
Youtube.Bahkan, BCA juga menerapkan fleksibilitas sistem kerja. Seperti
misalnya waktu kerja yang fleksibel untuk waktu masuk kantor, dan ke depannya
juga akan dikembangkan sistem fleksibel work place.

Jika dilihat dari laporan keuangan bulanan PT BCA Tbk periode 31 Agustus
2018 dan 31 Juli 2018, terlihat bahwa laba bersih periode berjalan meningkat
sebesar Rp. 15.939 pada bulan Agustus sedangikan bulan Juli 2018 sebesar 13.655.
Sama hal nya dengan apa yang dikatakan oleh Direktur Utama BCA Jahja
Setiaatmadja mengatakan sampai kuartal II-2018 pertumbuhan kredit perseroan
sudah mencapai 13%. Sedangkan semester I sekitar 8% untuk kredit konsumer.
Bank swasta terbesar saat ini penyumbang kredit terbesar di BCA masih dipegang
segmen korporasi. Berdasarkan laporan keuangan Mei 2018 kredit bank BCA
masih tumbuh 13,37% menjadi Rp 486,5 triliun dari posisi periode yang sama tahun
lalu sebesar Rp 429,12 triliun.
Terbukti adanya generasi milenial serta menuju era industri 4.0 tidak
menjadi hambatan atau alasan terhadap kinerja perusahaan. Bahkan lingkungan
perusahaan saat ini banyak yang mengalami perubahan dengan mengikuti trend-
trend yang menyeimbangkan terhadap pekerja milenial. Seperti perusahaan Google
LLC, Youtube, dan lain-lain. Proses regenerasi dan suksesi kepemimpinan juga
masih menjadi prioritas BCA untuk memastikan kesinambungan organisasi secara
solid. BCA pun berkomitmen menjadi perusahaan pilihan (employee of choice)
para pencari kerja di Indonesia.
BCA akan terus menyempurnakan program-program pengembangan SDM
sejalan dengan perkembangan lingkungan usaha dan kebutuhan perusahaan.
Program Employee Value Proposition (EVP) yang mencakup perbaikan
berkelanjutan serta lingkungan kerja yang ramah akan terus diterapkan di seluruh
jenjang organisasi sebagai faktor pembeda BCA dengan perusahaan-perusahaan
lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://lifestyle.bisnis.com/read/20180812/50/827078/dominasi-karyawan-milenial
https://katadata.co.id/berita/2018/03/14/ruangguru-beri-pelatihan-bagi-karyawan-
millenial-pertamina
https://www.cermati.com/artikel/17-startup-sukses-milik-generasi-millenial-
indonesia-ini-punya-5-tips-yang-bisa-ditiru
https://katadata.co.id/berita/2017/12/30/ruangguru-startup-pendidikan-
kebanggaan-jokowi-incar-status-unicorn
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/generasi-milenial-di-balik-industri-kreatif-
berbasis-teknologi
https://wolipop.detik.com/read/2017/10/26/084257/3700507/1133/riset-hanya-25-
millennial-yang-totalitas-pada-pekerjaan-selebihnya
https://dosen.perbanas.id/teori-generasi/
http://lpmmomentum.com/2017/09/mengenal-generasi-milenial/
https://swa.co.id/swa/trends/tahun-2018-bca-siap-merekrut-1-100-karyawan-baru

Anda mungkin juga menyukai