DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... I-1-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................................ I-2-1
1.3. RUANG LINGKUP ................................................................................................. I-3-1
1.4. KAIDAH UMUM ..................................................................................................... I-4-1
1.5. PENGERTIAN ....................................................................................................... I-5-1
BAB II KEBIJAKAN
2.1. ORGANISASI ....................................................................................................... II-1-1
2.2. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN ............................................................ II-2-1
2.3. PENGANGGARAN................................................................................................ II-3-1
2.4. PELAKSANAAN .................................................................................................... II-4-1
BAB IV PENGAWASAN
4.1. PENGAWASAN BAGIAN ..................................................................................... IV-1-1
4.2. PENGAWASAN INDEPENDEN ............................................................................ IV-2-1
PENDAHULUAN
020.1.1
I-1-1
PENDAHULUAN
020.1.2
I-2-1
PENDAHULUAN
020.1.3
I-3-1
PENDAHULUAN
020.1.4
I-4-1
PENDAHULUAN
020.1.5
1.5 PENGERTIAN
1.5.1 Perencanaan Pendistribusian dan Pendayagunaan adalah penyusunan rumusan strategi,
pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan pembinaan serta implementasi penyaluran ZIS-DSKL
berdasarkan Renstra dan RKAT BAZNAS.
1.5.2 Penyaluran adalah kegiatan pendistribusian atau pendayagunaan dana zakat, infak/sedekah,
Corporate Social Responsibility dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya yang ditujukan kepada
penerima manfaat.
1.5.3 Pendistribusian adalah penyaluran Zakat kepada Mustahik dalam bentuk konsumtif, jangka
pendek, dan untuk memenuhi kebutuhan mendesak bagi mustahik.
1.5.4 Pendayagunaan adalah bentuk pemanfaatan Zakat secara optimal dalam bentuk usaha produktif,
sehingga berdaya guna untuk meningkatkan pendapatan mustahik dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan secara berkelanjutan.
1.5.5 Penerima Manfaat adalah pihak yang menerima dana penyaluran zakat, infak/sedekah, Corporate
Social Responsibility dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya.
1.5.6 Mustahik adalah orang yang berhak menerima Zakat, termasuk kelompok orang yang berhak
menerima Zakat dan dalam kondisi tertentu dapat diwakilkan oleh lembaga masyarakat.
1.5.7 Asnaf adalah 8 (delapan) golongan yang berhak menerima zakat yang terdiri dari Fakir, Miskin, Amil,
Mualaf, Riqab, Gharimin, Fi Sabilillah, dan Ibnu Sabil.
1.5.8 Fakir merupakan orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian untuk
memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi:
1.5.8.1 Orang yang berjuang di jalan Allah, yang tidak sempat dan tidak memiliki kemampuan untuk
mencari nafkah;
1.5.8.2 Orang lanjut usia yang tidak mampu lagi berusaha;
1.5.8.3 Orang sakit atau cacat (fisik atau jiwa) sehingga tidak bisa berusaha;
1.5.8.4 Korban bencana alam atau bencana sosial (dapat meliputi orang yang beragama Islam dan
non-Islam); dan
1.5.8.5 Ketiadaan tulang punggung di keluarga yang dapat mencari nafkah.
1.5.9 Miskin merupakan orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarga yang
menjadi tanggungannya, yang disebabkan antara lain:
1.5.9.1 Rendahnya pengetahuan dan keterampilan usaha/kerja;
1.5.9.2 Minimnya akses terhadap modal usaha;
1.5.9.3 Minimnya akses terhadap pasar;
1.5.9.4 Minimnya akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan; dan
1.5.9.5 Minimnya akses untuk beribadah.
Kebutuhan dasar yang dimaksud mengacu kepada batasan Had Kifayah yang ditetapkan Ketua
BAZNAS.
1.5.10 Amil merupakan seseorang atau sekelompok orang yang diangkat dan/atau diberi kewenangan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, badan, lembaga yang diberikan izin oleh pemerintah dan/atau
I-5-1
PENDAHULUAN
020.1.5
pemerintah daerah, dan/atau seseorang yang mendapat mandat dari pimpinan Pengelola Zakat
untuk mengelola Zakat.
1.5.11 Mualaf merupakan orang yang sedang dikuatkan keyakinannya karena baru masuk Islam, yang
meliputi:
1.5.11.1 Orang yang baru memeluk agama Islam;
1.5.11.2 Kegiatan pembinaaan untuk menanggulangi pemurtadan; dan
1.5.11.3 Kegiatan pembinaan bagi non muslim yang tertarik untuk mempelajari Islam.
1.5.12 Riqab adalah orang yang kehilangan kemerdekaannya atau tersandera kebebasannya sehingga
tidak dapat melaksanakan ibadah dan/atau muamalah, yang meliputi:
1.5.12.1 Korban perdagangan manusia;
1.5.12.2 Pihak yang ditawan oleh musuh Islam; dan
1.5.12.3 Orang yang terjajah dan teraniaya.
1.5.13 Gharimin adalah orang yang terlilit hutang karena berusaha menjalankan syariat Islam,
menghadirkan maslahat umum, dan/atau menghindarkan mudharat umum serta tidak mampu
mengembalikan pada saat jatuh tempo, dengan ketentuan:
1.5.13.1 Kemaslahatan diri dengan tidak berlebihan seperti untuk nafkah, mengobati orang sakit,
membangun rumah, dan lain sebagainya;
1.5.13.2 Kemaslahatan umum seperti mendamaikan dua orang muslim atau lebih yang sedang
berselisih sehingga perlu adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikannya;
atau
1.5.13.3 Kemaslahatan umum lainnya seperti membangun sarana ibadah.
1.5.13.4 Kemaslahatan diri yang dimaksud dalam asnaf Gharimin adalah setiap usaha yang perlu
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa.
1.5.13.5 Membangun rumah yang dimaksud dalam asnaf Gharimin adalah membangun atau
memperbaiki rumah dalam kategori rumah sejahtera tapak.
1.5.13.6 Membangun sarana ibadah yang dimaksud dalam asnaf Gharimin adalah membangun
sarana ibadah Umat Islam pada wilayah berpenduduk mayoritas miskin yang belum
memiliki sarana ibadah yang layak.
1.5.14 Fi Sabilillah adalah orang yang sedang berusaha menegakkan syariat Islam, menghadirkan
maslahat, atau menghindarkan mudarat bagi kaum Muslimin, yang meliputi:
1.5.14.1 Orang atau kelompok yang sedang berjuang menegakan kalimat Allah diantaranya
meliputi kegiatan dakwah, pendidikan keagamaan, dan pelayanan sosial keagamaan;
1.5.14.2 Orang yang secara ikhlas melaksanakan tuntunan agama baik tuntunan wajib, sunnah,
dan berbagai kebajikan lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT;
1.5.14.3 Orang yang secara ikhlas dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu yang bermanfaat
bagi umat; dan
1.5.14.4 Orang atau kelompok yang berjuang memperbaiki kondisi kemaslahatan bangsa dan
kaum muslimin.
1.5.15 Ibnu Sabil merupakan para musafir yang kehabisan biaya atau bekal dalam melakukan perjalanan
dalam rangka sesuatu yang baik, yang meliputi:
I-5-2
PENDAHULUAN
020.1.5
I-5-3
PENDAHULUAN
020.1.5
1.5.32 Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan adalah sejumlah Pejabat yang mendapatkan
kewenangan/otoritasnya secara tertulis dari Ketua BAZNAS untuk memutuskan persetujuan atau
penolakan proposal program secara berjenjang sesuai dengan kewenangannya.
1.5.33 Rapat Kedeputian II adalah forum pengambilan keputusan di tingkat Kedeputian II bidang
Pendistribusian dan Pendayagunaan yang terdiri dari Pimpinan Supervisi Bidang Pendistribusian
dan Pendayagunaan, Deputi II, para Direktur dan Kepala Divisi, yang terdiri atas:
1.5.33.1 Rapat Pimpinan Paripurna Kedeputian II yang dihadiri Deputi II, Para Direktur dan Kadiv,
dan Pimpinan Supervisi Kedeputian II.
1.5.33.2 Rapat Pimpinan Kedeputian II yang dihadiri Deputi II, Para Direktur dan Kepala Divisi.
1.5.33.3 Rapat Direktorat yang dihadiri oleh Direktur, Para Kadiv dan staf pelaksana.
1.5.33.4 Evaluasi Internal Program adalah kegiatan yang dilakukan oleh Kedeputian II, yang
bertujuan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan suatu program dan menilai
keberhasilannya yang meliputi output, outcome, dan dampaknya.
1.5.34 Tahapan Evaluasi Internal Program:
1.5.34.1 Rapat Pimpinan Paripurna Kedeputian II yang dihadiri Deputi II, Para Direktur dan Kadiv,
dan Pimpinan Supervisi Kedeputian II melakukan evaluasi internal program.
1.5.34.2 Rapat Pimpinan Kedeputian II yang dihadiri Deputi II, Para Direktur dan Kepala Divisi
melakukan evaluasi internal program.
1.5.34.3 Rapat Direktorat yang dihadiri oleh Direktur, Para Kadiv dan Staf Pelaksana melakukan
evaluasi internal program.
1.5.34.4 Rapat evaluasi internal program dilaksanakan minimal satu kali setiap kuartal.
1.5.34.5 Rapat evaluasi internal program menghasilkan identifikasi masalah dan pencapaian serta
rekomendasi.
I-5-4
KEBIJAKAN
020.2.1
2.1. ORGANISASI
2.1.1. Unit kerja yang memiliki tugas dan tanggung jawab terkait dengan proses penyaluran dana ZIS dan
DSKL adalah Kedeputian II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan. Kedeputian II membawahi:
2.1.1.1. Direktorat Pendistribusian
2.1.1.1.1. Tugas
2.1.1.1.1.1. Menyiapkan rumusan strategi pendistribusian ZIS-DSKL Nasional;
2.1.1.1.1.2. Mengidentifikasi dan melakukan mitigasi risiko pendistribusian;
2.1.1.1.1.3. Mengelola data mustahik yang menerima manfaat pendistribusian
ZIS-DSKL;
2.1.1.1.1.4. Melakukan penilaian kondisi mustahik;
2.1.1.1.1.5. Melakukan input data mustahik melalui sistem yang telah
ditetapkan oleh BAZNAS;
2.1.1.1.1.6. Melaksanakan pendistribusian ZIS-DSKL Nasional;
2.1.1.1.1.7. Melakukan sosialisasi program dan prosedur ke seluruh unit kerja;
2.1.1.1.1.8. Melakukan pendistribusian ZIS-DSKL dalam program kemanusiaan
(Divisi Kemanusiaan);
2.1.1.1.1.9. Melakukan pendistribusian ZIS-DSKL dalam program kesehatan
baik kuratif, promotif maupun preventif (Divisi Kesehatan);
2.1.1.1.1.10. Melakukan Pendistribusian ZIS-DSKL dalam program pendidikan
dakwah dan advokasi (Divisi Pendidikan dan Dakwah);
2.1.1.1.1.11. Melakukan Pendistribusian ZIS-DSKL dalam program
kebencanaan (Divisi Kebencanaan);
2.1.1.1.1.12. Mengumpulkan seluruh data yang dipersyaratkan untuk pengajuan
Memorandum Penyaluran Dana Zakat Infak Shadaqah (MPZIS);
2.1.1.1.1.13. Memastikan proses pengajuan MPZIS telah dilakukan dengan
benar dan memenuhi persyaratan sehingga layak untuk dimintakan
persetujuan;
2.1.1.1.1.14. Memastikan proses pengajuan Permohonan Pencairan Dana
(PPD) telah dilakukan dengan benar dan memenuhi persyaratan
kemudian memberikan putusan atas PPD tersebut sesuai dengan
otoritasnya;
2.1.1.1.1.15. Menjalin komunikasi dan melayani mustahik;
2.1.1.1.1.16. Meminta mustahik mengisi survei kepuasan mustahik;
2.1.1.1.1.17. Menerima keluhan mustahik dan menindaklanjutinya;
2.1.1.1.1.18. Menyelesaikan setiap permasalahan yang terdapat di Direktorat
Pendistribusian;
2.1.1.1.1.19. Membuat laporan dan pertanggungjawaban penggunaan dana;
II-1-1
KEBIJAKAN
020.2.1
II-1-2
KEBIJAKAN
020.2.1
II-1-3
KEBIJAKAN
020.2.2
II-2-1
KEBIJAKAN
020.2.3
2.3. PENGANGGARAN
2.3.1. Perencanaan Anggaran
2.3.1.1. Perencanaan anggaran penyaluran disusun berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan (RKAT) yang telah ditetapkan oleh Ketua BAZNAS dan mendapatkan pengesahan
Menteri Agama.
2.3.1.2. Alokasi anggaran penyaluran meliputi:
2.3.1.2.1. Alokasi dana amil untuk operasional BAZNAS;
2.3.1.2.2. Alokasi dana amil untuk operasional UPZ;
2.3.1.2.3. Alokasi dana penyaluran mustahik non amil oleh BAZNAS;
2.3.1.2.4. Alokasi dana penyaluran mustahik non amil melalui UPZ;
2.3.1.2.5. Alokasi dana penyaluran fi sabilillah untuk fungsi koordinasi dan operasional
khusus; dan
2.3.1.2.6. Alokasi saldo akhir dana penyaluran.
2.3.1.3. Usulan anggaran penyaluran poin 2.3.1.2 disusun oleh Kedeputian II berdasarkan
prosentase yang ditetapkan Pleno Pimpinan dari total pengumpulan tahunan.
2.3.1.4. Dalam menyusun usulan anggaran penyaluran, Direktorat terkait di Kedeputian II
berkonsultasi dengan Biro/Direktorat yang memiliki fungsi perencanaan.
2.3.1.5. Apabila terdapat perubahan anggaran Pendistribusian dan Pendayagunaan, Kedeputian II
mengajukan perubahan kepada Biro/Direktorat yang memiliki fungsi perencanaan.
2.3.1.6. Perubahan anggaran Pendistribusian dan Pendayagunaan harus disetujui oleh Komite
Pendistribusian dan Pendayagunaan sesuai otorisasinya sebagai salah satu kontrol
terhadap penggunaan anggaran.
2.3.1.7. Anggaran yang tidak terealisasikan dicatat sebagai penambah anggaran tahun berikutnya.
2.3.1.8. Bagian Keuangan memberikan informasi anggaran yang tidak terealisasi kepada
Kedeputian II untuk dapat disalurkan pada tahun berikutnya.
2.3.1.9. Piutang penyaluran yang belum terselesaikan dicatat sebagai piutang penyaluran tahun
sebelumnya.
2.3.1.10. Seluruh dokumen perencanaan dan penganggaran, sejak pengusulan sampai dengan
persetujuan dan termasuk perubahan, wajib didokumentasikan dengan baik.
2.3.2. Keterlibatan Kedeputian II dalam Pengesahan RKAT Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
2.3.2.1. Kedeputian II melakukan reviu RKAT UPZ terkait dengan program dan anggaran penyaluran
sejalan dengan Renstra, RKAT dan RKAP.
2.3.2.2. Pelaksanaan reviu RKAT UPZ dilakukan berdasarkan permohonan dari Divisi Pengumpulan
UPZ.
2.3.2.3. Hasil reviu dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh Direktur terkait di Kedeputian II dan
disampaikan kepada Divisi Pengumpulan UPZ.
2.3.2.4. Dalam hal tidak terdapat perbaikan dokumen pengajuan RKAT, Kedeputian II menyetujui
usulan RKAT untuk disampaikan ke Divisi Pengumpulan UPZ.
II-3-1
KEBIJAKAN
020.2.3
2.3.2.5. Salinan RKAT UPZ yang telah mendapat pengesahan sebagai dasar persetujuan penyaluran
dana UPZ diserahkan kepada Kedeputian II.
II-3-2
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4. PELAKSANAAN
2.4.1. Ketentuan Pelaksanaan Penyaluran
2.4.1.1. Seluruh pelaksanaan kegiatan Pendistribusian dan Pendayagunaan wajib menampilkan
identitas BAZNAS dalam rangka syiar penguatan pengelolaan zakat.
2.4.1.2. Penyaluran kepada amil dan non amil.
2.4.1.2.1. Penyaluran meliputi penyaluran zakat, infak/sedekah, CSR dan DSKL kepada
amil dan kepada non amil.
2.4.1.2.2. Penyaluran kepada amil memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
2.4.1.2.2.1. Dana yang disalurkan diperuntukkan sebagai dana operasional; dan
2.4.1.2.2.2. Penyaluran kepada amil diatur dalam ketentuan sebagai berikut:
2.4.1.2.2.2.1. Dana Zakat
2.4.1.2.2.2.1.1. BAZNAS dapat mengambil bagian
amil paling banyak sebesar 12,5
(dua belas koma lima) persen dari
total pengumpulan zakat tahun
berjalan;
2.4.1.2.2.2.2. Dana Infak/Sedekah
2.4.1.2.2.2.2.1. BAZNAS dapat mengambil bagian
amil paling banyak sebesar 20 (dua
puluh) persen dari total
pengumpulan infak/sedekah tahun
berjalan;
2.4.1.2.2.2.3. Dana Corporate Social Responsibility (CSR)
2.4.1.2.2.2.3.1. BAZNAS dapat mengambil bagian
amil paling banyak sebesar 20 (dua
puluh) persen atau sesuai dengan
ketentuan perundangan yang
berlaku dari total pengumpulan CSR
tahun berjalan;
2.4.1.2.2.2.4. Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL)
2.4.1.2.2.2.4.1. BAZNAS dapat mengambil bagian
amil paling banyak sebesar 20 (dua
puluh pesen) persen dari total
pengumpulan DSKL tahun berjalan;
2.4.1.2.2.2.4.2. BAZNAS dapat mengambil bagian
amil paling banyak sebesar 20 (dua
puluh) persen dari total
pengumpulan DSKL muqayyad
tahun berjalan;
2.4.1.2.2.2.5. Dana Tidak Boleh Diakui Sebagai Pendapatan
(TBDSB)
II-4-1
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-2
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-3
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-4
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-5
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.1.3.7. Dokumen persetujuan tindak lanjut ajuan proposal ditandatangani paling sedikit
satu orang anggota Komite
2.4.1.3.8. Persetujuan tindak lanjut ajuan proposal minimal ditandatangani oleh satu orang
anggota Komite
2.4.1.3.9. Dalam hal tidak terdapat dokumen persetujuan tindak lanjut ajuan proposal dari
Komite pada hari Selasa maka, Kedeputian II akan memproses semua proposal
sesuai dengan prosedur yang berlaku
2.4.1.3.10. Setiap anggota Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan harus:
2.4.1.3.10.1. Memberikan putusan secara profesional, jujur, obyektif, cermat,
dan seksama;
2.4.1.3.10.2. Menghindari konflik kepentingan dengan penyaluran yang akan
diputus; dan
2.4.1.3.10.3. Memiliki komitmen untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang
diamanahkan dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang
dalam undang-undang pengelolaan zakat.
2.4.1.3.11. Rapat Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan dapat dilakukan untuk:
2.4.1.3.11.1. Menetapkan kebijakan umum pendistribusian dan pendayagunaan;
dan
2.4.1.3.11.2. Melakukan evaluasi atas pendistribusian dan pendayagunaan.
2.4.1.3.12. Keputusan Rapat Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan dituangkan
dalam bentuk Risalah Rapat Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan.
2.4.1.3.13. Risalah Rapat Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan ditandatangani oleh
seluruh anggota Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan yang hadir.
2.4.1.3.14. Kewenangan Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan dapat dibekukan oleh
pleno, apabila berdasarkan hasil evaluasi terdapat hal-hal sebagai berikut:
2.4.1.3.14.1. Putusan yang tidak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh BAZNAS. Pembekuan kewenangan sampai dengan yang
bersangkutan dipandang sudah memiliki kompetensi yang lebih
baik dalam mengambil keputusan; dan
2.4.1.3.14.2. Terindikasi terlibat fraud berdasarkan pemeriksaan hasil audit
internal. Pembekuan kewenangan sampai dengan terdapat bukti
atau putusan final bahwa yang bersangkutan tidak terlibat fraud.
2.4.1.3.15. Kewenangan Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan dapat dicabut oleh
pleno, apabila berdasarkan hasil evaluasi terdapat hal-hal sebagai berikut:
2.4.1.3.15.1. Pejabat berwenang terbukti melakukan fraud;
2.4.1.3.15.2. Pejabat berwenang mengalami mutasi/rotasi ke jabatan yang tidak
memerlukan kewenangan memutus; dan
2.4.1.3.15.3. Pejabat berwenang tidak lagi berdinas di BAZNAS.
2.4.1.4. Memorandum Penyaluran Dana Zakat Infak Shadaqah (MPZIS)
II-4-6
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.1.4.1. Setiap penyaluran dana harus memiliki analisa yang dituangkan dalam MPZIS.
2.4.1.4.2. MPZIS Program Pendistribusian dan Pendayagunaan yang direncanakan
Kedeputian II dapat melampirkan kerangka acuan kerja.
2.4.1.4.3. MPZIS adalah dokumen yang memuat informasi permohonan penyaluran dan
persetujuan atas permohonan penyaluran kepada mustahik.
2.4.1.4.4. MPZIS terdiri atas MPZIS Pendistribusian dan MPZIS Pendayagunaan
2.4.1.4.5. Dokumen Induk pada MPZIS adalah dokumen yang mencakup keseluruhan
program pendistribusian dan pendayagunaan yang bersifat multi years (lebih dari
satu tahun).
2.4.1.4.6. Dokumen Turunan pada MPZIS adalah dokumen yang menjabarkan
pelaksanaan program pendistribusian dan pendayagunaan dalam satu tahun
berdasarkan Dokumen Induk.
2.4.1.4.7. MPZIS Pendistribusian memuat informasi sebagai berikut:
2.4.1.4.7.1. Latar belakang bantuan pendistribusian;
2.4.1.4.7.2. Calon mustahik dan kategori asnaf mustahik;
2.4.1.4.7.3. Bentuk bantuan pendistribusian;
2.4.1.4.7.4. Besaran bantuan pendistribusian;
2.4.1.4.7.5. Ketersediaan anggaran untuk pendistribusian;
2.4.1.4.7.6. Analisis dan rekomendasi pemilihan penyedia (jika terdapat
penyedia);
2.4.1.4.7.7. Riwayat hubungan dengan mustahik, termasuk jumlah dana yang
telah/pernah disalurkan dan jumlah dana yang belum
terselesaikan laporan pertanggungjawabannya; dan
2.4.1.4.7.8. Untuk program pendistribusian tematik, dalam MPZIS perlu
ditambahkan dokumen KAK.
2.4.1.4.8. Dalam kondisi darurat, dapat diterbitkan MPZIS Pendistribusian Khusus.
2.4.1.4.9. Kondisi darurat adalah kondisi yang terjadi diluar perencanaan pendistribusian
yang sudah ditetapkan dalam RKAT.
2.4.1.4.10. Penerbitan MPZIS Pendistribusian Khusus ditetapkan oleh Deputi II setelah
mendapatkan persetujuan dari Pimpinan yang melakukan Supervisi
Pendistribusian dan Pendayagunaan.
2.4.1.4.11. MPZIS Pendayagunaan memuat informasi sebagai berikut:
2.4.1.4.11.1. Latar belakang dan landasan pelaksanaan program
pendayagunaan;
2.4.1.4.11.2. Calon mustahik dan kategori asnaf mustahik;
2.4.1.4.11.3. Ketersediaan anggaran untuk pendayagunaan;
2.4.1.4.11.4. Analisis sosial-ekonomi target kelompok dan wilayah
pendayagunaan;
II-4-7
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-8
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-9
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-10
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-11
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-12
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.2.6.7. Alokasi dana penyaluran fi sabilillah dapat digunakan untuk penguatan kapasitas
kelembagaan yang belum terpenuhi dari pembiayaan APBN.
2.4.2.6.8. Besaran penggunaan penyaluran zakat dari asnaf fi sabilillah dan penyaluran
infak/sedekah dan DSKL untuk pembiayaan operasional fungsi koordinasi dan
penguatan kapasitas kelembagaan BAZNAS ditetapkan dalam Surat Keputusan
Ketua BAZNAS.
2.4.2.6.9. Penetapan besaran penggunaan penyaluran zakat dari asnaf fi sabilillah dan
penyaluran infak/sedekah dan DSKL untuk pembiayaan operasional fungsi
koordinasi dan penguatan kapasitas kelembagaan berdasarkan prinsip
kepatutan, tingkat kepentingan dan prioritas, efisiensi, serta efektifitas.
2.4.2.6.10. Surat keputusan Ketua BAZNAS tentang penggunaan zakat dari asnaf fi
sabilillah dan penyaluran infak/sedekah dan DSKL untuk pembiayaan
operasional fungsi koordinasi dan penguatan kapasitas kelembagaan ditetapkan
dengan terlebih dahulu meminta pertimbangan Rapat Pleno Pimpinan BAZNAS.
2.4.2.7. Penyaluran ke Luar Negeri
2.4.2.7.1. MPZIS ke Luar Negeri dibuat setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Pleno
Pimpinan BAZNAS.
2.4.2.7.2. BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota dapat menyalurkan zakat ke luar
negeri setelah berkoordinasi dengan BAZNAS Pusat.
2.4.2.7.3. MPZIS ke Luar Negeri memuat informasi sekurang-kurangnya:
2.4.2.7.3.1. Dokumen permohonan dari negara tujuan, baik berasal dari
pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang bersifat legal;
2.4.2.7.3.2. Pendistribusian dan pendayagunaan ke luar negeri memperhatikan
3 prinsip aman yaitu aman syar’i, aman regulasi, dan aman NKRI;
2.4.2.7.3.3. Analisis aspek politik, kurs mata uang, akses ke mustahik, pemilihan
mitra, dan isu terorisme;
2.4.2.7.3.4. Bentuk dan tujuan kegiatan penyaluran ke luar negeri;
2.4.2.7.3.5. Calon mustahik dan kategori asnaf mustahik;
2.4.2.7.3.6. Besaran nilai dan rencana anggaran kegiatan;
2.4.2.7.3.7. Kerangka waktu kegiatan; dan
2.4.2.7.3.8. Pernyataan komitmen untuk membuat laporan pertanggungjawaban
kegiatan dan keuangan.
2.4.3. Penyaluran Berupa Pemberian Bantuan Aset
2.4.3.1. Bantuan aset dapat berupa bantuan aset jangka pendek yang berbentuk modal kerja dan
bantuan aset jangka panjang yang berbentuk modal usaha.
2.4.3.2. Bantuan aset jangka pendek adalah bantuan aset yang masa pemanfaatannya secara
ekonomis tidak lebih dari lima tahun.
2.4.3.3. Bantuan aset jangka panjang adalah bantuan aset yang masa pemanfaatannya secara
ekonomis lebih dari lima tahun.
II-4-13
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-14
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.3.16. Laporan pertanggungjawaban atas penyaluran bantuan aset harus dibuat dan disertai
seluruh dokumen pendukung.
2.4.4. Peningkatan Kapasitas Mustahik
2.4.4.1. Pengembangan kapasitas mustahik mencakup peningkatan kompetensi dan keterampilan
individual bertujuan untuk memenuhi kompetensi yang diperlukan mustahik dalam tujuan
program pendayagunaan.
2.4.4.2. Kompetensi dan keterampilan individual meliputi nilai dan sikap Islami, kapasitas
pengetahuan, serta keterampilan.
2.4.4.3. Pengembangan kelembagaan lokal meliputi kemampuan manajerial, kepemimpinan,
kepeloporan, dan kemampuan menggerakkan sumber daya untuk mencapai program
pendayagunaan yang berkelanjutan.
2.4.4.4. Kegiatan pengembangan kapasitas mustahik dilakukan atas dasar hasil laporan penilaian
kondisi mustahik.
2.4.4.5. Peningkatan kompetensi dan keterampilan individual pengembangan kapasitas
kelembagaan lokal bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengorganisasikan sumber
daya dan membangun tata nilai masyarakat sesuai dengan tujuan program
pendayagunaan.
2.4.4.6. Pengembangan kapasitas mustahik dapat berupa kegiatan pendidikan atau pelatihan
terkait:
2.4.4.6.1. Pemahaman Islam;
2.4.4.6.2. Kewirausahaan;
2.4.4.6.3. Keterampilan kerja/usaha;
2.4.4.6.4. Kepemimpinan;
2.4.4.6.5. Perilaku hidup bersih dan sehat; dan
2.4.4.6.6. Pengurangan resiko bencana.
2.4.4.7. Seluruh kegiatan pengembangan kapasitas mustahik diakui dan dicatat sebagai bentuk
penyaluran tidak langsung.
2.4.4.8. Dalam hal dilakukan pendampingan mustahik, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
2.4.4.8.1. Kegiatan pendampingan mustahik adalah kegiatan yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan, edukasi, konsultasi, dan advokasi bagi mustahik dalam
rangka memastikan pelaksanaan kegiatan pendistribusian dan pendayagunaan
sesuai dengan tujuan program, syariat Islam, dan ketentuan perundang-
undangan.
2.4.4.8.2. Kegiatan pendampingan mustahik dilakukan atas dasar hasil laporan penilaian
kondisi mustahik.
2.4.4.8.3. Kegiatan pendampingan mustahik dilakukan dalam pertemuan tatap muka secara
terencana dan melibatkan partisipasi aktif mustahik.
2.4.4.8.4. Seluruh kegiatan pendampingan mustahik diakui dan dicatat sebagai bentuk
penyaluran tidak langsung.
II-4-15
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.5. Penyaluran yang melibatkan Pihak Ketiga (Penyedia Jasa/Barang) untuk pekerjaan proyek
2.4.5.1. Penggunaan Pihak Ketiga (Penyedia Jasa/Barang) untuk pekerjaan proyek.
2.4.5.1.1. Proses penunjukan pihak ketiga dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2.4.5.1.2. Pelaksanaan proyek didasarkan pada Surat Perintah Kerja (SPK) atau Perjanjian
Kerja Sama (PKS).
2.4.5.1.3. Pelaksanaan pencairan disesuaikan dengan SPK/PKS, termasuk termin
pembayaran proyek.
2.4.5.1.4. Pelaksanaan dan progres proyek tersebut harus dilaporkan secara berkala oleh
petugas yang ditunjuk di lokasi.
2.4.5.1.5. Pelaksanaan proyek harus ditinjau oleh Biro/Direktorat yang melaksanakan
fungsi pengadaan dan pengendalian
2.4.5.1.6. Hasil peninjauan harus dilaporkan secara tertulis ke Kedeputian II.
2.4.5.1.7. Pelaksanaan dan perkembangan proyek dipastikan sesuai rencana dan anggaran
yang telah ditetapkan.
2.4.5.2. Pelibatan BAZNAS Provinsi/Kabupaten/Kota dalam Pekerjaan Proyek
2.4.5.2.1. Dalam pekerjaan proyek, BAZNAS dapat melibatkan BAZNAS
Provinsi/Kabupaten/Kota.
2.4.5.2.2. Pelibatan BAZNAS Provinsi/Kabupaten/Kota harus mendapatkan persetujuan
Deputi II.
2.4.5.2.3. Pelibatan BAZNAS Provinsi/Kabupaten/Kota harus berdasarkan surat
pemberitahuan yang ditandatangani Deputi II dan diketahui oleh Pimpinan
Supervisi Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan.
2.4.5.2.4. BAZNAS Provinsi/Kabupaten/Kota yang dilibatkan dalam pekerjaan proyek harus
diinformasikan bahwa terdapat kewajiban membuat laporan perkembangan
proyek secara berkala kepada BAZNAS.
2.4.5.3. Pasca Pelaksanaan Proyek Fisik
2.4.5.3.1. Hasil pelaksanaan proyek yang telah selesai dikerjakan harus dilaporkan kepada
Kedeputian II dan Direktorat Pengendalian dan Evaluasi.
2.4.5.3.2. Kedeputian II bersama Direktorat Pengendalian dan Evaluasi melakukan
pengecekan fisik hasil pelaksanaan proyek.
2.4.5.3.3. Hasil pengecekan fisik pelaksanaan proyek berupa dokumen laporan sekurang-
kurangnya memuat daftar ceklis dan rekomendasi kepada Pimpinan.
2.4.5.3.4. Aset yang akan diserahkan ke mustahik, harus dibuatkan Berita Acara Serah
Terima (BAST).
2.4.6. Pembantuan Penyaluran melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) mengacu pada ketentuan yang berlaku
tentang UPZ
2.4.7. Pendistribusian dan Pendayagunaan melalui Lembaga Mitra
II-4-16
KEBIJAKAN
020.2.4
2.4.7.1. Dalam hal diperlukan, BAZNAS dapat melakukan penyaluran kepada mustahik melalui
Lembaga Mitra.
2.4.7.2. Lembaga Mitra dalam pendistribusian dan pendayagunaan dapat meliputi lembaga
keagamaan, organisasi keagamaan, lembaga pengelola zakat, profesional perorangan dan
lembaga internasional yang terverifikasi oleh BAZNAS.
2.4.7.3. Verifikasi atas badan hukum atau lembaga internasional dilakukan oleh direktorat yang
menjalankan fungsi hukum dan kelembagaan.
2.4.7.4. Penyaluran melalui Lembaga Mitra dilakukan sesuai Perjanjian Kerja Sama (PKS).
2.4.7.5. Perjanjian Kerja Sama (PKS) penyaluran melalui lembaga mitra meliputi substansi sebagai
berikut:
2.4.7.5.1. Ruang lingkup kerjasama penyaluran;
2.4.7.5.2. Spesifikasi dan detail kegiatan program penyaluran;
2.4.7.5.3. Hak dan kewajiban para pihak yang seimbang;
2.4.7.5.4. Lokasi penyaluran;
2.4.7.5.5. Jangka waktu kerjasama;
2.4.7.5.6. Besaran rupiah jumlah penyaluran;
2.4.7.5.7. Periode waktu pencairan dana penyaluran;
2.4.7.5.8. Kesediaan menjadi objek monitoring, evaluasi, dan audit BAZNAS;
2.4.7.5.9. Ketentuan pelaporan dan pertanggungjawaban; dan
2.4.7.5.10. Mekanisme penyelesaian perselisihan hak dan kewajiban para pihak.
2.4.7.6. Lembaga Mitra wajib melampirkan daftar mustahik program penyaluran dan berkas lain yang
ditetapkan oleh Kedeputian II.
2.4.7.7. Pelaksanaan penyaluran melalui Lembaga Mitra dilakukan setelah PKS ditandatangani oleh
Pejabat sesuai dengan tingkatan dan kewenangannya.
2.4.7.8. PKS dengan Lembaga Mitra menjadi dasar penyusunan MPZIS pada Lembaga Mitra
tersebut.
2.4.7.9. Laporan pertanggungjawaban kegiatan pendistribusian dan pendayagunaan oleh Lembaga
Mitra sekurang-kurangnya meliputi:
2.4.7.9.1. Pendahuluan;
2.4.7.9.2. Laporan kegiatan;
2.4.7.9.3. Laporan keuangan;
2.4.7.9.4. Pencapaian;
2.4.7.9.5. Evaluasi;
2.4.7.9.6. Rekomendasi; dan
2.4.7.9.7. Foto kegiatan.
2.4.8. Koordinasi di Lingkungan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
II-4-17
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-18
KEBIJAKAN
020.2.4
II-4-19
KEBIJAKAN
020.2.4
CATATAN
1. Catatan untuk poin 2.3.2.3. Penyaluran Dana UPZ diatur dalam ketentuan yang berlaku;
a. Peran UPZ dalam penyaluran adalah bersifat perbantuan
b. UPZ membuat RKAT yang disahkan oleh Ketua BAZNAS
c. RKAT berisi program penyaluran dari aspek pendidikan, dakwah, ekonomi,
sosial/kemanusiaan, dan kesehatan.
d. Persentase perbantuan penyaluran UPZ maksimal 70% dari dana UPZ yang disetorkan ke
BAZNAS
e. Penyaluran yang dilakukan oleh UPZ diutamakan berupa program-program yang terintegrasi
dengan program prioritas BAZNAS
f. BAZNAS dapat melakukan konsultasi dan asistensi jika diperlukan
g. Dalam melaksanakan penyaluran, UPZ berpedoman pada kebijakan penyaluran BAZNAS
h. Memberikan laporan penyaluran yang telah dilakukan.
II-4-20
PROSEDUR
020.3.1
3.1. ORGANISASI
3.1.1. Tugas dan tanggung jawab organisasi mengacu pada Kebijakan Penyaluran tentang Organisasi dan
secara rinci akan diatur dalam prosedur penyaluran dana yang terdapat dalam Bab ini.
III-1-1
PROSEDUR
020.3.2
III-2-1
PROSEDUR
020.3.2
III-2-2
PROSEDUR
020.3.3
3.3. PELAKSANAAN
3.3.1. Ketentuan Pelaksanaan Penyaluran
3.3.1.1. Seluruh prosedur terkait pelaksanaan penyaluran diatur secara terperinci dengan tetap
memperhatikan ketentuan umum pelaksanaan penyaluran.
3.3.2. Prosedur Berdasarkan Jenis Penyaluran
3.3.2.1. Penyaluran Pendistribusian dan Pendayagunaan Reguler
3.3.2.1.1. Usulan dan Persetujuan
3.3.2.1.1.1. Staf Divisi membuat analisa perencanaan program minimal
memuat latar belakang, penilaian calon mustahik dan kategori
asnaf, bentuk bantuan, besaran bantuan.
3.3.2.1.1.2. Kepala Divisi menganalisa perencanaan program untuk disetujui.
3.3.2.1.1.3. Apabila Kepala Divisi menyetujui, maka perencanaan program
disampaikan kepada Direktur untuk dimintakan persetujuannya.
3.3.2.1.1.4. Apabila Direktur menyetujui, maka perencanaan program
disampaikan kepada Deputi untuk dimintakan persetujuannya.
3.3.2.1.1.5. Apabila Deputi menyetujui, maka perencanaan program
disampaikan kepada Pimpinan Bidang Pendistribusian dan
Pendayagunaan untuk dimintakan persetujuannya.
3.3.2.1.1.6. Apabila diantara Direktur, Deputi, maupun Pimpinan Bidang tidak
menyetujui perencanaan program, maka dikembalikan kepada
Kepala Divisi untuk dianalisis kembali.
3.3.2.1.1.7. Setelah Pimpinan Bidang menyetujuinya, staf verifikasi di divisi
terkait membuat laporan penilaian mustahik sesuai perencanaan
program.
3.3.2.1.1.8. Pembuatan laporan survei menggunakan Formulir Laporan Survei
Mustahik Perorangan atau Formulir Laporan Survei Mustahik
Lembaga.
3.3.2.1.1.9. Staf verifikasi divisi terkait meminta persetujuan Kepala Divisi.
3.3.2.1.1.10. Apabila laporan disetujui, Kepala Divisi menyampaikan laporan
kepada Direktur untuk disetujui.
3.3.2.1.1.11. Apabila laporan disetujui oleh Direktur, maka Direktur
menandatangani laporan hasil penilaian kondisi.
3.3.2.1.1.12. Staf verifikasi divisi terkait membuat Dokumen MPZIS penyaluran
sesuai divisinya dan menyampaikannya kepada Kepala Divisi untuk
diperiksa kelayakannya.
3.3.2.1.1.13. Pembuatan MPZIS menggunakan Formulir Dokumen Persetujuan
Penyaluran.
3.3.2.1.1.14. Apabila Kepala Divisi menilai dokumen layak dan sesuai limit maka
proses penyaluran dapat disiapkan.
III-3-1
PROSEDUR
020.3.3
3.3.2.1.1.15. Apabila Kepala Divisi menilai MPZIS sesuai limit tetapi tidak
menyetujuinya dan memberikan catatan pada MPZIS, maka divisi
wajib menindaklanjuti catatan tersebut.
3.3.2.1.1.16. Apabila Kepala Divisi menilai dokumen layak tetapi tidak sesuai limit
maka MPZIS disampaikan kepada Komite Pendistribusian dan
Pendayagunaan untuk disetujui.
3.3.2.1.1.17. Apabila Komite Pendistribusian dan Pendayagunaan maka
memberikan catatan pada MPZIS, maka divisi wajib
menindaklanjuti catatan tersebut;
3.3.2.1.1.18. Apabila MPZIS disetujui, maka staf divisi terkait menyiapkan proses
penyaluran.
3.3.2.1.2. Pencairan
3.3.2.1.2.1. Kepala Divisi yang akan mengusulkan penyaluran program
membuat PPD dengan melampirkan dokumen-dokumen
pendukungnya dan mengirimkannya ke staf yang menangani
administrasi penyaluran (menggunakan Formulir PPD yang
terdapat di Pedoman Keuangan).
3.3.2.1.2.2. Staf yang menangani administrasi penyaluran melakukan
pemeriksaan kelayakan cair atas PPD yang diusulkan termasuk
pemenuhan syarat pencairan dan kebenaran akun yang tercantum
dalam PPD.
3.3.2.1.2.3. Staf yang menangani administrasi penyaluran melakukan
koordinasi dengan staf yang menangani treasury untuk menyiapkan
dana pencairan.
3.3.2.1.2.4. Apabila syarat pencairan terpenuhi dan dinilai layak oleh staf yang
menangani administrasi penyaluran, isi PPD sudah benar, maka
staf yang menangani administrasi penyaluran mengajukan
persetujuan ke Pejabat Pemutus Pencairan sesuai
kewenangannya.
3.3.2.1.2.5. Apabila Pejabat Pemutus Pencairan setuju, maka Bagian
Keuangan menindaklanjuti pelaksanaan pencairan sesuai putusan
atas PPD.
3.3.2.1.2.6. Bagian Keuangan mengadministrasikan PPD yang telah lengkap
ditandatangani.
3.3.2.2. Penyaluran Layanan Mustahik
3.3.2.2.1. Usulan dan persetujuan
3.3.2.2.1.1. Staf Administrasi Layanan Mustahik menerima dan melakukan
registrasi permohonan dan meneruskan permohonan tersebut ke
Kepala Divisi terkait untuk ditindaklanjuti. Penerimaan permohonan
dilengkapi dengan formulir:
3.3.2.2.1.1.1. Formulir Verifikasi Proposal dan Verifikasi
Kelengkapan Berkas
III-3-2
PROSEDUR
020.3.3
III-3-3
PROSEDUR
020.3.3
III-3-4
PROSEDUR
020.3.3
III-3-5
PROSEDUR
020.3.3
III-3-6
PROSEDUR
020.3.3
III-3-7
PROSEDUR
020.3.3
III-3-8
PROSEDUR
020.3.3
III-3-9
PROSEDUR
020.3.3
III-3-10
PROSEDUR
020.3.3
III-3-11
PROSEDUR
020.3.3
3.3.3.1. Kepala Divisi menunjuk staf untuk melakukan survei lokasi dan mengumpulkan informasi
dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan perihal jenis dan jumlah aset yang
dibutuhkan.
3.3.3.2. Staf Divisi melakukan survei lokasi dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
3.3.3.3. Bagian URT melakukan penilaian kondisi dan melaporkan hasil penilaian
kondisi/pengumpulan informasi kepada Kepala Divisi terkait di Kedeputian II.
3.3.3.4. Kepala Divisi menerima laporan hasil penilaian kondisi/ pengumpulan informasi aset dan
memutuskan tindak lanjutnya.
3.3.3.5. Kepala Divisi memberikan arahan kepada staf divisi untuk menindaklanjuti laporan.
3.3.3.6. Kepala Divisi berkoordinasi dengan staf divisi terkait pengumpulan bantuan dalam bentuk
aset.
3.3.3.7. Kepala Divisi berkoordinasi dengan Direktorat Pengumpulan untuk melakukan kampanye
bantuan aset.
3.3.3.8. Direktorat Pengumpulan untuk menyerahkan bantuan aset kepada Kepala Divisi.
3.3.3.9. Kepala Divisi menerima bantuan aset dan memastikan pencatatan bantuan aset.
3.3.3.10. Setelah Kepala Divisi memastikan pencatatan bantuan aset, Kepala Divisi
menginstruksikan staf untuk mengemas aset berdasarkan prioritas sesuai kebutuhan calon
penerima manfaat.
3.3.3.11. Dengan persetujuan Direktur, Kepala Divisi berkoordinasi dengan staf di lokasi untuk
pelaksanaan pengiriman aset ke lokasi yang membutuhkan.
3.3.3.12. Staf menerima kiriman bantuan aset, mencatat bantuan, dan menyiapkan tanda terima.
3.3.3.13. Pelaksanaan serah terima harus menggunakan Formulir Berita Acara Serah Terima
Barang.
3.3.3.14. Staf menyalurkan aset sesuai kebutuhan penerima manfaat dan meminta mustahik, untuk
menandatangani dokumen serah terima aset setelah menerima bantuan aset.
3.3.3.15. Staf mengadministrasikan tanda terima yang telah ditandatangani mustahik.
3.3.3.16. Staf membuat laporan pertanggungjawaban penyaluran aset yang disertai seluruh dokumen
pendukung dan melaporkannya ke Kepala Divisi.
3.3.3.17. Kepala Divisi membuat dan mengirim IM pengantar laporan pertanggungjawaban untuk
diserahkan kepada Bagian Keuangan.
3.3.3.18. Bagian Keuangan membukukan penyaluran aset sesuai prosedur di Divisi Keuangan.
3.3.3.19. Staf memastikan hasil input penyaluran aset sudah benar dan mengadministrasikan
dokumen penyaluran aset.
3.3.4. Peningkatan Kapasitas Mustahik
3.3.4.1. Kepala Divisi mempelajari hasil laporan penilaian kondisi mustahik.
3.3.4.2. Kepala Divisi melaksanakan pelatihan, pendampingan dan supervisi mustahik.
3.3.4.3. Kepala Divisi memantau dan menganalisis peningkatan kapasitas mustahik.
3.3.4.4. Kepala Divisi melaporkan hasil pemantauan dan analisis peningkatan kapasitas mustahik
kepada Direktur.
III-3-12
PROSEDUR
020.3.3
3.3.4.5. Apabila Direktur menyetujui hasil laporan peningkatan kapasitas mustahik, Direktur dapat
memutuskan tindak lanjut peningkatan kapasitas mustahik.
3.3.4.6. Kepala Divisi menerima keputusan tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut kapasitas
mustahik.
3.3.5. Pembantuan Penyaluran Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
3.3.5.1. Ketentuan tentang pembantuan penyaluran oleh Unit Pengumpul Zakat mengikuti ketentuan
yang berlaku.
3.3.6. Kerjasama dengan Lembaga Mitra
3.3.6.1. Biro Kerjasama, Koordinasi, dan Harmonisasi mengidentifikasi permohonan MoU dan
Kerjasama Mitra.
3.3.6.2. Biro Kerjasama, Koordinasi, dan Harmonisasi mengajukan untuk dilakukan pembahasan di
Pleno Pimpinan.
3.3.6.3. Apabila Pleno telah menyetujui permohonan MoU dan Kerjasama dengan Mitra, maka akan
dilakukan pembahasan antara Direktur, Biro Kerjasama, Koordinasi, dan Harmonisasi, dan
Lembaga Mitra.
3.3.6.4. Hasil pembahasan akan disusun oleh Biro Kerjasama, Koordinasi, dan Harmonisasi dalam
bentuk MoU.
3.3.6.5. Biro Hukum dan Kelembagaan melanjutkan penyusunan MoU.
3.3.6.6. MoU yang telah disusun ditanda tangani oleh Ketua dan Mitra Lembaga.
3.3.7. Koordinasi Rapat Paripurna Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
3.3.7.1. Pimpinan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan mengundang peserta rapat sesuai
dengan tingkat rapat yang akan diadakan.
3.3.7.2. Pimpinan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan mengadakan rapat pada hari H sesuai
undangan.
3.3.7.3. Pimpinan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan membuat keputusan rapat yang akan
dituangkan dalam bentuk risalah rapat.
3.3.7.4. Deputi II, Direktur, dan/atau Kepala Divisi menindaklanjuti putusan rapat.
3.3.8. Koordinasi di Lingkungan Kedeputian II
3.3.8.1. Deputi II mengundang peserta rapat sesuai dengan tingkat rapat yang akan diadakan.
3.3.8.2. Deputi II mengadakan rapat pada hari H sesuai undangan.
3.3.8.3. Staf Deputi II membuat risalah rapat dan mendistribusikan ke peserta rapat.
3.3.8.4. Direktur dan/atau Kepala Divisi menindaklanjuti putusan rapat.
3.3.9. Koordinasi Rapat Direktorat di Lingkungan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
3.3.9.1. Direktur di Lingkungan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan mengundang peserta
rapat sesuai dengan tingkat rapat yang akan diadakan.
3.3.9.2. Direktur di Lingkungan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan mengadakan rapat pada
hari H sesuai undangan.
III-3-13
PROSEDUR
020.3.3
3.3.9.3. Staf di Lingkungan Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan membuat risalah rapat dan
mendistribusikan ke peserta rapat.
3.3.9.4. Kepala Divisi menindaklanjuti putusan rapat.
3.3.10.Pengelolaan Hubungan dengan Mustahik
3.3.10.1. Pengelolaan Database Mustahik
3.3.10.1.1. Apabila mustahik ditentukan oleh BAZNAS (pasif), maka Kepala Divisi
mengajukan permohonan pengecekan Nomor Identifikasi Mustahik (NIM)
kepada Unit yang bertanggungjawab untuk mengelola database NIM
(selanjutnya disebut Unit Pengelola Database).
3.3.10.1.2. Deputi II dapat menunjuk Staf dari masing-masing Divisi di Kedeputian II
sebagai pengelola Database Mustahik.
3.3.10.1.3. Apabila mustahik mengajukan permohonan ke BAZNAS (aktif), maka Kepala
Divisi melakukan input NIM.
3.3.10.1.4. Staf di Unit Pengelola Database mengelola database yang sudah ada.
3.3.10.1.5. Apabila terdapat perubahan database, Staf di Unit Pengelola Database
menerima informasi perubahan data mustahik secara tertulis.
3.3.10.1.6. Staf di Unit Pengelola Database melakukan input perubahan data sesuai
informasi yang diterima.
3.3.10.1.7. Direktur Penguatan Pendistribusian dan Pendayagunaan Nasional memeriksa
dan menyetujui perubahan data.
3.3.10.1.8. Staf di Unit Pengelola Database menyimpan dokumen perubahan data.
3.3.10.2. Pengukuran Kepuasan Mustahik
3.3.10.2.1. Kepala Divisi membuat perencanaan pengukuran kepuasan penerima
manfaat dan mengajukannya kepada Direktur.
3.3.10.2.2. Apabila disetujui, Kepala Divisi mendistribusikan Formulir Pengukuran
Kepuasan Mustahik kepada Staf Divisi.
3.3.10.2.3. Staf Divisi mendistribusikan formulir kepada mustahik untuk kemudian diisi
3.3.10.2.4. Formulir yang telah diisi oleh mustahik dikembalikan kepada Staf Divisi untuk
kemudian diinput sesuai dengan feedback yang terdapat pada formulir
3.3.10.2.5. Staf Divisi membuat laporan pengukuran kepuasan dan mendistribusikannya
kepada Kepala Divisi
3.3.10.2.6. Kepala Divisi menerima formulir yang telah diisi dan menganalisis data
tersebut untuk kemudian dituangkan dalam laporan yang akan diserahkan
kepada Direktur.
3.3.10.2.7. Kepala Divisi menyerahkan laporan hasil pengukuran kepuasan penerima
manfaat kepada Direktur.
3.3.10.2.8. Deputi II menerima laporan hasil pengukuran kepuasan mustahik dari Direktur
dan membuat keputusan tindak lanjut.
3.3.10.2.9. Kepala Divisi menindaklanjuti sesuai putusan.
III-3-14
PROSEDUR
020.3.3
III-3-15
PENGAWASAN
020.4.1
IV-1-1
PENGAWASAN
020.4.1
IV-1-2
PENGAWASAN
020.4.2
IV-2-1