Anda di halaman 1dari 3

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, edisi revisi, cet.

ke-4, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 politik hukum itu merupakan legal policy tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan untuk mencapai tujuan negara hukum diposisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara (hal. 2) politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada yang bersifat periodik. Yang bersifat permanen, misalnya pemberlakuan prinsip pengujian yudisial, ekonomi kerakyatan, keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan, penggantian hukkum-hukum peninggalan colonial dengan hukum-hukum nasional, penguasaan sumber daya alam oleh Negara, kemerdekaan kekuasaan kehakiman, dan sebagainya. Di sini terlihat bahwa beberapa prinsip yang dimuat di dalam UUD sekaligus berlaku sebagai politik hukum. (hal. 3) yang bersifat periodic adalah politik hukum yang dibuat sesuai dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap period tertentu baik yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut (hal. 3) Ex : prolegnas, kodifikasi dan unfikasi dalam bidang-bidang hukum tertentu. cakupan studi politik, antara lain : 1. Kebijakan Negara (garis resmi) tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan Negara; 2. Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya (poleksosbud) atas lahirnya produk hukum; 3. Penegakan hukum di dalam kenyataan lapangan. (hal. 4) hukum sebagai produk politikmemosisikan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik (hal. 4) secara ilmiah, hukum dapat determinan atas politik, tetapi sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik. Jadi dari sudut metodologi, semuanya benar secara ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri. (hal. 4) dalam faktanya jika hukum dikonsepkan sebagai undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislative maka tak seorang pun dapat membantah bahwa hukum adalah produk politik sebab ia merupakan kristalisasi, formalsasi atau legalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling bersaingan baik melalui kompromi politik maupun melalui dominasi oleh kekuatan politik yang terbesar (hal. 5) menurut Mochtar Kusumaatmadja : politik dan hukum itu interdeterminan, sebab politik tanpa hukum itu zalim, sedangkan hukum tanpa politik itu lumpuh (hal. 5) konfigurasi politik yang demokratis akan melahirkan hukum yang responsive sedangkan konfigurasi politik yang otoriter akan melahirkan hukum yang ortodoks atau konservatif (hal. 7)

Indikator Sistem Politik

Konfigurasi Politik Demokratis 1. Parpol dan Parlemen kuat, menentukan haluan atau kebijakan negara 2. Lembaga netral Eksekutif (Pemerintah)

Konfigurasi Politik Otoriter 1. Parpol dan Parlemen lemah, di bawah kendali eksekutif 2. Lembaga Eksekutif intervensionis. (Pemerintah)

3. Pers bebas, tanpa sensor dan pembredelan.

3. Pers terpasung, diancam sensor dan pemredelan

Indikator Karakter Produk Hukum Konfigurasi Politik Demokratis 1. Pembuatannya partisipatif 2. Muatannya aspiratif 3. Rincian isinya limitatif Konfigurasi Politik Otoriter 1. Pembuatannya sentralistik-dominatif 2. Muatannya positivistic-instrumentalistik. 3 Rincian isinya open interpretative

Gezagsverhouding (hubungan kekuasaan) menjadi interviening variable yang dapat menjelaskan bahwa bisa saja lahir hukum responsif di dalam konfigurasi politik yang otoriter sejauh menyangkut produk hukum privat (perdata) dan tidak terkait dengan hubungan kekuasaan. (hal. 8) Dahrendorf mencatat ada enam cirri kelompok dominan atau kelompok pemegang kekuasaan politik : 1. Jumlahnya selalu lebih kecil dari jumlah kelompok yang dikuasai; 2. Memiliki kelebihan kekayaan khusus untuk tetap memelihara dominasinya berupa kekayaan materiil intelektual dan kehormatan moral; 3. Dalam pertentangan selalu terorganisasi lebih baik daripada kelompok yang ditundukkan; 4. Kelas penguasa hanya terdiri dari orang-orang yang memegang posisi dominan dalm bidang politik sehingga elite penguasa diartikan sebagai elite penguasa dalam bidang politik; 5. Kelas penguasa selalu berupaya memonopoli dan mewariskan kekuaaan politiknya kepada kelas/kelompoknya sendiri; 6. Ada reduksi perubahan social terhadap perubahan komposisi kelas penguasa. (hal. 21-22) Karakter Produk Hukum (hal. 31-32)
a. Produk hukum responsif/polpulistik adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan

dan memenuhi harapan masyarakat. Dalam proses pembuatannya memberikan peranan besar dan partisipasi penuh kelompok-kelompok sosial atau individu di dalam masyarakat. Hasilnya bersifat responsive terhadap tuntutan-tuntutan kelompok social atau individu dalam masyarakat. b. Produk hukum konservatif/ortodoks/elitis adalah produk hukum yang isinya lebih mencerminkan visi social elite politik, lebih mencerminkan keinginan pemerintah, bersifat positivis-instrumentalis, yakni menjadi alat pelaksanaan ideology dan program Negara. Berlawanan dengan hukum responsive, hukum ortodoks lebih tertutup terhadap tuntutan-

tuntutan kelompok maupun individu-individu di dalam masyarakat. Dalam pembuatannya peranan dan partisipasi masyarakat relatif kecil.

Anda mungkin juga menyukai