Anda di halaman 1dari 13

KEMUNDURAN ILMU DI

DUNIA ISLAM
DR. DRA. NUR FITRIYANA, M. AG
MATERI KE 6
PERIODE 1250-1500 KEMUNDURAN DUNIA
ISLAM
• Pada periode antara tahun 1250 hingga 1500 M, terjadi masa kemunduran peradaban kebudayaan
Islam. Periode ini ditandai dengan berbagai peristiwa dan faktor yang berkontribusi terhadap
penurunan kejayaan dan pengaruh kebudayaan Islam. Dalam rentang waktu 1250-1500 Masehi,
peradaban dan kebudayaan Islam mengalami berbagai tantangan yang mengakibatkan kemunduran
politik, ekonomi, dan intelektual. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kemunduran ini
adalah serangan dan penaklukan dari bangsa Mongol dan penerus mereka, seperti Dinasti Ilkhanate
dan Timur Lenk. Serangan brutal Hulagu Khan pada tahun 1258 Masehi menghancurkan Baghdad,
menandai titik balik dalam penurunan Zaman Keemasan Islam. Serangan-serangan Timur Lenk
yang kejam juga menyebabkan penderitaan besar bagi umat Muslim, dengan kematian dan
kehancuran di banyak wilayah, termasuk Irak, Suriah, Anatolia, dan India.
DINASTI MAMELUK MESIR

• Di Mesir, Dinasti Mamluk memainkan peran penting dalam mempertahankan


peradaban Islam. Awalnya didirikan sebagai respon terhadap serangan-
serangan Mongol, Dinasti Mamluk berkembang menjadi kekuatan yang
mengatur perdagangan internasional, memajukan seni, budaya, dan ilmu
pengetahuan. Namun, masa kemunduran dimulai saat Dinasti Mamluk
mengalami kejenuhan dan ketidakstabilan internal. Solidaritas mereka
melemah, kebijakan fiskal yang buruk dan korupsi merajalela, dan stagnasi
intelektual merusak kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
FASE PERKEMBANGAN ILMU

01 02

Fase Penerjemahan ( 750-850) Lahirnya Karya Ilmiah


Kitab-kitab dan Ilmu Pengetahuan terjemahan yang diberi
Yunani, Persia dan Rumawi
diterjemahkan ke dalam Bahasa syarah dan disesuainkan
Arab sebagai komunikasi dan dengan ajaran Islam
bahasa ilmu pengetahuan
?
FAKTOR KEMUNDURAN DARI
LUAR
01 Serbuan Bangsa Mongol ke Bagdad

Peralihan kekuasaan dari Islam ke Kristen


di Spanyol
02

Berakhirnya Perang Salib


03
FAKTOR KEMUNDURAN DARI
DALAM
01. 02.
PECAHNYA DUNIA ISLAM
ABBASYIAH, MUAWIYAH FATIMIYAH, KEBUDAYAAN ARAB DIGANTI
MUWAHIDUN DAN MURABITHUN
KEBUDAYAAN TURKI DAN PERSI

03.
KEBUDAYAAN ISLAM BERSIFAT
ARISTOKRAT 04.
AKAL JUMUD-STATIS : AQIDAH -
STATIS
TEORI ASHOBIYAH IBN KHALDUN

1. Secara etimologis ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti mengikat.
2. Secara fungsional ashabiyah menunjuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan
untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Ashabiyah dipahami sebagai solidaritas sosial,
dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan kelompok.
3. Ashabiyah sangat menentukan kemenangan dan keberlangsungan hidup suatu negara,
dinasti, ataupun Kerajaan.
4. Tanpa Ashobiyah negara tersebut berada dalam ancaman disintegrasi dan menuju pada
kehancuran
IBN KHALDUN MENUNJUKKAN CONTOH

• Dinasti Abbasiyah di zaman khalifah al-Mu’tashim dan anaknya al-Watsiq, di


mana kekuatan bangsa Arab menjadi lemah, sehingga raja bergantung
sebagian besar kepada orang-orang dari bangsa Persia, Turki, Dailami, Saljuk
dll. Karena mendapatkan kesempatan dan kepercayaan sangat besar yang
diberikan oleh raja, maka bangsa asing tersebut memanfaatkannya dengan
menguasai daerahdaerah kekuasaan dinasti Abbasiyah.
• Ibn Khaldun. The Muqaddimah: An Introduction to History, (trans. Franz Rosenthal), Bollingen Series Princeton University Press, 1989, h.123-124
TAHAPAN SIKLUS PERUBAHAN SOSIAL

Tahapan timbul tenggelamnya suatu Negara atau sebuah peradaban menurut Ibn Khaldun menjadi lima tahap yaitu :
(1) Tahap sukses : Otoritas negara didukung oleh masyarakat (ashabiyyah) yang berhasil menggulingkan kedaulatan
dari dinasti sebelumnya.
(2) Tahap tirani : Penguasa berbuat sekehendaknya pada rakyatnya. Nafsu untuk menguasai menjadi tidak
terkendali.
(3) Tahap sejahtera : Ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian penguasa tercurah pada usaha membangun
negara.
(4) Tahap tentram dan damai : Penguasa merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para pendahulunya.
(5) Tahap kemewahan : Penguasa menjadi perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan kesenangan. Pada
tahap ini, negara tinggal menunggu kehancurannya.

Osman Raliby, Ibnu Chaldun: Tentang Masjarakat dan Negara. Jakarta: Bulan Bintang, 1965, h. 153
TIGA GENERASI TEORI SIKLUS
1. Generasi pembangun, generasi yang masih memegang sifat-sifat kenegaraan.
2. Generasi penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara ekonomi
dan politik dalam sistem kekuasaan, menjadi tidak peka lagi terhadap
kepentingan bangsa dan negara.
3. Generasi ketidakpedulian. Mereka tidak lagi memiliki hubungan emosional
dengan negara dan mereka tidak pernah memperdulikan nasib negara.

Osman Raliby, Ibnu Chaldun: Tentang Masjarakat dan Negara. Jakarta: Bulan Bintang, 1965, h.234-8
• Ibnu Khaldun mendeskripsikan perubahan sosial dimulai sebuah Peradaban
besar dimulai dari masyarakat yang telah ditempa dengan kehidupan keras,
kemiskinan dan penuh perjuangan. Keinginan hidup dengan makmur dan
terbebas dari kesusahan hidup ditambah dengan ‘Ashabiyyah di antara mereka
membuat mereka berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan
perjuangan yang keras. Impian yang tercapai kemudian memunculkan sebuah
peradaban baru.
• Kemunculan peradaban baru ini pula biasanya diikuti dengan kemunduran
suatu peradaban lain. Tahapan-tahapan di atas kemudian terulang lagi, dan
begitulah seterusnya hingga teori ini dikenal dengan Teori Siklus. Tahapan-
tahapan tersebut berputar seperti roda yang tidak pernah berhenti. Lebih
sederhana lagi teori siklus ialah; lahir, tumbuh, berkembang dan mati.

‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َخ ْيُر الَّناِس َقْر ِني ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم‬
• Riwayat dari ‘Abdullah r.a. dari Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik manusia
adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku), kemudian orang-
orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. (H.R. Bukhari
Muslim)
• Menurut Ibn Qutaibah dalam (Ta’wil Mukhtalif al-Hadits) Nabi menetapkan bahwa
yang terbaik adalah generasi pada masanya, itu mengindikasikan bahwa para
sahabat merupakan produk pertama umat Islam yang dididik langsung oleh Nabi
Muhammad saw., di samping mereka juga merasakan penderitaan bersama Nabi,
berjihad, membantu memelihara Al-Qur’an dan lain sebagainya. Namun, Nabi saw.
juga tidak mengabaikan bahwa di akhir zaman nanti, ada generasi yang memiliki
kontribusi yang sebanding dengan kontribusi yang dilakukan para sahabat Nabi.
• Pandangan Ibn Qutaibah di atas kemudian dikembangkan oleh para pemikir
Islam, seperti Muhammad Abduh, Syahrur, Abu Rayyah dan Harun Nasution.
Menurut mereka, generasi terbaik tidak mesti dispesifikasikan hanya kepada
generasi Nabi (para sahabat) dan umat Islam akhir zaman. Semua generasi
dapat menjadi generasi terbaik, dengan catatan mereka patuh dan taat kepada
aturan-aturan Islam.

Anda mungkin juga menyukai