PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling mempengaruhi
satu sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku manusia. Sehingga
hukum tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang
membentuk sebuah sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan
perilaku. Dari dasar pemikiran diatas maka bisa disimpulkan bahwa antara hukum dan kekuasaan
saling berhubungan dalam bentuk saling berpengaruh satu sama lain. Kekuasaan perlu sebuah
Nilai itu merupakan keadaan yang dapat kita ketahui, namun sifatnya abstrak. Dalam
situasi hukum, nilai tersebut diturunkan kembali menjadi suatu asas dengan bentuk pilihan
seperti asas hukum. Asas hukum inilah memberi makna etis kepada peraturan-peraturan hukum
dari nilai-nilai etis yang dijunjung tinggi. Paton menyebut bahwa asas hukum sebagai sarana
yang membuat hukum itu hidup, tumbuh dan berkembang sehingga hukum bukan sekedar
etis.
Nilai yang merupakan sesuatu yang abstrak dan merupakan suatu kehendak manusia
yang mempunyai suatu ide atau gagasan yang diproses sehingga menghasilkan suatu keputusan
yang mengandung sesuatu yang berguna seperti nilai materiil, nilai vital dan nilai kerohanian.
Kemudian hukum adalah suatu aturan dalam suatu masyarakat yang dibuat oleh masyarakat
sehingga masyarakat menjadi teratur dan bagi yang melanggar akan dikenai sanksi. Dalam
makalah ini Kami menghubungkan bagaimana hubungan hukum dengan nilai sosial dalam
B. Rumusan Masalah
3. Apa yang dimaksud dengan hukum serta apa yang dimaksud dengan nilai dan nilai sosial?
4. Bagaimana hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial serta mengapa orang harus mentaati
hokum?
C. Tujuan Penulisan
A. Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau
kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan
militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari
Para ahli hukum dalam pandangan mereka mengemukakan tentang hukum berbeda satu
sama lain. Perbedaan pandangan itu dapat dilihat dari pengertian hukum yang mereka
kemukakan. Meskipun ada perbedaan pandangan, namun pengertian itu dapat diklasifikasikan
Pertama, hukum diartikan sebagai nilai-nilai. Misalnya Viktor Hugo yang mengartikan
hukum sebagai kebenaran dan keadilan. Grotiusmengemukakan bahwa hukum adalah suatu
aturan moral tindakan yang wajib yang merupakan sesuatu yang benar. Pembahasan hukum
dalam konteks nilai-nilai berarti memahami hukum secara filosofi karena nilai -nilai merupakan
definisi hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan Salmond yang mengatakan
“hukum merupakan kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh negara di dalam
peradilan”
Ketiga, hukum diartikan sebagai kaidah atau aturan tingkah laku dalam kehidupan
masyarakat. Vinogradoff mengartikan hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan
dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan
atas setiap manusia dan barang. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Kantorowich, yang
berpendapat bahwa hukum adalah suatu kumpulan aturan sosial yang mengatur perilaku lahir
B. Tujuan Hukum
Sama halnya dengan pengertian hukum, banyak teori atau pendapa mengenai tujuan hukum.
1. Prof Subekti, SH :
Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya dengan cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam
keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. vanApeldoorn :
Tujuan hukum adalah mengatur hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan
secara teliti dan
3. Geny :
Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia kepentingan daya guna
dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat serta mendapatkan kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut.
Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri,
namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang
berlaku.
C. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan
Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak
langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yang tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yang memerintah dan ada yang diperintah. Manusia berlaku sebagai
subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari
Menurut Lasswell dan Kaplan kekuasaan adalah hubungan atau relasi antara seseorang
atau kelompok terhadap kelompok lainnya dimana salah satu individu atau kelompok mampu
mendeterminasi pengaruh yang lain. Van Doorn menyatakan bahwa kekuasaan adalah
lain sesuai dengan tujuan-tujuan seseorang atau suatu kelompok. Valkenvurgh menambahkah
Penggunaan kekuasaan adalah salah satu sarana yang paling banyak digunakan dan yang
paling bervariasi dalam politik. Apabila tujuan utama suatu kebijaksanaan politik adalah
kekuasaan. Namun, terlalu menyamaratakan atau menyederhanakan bila kita menganggap bahwa
semua politik adalah politik kekuasaan. Kekuasaan kadang-kadang bukan menjadi tujuan, tetapi
sarana atau tujuan untuk tujuan-tujuan lainnya. Kekuasaan juga dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan tujuan-
Pola hubungan hukum dan kekuasaan ada dua macam. Pertama, hukum adalah kekuasaan
itu sendiri, Menurut Lassalle, konstitusi sesuatu negara bukanlah undang-undang dasar tertulis
yang hanya merupakan “secarik kertas”, melainkan hubungan-hubungan kekuasaan yang nyata
dalam suatu negara” Pendapat Lassalle ini memandang konstitusi dari sudut kekuasaan. Dari
sudut kekuasaan, aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi suatu negara merupakan
deskripsi struktur kekuasaan yang terdapat dalam negara tersebut dan hubungan-hubungan
termuat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan deskripsi struktur kekuasaan
Hakekat hukum dalam konteks kekuasaan menurut Karl Olivercrona tak lain daripada “kekuatan
yang terorganisasi”, hukum adalah “seperangkat aturan mengenai penggunaan kekuatan”, dia
mengingatkan “kekerasan fisik atau pemaksaan” sebagai demikian sama sekali tidak berbeda
itu adalah hukum, namun kekuasaan tidak identik dengan hukum. Van Apeldronmengemukakan
bahwa hukum adalah kekuasaan, akan tetapi ini berarti bahwa hukum tidak lain daripada
kekuasaan belaka. Hukum adalah kekuasaan, akan tetapi kekuasaan tidak semuanya hukum.
“Mightis not right” pencuri berkuasa atas barang yang dicurinya akan tetapi tidak berarti bahwa
ia berhak atas barang itu. Kedua, adalah bahwa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Artinya
hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang terpisah, tapi ada hubungan yang erat diantara
keduanya. Hubungan itu dapat berupa hubungan dominatif dan hubungan resiprokal (timbal
balik) Menurut Mahmud MD, hubungan kausalitas antara antara hukum dan politi
atau tentang pertanyaan tentang apakah hukum yang mempengaruhi politik ataukah politik yang
mempengaruhi hukum maka ada 3 macam menjelaskannya. Pertama, hukum determinan atas
politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan-
aturan hukum. Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan bahkan saling
bersaingan, Ketiga, politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi
yang derajat determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun
hukum merupakan produk keputusan politik, tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan
politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum. Mereka yang hanya memandang hukum dari
sudut das sollen (keharusan) atau para idealis berpegang teguh pada pandangan, bahwa hukum
harus merupakan pedoman dalam segala tingkat hubungan antar anggota masyarakat termasuk
dalam segala kegiatan politik. Sedangkan mereka yang memandang hukum dari sudut das sein
(kenyataan) atau para penganut paham empiris melihat secara realistis, bahwa produk hukum
sangat dipengaruhi oleh politik, bukan saja dalam perbuatannya, tetapi juga dalam kenyataan-
kenyataan empirisnya. Kegiatan legislatif (pembuatan UU) dalam kenyataannya memang lebih
hukum yang sesungguhnya, lebih-lebih jika pekerjaan hukum itu dikaitkan dengan masalah
prosedur. Tampak jelas bahwa lembaga legislatif (yang menetapkan produk hukum).
legislatif (legislatif power), yang merupakan kekuasaan parlemen atau badan perwakilan.
Kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan pembentuk undang-undang berasal dari pemikiran John
parlemen, tapi kerjasama antara parlemen dan pemerintah. kekuasaan merupakan alat untuk
hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum adalah di sini tidak
lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-
peraturan hukum. Kekuasaan merupakan media untuk melaksanakan hukum. Adapun yang
dimaksud dengan pelaksanaan hukum adalah upaya menjalankan (eksekusi) putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan badan peradilan tidak akan banyak
artinya bagi pengorganisasian kehidupan masyarakat jika tidak dilaksanakan secara konsekwen
kekuasaan berarti menetapkan keabsahan kekuasaan dari segi yuridisnya. Setiap kekuasaan yang
memiliki landasan hukum secara formal memiliki legalitas. Namun yang sering menjadi masalah
adalah bila kekuasaan yang legal itu adalah kekuasaan yang sewenang-wenang, tidak patut, dan
tidak adil. Hal itu sebenarnya merupakan masalah legitimasi kekuasaan, yaitu pengakuan
dalam penyelenggaraan negara harus diatur sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan
kekacauan di antara kekuasaan-kekuasaan negara yang ada atau antara kekuasaan pejabat yang
satu dengan kekuasaan pejabat yang lain. Adanya kekuasaan yang paradoks bukan hanya akan
Kekuasaan tanpa suatu aturan maka akan mengkondisikan keadaan seperti hal nya hutan
rimba yang hanya berpihak kepada yang kuat dalam dimensi sosial. Disnilah hukum berperan
dalam membentuk rambu-rambu cara bermain pihak-pihak yang berada di lingkaran kekuasan.
Hal tersebut bisa ditemui di konstitusi dimana konstitusi secara garis besar berisi tentang
bagaimana mengatur, membatasi dan menyelenggarakan kekuasaan dan mengatur tentang Hak
Asasi Manusia. Peran hukum dalam mengatur kekuasaan berada dalam lingkup formil.
Masyarakat yang merupakan objek dari kekuasaan tidak menjadi korban dari kekuasaan.
Selain sebagai kepentingan masyarakat, hukum dalam mempengaruhi kekuasaan juga berguna
sebagai aturan bermain pihak-pihak yang ingin berkuasa atau merebut kekuasaan. Aturan
tersebut berguna sebagai cara main yangfairyang bisa mengkordinir semua pihak yang terlibat
dalam kekuasaan. Hukum dalam hal ini tidak hanya mengatur masyarakat tetapi juga mengatur
menjadi mandul. Oleh karena itu perlunya suatu kekuasaan yang melatarbelakangi hukum.
Muncul pertanyaan bagaimana kekuasaan yang hanya dipegang oleh segelintir orang bisa
dipercaya untuk mempengaruhi hukum yang bertujuan untuk mengatur masyarakat. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka bisa didekati dengan metode konseptual bukan empiris
karena secara empiris kebanyakan hukum hanya digunakan untuk melegalkan kepentingan
penguasa saja.
Secara konseptual, kekuasaan yang dimiliki oleh sebagian pihak berangkat dari rasa tidak
masyarakat. Hal ini sama saja baik dalam masyarakat yang liberal ataupun sosialis. Masyarakat
tersebut sepakat untuk memberikan mandat kepada sekelompok orang untuk berkuasa dan
memiliki kewenangan untuk mengatur mereka agar tetap tercipta kestabilan sosial. Kewenangan
Dalam perkembangannya tentu saja tidak dapat dihindari bahwa setiap rezim penguasa
memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari karakteristik hukum yang
menjadi produk politiknya. Karakteristik hukum ternyata berjalan linier dengan karakteristik
produk hukumnya berkarakter responsif sedangkan apabila kekuasaannya otoriter, maka produk
I. Pengertian Nilai
Hidup bermakna gerak. Bersamaan dengan hadirnya ruang dan waktu untuk
mengeksiskan keduannya tentulah memiliki isi, yakni hidup itu sendiri. Manusia dalam hal ini
berperan sebagai pelaku dan yang diperlakukan, lewat tindakan. Aristoles memulainya dengan
mengatakan bahwa dalam perbuatannya senantiasa ada kehendak mengejar sesuatu yang baik.
oleh sebab itu, baik merupakan sesuatu yang dikejar atau dituju. Jika Kita meninjau segala
sesuatu yang dituju manusia dalam perbuatannya, maka nilai ada dua macam yaitu: nilai yang
dikejar karena nilai itu sendiri, misalnya orang tidak mengejar uang untuk uangmelainkan uang
untuk jual beli. Dan nilai kedua adalah nilai yang dikejar sebagai tujuan, nilai ini merupakan
dorongan agar manusia menjadi makhluk yang berbudi sehingga mencapai kesempurnaan dalam
pribadi manusia.
Nilai adalah sesuatu yang menarik bagi Kita, sesuatu yang Kita cari, diinginkan, disukai
serta sesuatu yang baik. Nilai dapat diartikan sebagai sifat atas kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik secara lahir maupun batin. Max Scheler,
mengelompokkan nilaimenjadi empat macam yaitu, nilai kenikmatan (rasa enak, nikmat,
keindahan) dan nilai kerohanian (kesucian). Nilai berkaitan dengan kegiatan meninmbang, yakni
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan keputusan yang mana orientasi dari keputusan dapat diartikan pada nilai materiil
atau nilai kerohanian. Nilai tidak hanya bagian yang positif atau manfaat tetapi juga bagiannya
yang dianggap negative dan tidak bermanfaat dalam satu penuh dengan keduannya. Nilai
dianggap menjadi sosok yang nyata dan hidup seolah mengiringi sosok penilainnya untuk selalu
dipertahankan dari sisi nilai lainnya yang membayangi. Kemudian menjadi sebuah argument
bahwa nilai itu subjektif selalu memiliki dasar pertimbangan yang layak untuk dijadiakn
penilaian.
J. Hubungan Hukum dengan Nilai sosial
Setiap kelompok masyarakat selalu ada permasalahan sebagai akibat perbedaan antara
yang ideal dan yang actual, antara yang standar dan yang praktis, antara yang diharapkan atau
yang seharusnya untuk dilakukan dan apa yang dilakukan dan apa yang dalam kenyataan
dilakukan. Standar dan nilai-nilai kelompok dalam masyarakat mempunyai variasi sebagai faktor
yang menetukan tingkah laku individu. Penyimpangan nilai-nilai yang ideal dalam masyarakat
menimbulkan persoalan didalam masyarakat yang sederhana maupun yang modern. Dalam
situasi demikian masyarakat dihadapkan dengan problem untuk menjamin ketertiban apabila
Fungsi hukum sebagai control sosial, hal ini hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial
adalah saling berkaitan dimana hukum sebagai penyelesai sedangakan nilai sosial adalah suatu
hal yang dianggap sebagai problem yang harus diselesaikan. Hukum Nampak memiliki fungsi
rangkap disatu pihak merupakan tindakan yang mungkin demikian melembaga yang kemudian
dipakai oleh masyarakat untuk mecapai suatu tujuan. Dilain pihak sebagai tindakan yang
berwujud reaksi kelompok itu terhadap perilaku menyimpang dan diadakan untuk
Indonesia sedang mengalami masa transisi yang terjadi perubahan dari masyarakat yang
hambatan dikarenakan akan diganti nilai sepertia apa untuk merubah masyarakat. Mengubah
masyarakat seperti yang dikemukakanoleh Rosceo Pound yang menganalogikan sebagai suatu
proses mekanik. Hal ini terjadi karena adanya industry dan transaksi bisnis yang
memperkenalkan nilai dan norma baru. Peran pengubah tersebut dipegang oleh hakim melalui
e. Sejarah hokum
f. Arti penting tentang alasan dan solusi dari kasus individual yang pada angktan terdahulu
berisi tentang keadilan yang abstrak dari suatu hukum yang abstrak.
Keenam langkah ini perlu diperhatikan oleh hakim atau praktisi hukum dalam melakukan
intrepretasi maka perlu ditegaskan bahwa memperhatikan temuan-temuan tentang keadaan sosial
masyarakat melalui bantuan ilmu sosiologi, maka perlu adanya nilai atau norma tentang hak
individu yang harus dilindungi alam Dengan adanya sistem hukum maka terwujudlah proses
administrasi hukum dan mengembangkan peradilan. Maka untuk mengembangkan ilmunya maka
1) Menetapkan suatu keputusan dengan dasar keadilan, penemuan hukum sangat penting bagi
kasus yang harus diputuskan serta kekuatan ahli hukum untuk mempertahankan keputusan
Pound mengemukakan bahwa agar hukum dijadikan sebagai perubahan sosial (agen of sosial
change), maka pendaptnya dikuatkan oleh William James yang menyatakan bahwa ditengah-
tengah dunia sangat terbatas dengan kebutuhan, manusia terus berkembang sehingga dunia tidak
Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat berupa undang-undang
atau yurisprudensi atau kombinasi telah dikemukakan di muka, di Indonesia yang paling
menonjol adalah perundang-undangan, Selain hukum sebagai sosial control, korelasi atau
hubungan hukum dengan nilai sosial juga ditemukan sebagaimana nilai itu merupakan suatu
keadaan yang kita ketahui, namun sifatnya abstrak. Dalam situasi hukum nilai tersebut
diturunkan lagi dalam benttuk pilihan yang diberi nama asas hukum, sehingga nilai ini menjadi
landasan dari keberadaan asas hukum. Asas hukum pada dasarnya berbentuk prinsip-prinsip
umum, sehingga belum pula langsung dioperasionalkan. Untuk dapat dikonkritkan dalam
masyarakat, maka sas hukum dijelmakanlah kedalam norma yang dikenal dengan nama
peraturan hukum.
Nilai-nilai dasar dalam hukum menurut Franz Magnis-Suseno yang mengutip dari
Reinhold Zippelius bahwa terdapat tiga nilai dasar yang harus direalisir di dalam hukum yaitu
Nilai Kesamaan, nilai ini mendasarkan pada kriteria objektif yang berlaku bagi pihak
kuat dan pihak yang lemah. Ini memandang bahwa setiap pihak dinggap sama dihadapan hukum.
Hukum berlaku umum tidak berlaku bagi pihak-pihak terentu saja serta mempunyai
kedududukan yang sama bagi anggota masyarakat. Sesuatu yang diinginkan adalah keadilan
penjamin kebebasan manusia. Inti kebebasan adalah bahwa nbaik setiap orang atau kelompok
orang berhak untuk mengurus dirinya sendiri dari dominasi pihak lain. Nilai kebebasan
mencakup hak untuk hidup, kebutuhan jasmani, hak memilih dserta memiliki pekerjaan dan
sebagainya.
makhluk sosiaal dan hidup bersama berdampingan dengan masyarakat lain. Sehingga
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan masyarakat kekuasaan mempunyai arti penting bagi hukum karena
kekuasaan bukan hanya merupakan instrumen pembentukan hukum (lawmaking), tapi juga
wewenang formal (formal authority) yang memberikan wewenang atau kekuasaan kepada
seseorang atau pihak dalam suatu bidang tertentu. Mengingat bahwa hukum itu
kekuasaan bagi penegakannya. Tanpa kekuasaan, hukum itu tak lain akan merupakan
kaidah sosial yang berisikan anjuran belaka. Sebaliknya, hukum berbeda dari kaidah sosial
lainnya, yang juga mengenal bentuk-bentuk paksaan, dalam hal bahwa kekuasaan
memaksa itu sendiri diatur oleh hukum baik mengenai ruang lingkup maupun
Ada tiga bentuk manifestasi hubungan hukum dan kekuasaan dalam konteks ini:
menjadi subordinasi kekuasaan, tapi juga sering menjadi alat kekuasaan, dengan kata lain,
kekuasaan memiliki supremasi terhadap hukum. Oleh karena itu, definisi hukum yang
dikemukakan oleh para ahli menempatkan hukum berada dibawah kontrol kekuasaan
Kedua, kekuasaan tunduk kepada hukum. Artinya, kekuasaan berada dibawah hukum
dan hukum yang menentukan eksistensi kekuasaan. Dalam pikiran hukum, tunduknya
Ketiga, ada hubungan timbal balik (simbiotik) antara hukum dan kekuasaan. Dalam
hal ini hubungan hukum dan kekuasaan tidak bersifat dominativedimana yang satu
dominan atau menjadi faktor determinan terhadap yang lain, tapi hubungan pengaruh
mempengaruhi yang bersifat fungsional, artinya hubungan itu dilihat dari sudut fungsi-
fungsi tertentu dan dapat dijalankan di antara keduanya. Demikian, kekuasaan memiliki
fungsi terhadap hukum, dan sebaliknya hukum mempunyai fungsi terhadap kekuasaan.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam hal penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H.R. Otje Salman S., SH. 2010. Filsafat Hukum. Bandung. PT RefikaAditama.
http://samardi.wordpress.com/2018/20/10/hubungan-hukum-dan-kekuasaan/.