Anda di halaman 1dari 17

PEGADAIAN SYARIAH

Disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mata kuliah


Lembaga Keuangan Syariah

Kelompok 3 / PTN 15 A

1. Siti Sholikhatul Murtafi’ah (15080324015)


2. Ratry Aprilia Kartika (15080324016)
3. Putri Andika Sari (15080324017)
4. Mohammad Ilyas Prameta (15080324018)
5. Aisyah Dyah Ayu Arum P (15080324019)
6. Azifatul Azifah (15080324020)
7. Suci Indah Sari (15080324021)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
Daftar Isi

Daftar Isi........................................................................................................... i

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Tujuan Pembuatan .......................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 1

Bab II Isi

2.1 Pengertian Pegadaian Syariah ........................................................ 2


2.2 Dasar Hukum Pegadaian Syariah ................................................... 3
2.3 Sejarah Pegadaian Syariah ............................................................. 4
2.4 Landasan Konsep Pegadaian Syariah............................................. 4
2.5 Produk Pegadaian Syariah.............................................................. 7
2.6 Aplikasi Pegadaian Syariah............................................................ 12
2.7 Kendala dan Strategi Pengembangan Pegadaian Syariah .............. 13

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 14

Daftar Pustaka .................................................................................................. 15

i
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang
pergi ke pegadaian untuk menjaminkan sejumlah uang dengan cara
menggadaikan barnag, adalah aib dan seolah kehidupan orang tersebut sudah
sangat menderita. Karena itu banyak diantara masyarakat yang malu
menggunakan fasilitas pengadaian. Lain halnya jika kita pergi ke sebuah
Bank, di sana akan terlihat lebih prestisius, walaupun dalam prosesnya
memerlukan waktu yang relatif lebih lama dengan persyaratan yang cukup
rumit.
Bersamaan dengan berdirinya dan berkembangnya bank, BMT, dan
asuransi yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, maka hal yang
mengilhami dibentuknya pegadaian syariah atau rahn lebih dikenal sebagai
produk yang ditawarkan oleh Bank syariah, dimana Bank menawarkan kepada
masyarakat dalam bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan.
Oleh karena itu dibentuklah lembaga keungan yang mandiri yang
berdasarkan prinsip syariah. Adapun dalam makalah ini akan dijelaskan
secara singkat dan jelas mengenai pegadaian syariah mulai dari sejarah
berdirinya, dasar hukum, perbedaan dan persamaan gadai syariah dengan
gadai konvensional dan lain-lain.

1.2 Tujuan Pembuatan


Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi sebagian tugas mata
kuliah Lembaga Keuangan Syariah, menjelaskan pengertian singkat tentang
pengertian, dasar hukum, landasan konsep, produk, aplikasi dan strategi
pengembangan pegadaian syariah.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Pegadaian Syariah?


2. Apa saja dasar hukum Pegadaian Syariah?
3. Bagaimana sejarah dari Pegadaian Syariah?
4. Bagaimana landasan konsep dari Pegadaian Syariah?
5. Apa saja produk Pegadaian Syariah?
6. Bagaimana aplikasi dari Pegadaian Syariah?
7. Apa saja kendala dan bagaimana strategi pengembangan Pegadaian
Syariah?

1
Bab II
Isi

2.1 Pengertian Pegadaian Syariah


Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan
barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah
uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan
perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian
biaya untuk melelang barang tersebut, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan. Sedangkan menurut Y. Sri Susilo, Sigit dan Totok (2000:151)
gadai adalah hak yang diperoleh oleh seseorang yang memiliki piutang atas
suatu barang bergerak.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa gadai itu
memiliki ciri-ciri antara lain terdapat barang-barang berharga bergerak yang
bernilai ekonomis yang digadaikan, nilai jumlah pinjaman tergantung nilai
barang yang digadaikan dan barang-barang yang digadaikan dapat ditebus
atau diambil kembali dan jika barang tersebut sampai dilelang dahulu,
sebelum diberikan kepada orang yang menggadaikan.
Transaksi hukum gadai dalam fiqih Islam disebut sebagai rahn
(Wahbah Az-Zuhaili:2918). Rahn dapat juga dinamai al-habsu. Secara
etimologi arti rahn adalah tetap dan tahan lama, sedangkan al-habsu berarti
penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan
sebagai pembayaran atas barang tersebut.
Al-rahn adalah suatu perjanjian untuk menahan salah satu harta milik
nasabah atau rahin sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman
(marhun bih) yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai (murtahin)
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya.

2
2.2 Dasar Hukum Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah merupakan bagian dari pegadaian umum yang
secara kelembagaan merupakan perusahaan milik negara yang didirikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (PERUM) Pegadaian. Perusahaan Umum (PERUM) adalah Badan
Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1969 yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara berupa kekayaan
yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Jadi dengan demikian
Pegadaian Syariah merupakan badan hukum yang dimiliki oleh negara dan
modal seluruhnya milik negara dan tidak terbagi atas saham.
Dewan syariah Nasional MUI juga mengeluarkan dua buah fatwa
mengenai pegadaian syariah (rahn), yaitu fatwa nomor 25/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn dan fatwa nomor 26/DSN/MUI/3/2002 tentang Rahn Emas.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu tanggal 28 Maret 2002
M/14/Muharram 1423 H, dan kedua fatwa ini menjadi ketentuan hukum dan
pedoman bagi lembaga keuangan syariah di Indonesia yang membuka
pelayanan pegadaian syariah.
Pegadaian di Indonesia didasarkan pada hukum perdata, sedangkan
pada Pegadaian Syariah (rahn) dasar hukum yang menjadi landasan nya
adalah hukum Islam. Dengan berbedanya dasar hukum tersebut, terdapat pula
perbedaan antara gadai syariah (rahn) dengan pegadaian konvensional.
Perbedaan gadai konvensional dengan rahn adalah:

Pegadaian Konvensional Pegadaian Syariah


Peraturan Pemerintah Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor
Dasar Hukum 103 tahun 2000 dan Hukum
103 tahun 2000
Agama Islam
Prosentase berdasarkan Ketetapan berdasarkan
Biaya Administrasi
golongan barang golongan barang
Bila lama pengembalian Bilamana lama pengembalian
pinjaman lebih dari pinjaman lebih dari akad,
Barang Jatuh Tempo
perjanjian barang gadai barang gadai nasabah dijual
dilelang kepada masyarakat kepada masyarakat
Waktu Peminjaman 4 bulan 3 bulan
Hasil penjualan - (uang
Hasil lelang - (uang pinjaman
Uang Kelebihan (UK) pinjaman + jasa penitipan +
+ sewa modal + biaya lelang)
biaya penjualan)
Mengenakan bunga (sewa Tidak mengenakan bunga pada
Bunga modal) terhadap nasabah nasabah yang mendapatkan
uang memperoleh pinjaman pinjaman

3
- Gadai - Rahn
- Pegadaian - Murtahin
Istilah yang
- Nasabah - Rahin
Digunakan
- Barang pinjaman - Marhun
- Pinjaman - Marhun bih

2.3 Sejarah Pegadaian Syariah


Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi pegadaian pra
Fatwa MUI tanggal 16 desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai
dengan konsep syariah, meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat
beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Setelah melalui kajian yang
cukup panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan
Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan devisi khusus yang
menangani kegiatan usaha Syariah.
Terbitnya PP Nomor 10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi
tonggak awal kebangkitan pegadaian, di dalam peraturan tersebut dijelaskan
bahwa misi yang harus diemban oleh pegadaian untuk mencegah praktik riba,
misi ini tidak berubah sampai dengan terbitnya PP No 103 tahun 2000 yang
dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha perum pegadaian sampai sekarang.
Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi
modern yaitu asas rasionalitas, efisiensi dan efektivitas yang diselaraskan
dengan nilai Islam. Fungsi operasi pegadaian syariah itu sendiri dijalankan
oleh kantor-kantor cabang pegadaian syariah/Unit Layanan Gadai Syariah
(ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah pembinaan divisi usaha lain
Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara
struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional.
Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit
Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi Sartita pada bulan Januari
2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makassar,
Semarang, Surakarta dan Yogyakarta pada tahun yang sama hingga
September 2003.

2.4 Landasan Konsep Pegadaian Syariah


Sebagaimana halnya institusi yang berlabel Syariah, maka landasan
konsep Pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang
bersumber dari Al-qur'an dan hadist Nabi. Adapun landasan yang dipakai
adalah:
a. QS Al-Baqarah 2:283:

4
“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

b. Hadist
1) Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli
makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya
baju besi. HR Bukhari dan Muslim
2) Dari Abu Hurairah R.A. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas
kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung
risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah
3) Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan
boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan bintanag
ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan
dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan
pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai
4) Dari Abi Hurairah R.A. Rasulullah bersabda: Apabila ada
ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki (oleh
yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya
(menjaganya). Apabila ternak itu digadaikan, maka air
susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang
menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya
(menjaganya). Kepada orang yang naik dan minum, maka ia
harus mengeluarkan biaya (perawatannya). HR Jemaah
kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari

Di samping itu, para ulama sepakat membolehkan akad Rahn (Al-


Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilatuhu, 1985,V:181). Landasan ini
kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 25/DSN-

5
MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ketentuan Umum :
1) Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan
Marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang
menyerahkan barang) dilunasi.
2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada
prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan perawatannya.
3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh
murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
tetap menjadi kewajiban rahin.
4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak
boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5) Penjualan marhun
- Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan
rahin untuk segera melunasi utangnya.
- Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka
marhun dijual paksa/dieksekusi.
- Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
- Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

b. Ketentuan Penutup
1) Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan
disempurnakan sebagai mana mestinya.

6
2.5 Produk Pegadaian Syariah
1. ARRUM Haji
ARRUM Haji merupakan produk dari Pegadaian Syariah yang
memungkinkan nasabah untuk bisa mendapatkan porsi haji dengan
jaminan emas. Keunggulan dari produk ini antara lain:
a. Memperoleh tabungan haji yang langsung dapat digunakan
untuk memperoleh nomor porsi haji
b. Emas dan dokumen haji aman tersimpan di pegadaian
c. Biaya pemeliharaan barang jaminan terjangkau
d. Jaminan emas dapat dipergunakan untuk pelunasan biaya
haji pada saat lunas

Dengan persyaratan sebagai berikut:

- Memenuhi syarat sebagai pendaftar haji


- Foto copy KTP

Model Bisnis Pegadean ARRUM HAJI

Nasabah ke
Nasabah Marhun emas
Bank untuk
Mengajukan ditaksir oleh
memperoleh
Arrum Haji Penaksiran
SABPIH

Nasabah menyerahkan Nasabah ke kemenag


SABPIH, SPPH, buku tabungan memperoleh nomor
ke pegadaian promosi / SPPH

2. Multi Payment Online


Multi Pembayaran Online (MPO) melayani pembayaran
berbagai tagihan seperti listrik, telepon/ pulsa ponsel, air minum,
pembelian tiket kereta api, dan lain sebagainya secara online. Layanan
MPO merupakan solusi pembayaran cepat yang memberikan
kemudahan kepada nasabah dalam bertransaksi tanpa harus memiliki
rekening di Bank. Keunggulan:
- Layanan MPO tersedia di Outlet Pegadaian di seluruh
Indonesia.

7
- Pembayaran secara real time, sehingga memberi kepastian
dan kenyamanan dalam bertransaksi.
- Biaya administrasi Kompetitif.
- Pembayaran tagihan selain dapat dilakukan secara tunai
juga dapat bersinergi dengan gadai emas.
- Untuk pembayaran tagihan dengan gadai emas, maka nilai
hasil gadai akan dipotong untuk pembayaran rekening.
Seluruh proses dilakukan dalam satu loket layanan.
- Setiap nasabah dapat melakukan pembayaran untuk lebih
dari satu tagihan.
- Prosedur sangat mudah. Nasabah tidak harus memiliki
rekening di Bank
Untuk layanan pembayaran tagihan, nasabah datang ke outlet
pegadaian terdekat dengan membawa nomor pelanggan untuk tagihan
listrik, telepon, PDAM, pembayaran premi asuransi BPJS Kesehatan,
Pembayaran Finance, Pembayaran TV berlangganan, dan lain
sebagainya.
Untuk layanan pembelian, nasabah datang langsung ke
pegadean terdekat untuk melakaukan pembelian tiket kereta api,
pembelian pulsa dan transaksi pembelian lainnya.

