Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Hubungan Hukum dan KEKUASAAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ilmu Negara

DI Susun Oleh Kelompok 10:

SRI RESKI ISMA. ( 11000122075)


NIRMA BINTI RAIS MAIL. (11000122082)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
A. latar belakang

tentang hukum dan kekuasaan merupakan topik yang penting dalam bidang ilmu sosial dan politik.
Hal ini karena hubungan antara hukum dan kekuasaan memiliki dampak yang besar terhadap
masyarakat dan negara

Sejak zaman kuno, pertanyaan tentang bagaimana hukum dan kekuasaan saling berhubungan telah
menjadi perhatian utama para pemikir politik dan filosofis. Kekuasaan sering kali diatur oleh hukum,
namun sebaliknya, hukum juga dapat digunakan untuk memperkuat atau melemahkan kekuasaan. Oleh
karena itu, penting untuk memahami dinamika antara hukum dan kekuasaan agar dapat memahami
bagaimana kekuasaan diatur dan dipertahankan dalam masyarakat.

Beberapa isu yang menjadi fokus kajian masalah tentang hukum dan kekuasaan antara lain adalah
pengaruh kekuasaan terhadap pembentukan hukum, konflik antara kekuasaan dan hukum, serta
bagaimana hukum dapat digunakan sebagai alat untuk membatasi kekuasaan yang otoriter. Selain itu,
kajian ini juga membahas mengenai perlindungan hak asasi manusia dalam konteks kekuasaan dan
hukum, serta bagaimana kekuasaan politik dapat memengaruhi proses pembuatan hukum.

Dengan memahami hubungan antara hukum dan kekuasaan, diharapkan dapat membantu dalam
pembentukan sistem hukum yang lebih adil dan efektif dalam mengatur kekuasaan di masyarakat.

Namun yang sering menjadi permasalahan adalah tolok ukur legalitas kekuasaan. Apakah setiap
kekuasaan yang berdasarkan aturan hukum dapat dikualifikasikan sebagai kekuasaan sah atau legal?
Apakah kekuasaan sewenang-wenang yang memiliki landasan hukum harus diterima dan ditaati?
Apakah kekuasaan yang sewenang-wenang dapat melahirkan hukum yang adil? Apakah efektivitas
penegakan hukum tergantung pada legalitas kekuasaan? Dan apakah kekuasaan legal yang sewenang-
wenang dapat menegakkan hukum guna mencapai keadilan?

Meskipun hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kekuasaan, tapi studi kekuasaan
dalam perspektif hukum masih terbatas sehingga konsep-konsep kekuasaan di dalam ilmu hukum tidak
begitu berkembang. Kecenderungan studi hukum lebih terfokus kepada 2 aspek, pertama yaitu hukum
dipandang sebagai kaidah yang menjadi pedoman tingkah laku yang bersifat memaksa dan memberikan
sanksi kepada orang yang melanggarnya,dan yang kedua hukum dipandang sebagai realitas sosial yang
terjadi di masyarakat yang dipraktikkan melalui lembaga peradilan (the living law), adanya pelanggaran-
pelanggaran hukum (perilaku pelanggar hukum), dan ketaatan terhadap hukum. Singkatnya, hukum
mengandung dua pokok utama, yaitu aturan yang seharusnya dilakukan (das sollen), dan kenyataan
yang ada dalam masyarakat (das sein). Namun dalam kenyataannya hanya hukum yang hidup dan
pelanggaran hukum yang banyak dikaji, sedangkan ketaatan kepada hukum tidak dianggap sebagai
masalah.

Hukum dan kekuasaan selalu menarik untuk dikaji khususnya oleh para akademisi maupun politisi.
Dinamika hukum dan kekuasaan juga sering menjadi perbincangan dikalangan sebagian masyarakat
karena masyarakat merupakan salah satu bagian penting yang terkait langsung dengannya. Masyarakat
juga merasakan secara langsung berbagai aturan hukum, kebijakan pemerintah atau penguasa berikut
penerapannya. Masyarakat tentu berharap hukum yang dibuat oleh penguasa merupakan hukum yang
berpihak terhadap kepentingan masyarakat dan ditegakkan sebagaimana mestinya sehingga masyarakat
dapat merasakan keadilan

Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945, bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.2 Hal ini
berarti semua kehidupan dalam bernegara selalu berdasarkan pada hukum. Tidak dibenarkan seseorang
bahkan pemegang kekuasaan sekalipun melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan hukum.
Tujuan berdirinya negara ini sangat jelas telah digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kekuasaan bukanlah untuk kepentingan pribadi, golongan, kelompok tertentu atau bahkan digunakan
untuk menindas masyarakat.tetapi Kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang kebijakannya mengarah
pada pencapaian atau tujuan negara. Hukum dalam hal ini berperan penting sebagai legalitas penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya sehingga ada kaitan yang tidak dapat dipisahkan antara hukum dan
kekuasaan dalam proses mencapai keadilan. Maka menjadi sangat penting untuk dikaji bagaimana
sinergi hukum dan kekuasaan beserta dinamikanya agar keduanya dapat berjalan sesuai fungsi dan
peran masing-masing namun memiliki tujuan utama dan mulia yaitu dapat mewujudkan keadilan sosial.

pembahasan

A.Hubungan Hukum dan Kekuasaan Dalam Konteks Hukum serta Fungsi Dialektis Hukum dan Kekuasaan
Pola hubungan hukum dan kekuasaan ada dua macam. Pertama, hukum adalah kekuasaan itu sendiri.
Menurut Lassalle dalam pidatonya yang termashur Uber Verfassungswessen, “konstitusi sesuatu negara
bukanlah undang-undang dasar tertulis yang hanya merupakan “secarik kertas”,melainkan hubungan-
hubungan kekuasaan yang nyata dalam suatu negara”13 Pendapat Lassalle ini memandang konstitusi
dari sudut kekuasaan.

Dari sudut kekuasaan, aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi suatu negara merupakan
deskripsi struktur kekuasaan yang terdapat dalam negara tersebut dan hubungan-hubungan kekuasaan
di antara lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, aturan-aturan hukum yang termuat dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan deskripsi struktur kekuasaan ketatanegaraan Indonesia
dan hubunganhubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara. Struktur kekuasaan menurut UUD
1945 menempatkan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dalam hierarki kekuasaan tertinggi.
Hierarki kekuasaan di bawah MPR adalah kekuasaan lembaga-lembaga tinggi negara, yaitu presiden,
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPA (Dewan Pertimbangan Agung), MA (Mahkamah Agung) dan BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan). UUD 1945 juga mendeskripsikan struktur kekuasan pusat dan daerah. Di
samping itu, juga dideskripsikan hubungan antara kekuasaan lembaga tertinggi negara dengan
kekuasaan lembaga-lembaga tinggi negara, hubungan kekuasaan di antara lembaga-lembaga tinggi
negara, dan hubungan kekuasaan antara pusat dan daerah.

Kekuasaan dalam konteks hukum berkaitan dengan kekuasaan negara, yaitu kekuasaan untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang meliputi bidang
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara itu mencakup pengaturan dan penyelenggaraan di tingkat pusat dan di tingkat daerah.
Dengan demikian, kekuasaan merupakan sarana untuk menjalankan fungsi-fungsi pokok kenegaraan
guna mencapai tujuan negara.

Kekuasaan dalam konteks hukum meliputi kedaulatan, wewenang dan otoritas, dan hak. Ketiga bentuk
kekuasaan itu memiliki esensi dan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, dan bersifat hirarkis.

Kekuasaan tertinggi adalah Kedaulatan, yaitu kekuasaan negara secara definitif untuk memastikan
aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, dan tidak ada pihak, baik di dalam maupun di luar negeri,
yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu.

Bentuk kedua kekuasaan dalam konteks hukum adalah wewenang. Wewenang berasal dari bahasa
Jawa yang mempunyai dua arti, yaitu pertama, kuasa (bevoegdheid) atas sesuatu. Kedua, serangkaian
hak yang melekat pada jabatan atau seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar
tugas pekerjaan dapat terlaksana dengan baik,kompetensi, yurisdiksi, dan otoritas

Adalah ciri khas negara bahwa kekuasaannya memiliki wewenang. Maka kekuasaan negara dapat
disebut otoritas atau wewenang. Otoritas atau wewenang adalah “kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu
kekuasaa yang defakto menguasai, melainkan juga berhak menguasai. Wewenang adalah kekuasaan
yang berhak menuntut ketaatan, jadi berhakmemberikan perintah.
Bentuk ketiga kekuasaan dalam hukum adalah hak. Salmond merumuskan hak sebagai kepentingan
yang diakui dan dilindungi oleh hukum. Rumusan yang hampir sama dikemukakan oleh Allend yang
menyatakan bahwa hak itu sebagai suatu kekuasaan berdasarkan hukum yang dengannya seorang dapat
melaksanakan kepentingannya (The legally guaranteed power to realise an interest). Sedangkan
menurut Holland hak itu sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perbuatan atau tindakan
seseorang tanpa menggunakan wewenang yang dimilikinya, tetapi didasarkan atas suatu paksaan
masyarakat yang terorganisasi

Definisi hak menurut Holmes adalah “nothing but permission to exercise certain natural powers and
upon certain conditions to obtain protection,restitution, or compensation by the aid of public force”.
Hak dapat pula diartikan sebagai kekuasaan yang dipunyai seseorang untuk menuntutpemenuhan
kepentingannya yang dilindungi oleh hukum dari orang lain, baik dengan sukarela maupun dengan
paksaan.

Fungsi dialektis hukum dan kekuasaan adalah fungsi timbal balik antara hukum dan kekuasaan. Fungsi
hukum dan kekuasaan meliputi fungsi kekuasaan terhadap hukum dan fungsi hukum terhadap
kekuasaan. Pembahasan pendahuluan akan mendeskripsikan fungsi kekuasaan terhadap hukum, dimana
ada tiga macam fungsi kekuasaan terhadap hukum

Pertama, kekuasaan merupakan sarana untuk membentuk hukum khususnya pembentukan undang-
undang (law making). Kekuasaan untuk membentuk hukum dinamakan kekuasaan legislatif (legislative
power),yang merupakan kekuasaan parlemen atau badan perwakilan.

Kedua, kekuasaan merupakan alat untuk menegakkan hukum. Penegakan hukum adalah suatu proses
mewujudkan keinginan-keingian hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan
hukum di sini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undangundang yang dirumuskan dalam
peraturan-peraturan hukum.

Ketiga, kekuasaan merupakan media untuk melaksanakan hukum. Adapun yang dimaksud dengan
pelaksanaan hukum adalah upaya menjalankan (eksekusi) putusan pengadilan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Putusan badan peradilan tidak akan banyak artinya bagi kehidupan masyarakat
jika tidak dilaksanakan secara konsekwen dan konsisten. Otoritas eksekusi merupakan kewenangan
kejaksaan dan pengadilan.

2.Sinergi Hukum dan Kekuasan dalam Politik Hukum Nasional

Hubungan antara hukum dan kekuasaan sebagaimana yang dijelaskan oleh Huijbers adalah bahwa
keduanya saling membutuhkan, terkait satu dengan yang lainnya. Namun penguasa memiliki
kewenangan terhadap politik hukum akan menentukan hukum yang seperti apa yang akan
digunakannya dalam menjalankan kekuasaan. Politik hukum merupakan kebijakan dasar penyelenggara
negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan.
Idealitas sistem hukum nasional adalah dalam rangka membantu terwujudnya keadilan sosial dan
kemakmuran masyarakat.Tujuan ini sesuai dengan tujuan dibentuknya Negara Republik Indonesia
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosia

Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Dan
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa hukum dalam negara Indonesia secara normatif mempunyai
kedudukan yang sangat mendasar dan tertinggi (supreme).Posisi politik hukum nasional yang akan,
sedang dan telah diberlakukan di wilayah yurisdiksi Republik Indonesia itu sangatlah penting, karena hal
itu akan dijadikan sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan
dan pengembangan hukum di Indonesia. Artinya baik secara normatif maupun praktis-fungsional,
penyelenggara harus menjadikan politik hukum nasional sebagai acuan pertama dan utama dalam
proses-proses tersebut. Mengabaikannya atau tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang penting dan
berpengaruh dapat berakibat fatal untuki pencapaian akselerasi pembentukan sistem hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai