Pengelolaan Zakat
Muhammad Choirin
Wakil Direktur Puskas BAZNAS RI
Outline
Tatakelola Syariah dalam
02 Pengelolaan Zakat
Kinerja Amil
diantaranya adalah dengan
dikeluarkannya standar audit syariah
yang ditujukan untuk mengevaluasi
Kinerja Pengumpulan kinerja lembaga zakat di Indonesia
melalui beberapa aspek yaitu kinerja
lembaga, kinerja keamilan, kinerja
Kinerja Pendistribusian
pengumpulan dan pendistribusian serta
dan Pendayagunaan
pendayagunaan.
Zakat Core Principle (ZCP)
01
15 yang menekankan tentang pentingnya tata kelola syariah (Shariah
Governance) yang harus dimiliki oleh OPZ dengan tujuan untuk
memastikan pengelolaan zakat sesuai dengan aturan-aturan syariah
yang berlaku.
Orientasi Tujuan Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan
Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan Kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
Batasan Penyaluran ACR (Allocation to Collection Ratio), kecepatan penyaluran program produktif dan
program konsumtif, dan Indeks Penyaluran pada IZN (Indeks Zakat Nasional)
Ketentuan Penghimpunan Ada ketentuan nishab, kadar, haul (pada zakat tertentu) dan bebas dari pelanggaran
hukum dan syariah
IFSB mendefinisikan sistem tatakelola syariah sebagai sebuah instrumen dalam sebuah
01 organisasi yang menyediakan layanan keuangan syariah yang bertujuan untuk
mengawasi dan memastikan secara independen aspek-aspek kepatuhan syariah yang
diimplementasikan dalam setiap struktur dan proses bisnis dalam institusi keuangan
syariah (IFSB, 2009).
Sebagai bagian integral dari sistem ekonomi dan keuangan syariah, lembaga zakat
juga dapat mengadopsi definisi tata kelola syariah tersebut dalam setiap aktivitas
02
pengelolaan zakat. Lebih lanjut, sistem tatakelola syariah memiliki beberapa
komponen penting di dalamnya yang berfungsi sebagai pengawas, unit kontrol
internal, dan unit kontrol eksternal
Kajian terkait Penerapan Kepatuhan
Syariah dalam Pengelolaan Zakat
Sistem Tatakelola Syariah di Lembaga Zakat
(Hakim, et al 2018)
Shariah Governance Framework dalam
Pengelolaan Zakat (Amalia, 2017)
Penerapan Kepatuhan Syariah dalam
03 Pengelolaan Zakat Berdasarkan IIZCP
No Dimensi Indikator
2 Regulasi dan Kepatuhan Syariah 1. Adanya prosedur dan mekanisme untuk non-compliance.
01 Keadilan
(al-’Adalah)
Melakukan sesuatu sesuai dengan regulasi.
Kesetaraan dalam hal akses informasi
02
Posisi pembayar zakat (Muzakki), Amilin dan
Kemitraaan penerima manfaat (Mustahiq), serta lembaga
sosial itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha
(al-Musyarakah) yang saling bersinergi untuk kemanfaatan
bersama.
www.baznas.go.id
Bagian Amil dalam Zakat menurut Ulama
03 Transparansi
(al-Syafafiyah)
Organisasi Pengelola Zakat memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar
para pihak dapat mengetahui kondisi dananya
04 Universal
(al-’Alamiyah)
Dalam pengelolaannya tidak membedakan suku,
agama, ras, dan golongan dalam masyarakat sesuai
dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
www.baznas.go.id
1. Pandangan Ulama dan MUI
Mengenai Penggunaan Dana Fi
Sabilillah untuk Kekurangan Dana Amil
Pandangan Fikih
Asnaf Amilin
Amilin menurut Fuqaha:
2
1
Malikiyah
Hanaafiyah
Semua orang yang terlibat dalam pengelolaan zakat, baik
Orang yang dilantik oleh Imam untuk pengutip, penulis dan juga pendistribusi. Semuanya tersebut
mengambil zakat dan mengutipnya. masuk kategori Amil, meskipun mereka orang kaya.
3 4
Hanabilah Syafiiyah
Semua yang dibutuhkan dalam penghimpunan Wakil pemerintah dalam pengelolaan zakat, termasuk disini adalah
dana zakat. Semua berhak mendapat bagian dari Arif (tokoh kampung) yang menunjukkan dan memvalidasi objek-
amil sesuai kadar pekerjaannya objek wajib zakat.
www.baznas.go.id
Bagian Amil dalam Zakat Menurut Ulama
Bagian Amil dalam Zakat menurut Ulama
01
Ulama Hanafiyah menyatakan tidak harus ⅛, diberikan
sesuai dengan porsi jerih payahnya, tetapi seandainya harus
Hanafiyah diberikan lebih dari ⅛ maka tidak boleh lebih dari ½ total
pengumpulan.
02
dengan nominal gaji yang standar dan laik, seandainya
sudah mendapatkan 12,5% tetapi kebutuhannya lebih dari
Syafiiyah itu, maka boleh diambil dari asnaf lain (sa’iril asnaf), karena
Amil itu adalah pekerja untuk kepentingan mustahik maka
kalau ada beban upah dari Amil itu maka bebannya dari
asnaf yang lainnya
www.baznas.go.id
Bagian Amil dalam Zakat menurut Ulama
03
Jika kurang dari 1/8 diambil dari dana zakat yang ada,
Malikiyah meskipun habis karena amil dapat bagian ini adalah
ujrah (upah) dari pekerjaannya.
04
memutuskan untuk menambah dari dana baitul mal
Hambali (negara), maka hal itu diperbolehkan. Bahkan kalau
gaji amil ini diambil dari anggaran negara, maka boleh
sehingga dana zakat dibagi untuk semua asnaf non
amil.
www.baznas.go.id
Bagian Amil menurut MUI
Bagian Amil menurut MUI
Fatwa MUI No. 8 Tahun 2011
Di Indonesia terdapat fatwa mengenai amil tersendiri, yaitu Fatwa No.8 Tahun 2011 tentang
amil zakat. Dalam fatwa tersebut disebutkan beberapa hal terkait bagian amil dalam zakat:
4. Pada dasarnya, biaya operasional pengelolaan zakat disediakan oleh Pemerintah (ulil amr).
5. Dalam hal biaya operasional tidak dibiayai oleh Pemerintah, atau disediakan Pemerintah tetapi
tidak mencukupi, maka biaya operasional pengelolaan zakat yang menjadi tugas Amil diambil
dari dana zakat yang merupakan bagian Amil atau dari bagian Fi Sabilillah dalam batas
kewajaran, atau diambil dari dana di luar zakat.
6. Kegiatan untuk membangun kesadaran berzakat – seperti iklan – dapat dibiayai dari dana
zakat yang menjadi bagian Amil atau Fi Sabilillah dalam batas kewajaran, proporsional dan
sesuai dengan kaidah syariat Islam.
7. Amil zakat yang telah memperoleh gaji dari negara atau lembaga swasta dalam tugasnya
sebagai Amil tidak berhak menerima bagian dari dana zakat yang menjadi bagian Amil.
Sementara amil zakat yang tidak memperoleh gaji dari negara atau lembaga swasta berhak
menerima bagian dari dana zakat yang menjadi bagian Amil sebagai imbalan atas dasar
prinsip kewajaran
www.baznas.go.id
Realisasi Belanja Pegawai
Berdasarkan praktik operasional
Aparatur Sipil Negara atau ASN dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
atau APBN, rata-rata besaran
persentase belanja pegawai dalam
APBN sebesar 24,83% dari tahun
2015 hingga tahun 2020. Dengan
demikian, apabila didasarkan pada
belanja pegawai, maka batas
kewajaran dapat dipertimbangkan
mengacu pada rata-rata belanja
pegawai tersebut.
Sumber: lokadata, 2020
www.baznas.go.id
Bagian Amil dalam Zakat
Menurut Zakat Core Principles
Bagian Amil menurut ZCP
Bagian Amil menurut Zakat Core Principle
Bagian Amil dalam Zakat Menurut Zakat Core Principles atau ZCP terdapat di halaman
30 pada dokumen ZCP terkait prinsip-prinsip pokok pengelolaan zakat. Lebih detail,
ketentuan mengenai bagian amil menurut ZCP terdapat pada ZCP nomor 8, sebagai
berikut:
www.baznas.go.id
Pemaknaan Pendapat Ulama, MUI, dan ZCP
Dengan demikian, tidak ada pendapat imam mazhab dan ketentuan MUI dan ZCP yang
membatasi alokasi dana amil dari zakat harus secara ketat 1/8 alias 12,5%. Para ulama
berpendapat bahwa jika dana operasional lebih dari ⅛ atau 12,5% itu boleh.
Namun, yang dipermasalahkan adalah dari mana dana tersebut. Para ulama sepakat jika
lebih dari ⅛ maka kelebihannya bisa diambil dari maslahat umum (fii sabilillah) karena
secara konteks sudah tidak ada makna sesungguhnya dari fii sabilillah pada saat ini.
www.baznas.go.id
Lalu, apa itu asnaf
Fii Sabilillah?
www.baznas.go.id
Definisi Fii Sabilillah
Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Dr. Yusuf Al-Qaradawi, beliau menyatakan bahwa pengertian fi sabilillah adalah semua hal yang baik dan
bermanfaat untuk kepentingan dakwah dan kemaslahatan ummat. Dr. Yusuf Al-Qaradawi menyebutkan
contoh, antara lain :
Marakiz Islamiyah di Negeri Non Islam
01. Membangun pusat-pusat dakwah (al-marakiz al-islamiyah) yang menunjang program dakwah Islam di
wilayah minoritas, dan menyampaikan risalah Islam kepada non muslim di berbagai benua
merupakan jihad fi sabilillah.
www.baznas.go.id
Definisi Fii Sabilillah
Menerbitkan Buku dan Tulisan
03. Menerbitkan tulisan tentang Islam untuk mengantisipasi tulisan yang menyerang
Islam, atau menyebarkan tulisan yang dapat menjawab kebohongan dan keraguan
yang disuntikkan musuh Islam, serta mengajarkan agama Islam kepada para
pemeluknya, adalah jihad fi sabilillah.
Kafalah Da’iyah
04. Membantu para da'i muslim yang menghadapi kekuatan yang memusuhi Islam di
mana kekuatan itu dibantu oleh para thaghut dan orang-orang murtad, adalah
jihad fi sabilillah.
Membangun Madrasah
05. Termasuk di antaranya untuk biaya pendidikan sekolah Islam yang akan melahirkan
para pembela Islam dan generasi Islam yang baik, atau biaya pendidikan seorang
calon kader dakwah atau da’i yang akan diprioritaskan hidupnya untuk berjuang di
jalan Allah melalui ilmunya, kesemuanya adalah jihad fi sabilillah.
www.baznas.go.id
Fikih Kontemporer
Namun demikian, Yusuf Al-Qaradhawi tidak membatasi hanya kepada contoh hal-
hal di atas saja, melainkan meluaskan makna fi-sabilillah kepada segala sesuatu
yang baik dan jelas kebermanfaatannya untuk ummat.
www.baznas.go.id
Praktik Penggunaan Dana Amil
Praktik Penggunaan Dana Amil
01
Review
Fatwa ini sejalan dengan UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, PP No. 14 tahun 2014
tentang Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Peraturan BAZNAS No. 1
tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan RKAT BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
Kabupaten/Kota, PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah, Lampiran C dan PSAK 109
Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.
Praktik Penggunaan Dana Amil
03
Best Practice BAZNAS dan LAZ
Praktik di lapangan, BAZNAS yang menerima alokasi anggaran dari pemerintah, hak amil 12,5% dari dana zakat
dan 20% dana infak/sedekah masih merasa berat untuk membiayai operasional. Belum lagi, jika alokasi
anggaran dari pemerintah telat turun, sehingga amil menggunakan alokasi fi sabilillah untuk membiayai
operasional dan kegiatan edukasi zakat. Hal yang sama tidak jauh berbeda dengan LAZ.
Sejumlah BAZNAS dan LAZ bahkan minus saldo dana amilnya. Hal ini mungkin bisa jadi karena inefisiensi dana
amil juga. Di sisi lain, ada perbedaan persepsi antara Pemerintah/Kementerian Agama dan Auditor KAP dengan
OPZ terkait;
1) kebolehan penggunaan bagian fisabilillah untuk operasional amil dan kegiatan edukasi/literasi serta
perlakuan akuntansinya dan
2) kriteria beban operasional pengelolaan zakat, apakah biaya termasuk biaya penghimpunan dan penyaluran
dana. Hal ini bisa jadi karena perbedaan penafsiran atas batas kewajaran dan kriteria/kondisi bolehnya
penggunaan dana fi sabilillah untuk amil.
2. Penyaluran Zakat Konsumtif
dan Produktif
FATWA MUI TAHUN 1982 TENTANG MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT
UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM
REVIEW
Fatwa ini sesuai dengan SK Ketua BAZNAS Nomor 64 Tahun 2019
PENJELASAN
Saat ini BAZNAS menerapkan SK Ketua BAZNAS Nomor 64 tahun 2020. Selain BAZNAS,
hampir seluruh OPZ juga telah melaksanakan kegiatan penyaluran zakat untuk
kegiatan produktif.
FATWA MUI NO 14 TAHUN 2011 PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM
BENTUK ASET KELOLAAN
REVIEW
Dalam penyaluran harta zakat, ada upaya perluasan manfaat harta zakat agar lebih dirasakan
kemanfaatannya bagi banyak mustahiq dan dalam jangka waktu yang lama, yang salah satunya
dalam bentuk aset kelolaan. Adapun aset kelolaan adalah sarana dan/atau prasarana yang
diadakan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam pengelolaan pengelola sebagai wakil
mustahiq zakat, sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahiq zakat.
PENJELASAN
Hukum penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan adalah boleh dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Tidak ada kebutuhan mendesak bagi para mustahiq untuk menerima harta zakat.
2. Manfaat dari aset kelolaan hanya diperuntukkan bagi para mustahiq zakat.
3. Bagi selain mustahiq zakat dibolehkan memanfaatkan aset kelolaan yang diperuntukkan
bagi para mustahiq zakat dengan melakukan pembayaran secara wajar untuk dijadikan
sebagai dana kebajikan.
FATWA MUI NO 15 TAHUN 2011 TENTANG PENARIKAN,
PEMELIHARAAN DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT
REVIEW
Inovasi yang terjadi dalam hal penarikan, pemeliharaan dan penyaluran zakat menimbulkan
banyak pertanyaan terkait ketentuan dan kesesuaian dengan Syariah.
PENJELASAN
Amil berkewajiban untuk melakukan penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran zakat. dalam hal
pemeliharaan, jika ada kerusakan /kehilangan barang, Amil tidak perlu mengganti. Untuk kasus
penyaluran zakat dari amil ke amil, zakat belum dianggap sebagai penyaluran jika belum sampai
ke mustahik serta diperbolehkan untuk mengambil hak dana zakat namun hanya sekali.
Yayasan/lembaga yang menangani fakir miskin boleh menerima zakat atas nama fiisabilillah.
Adapun untuk penyaluran zakat muqoyyadah, maka Amil dapat meminta tambahan biaya
operasional dari mustahik
Ketentuan Penyaluran Zakat Konsumtif dan Produktif