3. Konsinyasi Emas
Konsinyasi Emas adalah layanan titip-jual emas batangan di
Pegadaian sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah lebih
aman karena disimpan di Pegadaian. Keuntungan dari hasil penjualan
emas batangan diberikan kepada Nasabah, oleh sebab itu juga emas
yang dimiliki lebih produktif. Keunggulan:
- Dikelola oleh PT Pegadaian (Persero) yang merupakan
BUMN terpercaya.
- Emas Anda terproteksi 100%.
- Transparan dalam pengelolaan.
- Menghasilkan keuntungan yang kompetitif dengan
investasi lainnya.
Persyaratan:
a. Fotocopy identitas diri (KTP/SIM/Passport) yang masih berlaku
b. Kuitansi pembelian emas atau berita acara serah terima emas yang
di beli di pegadaian
c. Mengisi dokunmen pengajuan konsinyasi dan materi 6000
(sebanyak 2 lembar)

8
4. Tabungan Emas
Tabungan Emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas
dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau. Layanan ini
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi emas.
Keunggulan:
- Pegadaian Tabungan Emas tersedia di Kantor Cabang di
seluruh Indonesia.
- Pembelian emas dengan harga terjangkau (mulai dari
berat 0,01 gram).
- Layanan petugas yang profesional.
- Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio
aset.
- Mudah dan cepat dicairkan untuk memenuhi kebutuhan
dana Anda.

5. MULIA
MULIA adalah layanan penjualan emas batangan kepada
masyarakat secara tunai atau angsuran dengan proses mudah dan
jangka waktu yang fleksibel. MULIA dapat menjadi alternatif pilihan
investasi yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa depan,
seperti menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan
anak, memiliki rumah idaman serta kendaraan pribadi. Keunggulan:
- Proses mudah dengan layanan professional.

9
- Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio
aset.
- Sebagai aset, emas batangan sangat likuid untuk
memenuhi kebutuhan dana mendesak.
- Jangka waktu angsuran mulai dari 3 bulan s.d. 36 bulan.
Persyaratan:
a. Untuk pembelian secara tunai, nasabah cukup datang ke outlet
pegadean dengan membayar nilai logam mulia yang akan dibeli.
b. Untuk pembelian angsuran, nasabah dapat menentukan pola
pembayaran angsuran sesuai dengan keinginan.

6. ARRUM BPKB
Pembiayaan ARRUM (Ar Rahn Untuk Usaha Mikro) pada
Pegadaian Syariah memudahkan para pengusaha kecil untuk
mendapatkan modal usaha dengan jaminan kendaraan. Kendaraan
tetap pada pemiliknya sehingga dapat digunakan untuk mendukung
usaha sehari-hari. Maksimalkan daya guna kendaraan anda.
Keunggulan:
- Proses transaksi berprinsip syariah yang adil dan
menenteramkan sesuai fatwa DSN-MUI.
- Proses pembiayaan dilayani di lebih dari 600 outlet
Pegadaian Syariah.
- Pembayaran angsuran dapat dilakukan di seluruh outlet
pegadaian syariah.
- Pembiayaan berjangka waktu fleksibel mulai dari 12, 18,
24 dan 36 bulan.
- Prosedur pelayanan sederhana, cepat dan mudah.
- Pegadaian hanya menyimpan BPKB, kendaraan dapat
digunakan nasabah.

10
7. AMANAH
Pembiayaan AMANAH dari Pegadaian Syariah adalah
pembiayaan berprinsip syariah kepada karyawan tetap maupun
pengusaha mikro, untuk memiliki motor atau mobil dengan cara
angsuran. Keunggulan:
- Proses transaksi berprinsip syariah yang adil dan
menenteramkan sesuai fatwa 92/DSN-MUI/IV/2014
- Proses pembiayaan dilayani di lebih dari 4400 outlet
Pegadaian di seluruh Indonesia
- Uang muka pembelian sepeda motor mulai 20% dan uang
muka pembelian mobil mulai 25%
- Pembiayaan berjangka waktu fleksibel mulai dari 12, 18,
24, 36, 48 dan 60 bulan
- Pegadaian memberikan tarif (Mu'nah) menarik dan
kompetitif
- Pembiayaan dapat diberikan untuk kendaraan baru
maupun second
- Prosedur pelayanan sederhana, cepat dan mudah.

8. RAHN
Pembiayaan RAHN (Gadai Syariah) dari Pegadaian Syariah
adalah solusi tepat kebutuhan dana cepat yang sesuai syariah.
Prosesnya cepat hanya dalam waktu 15 menit dana cair dan aman
penyimpanannya. Jaminan berupa barang perhiasan, elektronik atau
kendaraan bermotor. Keunggulan:
- Layanan RAHN tersedia di Outlet Pegadaian Syariah di
seluruh Indonesia.

11
- Prosedur pengajuannya sangat mudah. Calon nasabah atau
debitur hanya perlu membawa agunan berupa perhiasan
emas dan barang berharga lainnya ke outlet Pegadaian.
- Proses pinjaman sangat cepat, hanya butuh 15 menit.
- Pinjaman (Marhun Bih) mulai dari 50 ribu rupiah sampai
200 juta rupiah atau lebih.
- Jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan atau 120 hari
dan dapat diperpanjang dengan cara membayar ijaroh saja
atau mengangsur sebagian uang pinjaman.
- Pelunasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan
perhitungan ijaroh selama masa pinjaman.
- Tanpa perlu membuka rekening.
- Nasabah menerima pinjaman dalam bentuk tunai.
- Barang jaminan tersimpan aman di Pegadaian.
Persyaratan:
a. Foto copy KTP atau identitas resmi lainya
b. Menyerahkan barang jaminan
c. Untuk kendaraan bermotor membawa BPKB dan STNK asli

2.6 Aplikasi Pegadaian Syariah


Pegadaian Syariah menjawab kebutuhan transaksi gadai sesuai
Syariah, untuk solusi pendanaan yang cepat, praktis dan menentramkan.
Cepat, karena hanya 15 menit kebutuhan dana akan terpenuhi. Praktis, karena
tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang memberatkan.
Konsumen cukup membawa barang-barang berharga milik pribadi, saat itu
juga konsumen akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka
waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu.
Jika masa jatuh tempo tiba dan konsumen masih memerlukan dana
pinjaman tersebut, maka pinjaman dapat diperpanjang hanya dengan
membayar sewa simpan dan pemeliharaan serta biaya administrasi.
Sedangkan menentramkan, karena sumber dana berasal dari sumber yang
sesuai dengan syariah, proses gadai berlandaskan prinsip syariah, serta
didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami sehingga
lebih syar'i dan menetramkan.
Dalam prinsip syariah, pengoperasian pegadaian syariah menggunakan
metode mudharabah atau prinsip bagi hasil. Namun, pada aplikasinya, Perum
pegadaian menggunakan metode Fee Based Income (FBI), karena dalam
penggunaan dana tersebut mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Misalnya
untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja,

12
sehingga metode mudharabah dianggap kurang fleksibel untuk diterapkan
pada Perum Pegadaian.

2.7 Kendala dan Strategi Pengembangan Pegadaian Syariah


Dalam realisasi terbentuknya pegadaian syariah dan praktik yang telah
dijalankan bank yang menggunakan gadai syariah ternyata menghadapi
beberapa kendala antara lain adalah:
1. Pegadaian syariah relatif baru sebagai suatu sistem keuangan. Oleh
karenanya, menjadi tantangan tersendiri bagi pegadaian syariah
untuk mensosialisasikannya.
2. Kebijakan pemerintah tentang gadai syariah belum sepenuhnya
akomodatif terhadap keberadaan pegadaian syariah.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan pegadaian syariah di masa


depan, maka pegadaian syariah hendaknya melakukan beberapa strategi atau
langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Lembaga pegadaian syariah dalam menjalankan usahanya harus


tetap mendasarkan pada prinsip-prinsip syariah, karena sebagian
memilih pegadaian syariah dengan alasan transaksi yang dilakukan
sesuai dengan syariah.
2. Pemerintah perlu untuk mengakomodir keberadaan pegadaian
syariah ini dengan membuat Peraturan Pemerintah (PP) atau
Undang-Undang pegadaian syariah dan memberikan alternatif
keberadaan biro pegadaian syariah dalam Perum Pegadaian
Syariah.
3. Mengoptimalkan produk yang sudah ada dengan lebih profesional.
4. Mempertahankan surplus pegadaian syariah dan terus berupaya
meningkatkannya.
5. Memasarkan produk baru yang menguntungkan.

13
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

14
Daftar Pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai